BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.3 Hasil Analisa Statistik
Penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak bawang putih dengan kaedah maserasi. Pada masa yang sama, kesemua mencit dibiarkan selama 7 hari bagi tujuan aklimatisasi. Tempoh tersebut dikatakan cukup bagi mengeliminasi kondisi stress disebabkan proses transportasi mencit dan adaptasi terhadap keadaan sangkar dan lingkungan yang baru. Pada penelitian sebelumnya, didapati 4 hari tidak mencukupi bagi aklimatisasi penuh mencit berdasarkan kadar kortison dan penilaian perlakuan mencit ( Tuli, J.S., Smith, J.A., dan Morto, D.B., 1995)
Kemudian, tiga dari enam kelompok akan diinduksi diabetes dengan injeksi alloksan secara peritoneal dosis tunggal 200mg/dL (Jing dan Yin, 2009). Ini bagi menyediakan suatu model human insulin dependent karena pada dosis ini diperkirakan dapat merusak sel beta pankreas secara total. Mencit dipuasakan terlebih dahulu sebelum diinduksi alloksan. Setelah 72 jam, kadar gula darah mencit diperiksa dan mencit dengan kadar glukosa darah (KGD) ≥ 200 mg/dL diklasifikasikan sebagai model mencit diabetes mellitus.
5.1.3.1 Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah induksi
Perubahan KGD sebelum dan setelah induksi dapat dilihat seperti dalam Gambar 5.1 di bawah ini.
Gambar 5.1 KGD Sebelum dan Setelah Induksi Alloksan
5.1.3.2 Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan
Efek pemberian plasebo, bawang putih dan glibenklamid terhadap kadar gula darah pada mencit normal dan mencit diabetes yang diinduksi alloksan melalui perbandingan kadar gula darah (KGD) sebelum dan setelah 10 hari intervensi. Dari data rerata yang diperoleh masing masing kelompok, dapat dilihat perubahan KGD sebelum dan setelah masing masing perlakuan untuk setiap kelompok seperti terlihat pada Gambar 5.2 berikut ini.
Gambar 5.2 Perubahan KGD Mencit Sebelum dan Setelah Perlakuan 1 = Normal Plasebo 4 = Diabetik Plasebo
2 = Normal Bawang Putih 350 mg/dL 5 = Diabetik Bawang Putih 350 mg/dL
3 = Normal Glibenklamid 0,65 mg/dL 6 = Diabetik Glibenklamid 0,65 mg/dL
Penelitian ini menunjukkan terdapat penurunan rerata KGD pada kelompok mencit normal yang diberi perlakuan glibenklamid dan mencit diabetes yang masing masing diberi perlakuan plasebo dan ekstrak bawang putih. Manakala untuk kelompok mencit normal diberi plasebo dan ekstrak bawang putih dan mencit diabetes yang diberi glibenklamid, hasil menunjukkan terdapat peningkatan rerata KGD sebelum dan sesudah masing masing perlakuan.
5.1.3.3 Perubahan dan Deskriptif KGD pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan uji Shapiro Wilk (sampel <30) diketahui bahwa semua sebaran data normal karena mempunyai nilai signifikan p>0.05 sehingga digunakan rerata
(mean) sebagai ukuran pemusatan dan standard deviasi untuk ukuran penyebaran. Perubahan dan deskriptif rerata KGD keenam kelompok perlakuan selama 10 hari tercantum pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Persentase Perubahan dan Deskriptif Rerata KGD pada Tiap Kelompok Mencit Selama 10 hari Perlakuan
Kelompok Bilangan Sampel,
Rerata Kadar Gula Darah (mg/dL) Persentase Perubahan KGD* (%) KGD Sebelum (x̄̄̄̄±SD) KGD Selepas (x±SD)̄̄̄̄ ormal Plasebo 4 129.50 ± 34.89 148.75 ± 20.84 19.99
ormal Bawang Putih (350 mg/kgBB) 4 124.00 ± 14.70 148.25 ± 43.37 19.41 ormal Glibenklamid (0,65 mg/kgBB) 4 118.00 ± 10.42 109.50 ± 4.44 6.79 Diabetik Plasebo 4 250.25 ± 41.95 247.25 ± 62.22 8.56
Diabetik Bawang Putih (350 mg/kgBB) 4 260.75 ± 40.58 109.50 ± 9.95 57.27 Diabetik Glibenklamid (0,65 mg/kgBB) 4 273.75 ± 39.40 381.00 ± 49.46 39.68
KGD awal
Rerata (mean) KGD pada kelompok kontrol negatif yaitu mencit normal yang diberikan plasebo pada awal penelitian adalah 129.50 ± 34.89 mg/dL digunakan sebagai nilai normal KGD mencit. Pada kelompok normal bawang putih, KGD mencit berubah dari 124.00 ± 14.70 mg/dL menjadi 148.25 ± 43.37 mg/dL dan pada kelompok normal glibenklamid dari 118.00 ± 10.42 mg/dL menjadi 109.50 ± 4.44. Terjadi penurunan KGD pada kedua kelompok diabetes yang diberi plasebo dan ekstrak bawang putih dengan masing masing persentase 8,56% dan 57,27% yaitu pada mencit diabetik yang diberi plasebo, rerata KGD pada awal dan akhir penelitian adalah 250.25 ± 41.95 mg/dL dan 247.25 ± 62.22 mg/dL dan pada kelompok mencit diabetic yang diberi glibenklamid , KGD dari 260.75 ± 40.58 mg/dL menjadi 109.50 ± 9.95 mg/dL. Sebaliknya, pada kelompok perlakuan glibenklamid, rerata KGD pada awal dan akhir penelitian yaitu 273.75 ± 39.40 mg/dL meningkat menjadi 381.00 ± 49.46mg/dL dengan persentase peningkatan sebesar 39,68%. Untuk melihat dengan lebih jelas perubahan KGD mencit setelah diberi perlakuan bagi masing masing kelompok mencit ditampilkan pada Gambar 5.3 di bawah
Gambar 5.3 Perbandingan kadar gula darah sebelum dan setelah diberikan sediaan uji 1 = Normal Plasebo 4 = Diabetik Plasebo
2 = Normal Bawang Putih 350 mg/dL 5 = Diabetik Bawang Putih 350 mg/dL
3 = Normal Glibenklamid 0,65 mg/dL 6 = Diabetik Glibenklamid 0,65 mg/dL
5.1.3.4. Hasil Uji Beda Dua Mean Dependen
Selanjutnya, untuk menilai perbedaan rerata dari KGD awal dan akhir penelitian bagi setiap kelompok data yang dependen digunakan Uji Beda Dua Mean Dependen ( Uji T Dependent/ T Paired) dan hasilnya dapat dilihat seperti dalam Tabel 5.2 dibawah.
Tabel 5.2 Hasil Uji Beda Dua Mean Dependen Pasangan Bilangan Sampel, n Rerata Perobahan KGD*, x̄±SD (mg/dl) Sig. (2 tailed) ormal Plasebo 4 19.25 ± 33.14 0.329
ormal Bawang Putih 4 24.25 ± 39.46 0.307
ormal Glibenklamid 4 8.50 ± 9.33 0.166
Diabetik Plasebo 4 3.00 ± 24.31 0.821
Diabetik Bawang Putih 4 151.25 ± 38.48 0.004
Diabetik Glibenklamid 4 107.25 ± 29.53 0.005
Keterangan *KGD setelah perlakuan – KGD sebelum perlakuan
Berdasarkan tabel di atas, secara analitik terdapat perubahan yang tidak signifikan yaitu p ≥ 0.05 pada kelompok normal plasebo, normal bawang putih, normal glibenklamid dan diabetik plasebo. Secara deskriptif terjadi kenaikan KGD mencit pada kelompok normal plasebo dan kelompok normal bawang putih yaitu masing masing sebanyak 19.25 ± 33.14 mg/dL dan 24.25 ± 39.46. Manakala pada kelompok normal glibenklamid dan diabetic plasebo terjadi penurunan sebanyak 8.50 ± 9.33 mg/dL dan 3.00 ± 24.31 mg/dL. Pada kelompok diabetik bawang putih, terdapat perubahan yang signifikan, p=0.004 (p < 0.05) yaitu penurunan KGD mencit
sebanyak 151.25 ± 38.48 mg/dL. Pada kelompok diabetik glibenklamid pula, terdapat kenaikan signifikan p=0.005 (p > 0.05) yaitu sebanyak 107.25 ± 29.53.
5.1.3.5 Hasil Uji Beda >Dua Mean Pada Kelompok Independen
Uji ANOVA satu arah dilakukan bagi mendeterminasi ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kelompok independen bagi keenam enam kelompok. Sebelum itu, data perlu berada dalam kesamaan dari varians yaitu nilai p > 0.05 pada uji Levene’s. Hasil yang didapat bagi penelitian ini adalah p 0.720. Uji ANOVA satu arah dapat digunakan karena syarat sebaran data normal dan varians data homogen terpenuhi. Uji tersebut menghasilkan nilai p 0.000 ( p < 0.05 ) dan disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna dari perobahan kadar gula darah antara kelompok. Oleh sebab itu, dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna.
Tabel 5.3 Uji post hoc Tukey
(I)Kelompok (J)Kelompok Sig.
Normal Plasebo Normal Bawang Putih 1.000
Normal Glibeklamid 0.314
Diabetik Plasebo 0.951
Diabetik Bawang Putih 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.031
Normal Glibenklamid Normal Plasebo 1.000
Normal Glibenklamid 0.233
Diabetik Plasebo 0.892
Diabetik Bawang Putih 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.046
Normal Glibenklamid Normal Plasebo 0.314
Normal Bawang Putih 0.233
Diabetik Plasebo 0.796
Diabetik Baawang Putih 0.003
Diabetik Glibenklamid 0.000
Diabetik Plasebo Normal Plasebo 0.951
Normal Bawang Putih 0.892
Normal Glibenklamid 0.796
Diabetik Bawang Putih 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.005
Diabetik Bawang Putih Normal Plasebo 0.000
Normal Bawang Putih 0.000
Normal Glibenklamid 0.003
Diabetik Plasebo 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.000
Diabetik Glibenklamid Normal Plasebo 0.031
Normal Bawang Putih 0.046
Normal Glibenklamid 0.000
Diabetik Plasebo 0.005
Melalui uji Post Hoc ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok mencit diabetik yang diberi bawang putih dengan kelima lima kelompok lainnya yaitu kelompok normal plasebo, kelompok normal bawang putih, kelompok normal glibenklamid, kelompok diabetik plasebo dan kelompok diabetik glibenklamid dengan nilai p masing masing ialah 0.000, 0.000, 0.003, 0.000 dan 0.000. Perbedaan yang bermakna antara kelompok juga dapat dilihat antara kelompok mencit diabetik diberi glibenklamid dengan kelompok normal plasebo, kelompok normal bawang putih, kelompok normal glibenklamid, kelompok diabetik plasebo dan kelompok diabetik glibenklamid dengan nilai p masing masing ialah 0.031, 0.046, 0.000, 0.005 dan 0.000.
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahawa ekstrak bawang putih dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes dengan penurunan bermakna (P=0.004) pada pemberian ekstrak bawang putih (350 mg/kg BB) setiap hari selama 10 hari dengan rerata penurunan kadar gula darah sebesar 151.25 ± 38.48 mg/dl. Sebaliknya, pemberian glibenklamid meningkatkan kadar gula darah mencit diabetes secara bermakna (P=0.005) pada pemberian glibenklamid (0,65 mg/kg BB) setiap hari selama 10 hari dengan rerata peningkatan kadar gula darah sebanyak 107.25 ± 29.53 mg/dL.
5.2 Pembahasan Penelitian