• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan Penelitian

Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi diakibatkan kegagalan pankreas memproduksi insulin yang mencukupi atau tubuh tidak dapat menggunakan secara efektif insulin yang diproduksi. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah adalah efek utama pada diabetes tidak terkontrol dan pada jangka waktu lama bisa mengakibatkan kerusakan serius pada syaraf dan pembuluh darah (WHO, 2010).

5.2.2 Induksi Aloksan

Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahawa penggunaan aloksan dapat mengakibatkan Diabetes Mellitus (DM) dependen insulin pada binatang percobaan (aloksan diabetes) dengan karakteristik mirip dengan Diabetes Melitus tipe 1 pada manusia melalui mekanisme destruksi selektif pada sel beta pankreas. Efek diabetes ini diperoleh disebabkan sifat alloksan yang merusak secara spesifik sel beta pankreas yang akhirnya menimbulkan defisiensi primer terhadap insulin. Alloksan menginhibisi glukokinase yang berperan dalam rekognisi sinyal bagi mengimbangi konsentrasi glukosa dan sekresi insulin. Target intrasel bagi alloksan adalah kelompok enzim sulfidril yang mengakibatkan toksisitas sel beta. Glukosa berada pada tahap paling tinggi pada hari kelima setelah pemberian alloksan dengan tahapan insulin yang paling rendah pada hari tersebut. Walaubagaimanapun, efek pemberian ini tidak bersifat permanen kerana pada penelitian yang sama didapati tahap insulin akan kembali ke normal pada hari ke 20 setelah diinduksi alloksan (Andrade, S.I.,Monsalve, M.C.R., Pena, J.E.,Polanco, A.C., Palomino, M.A., Velasco, A.F.,2000).

5.2.3 Ekstrak Bawang Putih

Bawang putih atau nama saintifiknya Allium sativum L. telah lama digunakan sebagai makanan dan obat. Bawang putih juga secara tradisionalnya digunakan dalam mengobati diabetes tipe I dan II di Asia, Timur tengah dan Eropa. Komponen aktif di dalam bawang putih yang berperan bagi tujuan medikamentosa adalah allicin (diallyl disulfida oksida) dan APDS (allyl propyl disulfida), flavonoid dan sebagainya. Bawang putih dipercayai dapat menstimulasi pankreas dalam meningkatkan produksi insulin. Penelitian sebelumnya yang mendukung hal ini telah dirangkum oleh Banerjee dan Maulik pada 2002 di dalam jurnal yang bertajuk Effect of Garlic on Cardiovascular Disorder : a review. Antara penelitian tentang sifat bawang putih sebagai hipoglikemik adalah Sheela dan Augusti, 1992 dan Sheela, Kumud dan

Augusti, 1995 yang dilakukan terhadap mencit. Hal yang sama juga didapat pada penelitian yang dilakukan terhadap kelinci oleh Jain dan Vyas, 1975 dan Mathew dan Augusti, 1973. Walaubagaimanapun, mekanisme penurunan KGD oleh ekstrak bawang putih masih belum diketahui secara jelas.

5.2.4 Obat Anti Diabetika Oral (Glibenklamid)

Glibenklamid adalah sejenis obat anti diabetes dalam golongan sulfonilurea. Golongan ini menstimulasi sel beta pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Obat ini tidak bermanfaat pada pasien diabetes tipe 1 atau pasien diabetes tipe 2 yang beta sel tidak lagi bisa memproduksi insulin. Efek ini memerlukan pankreas yang masih bisa berfungsi dan juga bisa mengakibatkan penurunan KGD pada subjek non diabetes. Selain itu, sulfonilurea juga dapat menginhibisi sekresi glukagon (Nolte, M.S. dan Karam, J.H., 2007).

5.2.5 Perbedaan Rerata KGD Mencit

Pada penelitian ini, aktivitas hipoglikemik oleh ekstrak alkoholik A.Sativum kelompok mencit normal dan aktivitas anti hiperglikemik pada kelompok mencit diabetes yang diinduksi alloksan, suatu model mencit diabetik dependen insulin dievaluasi menggunakan KGD sewaktu dan dibandingkan dengan obat konvensional yaitu glibenklamid.

Ekstrak ini berhasil menurunkan KGD pada mencit diabetes yang diinduksi alloksan, tetapi tidak pada kelompok mencit normal. Kondisi ini tidak berlaku pada kelompok mencit yang diintervensi dengan glibenklamid. Ini dapat dilihat pada tabel 5.2 yaitu uji T berpasangan. Pada kelompok normal yang diberi intervensi glibenklamid, secara teoritisnya dapat menurunkan KGD secara signifikan. Ini sejajar dengan mekanisme obat tersebut yaitu meningkatkan produksi insulin yang akhirnya membawa efek hipoglikemik. Walaubagaimanapun, pada penelitian ini penurunan

KGD hanyalah sebanyak 8.50 ± 9.33 yaitu dari 118 ± 10.42 kepada 109 ± 4.44 setelah 10 hari pemberian intervensi. Hasil dari uji T berpasangan mendapati penurunan KGD ini adalah tidak signifikan (tabel 5.2). Kondisi ini bisa terjadi karena kemungkinan dosis glibenklamid yang diberikan pada mencit adalah bukan dosis optimal. Ini karena, pemilihan dosis glibenklamid pada penelitian ini adalah hasil konversi dosis glibenklamid pada manusia (Anonim, 2010). Selain itu, mungkin terdapat kekurangan dari keterampilan peneliti dalam pemberian intervensi menggunakan oral sonde yang akhirnya mengakibatkan volume obat yang tidak adekuat diberikan terhadap mencit.

Melalui tabel 5.2 juga, didapati pada kelompok mencit diabetes yang diinduksi alloksan pada pemberian intervensi ekstrak bawang putih terjadi penurunan KGD yang signifikan yaitu dari 260.75 ± 38.48 kepada 109.50 ± 9.95. Ini bermakna, penurunan adalah sebanyak 151.25 ± 38.48. Antara mekanisme yang bisa berperan adalah mekanisme eksta pankreatik seperti penurunan glikogenolisis dan peningkatan utilisasi glukosa pada jaringan perifer seperti diafragma, otot dan sebagainya (Nolte, M.S. dan Karam, J.H., 2007).

Sebaliknya, kelompok yang diberi intervensi glibenklamid mengalami kenaikan KGD sebanyak 107.25 ± 29.53 yaitu dari 273.25 ± 39.20 ke 381.00 ± 49.46. Ini karena, model mencit pada penelitian ini adalah mencit diabetes yang dependen terhadap insulin (diabetes tipe 1). Maka, efek glibenklamid dalam menstimulasi produksi insulin pada kelompok mencit tersebut adalah kurang akibat kurangnya sel beta residual yang masih fungsional. Kenaikan KGD mencit pada kelompok ini mungkin bisa diakibatkan efek alloksan yang masih bekerja merusak sel beta pankreas.

Pada hasil uji ANOVA satu arah, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok mencit diabetik yang diberikan intervensi bawang putih dan kelima lima kelompok lainnya. Ini disebabkan, efek penurunan kadar gula darah yang signifikan pada pemberian bawang putih berbanding pada kesemua kelompok normal mencit

bagi ketiga tiga pemberian plasebo, bawang putih dan glibenklamid dan kelompok mencit diabetik yang diberi plasebo yang menunjukkan perobahan kadar glukosa darah yang tidak signifikan. Perbedaan yang signifikan antara kelompok mencit diabetik bawang putih dan kelompok mencit diabetik glibenklamid adalah karena pada kelompok mencit diabetik glibenklamid terjadi kenaikan kadar glukosa darah yang signifikan.

Hal yang sama terjadi pada kelompok mencit diabetik diberi glibenklamid yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelima kelompok lainnya. Efek yang berlawanan dari pemberian bawang putih dan glibenklamid pada kelompok mencit diabetik ini akhirnya membantu dalam menarik kesimpulan yaitu efek ekstrak A.Sativum dan glibenklamid adalah bersifat berlawanan.

Pada penelitian yang terdahulu, efek ekstrak bawang putih pada tikus diabetes yang diinduksi alloksan adalah bersifat antioksidan dan penstimulasi insulin (secregatotue insulin). Ini adalah bersifat kontra berbanding hasil pada penelitian ini karena efek ekstrak A.Sativum dan glibenklamid adalah bersifat berlawanan. Hal ini dimungkinkan karena efek ekstrak bawang putih yang berbeda pada spesies mencit berbanding tikus. Maka, uji klinis perlu dilakukan bagi mengetahui adakah ekstrak bawang putih juga bermanfaat dalam menurunkan KGD pada manusia. Kemungkinan di masa hadapan, bawang putih bisa mendapat tempat dalam integrasi medis bagi merawat penyakit diabetes.

Dokumen terkait