• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis 1. Analisis Univariat

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP PENULIS (Halaman 58-71)

Pada Analisis univariat akan ditampilkan table distribusi frekuensi dari masing-masing variable yang diteliti dan juga hasil dari analisis tersebut. Pada penelitian ini responden penelitian adalah remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin Makassar.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur responden.

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

< 17 tahun 31 34,8

≥ 17 tahun 58 65,2

Total 89 100,0

Sumber : data primer, 2016

Berdasarkan table 5.1 diatas distribusi data berdasarkan usia responden pada penelitian ini melibatkan 89 remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin. Sebagian besar responden berusia ≥ 17 tahun sebanyak 58 responden (65,2%), dan 31 responden (34,8%) berada pada usia <17 tahun.

Table 5.2 Distribusi Pengetahuan remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin terhadap Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 21 23,6

Kurang 68 76,4

Total 89 100,0

Sumber : Data Primer,2016

Berdasarkan table 5.2 diatas responden pada penelitian ini melibatkan 89 responden remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin.

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang terhadap perilaku SADARI yaitu sebanyak 68 responden (76,4%) dan sebanyak 21 responden (23,6%) dengan pengetahuan yang baik terhadap perilaku SADARI.

Table 5.3 Distribusi Sikap remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin terhadap Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Sikap Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 72 80,9

Kurang 17 19,1

Total 89 100,0

Sumber : Data Primer,2016

Berdasarkan table 5.3 responden pada penelitian ini melibatkan 89 responden remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin yaitu sebagian

72 responden (80,9%) dan sebanyak 17 responden (19,1%) memiliki sikap yang kurang terhadap SADARI.

Table 5.4 Distribusi Perilaku remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin terhadap Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Perilaku Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 7 7,9

Kurang 82 92,1

Total 89 100,0

Sumber : Data Primer,2016

Berdasarkan table 5.4 diatas responden pada penelitian ini melibatkan 89 responden remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin yaitu sebagian besar responden memiliki perilaku yang kurang tentang SADARI yaitu sebanyak 82 responden (92,1%) dan yang memiliki perilaku yang baik tentang SADARI sebanyak 7 responden (7,9%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable independen dan dependen dengan menggunakan analisis uji chi square. Melalui uji tersebut akan diperoleh nilai P, dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Jika didapatkan nilai P ≤0,05 berarti H0ditolak dan Ha diterima, jika didapatkan nilai P >0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak.

Table 5.5 Hubungan Pengetahuan remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin terhadap Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Pengetahuan remaja putri SMA PPUM

Perilaku dengan SADARI

Total P Value (α = 0,05) Baik Kurang

N % N % N %

Baik 2 9,5 19 90,5 21 100,0 0,666 Kurang 5 7,4 63 92,6 68 100,0

Total 7 7,9 82 92,1 89 100,0 Sumber : Data Primer, 2016

Dari table 5.5 didapatkan distribusi perilaku SADARI kurang paling banyak ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 63 responden (92,6%) dari 82 responden (92,1%), dan 19 responden lainnya (90,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang SADARI. Sedangkan perilaku SADARI baik dengan pengetahuan baik sebanyak 2 responden (9,5%) dari 7 responden (7,9%) dan 5 responden lainnya (7,4%) memiliki pengetahuan yang kurang.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi-square (fisher’s exact test) didapatkan p-value= 0,666 nilai lebih dari α (0,05) maka H0

diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku SADARI di SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin.

Table 5.6 Hubungan Sikap remaja putri SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin terhadap Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Sikap

remaja putri SMA PPUM

Perilaku dengan SADARI

Total P Value (α = 0,05) Baik Kurang

N % N % N %

Baik 5 6,9 67 93,1 72 100,0 0,615 Kurang 2 11,8 15 88,2 17 100,0

Total 7 7,9 82 92,1 89 100,0 Sumber : Data Primer, 2016

Dari table 5.6 didapatkan distribusi perilaku SADARI kurang paling banyak ditemukan pada responden yang menunjukkan sikap baik yaitu sebanyak 67 responden (93,1%) dari 82 responden (92,1%), dan 15 responden lainnya (88,2%) bersikap kurang tentang SADARI. Sedangkan perilaku SADARI baik dengan sikap baik sebanyak 5 responden (6,9%) dari 7 responden (7,9%) dan 2 responden lainnya (11,8%) memiliki sikap yang kurang terhadap SADARI.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi-square (fisher’s exact test) didapatkan p-value= 0,615 nilai lebih dari α (0,05) sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan sikap remaja putri terhadap perilaku SADARI di SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin.

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin didapatkan sampel sebanyak 89 responden sesuai dengan rumus besar sampel. Data karakteristik responden berdasarkan usia pada tabel 5.1 didapatkan paling banyak pada usia ≥ 17 tahun yaitu sebanyak 58 responden (65,2%).

Menurut Hendra (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, salah satu faktor tersebut adalah faktor usia. Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.(14)Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini karena pada penelitian ini umur responden masih terbilang belasan tahun dan responden masih dalam kategori remaja.

Faktor usia pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan pengetahuan antara responden yang memiliki usia ≥17 tahun dengan responden yang memiliki usia <17 tahun. Karena pada dasarnya seorang remaja masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang akan tumbuh kearah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis.

Berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang

pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca indera manusia adalah indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.(12)

Pada penelitian ini informasi menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan remaja putri terhadap SADARI. Informasi yang di dapatkan dari sekolah hanya yang berkaitan dengan pelajaran keislaman dan pelajaran sekolah seperti pada umumnya, walaupun sekolah telah membentuk kader kesehatan yang didalamnya terdiri dari siswi-siwi itu sendiri namun masih perlu kiranya para guru, wali asrama, pembina sekolah, dan seluruh jajaran pimpinan pesantren yang terkait untuk memberikan pengetahuan dan penyuluhan terkait dengan kesehatan reproduksi kepada siswinya khususnya kesehatan tentang organ payudara dan cara mendeteksi dini kanker payudara.

Pengetahuan tentang kesehatan ini sangat dianjurkan mengingat sekolah ini merupakan sekolah asrama, dimana kehidupan remaja putri ini 24 jam berada di Pesantren. Sehingga para guru. pembina asrama memiliki peran yang sangat penting sebagai pengganti peran orang tua bagi remaja putri di Pesantren.

Berdasarkan tabel 5.3 sebagian besar responden bersikap baik tentang SADARI yaitu sebanyak 72 responden (80,9%). Dan pada tabel 5.4 untuk perilaku terhadap SADARI sebagian besar responden berperilaku kurang yaitu sebanyak 82 responden (92,1%).

Pada tabel 5.5 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi-square (fisher’s exact test) didapatkan p-value= 0,666 nilai lebih dari α (0,05)

maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku SADARI di SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, karya Sari dan Mahyar yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 . Lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Nilai odds rasio tidak bisa dihitung dikarenakan frekuensi responden yang berpengetahuan kurang dan berperilaku positif bernilai 0 (tidak ada).(19)

Hasil penelitian karya Arini dengan judul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang SADARI terhadap perilaku SADARI di MA KMI Diniyah Putri Padang Panjang tahun 2011. Hasil penelitian tersebut didapatkan pada uji statistic nilai P value sebesar 0,100, nilai p lebih besar dari α 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arini sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang SADARI terhadap perilaku SADARI.(9)

Dalam hal ini, WHO dan para ahli pendidikan kesehatan telah melakukan study yang hasilnya telah terungkap bahwa memang benar pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah.

tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan dalam hal perilaku.(12)

Masyarakat Indonesia harus bercermin kepada Negara dengan masyarakaat yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan diri.

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan pada pasien kanker payudara di 9 rumah sakit umum di Alexandria, didapatkan hasil bahwa pasien yang melakukan SADARI memiliki proporsi yang lebih tinggi untuk terdiagnosis pada stadium dini (stadium I&II) (87,5%) dibanding dengan pasien yang tidak pernah melakukan SADARI (52,5%).(10) Sangat berbeda dengan penemuan kejadian kanker payudara di Indonesia 70 % kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut ( III dan IV ) .(4) Sehingga instansi kesehatan dan seluruh pihak yang terkait harus bekerja keras untuk terus membuat program kerja yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya kesadaran dalam melakukan deteksi dini kanker payudara.

Pasien kanker payudara yang terdeteksi pada stadium lanjut tidak bisa diterapi dengan operasi saja, tapi harus dikombinasi dengan terapi radiasi atau kemoterapi dan angka kelangsungan hidup 5 tahunnya rendah, yaitu Stadium I 85%, Stadium II 60-70%, Stadium III 30-50%, Stadium IV 15%. Upaya deteksi dini kanker payudara sangat penting dilakukan, karena apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka akan didapakan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-90%) serta menurunkan angka kematian.

Deteksi dini merupakan program pencegahan sekunder kanker payudara yang

terdiri dari penapisan (screening) dan edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis).(20,21)

Penelitian karya Angesti yang berjudul Hubungan antara Tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS tahun 2010 berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian tersebut diperoleh nilai p = 0,404 dengan tingkat signifikan 0,00 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI dengan tingkat korelasi sedang.(22) Dan penelitian Yani yang mengatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dimana p-value = 0,033 (23)

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ozgul Karayurt et. Al pengetahuan tentang prosedur SADARI sangat penting diketahui oleh responden karena prosedur SADARI ini merupakan komponen penting dalam SADARI dan menyebutkan bahwa pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan perilaku SADARI(24)

Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor- faktor . Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan diluar

Pada Tabel 5.6 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi-square (fisher’s exact test) didapatkan p-value= 0,615 nilai lebih dari α (0,05) sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat hubungan sikap remaja putri terhadap perilaku SADARI di SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian karya Arini dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang SADARI terhadap perilaku di MA KMI Diniyah Putri Padang Panjang tahun 2011 Hasil uji statistic diperoleh nilai p value sebesar 1,000 pada 2-sided (two tail) dan 0,476 pada 1-sided (one tail). Nilai P value lebih besar dari α 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku SADARI antara responden yang memiliki sikap yang kurang dengan responden yang memiliki sikap sedang dan baik (9)

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Novi dengan judul Hubungan Pengetahuan SADARI dan sikap SADARI dengan tindakan SADARI pada anak wanita penderita kanker payudara tahun 2008. Hasil uji statistic didapatkan p=0,09 dengan desain cross sectional yang berarti ada hubungan antara sikap dengan perilaku pada penelitian tersebut.(25)

Perbedaan hasil analisis tersebut disebabkan oleh karena adanya perbedaan pada subjek penelitian. Pada penelitian ini subjek penelitian adalah remaja putri dengan kondisi dan latar belakang keluarga yang berbeda. Sedangkan subjek penelitian Novi adalah anak dari penderita kanker payudara yang memiliki riwayat genetik untuk terjadinya kanker payudara.

Sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sikap lebih suatu proses kesadaran yang sifatnya individual.

Sikap yang positif akan memicu sesorang untuk melakukan tindakan.(15) Pembentukan sikap menurut Azwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (26)

Hal ini mungkin menjadi sebab adanya hubungan antara sikap daan perilaku SADARI pada penelitian yang dilakukaan oleh Novi tahun 2008 pada anak penderita kanker payudara dimana responden memiliki pengalaman pribadi dan faktor emosional yang kuat terhadap kanker payudara karena ibunya pernah menderita kanker payudara sehingga mereka menjadi lebih waspada dengan melakukan deteksi dini dengan cara SADARI.

Pengetahuan yang baik tidak serta merta dapat menunjang kesadaran seseorang untuk melakukan sikap cara SADARI yang baik karena berdasarkan pada strukturnya, sikap itu sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Dimana peran komponen afektif disini yaitu menyangkut masalah emosional subjektif terhadap objek sikap, sedangkan komponen konatif juga disebut sebagai komponen perilaku, komponen ini menunjukkan bagaimana perilaku dan kecenderungan perilaku dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Selain itu juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap seseorang yaitu pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa. istitusi, faktor emosional dalam diri.(27)

BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP PENULIS (Halaman 58-71)

Dokumen terkait