• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Hipotesis Statistik

6. Hasil Analisis Data Angket

Data nontes berupa angket respon siswa terhadap media pembelajaran hypermedia pada konsep keseimbangan benda tegar diperoleh dari kelas eksperimen.Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Angket Penggunaan Hypermedia

Indikator Angket Kelas Eksperimen

Persentase Kesimpulan Penggunaan hypermedia dalam proses

pembelajaran 77% Baik

Penyajian konsep materi 75% Baik

Penyajian gambar dan animasi 78% Baik

Kesesuaian warna dan background

hypermedia 80% Baik

Penjelasan rumus dalam hypermedia 76% Baik

Rata-rata 77,2% Baik

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan hypermedia pada konsep keseimbangan benda tegar mendapatkan rata-rata persentase keseluruhan indikator sebesar 77,2%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hypermedia mendapat respon yang baik dari siswa dalam mempelajari konsep keseimbangan benda tegar.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pretest, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika

pretest tidak jauh berbeda. Hal tersebut terjadi karena kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama belum diberikan perlakuan. Namun, setelah diberikan perlakuan, terdapat perbedaan di antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan uji t test pada

taraf signifikansi α = 0.05 terhadap data posttest, diperoleh nilai sebesar

2,49 dan nilai sebesar 2,00. Terlihat bahwa nilai lebih besar dibandingkan nilai , artinya terdapat pengaruh penggunaan hypermedia

terhadap hasil belajar siswa pada konsep keseimbangan benda tegar. Selain itu terlihat juga nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih unggul dari pada kelas kontrol.

Kondisi ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansori dkk dan Erlin Montu dkk. Penelitian Ansori menunjukan bahwa pembelajaran yang menggunakan hypermedia menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media slide powerpoint.1 Sementara, penelitian yang dilakukan Erlin Montu menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan hypermedia menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media riil pada materi pokok hukum newton dan gesekan.2 Menurut Supardi peningkatan prestasi belajar tersebut dikarenakan pembelajaran yang menggunakan hypermedia dapat membangkitkan keinginan, minat, dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar.3 Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati yang menyatakan bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi juga mempunyai kaitan yang erat

1

M Iksan Ansori, Budiyono, Nunuk Suryani, Efektifitas Pembelajaran Hypermedia dan Slide Powerpoint Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Visuospasial, Jurnal Teknologi Pendidikan Vol.1 No.3, 2013, h. 334.

2

Erlin Montu, Widha Sunarno, Suparmi, Pembelajaran Fisika Dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil Ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal, Jurnal Inkuiri Vol.1 No.1 (September, 2012), h. 15.

3

Supardi, Leonard, Huri Suhendri, Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika, Jurnal Formatif , 2011, h. 75.

dengan minat. Siswa yang memilki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.4

Pembelajaran konsep keseimbangan benda tegar menjadi lebih menarik ketika menggunakan hypermedia. Hal ini didukung oleh hasil angket respon siswa terhadap penggunaan hypermedia dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil angket, keseluruhan penggunaan hypermedia dalam pembelajaran fisika pada konsep keseimbangan benda tegar mendapatkan respon yang baik. Hal ini dikarenakan dalam hypermedia ditampilkan beberapa gambar, animasi dan penjelasan mengenai konsep keseimbangan benda tegar. Siswa dengan mudah dapat membedakan arah gerak torsi melalui tampilan animasi pada hypermedia. Siswa juga dapat melihat perbedaan jenis-jenis keseimbangan melalui beberapa tampilan animasi pada hypermedia, sehingga siswa dapat mengingat dan memahami konsep tersebut dengan mudah. Selain itu melalui hypermedia siswa dapat mengulang sendiri materi yang belum mereka pahami di rumah.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti hanya pada ranah kognitif jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4). Jika dilihat dari setiap jenjang pada ranah kognitif, hasil posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan untuk setiap jenjangnya. Namun, terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol dalam meningkatkan jenjang kognitif mengingat (C1), menerapkan (C3), menganalisis (C4). Untuk jenjang kognitif memahami (C2) persentase peningkatan kelas kontrol lebih tinggi dari pada kelas eksperimen.

Kemampuan mengingat (C1) merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.5 Pada jenjang kognitif mengingat (C1), kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena siswa diajak untuk mengenali informasi

4

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 42.

5

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Cet.1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 99.

berbagai arah gerak torsi, momen kopel dan jenis-jenis kondisi benda yang berada dalam keseimbangan. Pada kelas eksperimen pembelajaran yang menggunakan

hypermedia berisi penjelasan berupa beberapa gambar dan animasi terkait dengan torsi, momen kopel dan jenis-jenis keseimbangan. Pada hypermedia torsi dijelaskan dengan animasi sehingga siswa dapat membedakan bagaimana arah gerak torsi bila searah atau berlawanan arah jarum jam. Kemudian pada

hypermedia juga ditampilkan animasi dan gambar untuk menjelaskan momen kopel, sehingga siswa mengetahui pengertian momen kopel yaitu pasangan dua buah gaya sejajar dan berlawanan arah yang terpisah sejauh d dan menyebabkan benda berotasi pada sumbu putarnya. Dengan penjelasan beberapa gambar dan animasi maka pemahaman siswa pada konsep keseimbangan benda tegar akan terkonstruk. Pada saat siswa menemukan permasalahan terkait konsep keseimbangan benda tegar maka siswa dapat dengan mudah mengingat kembali informasi yang telah didapatkannya melalui melihat beberapa animasi dan gambar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra Sakti (2012). Penelitian Indra Sakti menunjukan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menggunakan media animasi berbasis Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.6 Menurut Azhar Arsyad media gambar dan animasi dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.7 Hal ini juga didukung dengan perolehan hasil angket siswa pada indikator penyajian gambar dalam hypermedia menambah pemahaman dalam mempelajari konsep keseimbangan benda tegar memperoleh persentase dengan kategori baik. Kemudian pada kelas kontrol juga diberikan penjelasan keseimbangan benda melalui pembelajaran konvensional.

Pada jenjang kognitif memahami (C2), kelas eksperimen mengalami peningkatan tidak lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada

6

Indra Sakti, Yuniar Mega Puspasari, Eko Risdianto, Pengaruh Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Melalui Media Animasi Berbasis Macromedia Flash Terhadap Minat Belajar Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, Jurnal Exacta Vol. X No.1, 2012, h. 9.

7

kelas eksperimen siswa kurang memahami contoh aplikasi konsep keseimbangan benda tegar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga terlalu fokus dengan

hypermedia sehingga mereka lupa untuk bertanya mengenai contoh aplikasi konsep tersebut yang belum mereka pahami. Pada kelas eksperimen pengetahuan siswa terkait konsep keseimbangan benda tegar hanya terbatas pada materi yang ada pada hypermedia. Ketika siswa mengalami permasalahan terkait contoh aplikasi konsep keseimbangan benda tegar, maka siswa mengatasi permasalahan tersebut berdasarkan apa yang telah didapatkannya dari hypermedia. Pada kelas kontrol selain diberikan penjelasan, siswa juga menggali sendiri pengetahuan dan contoh aplikasi keseimbangan benda tegar dengan cara bertanya kepada guru mengenai konsep yang belum dipahami siswa. Menurut winkel siswa yang banyak bertanya akan memilki pemahaman lebih baik diabandingkan siswa yang tidak bertanya.8 Pada saat bertanya maka pengetahuan siswa terkait konsep dan contoh aplikasi dari konsep keseimbangan benda tegar akan bertambah. Akibatnya pemahaman siswa terkait konsep keseimbangan benda tegar pada kelas kontrol lebih meningkat dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Pada jenjang kognitif menerapkan (C3), baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Namun, peningkatan yang dialami kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada hypermedia selain ditampilkan gambar dan animasi juga diberikan contoh soal dan latihan soal disertai dengan pembahasan yang menggunakan persamaan-persamaan fisika, sehingga siswa dapat memahami contoh soal dan latihan soal dengan baik. Ketika contoh soal, latihan soal dan pembahasannya sudah tersaji dalam hypermedia, maka tidak banyak waktu yang diperlukan guru untuk menjelaskan contoh soal dan soal latihan tersebut sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien. Menurut Lorin soal latihan yang menggunakan persamaan-persamaan fisika melatih siswa dalam menerapkan persamaan-persamaan tersebut ketika mengerjakan soal.9 Hal ini juga didukung oleh hasil angket siswa yang tidak

8

Winkel, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Grasindo, 1991), h. 309.

9

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Cet.1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 117.

setuju dengan pernyataan, “pemahaman terhadap rumus-rumus keseimbangan

benda tegar dalam hypermedia memerlukan tingkat kecerdasan yang tinggi”.

Informasi ini menjelaskan bahwa pemahaman terhadap rumus-rumus keseimbangan benda tegar dapat dipahami oleh siswa. Sementara pada kelas kontrol guru menggunakan metode konvensional, dimana untuk penjelasan soal yang rumit dibutuhkan waktu yang cukup lama, akibatnya siswa merasa cepat bosan.

Pada jenjang kognitif menganalisis (C4), kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen contoh soal dan soal latihan yang ada pada hypermedia sesuai dengan permasalahan yang nyata dalam kehidupan. Kemudian, pada contoh soal dan soal latihan ditampilkan gambar-gambar diagram bebas benda terkait konsep keseimbangan benda tegar, sehingga siswa mudah untuk menganalisis bagaimana keterkaitan antara rumus-rumus yang digunakan dengan soal-soal yang ditampilkan. Menurut lorin menganalisis melibatkan proses menguraikan materi soal menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian soal.10 Menganalisis mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.11 Sehingga dengan menguraikan materi soal tersebut maka kemampuan siswa dalam menganalisis akan terkonstruk. Sementara pada kelas kontrol, guru dalam menjelaskan soal-soal latihan yang berupa soal menganalisis (C4) dipapan tulis dilakukan secara manual sehingga memakan waktu yang cukup lama, akibatnya banyak soal-soal latihan yang tidak terbahas. Ditambah lagi dalam menjelaskan soal latihan menganalisis (C4) masih terdapat siswa yang belum paham akibatnya guru menjelaskan soal latihan tersebut secara berulang kali.

Pembelajaran menggunakan hypermedia, menuntut siswa untuk menyentuh, mengklik tombol dan berinteraksi secara langsung dengan komputer.

10

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Cet.1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal.

11

Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa harus bisa menjalankan sendiri software hypermedia. Jika siswa belum memahami prosedur penggunaan

hypermedia, maka ini menjadi kendala ketika guru meminta siswa untuk mengklik tombol pada hypermedia. Siswa yang belum paham mengenai prosedur penggunaan akan tertinggal dengan siswa lainnya. Hal ini menjadi salah satu kelemahan penggunaan hypermedia dalam proses pembelajaran. Namun secara keseluruhan hasil angket siswa menunjukkan bahwa sebesar 77% setuju dengan

pernyataan “software hypermedia menjadikan pembelajaran lebih aktif secara

mandiri”. Artinya, secara keseluruhan penggunaan hypermedia dalam proses

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait