• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis statistik, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi atau uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Penggunaan uji normalitas untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi

72

data yang diperoleh, sedangkan penggunaan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang bersifat homogen.

1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan Chi Kuadrat. Dalam uji ini akan menguji hipotesis sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, untuk menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga χ² perhitungan (χ²hitung) dengan harga χ² tabel (χ² tabel) pada taraf signifikan

α = 0,05 dan derajat kebebasan yang dipakai. Kriterianya adalah

menerima hipotesis apabila harga χ² hitung lebih kecil dari harga χ² tabel

dalam taraf signifikan yang dipakai, dalam hal yang lain hipotesis ditolak. Selain dengan cara tersebut pengujian hipotesis yang berasal dari distribusi normal adalah dengan melihat angka signifikan pada perhitungn. Kriterianya adalah menerima hipotesis apabila angka signifikan lebih besar dari signifikan yang dipakai, dalam hal ini adalah lebih besar dari 0,05. Berikut tabel hasil uji normalitas yang diperoleh: Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

No Variabel χ² hitung df χ² (0,05)(df) Sig Kesimpulan 1 Siswa KMS 10,980 28 41,337 0,998 Normal 2 Siswa Non KMS 30,900 34 43,773 0,620 Normal

Dari tabel di atas harga χ² hitung dari variabel kemandirian siswa KMS dan siswa Non KMS adalah 10,980 dan 30,900. Sedangkan harga χ² dari tabel masing-masing sebesar 41,337 untuk kemandirian siswa KMS, dan 43,773 untuk kemandirian Non KMS. Karena harga χ² hitung

73

lebih kecil dari harga χ² tabel, maka hipotesis yang menyatakan sampel berasal dari populasi berdistribusi normal diterima. Dari sisi lain dapat dilihat pada nilai signifikannya, yaitu masing – masing untuk kemamdirian siswa KMS 0,998 dan untuk kemandirian siswa Non KMS 0,620. Karena dari kedua nilai signifikan semuanya lebih besar dari 0,05 (Sig > 0,05) maka hipotesis yang menyatakan data berdistribusi normal diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenormalan distribusi terpenuhi.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan Uji F. Dalam uji ini akan menguji hipotesis (Ho) bahwa varians dari variabel-variabel tersebut sama. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga Sig

(probability) dengan 0,05. Kriterianya Menerima hipotesis apabila Sig

lebih besar dari 0,05, dalam hal lain maka hipotesis ditolak. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas F df1 df2 Sig.

2,036 1 149 0,156

Dari perhitungan diperoleh harga Fhitung sebesar 2,036, dengan probability (Sig) sebesar 0,156. Karena harga probability lebih besar dari 0,05 (Sig > 0,05), maka hipotesis yang menyatakan varians dari variabel yang ada sama diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians populasi homogen.

74 2. Uji Beda (t-test)

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, maka untuk mengetahui perbedaaan. Setelah data dinyatakan normal dan homogen, maka untuk mengetahui perbedaaan kemandirian belajar siswa KMS dan siswa non KMS siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun 2013/2014 dianalisis dengan menggunakan uji beda (t-test), karena data memenuhi pra syarat yaiu normal dan homogen, maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan independent sample test dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.0.

Tabel 9. Hasil Uji-t

Variabel N Rerata Thitung Sig

Kemandirian belajar sisiwa KMS 51 128,18 2,024 0,156 Kemandirian belajar sisiwa Non

KMS

100

124,35

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung = 2,024 lebih besar dari t(0,05)(20) = 0,156 pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa “Terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa KMS dan siswa non KMS siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun 2013/2014 diterima”, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa KMS dan siswa non KMS siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun 2013/2014. Rangkuman analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

75 C. Pembahasan

Hasil penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa KMS dan siswa non KMS siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun 2013/2014. Dilihat dari hasil rata-ratanya secara nyata siswa non KMS memiliki kemandirian belajar yang lebih tinggi daripada siswa KMS. Adanya perbedaan kemandirian belajar antara siswa KMS dan siswa non KMS dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor internal siswa itu sendiri yang terdiri dari lima aspek yaitu disiplin, percaya diri, motivasi, inisiatif, dan tanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan teori dari Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001: 13) yang menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara. Anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Hal tersebut diperkuat dengan teori dari Umar Tirtadihardja dan La Sulo (2005:50) yang menyatakan konsep kemandirian dalam belajar betumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai pada perolehan hasil belajar mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai pada penemuan diri sendiri apabila mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.

Demikian juga pada penelitian ini, bahwa siswa KMS memiliki kemandirian belajar yang lebih tinggi dikarenakan agar dapat mendongkrak

76

prestasinya yaitu dengan menetapkan tujuan belajarnya sendiri, memilih dan menentukan sendiri sumber belajar, dan menggunakan strategi belajar yang tepat. Dorongan internal inilah yang menjadikan siswa non KMS lebih tinggi dalam kemandirian belajar.

Siswa non KMS adalah siswa yang berlatar belakang dari keluarga yang mempunyai ekonomi mampu. Keluarga yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi dapat membangun kepercayaan individu untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup bila dibandingkan dengan individu yang dilanda kemiskinan yang putus asa dalam mengontrol tujuan dalam hidupnya, terutama tantangan yang dihadapi anak-anak sekolah. Pada keluarga siswa non KMS biasanya anak lebih mendapatkan dorongan dan semangat dari keluarga. Mereka jarang terganggu ketika sedang belajar tetapi justru kadang dibantu ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga juga dapat mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Penciptaan pemahaman akan arti pentingnya pendidikan dari anggota keluarga dapat meberikan semangat dan dorongan pada anak.

Berbeda dengan siswa non KMS, siswa KMS merupakan siswa yang berasal dari siswa yang berasal dari ekonomi kurang mampu. Kondisi latar belakang ekonomi tersebut menyebabkan sebagian siswa KMS merasa memiliki beban ekonomi yang harus mereka pikul agar dapat membantu keluarga, sehingga tidak jarang dari siswa KMS membolos sekolah. Konsep pemikiran dari siswa KMS tersebut agar mereka membolos sekolah supaya dapat bekerja sehingga hasilnya untuk membantu orang tua. Hal tersebut sesuai

77

dengan hasil wawancara dari salah satu guru di sekolah tersebut. Selain hal tersebut, akibat dari ketidak mampuan dalam hal ekonomi menjadikan sebagian siswa KMS kebutuhan anak tidak terpenuhi, sehingga aktifitas belajar juga terganggu. Akibat yang lain adalah anak sering merasa sedih dan minder terhadap teman-teman yang lainnya. Siswa yang dibesarkan dari keluarga yang memiliki status ekonomi rendah tidak hanya kekurangan dukungan finansial, sosial, dan pendidikannya, akan tetapi mereka juga dapat kehilangan dukungan dari komunal mereka pada saat waktu yang penting dalam hidup mereka.

Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian belajar, latar belakang ekonomi serta dukungan baik finansial, sosial dan komunal dari diri sendiri maupun lingkungan serta pengawasan dari orang tua akan mempengaruhi anak dalam membentuk sikap kemandirian dan prestasi belajar. Faktor-faktor disiplin, percaya diri, motivasi, inisiatif, dan tanggung jawab dapat berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa.

Dokumen terkait