• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Data dan Hasil Tindakan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-44)

Pada sub analisis data ini, akan menguraikan tentang perbandingan proses dan hasil belajar muatan IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses dan hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 75 8 40 10 50 20 100

2. Belum Tuntas < 75 12 60 10 50 0 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Nilai Rata-rata 62,40 71,80 87,15

Berdasarkan tabel 4.15 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA, diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar muatan IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 100% atau keseluruhan siswa mencapai ketuntasan. Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.19 berikut:

Diagram 4.19 Perbandingan Ketuntasan Belajar muatan IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

0 5 10 15 20 25 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Tuntas Belum Tuntas Ju m lah Si swa

Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar muatan IPA dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut ini:

Diagram 4.20 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SDN Sukolilo 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih menggunakan metode ceramah, guru menilai pembelajaran menggunakan metode ceramah lebih praktis dari pada menggunakan model pembelajaran yang memerlukan banyak persiapan lebih di dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga masih jarang dilakukan oleh guru, guru merasa kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru mengesampingkan pemanfaatan sebuah media, padahal sebuah media pembelajaran dapat menambah ketertarikan siswa dan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas IV di SDN Sukolilo 01 tersebut menyebabkan siswa kelas IV pasif di dalam proses pembelajaran, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membangun sebuah konsep materi, kegiatan dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai Rata-rata

dalam pelaksanaan pembelajaran terkesan monoton dan tidak menyenangkan. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dengan menerapkan model pembelajaran yaitu Two Stay Two Stray.

Perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa diketahui terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model Two Stay Two Stray. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 73 dengan persentase 91,25%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 76,5 dengan persentase 95,63%. Dengan adanya peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 71 dengan persentase 88,75%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 75 dengan persentase 93,75%. Peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model Two Stay Two Stray tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model Two Stay Two Stray hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai KKM ≥ 70. Kondisi ini terbukti dari nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 71,80 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 62,40 dengan pencapaian ketuntasan belajar muatan IPA siswa mencapai 50%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar muatan IPA, tetapi hasil yang diperoleh

tersebut masih belum maksimal, maka dari itu masih diperlukan perbaikan pada siklus II.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar muatan IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 87,15 dengan pencapaian ketuntasan belajar muatan IPA siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah berhasil karena siswa tuntas 100%.

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses pembelajaran maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani dalam menyampaikan gagasan dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model Two Stay Two Stray pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Penerapan model Two Stay Two Stray banyak hal positif bagi siswa, dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran menambah manfaat dari pelaksanaan PTK ini, adanya media membuat siswa dapat berpikir secara konkrit tentang materi disampaikan guru. Selain itu dengan model Two Stay Two Stray siswa mampu mengidentifikasi materi dan mampu memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPA. Bahkan siswa dengan kreatif mampu membuat media pembelajaran sebagai bentuk antusias siswa terhadap materi yang disampaikan guru dengan media yang siswa buat sendiri, memudahkan siswa memahami materi secara kreatif. Dapat dikatakan bahwa model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar secara kognitif, peningkatan aktifitas belajar secara kognitif tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 setelah dilaksanakannya tindakan penelitian menggunakan model Two Stay Two Stray.

Berdasarkan uraian penelitian, maka penerapan model Two Stay Two Stray dalam pembelajaran pada mapel IPA pada siswa kelas IV Semester I SDN Sukolilo 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Dwi Hinda Wiratna dari penelitian tersebut diketahui rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat dari 64 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 57,75% pada siklus I menjadi 78,5 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 82,92% pada siklus II setelah penerapan model Two Stay Two Stray, selanjutnya penelitian oleh Solikin Agus Purwanto juga menunjukkan hasil yang sama pada mata pelajaran IPA bahwa dengan menerapkan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar dengan peningkatan nilai rata-rata siswa dari 80,45% menjadi 92,60%. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Lie (2002:61) bahwa model pembelajaran tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkat anak didik. Teknik pembelajaran TSTS membentuk kelompok-kelompok kecil dan terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompoknya yaitu anggota kelompok-kelompoknya bersifat heterogen (bermacam-macam). Begitu juga menurut Agus Suprijono (2012:93) strategi Two Stay Two Stray atau strategi dua tinggal dua tamu adalah strategi yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada peserta didik. Dengan pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam kegiatan diskusi dengan kelompok. Disamping itu, Two Stay Two Stray juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, berinteraksi serta berbicara atau presentasi dengan siswa lain sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam kelas.

Keunggulan pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Lie (2008:61) antara lain : (1) Model pembelajaran kooperatif dapat di implementasikan untuk berbagai kelas atau tingkatan usia, (2) Belajar siswa menjadi lebih bermakna

sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk konsep secara mandiri dengan cara-cara mereka sendiri dan melalui metode-metode pemecahan masalah, (3) Siswa aktif dan tanggung jawab masing-masing untuk kelompok, (4) Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab belajar baik untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya, (5) Bertukar informasi, antara kelompok yang satu dengan lainnya, (6) Meningkatan restasi belajar dan daya ingat, (7) Meningkatkan kreativitas siswa dan melatih berpikir kritis dengan membandingkan hasil pekerjaan kelompoknya dengan kelompok lain, dan (8) Memudahkan guru dalam pencapaian pembelajaran karena mudah diterapakan disekolah.

Menurut pendapat para ahli di atas mengenai kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray yaitu menciptakan suasana belajar yang positif yaitu terbentuknya interaksi satu sama lain sehingga secara tidak langsung siswa akan merasa nyaman tanpa adanya persaingan siswa satu dengan siswa yang lain. Selain itu menambah semangat dan antusias siswa dalam belajar, ketertarikan dalam menerima suatu materi yang akan diajarkan serta mempermudah siswa dalam menerima suatu pengetahuan sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hinda Wiratna (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Terbukti pada hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 mencapai rata-rata 64 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 57,75%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi rata-rata 78,5 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 82,92%.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solikin Agus Purwanto (2010) di kelas IV SDN Sawojajar 5 dengan judul “Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Sawojajar 5 melalui Pembelajaran

Kooperatif Model Two Stay Two Stray”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray, ketuntasan belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan besar 48,94% dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan hasil belajar siswa sebesar 14,2%. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-44)

Dokumen terkait