• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi Prasiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil belajar muatan IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.1 Deskripisi PraSiklus/ Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan studi awal dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas IV di SDN Sukolilo 01, untuk mengetahui kondisi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar kelas IV.

Penelitian ini dilakukan di SDN Sukolilo 01 pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dengan jumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Karakteristik daya serap pembelajaran siswa kelas IV heterogen. Daya serap yang heterogen ini memerlukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik.

Studi awal penelitian dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Pada studi awal ini dapat diketahui bahwa hasil belajar masih rendah, hal ini disebabkan pembelajaran di kelas hanya bersifat transfer ilmu pengetahuan saja dan dilakukan secara konvensional dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya

(2)

tanpa memperhatikan kebutuhan siswa, kurangnya motivasi belajar, rendahnya rasa ingin tahu, terbatasnya ruang ekspresi yang kreatif dan rasa takut untuk menyampaikan pendapat, serta belum adanya penerapan model pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan kompetensi hasil belajar.

Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 23 Juli 2016 dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas IV di SDN Sukolilo 01. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan pembelajaran.

Permasalahan yang muncul terkait dengan hasil belajar yang rendah pada muatan IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Daya serap siswa terhadap materi muatan IPA dan rasa ingin tahu siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses pembelajaran merupakan faktor dari siswa yang menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar muatan IPA. Minat dan rasa ingin tahu siswa yang rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi. Keadaan ini membuat guru mendominasi di setiap proses pembelajaran karena guru selalu memberikan instruksi yang harus dilakukan oleh siswa. Faktor penyebab lainnya dari guru yang mengakibatkan hasil belajar muatan IPA rendah antara lain masih kurangnya keterampilan guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran kreatif yang mampu menumbuhkan rasa antusias siswa untuk belajar, guru masih menerapkan pembelajaran metode ceramah yang dianggap lebih praktis. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek pasif untuk menerima semua yang guru sampaikan.Selanjutnya pemanfaatan media pembelajaran kreatif juga jarang digunakan oleh guru, sekolah memang sudah menyediakan beberapa media mengajar namun guru merasa penggunaan media dirasa tidak penting. Hal tersebut diketahui karena guru yang kurang memahami fungsi dari media, guru menganggap ceramah sudah merupakan cara yang paling baik untuk menyampaikan materi kepada siswa,

(3)

karena guru beranggapan yang terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa. Padahal sebuah model pembelajaran juga dapat membantu guru untuk menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya pengetahuan instan dari guru tapi siswa juga bisa melakukan aktivitas pembelajaran yang lebih bermakna dengan adanya media pembelajaran. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas IV SDN Sukolilo 01, hambatan-hambatan yang muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ajar.Kondisi yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar muatan IPA yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan penentuan KKM dari SDN Sukolilo 01 untuk mengukur aspek pengetahuan dari muatan IPA saja.

Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh dari data ulangan mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 semester 1 tahun 2016/2017. Data hasil ulangan IPA dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai IPA Kondisi Awal

No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1. 48 – 58 8 40 % 2. 59 – 69 4 20 % 3. 70 – 80 7 35 % 4. 81 – 91 - 0 % 5. 92 – 100 1 5 % Jumlah Siswa 20 100 % Nilai Rata-rata 62,40 Nilai Tertinggi 98 Nilai Terendah 48

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai evaluasi mata pelajaran IPA menunjukkan hasil belajar masih rendah. Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal IPA (KKM ≥ 70) ada 12 siswa dan yang tuntas

(4)

KKM ada 8 siswa. (Daftar nilai evaluasi mata pelajaran IPA semester I dapat dilihat pada lampiran nilai kondisi awal).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Mapel IPA Kondisi Awal

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan disajikan dalam bentuk tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 70 8 40 2. Belum Tuntas < 70 12 60 Jumlah 20 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 48-58 59-69 70 - 80 81-91 92-100 Rentang Nilai Ban yaknya Siswa

(5)

belum berhasil mencapai kentutasan minimal. Hal tersebut disebabkan karena banyak siswa yang kurang memahami materi yang diberikan serta model penyampaian materi yang masih menggunakan ceramah saja atau kurang menarik. Sehingga siswa kurang aktif dan merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa antusias atau aktif jika penyampaian materi pembelajaran itu sesuai dengan karakter siswa SD yang kebanyakan masih dalam tahap bermain.

Berdasarkan hasil belajar muatan IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai evaluasi mata pelajaran IPA yang sebelumnya siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

4.1.2 Deskripsi Siklus I

Pada deskripsi siklus I ini, akan menjelaskan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. 4.1.2.1.Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan akan dijelaskan tentang perncanaan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang

Tuntas 40% Belum

Tuntas

(6)

akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan terakhir pada tiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran IPA yang akan disajikan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV dan sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Dengan kompetensi dasar (KD) 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya, dan 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Menjelaskan rangka manusia dan fungsinya, dan (2) Menjelaskan cara pemeliharaan rangka manusia. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru kolaborator tentang rangka manusia. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajarannya. Media pembelajaran yang digunakan ialah media rangka manusia yang terdapat di laboratorium IPA. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi aktivitas siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari

(7)

materi yang akan diajarkan pada kelas IV agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus I pada lampiran).

2) Pertemuan ke Dua

Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua sama halnya dengan indikator pada pertemuan pertama. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran.

(3) Pertemuan ketiga

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Materi evalusi ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengenai rangka manusia dan penyakit pada rangka manusia. Penyusunan soal evaluasi juga telah didiskusikan sebelumnya bersama dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kolaborator. Soal yang diujikan pada siklus I berjumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda untuk 20 siswa, lembar jawab untuk 20 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I yaitu di ruang kelas IV SDN Sukolilo 01. Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang rangka manusia dan penyakit pada rangka manusia yang telah dipelajari pada pertemuan pertamadan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:

(8)

(1). Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi, S.Pd. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan media rangka manusia dari ruang laboratorium IPA. Kemudian guru memberikan pertanyaan “apa yang kalian pikirkan tentang media rangka manusia ini?”. Dari berbagai jawaban siswa misalnya tengkorak, tulang, rangka badan dan lain-lain guru meminta siswa menulis apa yang siswa pikirkan sebagai langkah mengidentifikasi masalah. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapatmengidentifikasi bagian-bagian rangka tubuh manusia dan menyebutkan fungsi dari bagian-bagian rangka manusia, dengan Kompetensi Dasar (KD) 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.

Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, siswa melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi rangka manusia. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi rangka manusia menurut pendapat mereka. Siswa mencatat hasil identifikasi mereka pada buku catatan. Guru menggali pengetahuan siswa tentang rangka manusia dengan menunjukkan media rangka manusia. Guru memberikan pertanyaan “Apakah kalian memiliki rangka seperti ini?” (guru menunjuk pada media rangka). Siswa serempak menjawab punya. Kemudian guru bertanya lagi “rangka apa saja itu?”.Siswa

(9)

diminta menyebutkan rangka yang mereka ketahui dengan media tubuh mereka masing-masing. Setiap siswa memilik jawaban yang beragam. Dengan media tubuh mereka sendiri, siswa menyebutkan bahwa tubuh manusia terdiri dari kepala, tangan, badan dan kaki. Ada juga yang menyebutkan bahwa rangka tubuh manusia itu terdiri dari tengkorak kepala, tulang dada, tulang tangan dan tulang kaki. Kemudian siswa bertanya kepada guru tentang mengapa tulang manusia berbeda, ada yang tubuhnya tinggi, ada yang tubuhnya pendek. Sebelum guru menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut. Ada siswa yang menjawab alasan kenapa manusia berbeda tinggi rendahnya karena semua itu pengaruh dari asupan kalsium yang dikonsumsi. Kemudian guru meminta 2 perwakilan siswa untuk maju ke depan, dengan bimbingan guru, siswa pertama mengidentifikasi rangka manusia dengan media rangka manusia dan siswa kedua mendeskripsikan identifikasi tersebut. Dilanjutkan dengan penjelasan singkat oleh guru mengenai susuan rangka manusia dengan memanfaatkan media rangka manusia.

Selanjutnya pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok berdiskusi tentang susunan rangka manusia. Guru memberikan waktu 10 menit untuk diskusi. Setelah tiap kelompok diskusinya selesai, perwakilan masing-masing kelompok bertamu kekelompok lain untuk mendiskusikan hasil diskusi kelompok dan mencatatnya. Dirasa cukup diskusinya, perwakilan dari tiap kelompok kembali kekelompok masing-masing dan menyampaikan hasil diskusi kepada teman kelompoknya. Secara bergantian, perwakilan dari tiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menggunakan media rangka manusia. Disaat perwakilan kelompok ada yang presentasi, kelompok yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting untuk menanggapi presentasi kelompok yang sedang menyampaikan pendapat. Setelah semua kelompok sudah menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru mengajak siswa untuk membuat simpulan tentang materi rangka manusia dengan bertanya jawab bersama siswa.

Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil memperoleh skor tertinggi dan mampu

(10)

menyampaikan presentasi dengan baik. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang jenis penyakit pada rangka manusia. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 20 indikator aktivitas guru dan 20 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 1-4. Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor pada persentase 1%-20% berada pada kriteria sangat kurang, persentase 21%-40% berada pada kriteria kurang, persentase 41%-60% termasuk ke dalam kriteria cukup baik, persentase skor 61%-80% termasuk ke dalam kriteria baik, dan persentase skor 81%-100% pada kriteria sangat baik.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati

Aspek

item Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 6 3. Kegiatan Inti 13 48 4. Kegiatan Akhir 3 10 Jumlah 20 72

(11)

Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek kegiatan inti dengan skor 46, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 10.Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 72 atau dalam persentase 90%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 6 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 Aspek yang diamati Ban yaknya S ko r

(12)

2. Kegiatan Awal 2 5 3. Kegiatan Inti 13 50 4. Kegiatan Akhir 3 8 Jumlah 20 69

Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 6. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 5. Aspek kegiatan inti dengan skor 50, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 8. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 69 atau dalam persentase 87%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:

(2). Pertemuan kedua

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua dilaksanakan.pada hari Kamis tanggal 28 Juli 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran

0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4

Aspek yang diamati

Ban

yaknya

S

ko

(13)

meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi S.Pd. Pertemuan kedua pada siklus I ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Guru menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “Siapa yang mempunyai kakek atau nenek? Dan bagaimana kondisi tulangnya saat ini?”. Dari berbagai jawaban siswa misalnya bongkok, sakit, keropos dan lain-lain. Guru memilih jawaban bongkok sebagai jawaban kunci untuk menuju materi pembelajaran kali ini. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu mengidentifikasi bagian-bagian rangka tubuh manusia, siswa dapat memahami dan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan rangka.

Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, siswa diminta melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi penyakit pada rangka manusia. Siswa melakukan pengamatan mandiri tentang penyakit rangka manusia yang ada pada buku. Kemudian siswa mengidentifikasi tentang penyakit rangka. Hasil identifikasi tersebut dicatat pada buku masing-masing. Guru menggali pengetahuan siswa tentang penyakit rangka manusia dengan media gambar tentang penyakit rangka. Dengan media gambar penyakit pada rangka manusia, siswa mampu memahami penyakit rangka..Kemudian siswa bertanya kepada guru tentang penyebab dari salah satu penyakit rangka tersebut. Sebelum guru menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut. Ada siswa yang menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk maju ke depan, dengan bimbingan guru, siswa mengidentifikasi penyakit rangka manusia dengan media gambar penyakit rangka manusia kemudian mendeskripsikan identifikasi tersebut. Dilanjutkan dengan penjelasan singkat oleh guru mengenai penyakit rangka

(14)

manusia dan faktor penyebabnya dengan memanfaatkan media gambar penyakit rangka manusia.

Selanjutnya pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok berdiskusi tentang penyakit rangka manusia yang lain yang belum dijelaskan oleh guru. Guru memberikan waktu 10 menit untuk diskusi. Untuk mempermudah dalam presentasi materi penyakit rangka manusia, siswa membuat sebuah media gambar penyakit rangka (lordosis, kifosis, skoliosis) yang terbuat dari kertas HVS. Setelah tiap kelompok diskusinya selesai, perwakilan masing-masing kelompok bertamu kekelompok lain untuk mendiskusikan hasil diskusi kelompok dan mencatatnya. Dirasa cukup diskusinya, perwakilan dari tiap kelompok kembali kekelompok masing-masing dan menyampaikan hasil diskusi kepada teman kelompoknya. Perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Disaat perwakilan kelompok ada yang presentasi, kelompok yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting untuk menanggapi presentasi kelompok yang sedang menyampaikan pendapat. Setelah semua kelompok sudah menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru mengajak siswa untuk membuat simpulan tentang penyakit pada rangka manusia dan faktor penyebabnya dengan bertanya jawab bersama siswa.

Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray pada siklus I pertemuan ke 2 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati

Aspek

item Jumlah skor aspek item yang terlaksana

(15)

2. Kegiatan Awal 2 8 3. Kegiatan Inti 13 46 4. Kegiatan Akhir 3 12 Jumlah 20 74

Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek kegiatan inti dengan skor 46, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 74 atau dalam persentase 93%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.6 berikut:

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4

Aspek yang diamati

Ban

yaknya

S

ko

(16)

Tabel 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 6 3. Kegiatan Inti 13 47 4. Kegiatan Akhir 3 12 Jumlah 20 73

Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 6. Aspek kegiatan inti dengan skor 47, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 73 atau dalam persentase 91%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:

(17)

(3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal Sabtu, 30 Juli 2016. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu mengidentifikasi bagian-bagian rangka tubuh manusia, siswa dapat memahami dan menyebutkan cara-cara memelihara kesehatan rangka.

Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Setelah materi pembelajaran selesai semua, dilanjutkan melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus I. Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing-masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 Aspek yang diamati Ba ny ak ny a S ko r

(18)

4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I

Pada sub bab hasil tindakan ini, akan menguraikan tentang hasil tindakan pembelajaran, berupa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo 01 dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray oleh guru.

Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo 01 dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus I yaitu pada pertemuan ketiga siklus I. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1. 48 - 58 2 10 % 2. 59 - 69 7 35 % 3. 70 - 80 7 35 % 4. 81 - 91 1 5 % 5. 92 - 100 3 15 % Jumlah Siswa 20 100 % Nilai Rata-rata 71,80 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 50

Berdasarkan tabel 4.7 di atas distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas IV mengalami peningkatan dari kondisi awal, dapat diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata siswa yang pada kondisi awal 62,40 menjadi 71,80 pada siklus I. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dinyatakan dalam diagram 4.7 yaitu sebagai berikut:

(19)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Ketuntasan Belajar Siklus I No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 75 10 50 2. Belum Tuntas < 75 10 50 Jumlah 20 100

Dari tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 10 siswa atau 50% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 10 siswa dengan persentase 50% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil belajar muatan IPA, namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 100%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 48-58 59-68 70-80 81-91 92-100 Fr e ku e n si Rentang Nilai

(20)

Dalam pelaksanaan siklus I, siswa sudah mulai aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TSTS, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih belum mempu mengikuti pembelajaran dengan model TSTS. Sehingga masih perlu diadakan tindakan lagi pada siklus II. 4.1.2.4 Refleksi Siklus I

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, evaluasi tersebut ditujukan bagi guru kolaborator, guru observer, peneliti dan siswa. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray guru dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara itu bagi siswa dengan pembelajaran dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa merasa suasana pembelajaran lebih

50% Belum Tuntas 50% Tuntas

(21)

menyenangkan dan tidak membosankan lagi, siswa tidak harus selalu mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah. Kegiatan diskusi dan kerjasama yang dilakukan antar siswa dalam kegiatan Two Stay Two Stray, menjadikan materi pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa menggunakan cara kreatif dan berbeda melalui media kreatif yang dibuat oleh siswa sendiri.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama diketahui indikator yang memperoleh skor 3 yaitu sebanyak 8 item, dan skor 4 sebanyak 12 item. Pada siklus I pertemuan kedua indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 6 item dan skor 4 sebanyak 14 item. Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, aspek yang mengalami peningkatan yaitu pada aspek membimbing siswa tentang langkah-langkah Two Stay Two Stray. Dengan pembelajaran model Two Stay Two Stray siswa secara kreatif mampu mengidentifikasi materi dengan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 90%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan hingga persentase 93%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.9 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:

Berdasarkan analisis data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama indikator aktivitas belajar siswa yang memperoleh skor 3 yaitu

88 89 90 91 92 93 94 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Persentase

(22)

sebanyak 11 item, dan skor 4 sebanyak 9 item. Kemudian pada pertemuan kedua perolahan skor 3 sebanyak 7 item, dan skor 4 sebanyak 13 item. Indikator aktivitas siswa yang mengalami peningkatan yaitu dalam aspek membuat media kreatif pendukung penyampaian materi. Dari skor penilaian hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh mencapai 87%, pada pertemuan kedua persentase hasil observasi siswa meningkat menjadi 91%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.10 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) pada pelaksanaan tindakan siklus I baru mencapai 60% siswa tuntas. KKM ini merupakan kriteria minimal yang harus diperoleh siswa sebagai evaluasi hasil belajar dari aspek pengetahuan dengan kategori yang harus dicapai minimal B skor 3,00. Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 100%, karena masih ada 8 siswa yang perolehan nilainya berada di bawah KKM 70. Namun demikian, setelah pelaksanan siklus I, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 62,4 menjadi 77,55, dengan persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 45% menjadi 60%.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan

85 86 87 88 89 90 91 92 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Persentase

(23)

pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray. Kekurangan yang ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan kegiatan pembelajaran kurang maksimal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:

1) Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik. Siswa mampu memahami materi walaupun belum mencapai hasil belajar yang maksimal. b. Kegiatan pembelajaran menjadi tidak membosankan, antusiasme siswa

untuk meningkatkan rasa ingin tahu dalam belajar.

c. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok dengan pengakuan perbedaan individu dalam kelompok.

d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Guru mengarahkan dan mengorganisasikan pembelajaran kepada aktivitas siswa yang terampil dan kreatif.

2) Kekurangan

a. Penerapan model Two Stay Two Stray belum terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal proses pembelajaran siswa masih kebingungan dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran.

b. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal dalam kegiatan diskusi kelompok.

c. Beberapa siswa masih malu-malu dalam menyampaikan gagasan atau pendapatnya.

Dari berbagai kekurangan yang ditemui, maka peneliti melakukan analisis dan berkonsultasi dengan guru kelas IV tentang kondisi siswa serta pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah berlangsung, untuk menyusun rencana perbaikan dari kekurangan tersebut yang selanjutnya akan diterapkan pada siklus II, sebagai berikut:

1) Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti sebaiknya melakukan pengarahan dan diskusi bersama guru kolaborator mengenai langkah-langkah dari model Two Stay Two Stray, sehingga antara rencana dan pelaksanaan dapat berjalan selaras.

(24)

2) Guru harus memberikan instruksi dan peraturan yang jelas di dalam kegiatan pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

3) Guru membimbing dan memberikan pengarahan agar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran semua siswa dapat ikut berpartisipasi dan bekerjasama dengan baik.

4) Guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam menyampaikan setiap gagasan. Salah satu contoh pemberian motivasi bisa dilakukan guru adalah dengan memberikan penghargaan dan semangat kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4.1.3 Deskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan. Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I. Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran IPA yang akan disajikan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV dan sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Dengan kompetensi dasar (KD) 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya, dan 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Mengidentifikasi alat

(25)

indera manusia berdasarkan pengamatan, dan (2) Memberi contoh cara merawat alat indera. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru kolaborator tentang rangka manusia. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajarannya. Media pembelajaran yang digunakan ialah media rangka manusia yang terdapat di laboratorium IPA. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi aktivitas siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas IV agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus II pada lampiran).

2) Pertemuan ke Dua

Rencana tindakan pada siklus II pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua sama halnya dengan indikator pada pertemuan pertama. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran.

(3) Pertemuan ketiga

Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus II pertemuan ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus II, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Materi evalusi ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengenai hubungan struktur panca indera dengan fungsinya, dan cara memelihara kesehatan panca indera. Penyusunan soal evaluasi juga telah didiskusikan sebelumnya bersama dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kolaborator. Soal yang diujikan pada siklus II berjumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan

(26)

hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda untuk 20 siswa, lembar jawab untuk 20 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus II yaitu di ruang kelas IV SDN Sukolilo 01.

4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pada tahap pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut:

(1). Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan. pada hari Selasa tanggal 8 Agustus 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi, S.Pd. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu dengan mengamati media panca indera manusia, siswa dapat mengidentifikasi bagian-bagian panca indera manusia dengan teliti.

Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, siswa melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi panca indera manusia. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi panca indera manusia dilanjutkan dengan mencatat hasil identifikasi pada buku catatan. Dengan media tubuh mereka sendiri, siswa menyebutkan panca indera yang mereka miliki. Kemudian siswa bertanya kepada guru bagian-bagian panca indera

(27)

tersebut. Sebelum guru menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut. Dilanjutkan dengan penjelasan singkat oleh guru mengenai panca indera manusia dan fungsinya.

Selanjutnya pada kegiatan elaborasi guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok berdiskusi tentang struktur panca indera dan fungsinya dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Guru memberikan waktu 10 menit untuk diskusi. Diskusi tampak ramai tetapi siswa serius karena siswa dalam satu kelompok berdebat mempertahankan pendapat masing-masing. Setelah waktu diskusi selasai, perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian maju mempresentasikan hasil diskusi. Disaat perwakilan kelompok ada yang presentasi, kelompok yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting untuk menanggapi presentasi kelompok yang sedang menyampaikan pendapat. Setelah semua kelompok sudah menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru mengajak siswa untuk membuat simpulan tentang materi struktur panca indera dan fungsinya.

Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil menyampaikan presentasi dengan baik. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 20 indikator aktivitas guru dan 20 indikator aktivitas siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 1-4. Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor pada persentase 1%-20% berada pada kriteria sangat kurang, persentase 21%-40% berada pada kriteria kurang, persentase 41%-60% termasuk ke dalam kriteria

(28)

cukup baik, persentase skor 61%-80% termasuk ke dalam kriteria baik, dan persentase skor 81%-100% pada kriteria sangat baik.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati

Aspek

item Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 8 3. Kegiatan Inti 13 47 4. Kegiatan Akhir 3 12 Jumlah 20 75

Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek kegiatan inti dengan skor 47, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 75 atau dalam persentase 94%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:

(29)

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 7 3. Kegiatan Inti 13 48 4. Kegiatan Akhir 3 10 Jumlah 20 73

Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 7. Aspek

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4

Aspek yang diamati

Ban

yaknya

S

ko

(30)

kegiatan inti dengan skor 48, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 10. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 73 atau dalam persentase 91%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:

(2). Pertemuan kedua

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua dilaksanakan. pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi, S.Pd. Pertemuan kedua pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dilanjutkan materi pembelajaran berikutnya dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sama seperti pada pertemuan pertama.

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray pada siklus II pertemuan ke 2 dapat dilihat pada tabel 4.11.

0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4

Aspek yang diamati

Ban

yaknya

S

ko

(31)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati

Aspek

item Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 8 3. Kegiatan Inti 13 50 4. Kegiatan Akhir 3 12 Jumlah 20 78

Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek kegiatan inti dengan skor 50, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 78 atau dalam persentase 98%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:

0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4

Aspek yang diamati

Ban

yaknya

S

ko

(32)

Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana 1. Pra Pembelajaran 2 8 2. Kegiatan Awal 2 8 3. Kegiatan Inti 13 49 4. Kegiatan Akhir 3 12 Jumlah 20 77

Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu: Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek kegiatan inti dengan skor 49, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 77 atau dalam persentase 96%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini: 0 20 40 60 1 Aspek yang 2 3 4 diamati Ban yaknya Sko r

(33)

(3) Pertemuan ketiga

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 oleh peneliti dan guru kolaborator. Pembelajaran pada pertemuan ketiga ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua yang telah guru laksanakan, serta penyampaian materi cara merawat alat indera manusia. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa, karena tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, guru segera memulai tes evaluasi.

4.1.3.3 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA siklus II sebagai berikut:

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase

1. 48–58 - 0 % 2. 59–69 - 0 % 3. 70–80 12 60 % 4. 81–91 - 0 % 5. 92–100 8 40 % Jumlah Siswa 20 100 % Nilai Rata-rata 87,15 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 70

Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA, dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV mengalami peningkatan dari hasil belajar pada siklus I, ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa dari 71,80 pada siklus I menjadi 87,15 pada siklus II. Berdasarkan tabel 4.13 dapat dinyatakan dalam diagram 4.15 yaitu sebagai berikut:

(34)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14

Ketuntasan Belajar Siklus II No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa Frekuensi Persentase (%) 1. Tuntas ≥ 75 20 100 2. Belum Tuntas < 75 0 0 Jumlah 20 100

Dari tabel 4.14 ketuntasan belajar siswa pada siklus II naik menjadi 100% tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.14 dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut:

Dari hasil siklus II, siswa sudah mampu memahami materi yang disampaikan dengan menggunakan model TSTS, siswa sangat antusias dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa meningkat menjadi 100%.

4.1.3.4 Refleksi Siklus II

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama dan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk

0 5 10 15 48-58 59-69 70-80 81-91 92-10 Fr e ku e n si Rentang Nilai 100% Tuntas

(35)

diskusi untuk mengevaluasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan tindakan siklus II. Diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan beberapa perwakilan siswa kelas IV. Pada pelaksanaan tindakan siklus II guru teman sejawat telah melakukan berbagai upaya perbaikan tindakan yang telah direncanakan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.

Dari refleksi yang telah dilakukan diketahui bahwa guru kolaborator yaitu guru kelas IV sudah dapat menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam kegiatan pembelajarannya. Bagi siswa, penerapan model Two Stay Two Stray menjadikan siswa menguasai memecahkan masalah secara kreatif dan menyenangkan.

Dari hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil aktivitas guru pada pertemuan pertama memperoleh persentase sebesar 94%, pertemuan kedua meningkat menjadi 98%. Peningkatan hasil observasi aktivitas guru pertemuan pertama dan kedua meningkat 4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:

Dari skor penilaian hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama besar persentase yang diperoleh 91%, pada pertemuan kedua persentase hasil observasi siswa meningkat menjadi 96%. Besarnya peningkatan hasil observasi aktivitas siswa pertemuan pertama dan kedua sebanyak 5%. Untuk lebih jelasnya

92 93 94 95 96 97 98 99 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Persentase

(36)

dapat dilihat pada tabel peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), maka pada siklus II semua siswa tuntas. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ketuntasan siswa telah mencapai 100%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru berhasil melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I, yang dapat diketahui dari adanya peningkatan skor hasil observasi guru.

2) Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, terlihat dari respon positif siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai berani menyampaikan pendapat dan menanggapi jawaban.

88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Persentase

(37)

3) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dan berdiskusi secara kondusif di dalam proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik yang direncanakan pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan oleh guru kolaborator pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II, diantaranya:

1) Peneliti dan guru kolaborator telah melakukan diskusi bersama untuk membahas mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih sistematis dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2) Guru sudah mempersiapkan dan memperlajari materi yang akan disampaikan kepada siswa sehingga penyampaian materi sudah terstruktur dengan baik, guru juga dapat mengaitkan materi yang sedang dipelajari oleh siswa dengan realitas kehidupan yang dialami oleh siswa.

3) Guru selalu memberikan penguatan positif pada siswa, melatih siswa agar berani dan tidak malu atau takut berpendapat di depan kelas melalui pemberian penghargaan sebagai motivasi bagi siswa.

4.2 Hasil Analisis Data dan Hasil Tindakan

Pada sub analisis data ini, akan menguraikan tentang perbandingan proses dan hasil belajar muatan IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses dan hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut:

(38)

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 75 8 40 10 50 20 100

2. Belum Tuntas < 75 12 60 10 50 0 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Nilai Rata-rata 62,40 71,80 87,15

Berdasarkan tabel 4.15 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA, diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar muatan IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 100% atau keseluruhan siswa mencapai ketuntasan. Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.19 berikut:

Diagram 4.19 Perbandingan Ketuntasan Belajar muatan IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

0 5 10 15 20 25 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Tuntas Belum Tuntas Ju m lah Si swa

(39)

Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar muatan IPA dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut ini:

Diagram 4.20 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SDN Sukolilo 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih menggunakan metode ceramah, guru menilai pembelajaran menggunakan metode ceramah lebih praktis dari pada menggunakan model pembelajaran yang memerlukan banyak persiapan lebih di dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga masih jarang dilakukan oleh guru, guru merasa kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru mengesampingkan pemanfaatan sebuah media, padahal sebuah media pembelajaran dapat menambah ketertarikan siswa dan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas IV di SDN Sukolilo 01 tersebut menyebabkan siswa kelas IV pasif di dalam proses pembelajaran, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membangun sebuah konsep materi, kegiatan dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai Rata-rata

(40)

dalam pelaksanaan pembelajaran terkesan monoton dan tidak menyenangkan. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dengan menerapkan model pembelajaran yaitu Two Stay Two Stray.

Perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa diketahui terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model Two Stay Two Stray. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 73 dengan persentase 91,25%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 76,5 dengan persentase 95,63%. Dengan adanya peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 71 dengan persentase 88,75%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 75 dengan persentase 93,75%. Peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model Two Stay Two Stray tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model Two Stay Two Stray hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai KKM ≥ 70. Kondisi ini terbukti dari nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 71,80 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 62,40 dengan pencapaian ketuntasan belajar muatan IPA siswa mencapai 50%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar muatan IPA, tetapi hasil yang diperoleh

(41)

tersebut masih belum maksimal, maka dari itu masih diperlukan perbaikan pada siklus II.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar muatan IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 87,15 dengan pencapaian ketuntasan belajar muatan IPA siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah berhasil karena siswa tuntas 100%.

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses pembelajaran maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani dalam menyampaikan gagasan dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model Two Stay Two Stray pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Penerapan model Two Stay Two Stray banyak hal positif bagi siswa, dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran menambah manfaat dari pelaksanaan PTK ini, adanya media membuat siswa dapat berpikir secara konkrit tentang materi disampaikan guru. Selain itu dengan model Two Stay Two Stray siswa mampu mengidentifikasi materi dan mampu memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPA. Bahkan siswa dengan kreatif mampu membuat media pembelajaran sebagai bentuk antusias siswa terhadap materi yang disampaikan guru dengan media yang siswa buat sendiri, memudahkan siswa memahami materi secara kreatif. Dapat dikatakan bahwa model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar secara kognitif, peningkatan aktifitas belajar secara kognitif tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 setelah dilaksanakannya tindakan penelitian menggunakan model Two Stay Two Stray.

(42)

Berdasarkan uraian penelitian, maka penerapan model Two Stay Two Stray dalam pembelajaran pada mapel IPA pada siswa kelas IV Semester I SDN Sukolilo 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Dwi Hinda Wiratna dari penelitian tersebut diketahui rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat dari 64 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 57,75% pada siklus I menjadi 78,5 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 82,92% pada siklus II setelah penerapan model Two Stay Two Stray, selanjutnya penelitian oleh Solikin Agus Purwanto juga menunjukkan hasil yang sama pada mata pelajaran IPA bahwa dengan menerapkan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar dengan peningkatan nilai rata-rata siswa dari 80,45% menjadi 92,60%. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Lie (2002:61) bahwa model pembelajaran tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkat anak didik. Teknik pembelajaran TSTS membentuk kelompok-kelompok kecil dan terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompoknya yaitu anggota kelompok-kelompoknya bersifat heterogen (bermacam-macam). Begitu juga menurut Agus Suprijono (2012:93) strategi Two Stay Two Stray atau strategi dua tinggal dua tamu adalah strategi yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada peserta didik. Dengan pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam kegiatan diskusi dengan kelompok. Disamping itu, Two Stay Two Stray juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, berinteraksi serta berbicara atau presentasi dengan siswa lain sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam kelas.

Keunggulan pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Lie (2008:61) antara lain : (1) Model pembelajaran kooperatif dapat di implementasikan untuk berbagai kelas atau tingkatan usia, (2) Belajar siswa menjadi lebih bermakna

Gambar

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Mapel IPA   Kondisi Awal
Diagram 4.19 Perbandingan Ketuntasan Belajar muatan IPA Kondisi Awal,  Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat

progresif dalam menurunkan kadar gula darah pada keluarga dengan diabetes militus.. di wiayah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka Credit Union Tilung Jaya memiliki sistem pengendalian intern pemberian kredit yang kurang baik, karena terdapat beberapa masalah

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian jenis pupuk dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan kultur

Dump Truck HD 465 – 5 mempunyai suatu sistem yang sangat penting yaitu sistem ( Charging System) , Pada charging system ada salah satu komponen yang sangat penting yaitu

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan analisis buku ajar berbasis hasil penelitian pada matakuliah evolusi telah dilakukan antara lain penelitian dengan tujuan

Judul Skripsi : Aplikasi Metode Spektrofotometri secara Panjang Gelombang Berganda terhadap Penetapan Kadar Teofilin dan Efedrin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet.. Dengan