• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PERAN AKTIF DAN HASIL BELAJAR MATERI SHALAT JUM’AT MELALUI METODE FIELD TRIP DAN JIGSAW PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMP 3 KESESI PEKALONGAN Sri Larasati, S.Ag Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan, Peserta Pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PERAN AKTIF DAN HASIL BELAJAR MATERI SHALAT JUM’AT MELALUI METODE FIELD TRIP DAN JIGSAW PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMP 3 KESESI PEKALONGAN Sri Larasati, S.Ag Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan, Peserta Pro"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERAN AKTIF DAN HASIL BELAJAR MATERI

SHALAT JUM’AT MELALUI METODE FIELD TRIP DAN JIGSAW

PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMP 3 KESESI

PEKALONGAN

Sri Larasati, S.Ag

Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI

Abstrak

Upaya untuk terus meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting. Hasil belajar pendidikan agama yang optimal akan menjadi modal utama agar sampai kepada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain penyajian pembelajaran pendidikan agama dinilai cenderung bersifat indoktrinatif dan tidak bermakna. Guru PAI jarang memanfaatkan media dan sumber belajar yang bervariasi. Pendekatan yang monoton tersebut menyebabkan peserta didik merasa jenuh dan dikhawatirkan tidak tertarik lagi dengan mata pelajaran ini.

Penelitian Tindakan Kelas ini berusaha menemukan modifikasi dan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi shalat jum’at melalui metode field trip dan jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2012 dengan subyek penelitian kelas VII B SMP 3 Kesesi yang berjumlah 32 peserta didik pada semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran materi shalat jum’at melalui metode field trip dan jigsaw.

Kata-kunci: Peran Aktif, Hasil Belajar, Shalat Jum’at, Metode Field Trip dan Jigsaw

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

(2)

membutuhkan pendekatan, teknik, strategi, dan metode yang bervariasi, demikian ini agar pembelajaran dapat berhasil dengan baik.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini yang cenderung monoton hanya dengan menggunakan metode ceramah dan hafalan, membuat peserta didik jenuh dan bosan. Peserta didik hanya pasif mendengarkan ceramah guru sambil sesekali menjawab pertanyaan bila diperlukan. Keadaan kelas pun cenderung pasif, tiap kali diberi kesempatan bertanya peserta didik diam. Diamnya peserta didik mungkin karena sudah paham atau mungkin sebaliknya dikarenakan takut dengan gurunya. Pembelajaran yang semacam ini jelas membutuhkan perubahan, karena guru yang efektif adalah guru yang mampu membangun hubungan yang akrab dengan peserta didik-peserta didiknya dan mampu membangun lingkungan asuh yang penuh kasih sayang untuk perkembangan pribadi mereka (Richard I. Arends, 2008:16).

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai peserta didik. Proses pembelajaran yang diharapkan adalah peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ketika peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran maka mereka akan lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Ada sebuah kiasan, “kalau mengajari anak untuk mendapatkan ikan, janganlah si pengajar itu memberi ikan, tetapi pengajar cukup memberi kailnya”. Kiasan ini memiliki makna yang cukup penting dalam kegiatan belajar mengajar, sebab peserta didik harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan sesuatu pengetahuan atau nilai. Guru hanya memberikan acuan atau alat (ibarat kailnya). Ini menunjukkan bahwa yang aktif dan mendominasi aktifitas adalah peserta didik. Hal ini sesuai dengan hakekat anak didik sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi mendukungnya. Sehingga yang penting bagi guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif itu (Sardiman, 1997 :99).

Dengan belajar aktif ini mereka menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada di dalam dunia nyata. Belajar seperti ini peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan (Hisyam Zaini dalam Fendy Dwi Sunarko, 2008).

(3)

Bagi peneliti hal ini merupakan masalah serius karena materi shalat jum’at yang penting ini hanya terlewati begitu saja, tanpa kesan, tidak bermakna, dan tidak mendapatkan hasil belajar yang optimal pada diri peserta didik. Dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki pembelajaran PAI khususnya pada materi shalat jum’at.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah melalui metode field trip dan jigsaw dapat meningkatkan peran aktif peserta didik ?

2. Apakah metode field trip dan jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada materi shalat jum’at ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapaun tujuan penelitian tindakan kelas ini, seacara umum dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk memecahkan permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada materi shalat jum’at.

b. Untuk menemukan metode pembelajaran yang menarik berupa metode yang menyenangkan melalui metode field trip dan jigsaw.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar PAI khususnya pada materi shalat jum’at.

d. Untuk meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran PAI khususnya pada materi shalat jum’at.

2. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemecahan masalah pembelajaran PAI khususnya pada materi shalat jum’at.

b. Bagi peserta didik penelitian tindakan kelas ini diharapkan :

1) Mampu meningkatkan peran aktif peserta didik dan hasil belajar mata pelajaran PAI khususnya pada materi shalat jum’at.

2) Peserta didik dapat menerima materi ini dengan suasana yang menyenangkan. Dengan demikian akan tercipta kesan yang lebih positif dalam diri peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

(4)

KAJIAN TEORI

A. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar

Sudjana (2000:5), menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan hasil belajar diperoleh individu melalui latihan dan pengalaman.

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran materi shalat jum’at sesuai dengan Standar Isi tahun 2006 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP sebagai berikut :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

12. Memahami tata cara

Shalat jum’at 12.1. Ketentuan shalat Menjelaskan jum’at ketentuan-12.2. Mempraktikkan shalat jum’at

B. Hakekat Pendidikan Agama

Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan memberikan penjelasan mengenai hakekat pendidikan agama sebagai berikut:

“Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan”.

C. Shalat Jum’at

Shalat jum’at merupakan salah satu materi mata pelajaran PAI SMP di kelas VII semester 2 dengan indikator pembelajaran meliputi pengertian shalat jum’at dan dasar hukumnya, syarat mendirikan shalat jum’at, perbuatan-perbuatan sunah yang terkait dengan shalat jum’at, halangan melaksanakan shalat jum’at, tata cara shalat jum’at, dan praktik shalat jum’at.

D. Peran Aktif Peserta didik dalam pembelajaran

(5)

belajar aktif peserta didik diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental, tetapi juga melibatkan fisik. (Hisyam dalam Fendy Dwi Sunarko, 2008: 7).

Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (1987:100), ada 177 macam aktifitas peserta didik yang dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Visual Activities, misalnya; membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, seperti; menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening Activities, seperti; menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

4. Drawing Activities, misalnya; menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 5. Motor Activities, antara lain; melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

6. Mental Activities, misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

7. Emotional Activities, misalnya; menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Klasifikasi aktifitas di atas, menunjukkan bahwa aktifitas peserta didik itu cukup kompleks dan bervariasi, karena itu peran aktif peserta didik yang diharapkan dalam pembelajaran adalah peserta didik sebagai subyek belajar yang mendominasi kegiatan pembelajaran, aktif secara mental dan fisik untuk mencari informasi dan merespon tantangan yang muncul dari pembelajaran.

E. Metode Field Trip dan Jigsaw

1. Metode Field trip

Metode field trip (karyawisata) merupakan perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Field trip (karyawisata) dalam arti pembelajaran mempunyai arti sendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas dalam rangka belajar, mengambil tempat yang tidak jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Sedangkan field trip (karyawisata) dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour (Ismail SM., 2008 : 23).

2. Jigsaw

(6)

berdasarkan sub bab yang telah ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Selanjutnya masing-masing anggota dari tiap-tiap kelompok yang mempelajari sub bab yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok baru (peserta didik dengan sub bab A bertemu dengan peserta didik dengan sub bab A dari kelompok lain, peserta didik dengan sub bab B bertemu dengan peserta didik dengan sub bab B dari kelompok lain dan seterusnya), yang disebut kelompok ahli. Kegiatan selanjutnya, semua peserta didik kembali dalam kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok tentang sub bab mereka masing-masing yang telah dibahas dalam diskusi kelompok ahli (Tatik Pudjiani,2009: 5).

Jadi di sini satu hal yang harus selalu diingat di dalam pembelajaran, guru harus selalu menyadari bahwa anak mempunyai perbedaan, baik perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah, dalam menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditoria, cenderung sedang dengan mendengar, sedangkan aank yang mempunyai gaya belajar kinestetik, cenderung belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.

Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelegensi tunggal yang sering disebut intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intelegensi majemuk yang sering disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistic, logical-mathematical, spatial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalist (Richard I. Arends, 2008:49).

Banyak ahli psikologi belajar, terutama para penganut psikologi kognitif menyatakan bahwa untuk mengajarkan konsep yang abstrak harus dimulai dari tahap konkrit ke semi konkrit, kemudian ke abstrak. (Bruner dalam Herry Sukarman, 2003:15).

(7)

dengan ciri utama telah dapat memahami ide-ide, atau konsep yang bersifat abstrak, tetapi masih dipengaruhi oleh obyek-obyek visual (Herry Sukarman, 2003:18). Sedangkan anak usia 12 tahun lebih, mereka sudah mampu melihat bahwa situasi riil yang benar-benar dialaminya hanyalah salah satu diantara beberapa kemungkinan situasi. Mereka juga sudah mampu membayangkan tentang dunia ideal yang tidak ada. Karakteristik lain tahap ini adalah egosentrisme remaja. Remaja cenderung tak henti-hentinya menganalisis keyakinannya dan sikapnya, dan seringkali mengasumsikan bahwa orang lain memiliki kepedulian yang sama dengan mereka dan oleh karenanya mereka juga melakukan analisis terhadapnya (Daniel Muijs & David Reynolds, 2008:25).

Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa peserta didik mempunyai kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas psikologi tentang perkembangan inteligensi anak dan mungkin lebih dipengaruhi oleh motif sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan usia muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai pengalaman belajar yang merangsang berbagai minat anak.

Melalui metode field trip dan jigsaw ini diharapkan pembelajaran bisa lebih mengena di hati dan fikiran peserta didik. Guru dapat mendampingi peserta didik di dalam mengembangkan potensi sepenuhnya dengan penuh minat dan kegembiraan.

3. Kontribusi Pembelajaran melalui metode field trip dan jigsaw

Dalam menerima pengalaman atau keterampilan baru, peserta didik menggunakan alat sensor berupa pendengaran, penglihatan, dan gerakan. Pembelajaran yang menggunakan metode field trip dan jigsaw diharapkan mampu memberikan pengalaman dan keterampilan baru.

Hasil belajar sangat ditentukan oleh intensitas penggunaan sensori peserta didik. Edgar menggambarkan persentase penerimaan peserta didik tersebut dalam Cone of Learning berikut ini :

(8)

Untuk dapat meningkatkan intensitas penggunaan sensori peserta didik sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang didesain oleh guru. Puji Santosa (2007:115) menyatakn bahwa ciri-ciri pembelajaran yang baik adalah :

1. Mengundang rasa ingin tahu murid 2. Menantang peserta didik untuk belajar

3. Mengaktifkan mental, fisik, dan psikis peserta didik 4. Memudahkan guru

5. Mengembangkan kreatifitas peserta didik

6. Mengembangkan pemahaman peserta didik terhadap materi

Ciri pembelajaran yang baik tersebut juga dapat diterapkan dalam mata pelajaran PAI khususnya materi shalat jum’at. Peserta didik lebih suka membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai aktivitas. Peserta didik akan termotivasi jika guru merancang strategi yang melibatkan peserta didik untuk melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensinya. Inilah potret pembelajaran yang menyenangkan.

Nurhadi (2004:47) menyatakan bahwa hasil pembelajaran juga dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing antara teman. Guru juga dapat merancang strategi pembelajaran melalui kelompok, baik kelompok besar maupun kecil. Merancang pembelajaran PAI yang melibatkan kelompok menjadikan peserta didik mampu berkomunikasi dengan sesama temannya untuk saling bertanya, mencari menemukan jawaban, membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai seperti nilai kebersamaan.

(9)

melibatkan aktivitas kinestetik peserta didik serta didesain agar peserta didik melakukan sharing bersama peserta didik yang lain.

METODE PENELITIAN

A. Seting penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012, dengan mengambil lokasi penelitian di SMP 3 Kesesi yang berlokasi di Jalan Ponolawen Kesesi Pekalongan. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII B SMP 3 Kesesi yang berjumlah 32 peserta didik.

B. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penggunaan metode field trip dan jigsaw untuk meningkatkan peran aktif dan hasil belajar peserta didik sebagai berikut :

1. Terjadi peningkatan rerata nilai penguasaan materi dari 63,52 menjadi 75,00.

2. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar mencapai lebih dari 90%.

3. Persentase peserta didik yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di atas 80%.

4. Hasil wawancara, lebih dari 50% menyatakan sangat tertarik terhadap

pembelajaran materi shalat jum’at dengan metode field trip dan jigsaw.

C. Gambaran umum penelitian (siklus tindakan)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari: Perencanaan/persiapan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observasi), dan Refleksi.

1. Perencanaan (Planning)

a. Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat membahas masalah-masalah yang dihadapi guru selama pembelajaran PAI di kelas. b. Memberikan angket untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik

pada materi shalat jum’at. 2. Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan ada 3 tahapan yaitu :

a. Tahap pertama (implementasi metode field trip)

1) Pembelajaran sesuai dengan urutan kompetensi yang dituliskan dalam RPP.

2) Pada hari jum’at setelah bel pulang sekolah, guru mengajak

peserta didik berkunjung (field trip) ke masjid dekat sekolah untuk melaksanakan shalat jum’at bersama warga, sedangkan peserta didik putri diberi tugas untuk menyaksikan, mengamati, dan mendengarkan jalannya shalat. Kemudian setelah

(10)

mengamati jalannya shalat jum’at bagi peserta didik putri, mereka diberi tugas untuk merangkum tata cara pelaksanaan shalat jum’at di rumah mereka masing-masing.

3) Guru mengarahkan peserta didik untuk betul-betul mengamati jalannya shalat jum’at supaya bisa amempraktikkannya dengan baik.

b. Tahap kedua (implementasi model pembelajaran jigsaw) 1) Guru membagi materi pelajaran kepada masing-masing anggota

kelompok dengan sub bab yang berbeda-beda yaitu, anak beridentitas A menerima materi sub bab A, anak beridentitas B menerima materi sub bab B dan seterusnya.

2) Guru mengarahkan peserta didik untuk mendiskusikan materi yang telah diterima dalam kelompok asalnya.

3) Guru mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli dengan cara : anak yang beridentitas A berkumpul dengan anak beridentitas A, anak beridentitas B berkumpul dengan anak beridentitas B dan seterusnya.

4) Guru mengarahkan anak untuk menunjuk ketua dan sekretaris kelompok. Tugas ketua kelompok adalah mengarahkan jalannya diskusi kelompok. Sedangkan sekretaris mencatat hasil diskusi atau menulis tugas-tugas yang diberikan guru.

5) Guru mengarahkan peserta didik kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan kepada teman-teman mengenai materi yang telah didalami dalam kelompok ahli secara bergantian.

c. Tahap ketiga :

Pada akhir siklus guru melakukan tes tertulis. Kemudian guru memberikan angket sebagai Learning logs (catatan reflektif tentang fenomena kelas setiap pembelajaran)

3. Pengamatan (Observing)

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti adalah guru sekaligus berperan sebagai observer bagi peserta didik sedangkan pemantauan tindakan guru sekaligus memantau peserta didik dilakukan oleh dua orang (Drs. Tjasmita dan Diyah Hendarti, S.Pd) secara bergantian maupun bersama-sama.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini guru bersama guru observer menganalisis perubahan yang terjadi pada peserta didik dan suasana kelas dan hal-hal yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik juga diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan memberi masukan tentang apa yang dialami untuk penyempurnaan tindakan berikutnya.

(11)

Apabila pada siklus I belum mencapai indikator sesuai yang diharapkan atau belum bisa mengatasi masalah maka perlu dilanjutkan dalam kegiatan penelitian pada siklus II, demikian pula bila terjadi pada siklus II tersebut belum mampu menunjukkan hasil maksimal, dilanjutkan penelitian pada siklus III dan seterusnya sampai diperoleh kemajuan yang signifikan dalam pemecahan masalah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Pada awalnya peneliti melakukan pembelajaran materi shalat jum’at dengan menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi penggunaan metode lain. Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan penilaian formatif serta melakukan pengamatan terhadap aktifitas peserta didik. Hasil penilaian dan observasi tersebut tergambar dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1

Hasil penilaian dan pengamatan pada kondisi awal

No Indikator

(12)

61,56. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas peserta didik kurang tertarik (53,13%).

Hasil belajar yang demikian membuat peneliti berusaha untuk mencari solusi agar pembelajaran lebih menarik dan mampu memancing perhatian peserta didik. Peneliti mempunyai ide untuk menyajikan materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field trip dan jigsaw sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

Penelitian tindakan siklus I ini dilaksanakan dari tanggal 5 s.d 15 Februari 2012.

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan :

a. Peneliti/guru menyusun RPP sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

b. Peneliti/guru memberitahukan kepada ta’mir masjid terdekat dengan

sekolah bahwa akan ada kunjungan dari peserta didik SMP 3 Kesesi untuk ikut melaksanakan shalat jum’at.

c. Peneliti/guru membagi materi shalat jum’at menjadi lima sub bab

yaitu pengertian shalat jum’at dan dasar hukumya, syarat syah

mendirikan shalat jum’at, sunah-sunah shalat jum’at, halangan shalat

jum’at, dan tata cara shalat jum’at

d. Menyiapkan alat observasi dan angket motivasi peserta didik belajar materi shalat jum’at

e. Menyiapkan butir soal pre test dan post test

f. Memberikan angket kepada peserta didik yang intinya menanyakan motivasi peserta didik belajar materi shalat jum’at

g. Memberikan penjelasan-penjelasan dan mengadakan kesepakatan tentang akan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan metode pembelajaran field trip dan jigsaw

2. Pelaksanaan Tindakan

(13)

Adapun hasil pembelajaran pada post test tergambar dalam tabel berikut ini :

Tabel 2

Hasil penilaian dan pengamatan pada siklus I

No Indikator Kemampuan Rerata

Persentase peserta didik yang

tuntas

Persentase keaktifan peserta

didik dalam pembelajaran

1 Kemampuan menjelaskan

ketentuan-ketentuan shalat jum’at 72,50 84,38 %

2 Kemampuan mempraktikkan shalat

jum’at 72,03 78,13 % 75,00 %

Rerata 68,10

KKM 62

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field trip dan jigsaw cukup aktif (75,00%). Kenaikan persentase partisipasi peserta didik tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan mereka terhadap metode tersebut. Namun bisa jadi ketertarikan itu sifatnya hanya temporer. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada awalnya mereka begitu antusias, namun semakin lama para peserta didik tersebut merasa agak jenuh. Walaupun demikian, meningkatnya perhatian peserta didik karena penggunaan metode ini telah menaikkan hasil belajar.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 84,38% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 68,75% (naik 15,63%). Dengan demikian masih terdapat 15,62% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 65,47 menjadi 72,50.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 78,13% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 56,25% (kenaikan 21,88%). Dengan demikian masih terdapat 21,87% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 61,56 menjadi 72,03.

(14)

Sedangkan hasil monitoring terhadap guru dan aktivitas kelas menggunakan lembar observasi tak terstruktur pada sebagai berikut : Guru memanfaatkan metode pembelajaran field trip dan jigsaw dengan baik, namun tindakan guru sedikit tegang, kurang improvisasi dan belum memberikan bimbingan kepada peserta didik dengan baik.

ecara umum peserta didik merasa senang mendapat situasi belajar yang baru yaitu belajar di luar kelas dan diskusi. Namun demikian ketika berkunjung ke masjid untuk melaksanakan shalat jumat, peserta didik belum bisa tertib dan supaya pemantauan lebih fokus terhadap peserta didik putra dalam pelaksanaan shalat jum’at maka peserta didik putri diperbolehkan pulang ke rumah untuk mengamati jalannya shalat jum’at di masjid dekat rumah mereka masing-masing. Akhirnya yang terjadi tidak semua peserta didik putri bisa melaksanakan tugasnya dengan baik karena tidak adanya pantauan dari guru. Dan ketika pembelajaran di kelas dengan model jigsaw, peserta didik masih nampak sering gaduh sehingga mengurangi perhatian, keaktifan dan kesungguhan peserta didik dalam belajar.

3. Refleksi Tindakan

Hasil tindakan siklus I menunjukkan bahwa belum semua peserta didik bermotivasi belajar tinggi dan peserta didik mendapatkan model pembelajaran baru yang masih asing sehingga dampaknya belum 90 % peserta didik yang tuntas belajar seperti yang diharapkan. Ini berarti tindakan belum optimal sehingga penelitian akan diteruskan pada siklus II.

Melalui observasi tentang performance guru dan suasana pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : a) Tindakan guru nampak sedikit tegang, kurang improvisasi dan belum melebur dengan peserta didik. b) Guru masih kurang dalam mendorong peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan. c) Guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik putri untuk terlibat aktif dalam kegiatan field trip. d) Guru pasif dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hanya menunggu pertanyaan dari peserta didik. e) Suasana kelas masih sering gaduh.

Dengan demikian dapat diajukan alternatif perbaikan tindakan pada siklus II sebagai berikut:

a. Peserta didik putri dilibatkan secara aktif dalam kegiatan field trip. b. Guru diusahakan lebih rilek, banyak berimprovisasi dan melebur

bersama peserta didik.

c. Guru meningkatkan upaya mendorong peserta didik untuk lebih aktif . d. Guru lebih memotivasi peserta didik untuk bekerjasama dengan

(15)

C. Deskripsi Hasil Siklus II

Penelitian tindakan siklus II ini dilaksanakan tanggal 16 s.d. 28 Februari 2012. Jumlah peserta didik yang ikut pembelajaran 32 anak. Kegiatan dalam penelitian Siklus II sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

a. Membuat daftar kelompok diskusi dengan anggota kelompok terdiri dari putra dan putri (campuran).

b. Berkunjung ke rumah warga dekat masjid untuk memberitahukan dan mohon ijin bahwa akan ada peserta didik putri SMP 3 Kesesi yang akan singgah untuk menyaksikan jalannya shalat jum’at.

2. Pelaksanaan Tindakan

Hasil monitoring terhadap guru, adalah sebagai berikut : a) Guru membuat persiapan mengajar dengan baik. b) Guru memberikan appersepsi. c) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik. d) Guru memberikan tugas kepada peserta didik. e) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode pembelajaran field trip dan jigsaw yang akan dilakukan oleh peserta didik. f) Guru membantu peserta didik belajar. g) Guru aktif dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. h) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membantu peserta didik lain dalam belajar. i) Guru berkeliling membantu peserta didik secara aktif. j) Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang terlibat aktif dalam pembelajaran.

Adapun hasil pembelajaran pada post test tergambar dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

Hasil penilaian dan pengamatan pada siklus II

No Indikator Kemampuan Rerata

Persentase peserta didik

yang tuntas

Persentase keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran

1

Kemampuan menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat

jum’at 82,66 100 %

2 Kemampuan shalat jum’at mempraktikkan 80,09 96,88 % 96,88 %

Rerata 81,88

(16)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field trip dan jigsaw sampai pada level sangat aktif (96,88%). Kenaikan persentase partisipasi peserta didik tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan dan keterlibatan aktif mereka mereka terhadap pembelajaran yang berlangsung.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 100% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 84,38% (naik 15,62%). Dengan demikian tidak ada sama sekali peserta didik yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 72,50 menjadi 82,66.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 96,88% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 78,13% (kenaikan 21,87%). Dengan demikian masih terdapat 3,12% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 72,03 menjadi 81,09. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas peserta didik sangat tertarik (53,10%).

3. Refleksi Tindakan

Dari data tersebut dan berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II peneliti merasa bahwa penggunaan metode field trip dan jigsaw ternyata membawa dampak yang sangat signifikan. Meskipun demikian masih terdapat sedikit kelemahan pada siklus II ini. Kelemahan yang dimaksud adalah pada saat diskusi masih ada sebagian kecil peserta didik yang usil dan sedikit ribut. Kelemahan tersebut dapat diselesaikan dengan memberikan perhatian, sapaan, maupun teguran kecil kepada mereka.

D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Berdasarkan uraian pembahasan pada siklus I dan II maka hasil dari tindakan yang dilakukan peneliti dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4

Hasil penilaian dan pengamatan pada tiap siklus

No Indikator Kemampuan

Rerata Hasil Penilaian

Peserta didik yang Tuntas (%)

Partisipasi Aktif Peserta didik (%)

KA I II KA I II KA I II

1 Kemampuan menjelaskan

ketentuan-ketentuan shalat jum’at 65,47 72,50 82,66 68,75 84,38 100

56,25 75,00 96,88

2 Kemampuan mempraktikkan shalat jum’at 61,56 72,03 81,09 56,25 78,13 96,88

(17)

KKM 65 65 65

Tabel 5

Hasil wawancara pada tiap siklus

No PILIHAN

PERSENTASE (%)

Kondisi

Awal

Siklus I

Siklus II

1

Sangat menarik

0,00

12,50

53,10

2

Cukup menarik

18,75

59,38

46,88

3

Kurang menarik

53,13

28,12

0,00

4

Tidak menarik

28,12

0,00

0,00

Berdasarkan tabel 4 dan 5 di atas terlihat bahwa partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at sebelum adanya tindakan sangat rendah. Rendahnya partisipasi tersebut menyebabkan hasil pembelajaran rendah. Pada indikator kemampuan 1 hanya terdapat 68,75% peserta didik yang tuntas dan 31,25% yang belum tuntas. Reratanya juga rendah, yakni 65,47. Pada indikator kemampuan 2 hanya terdapat 56,25% peserta didik yang tuntas dan masih terdapat 43,75% yang belum tuntas. Reratanya juga rendah, yakni 61,56. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas peserta didik kurang tertarik (53,13%).

Hasil belajar yang demikian membuat peneliti berusaha untuk mencari solusi agar pembelajaran lebih menarik dan mampu memancing perhatian peserta didik. Peneliti mempunyai ide untuk menyajikan materi shalat jum’at dengan metode field trip dan jigsaw sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar.

(18)

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 84,38% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 68,75% (naik 15,63%). Dengan demikian masih terdapat 15,62% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 63,52 menjadi 72,27.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 78,13% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 56,25% (kenaikan 21,88%). Dengan demikian masih terdapat 21,87% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 61,56 menjadi 72,03. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas peserta didik cukup tertarik (59,38%) dan sebagian yang lain menyatakan sangat tertarik (12,50%) serta yang lain lagi kurang tertarik (28,12%).

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field trip dan jigsaw sampai pada level sangat aktif (96,88%). Kenaikan persentase partisipasi peserta didik tersebut disebabkan oleh faktor ketertarikan dan keterlibatan aktif mereka mereka terhadap pembelajaran yang berlangsung.

Pada indikator kemampuan 1 terdapat 100% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 84,38% (naik 15,62%). Dengan demikian tidak ada sama sekali peserta didik yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 72,50 menjadi 82,66.

Pada indikator kemampuan 2 terdapat 96,88% peserta didik yang tuntas dari kondisi awal 78,13% (kenaikan 18,75%). Dengan demikian masih terdapat 3,12% yang belum tuntas. Reratanya juga mengalami kenaikan dari 72,03 menjadi 81,09. Sementara hasil wawancara menyatakan mayoritas peserta didik sangat tertarik (53,10%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi shalat jum’at dengan metode field trip dan jigsaw mampu mengoptimalkan peran aktif peserta didik dan hasil belajar belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada akhir siklus II rerata hasil penilaian mencapai 81,88. Pada akhir siklus II juga dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar mencapai angka optimal, yakni kd1 100% dan kd2 96,88%. Sedangkan pendapat peserta didik mengenai proses pembelajaran sampai akhir siklus II sebanyak 53,10 menyatakan sangat tertarik.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Muijs & David Reynolds, Effective Teaching, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

(19)

Herry Sukarman, Dasar Dasar Didaktik Dan Penerapannya dalam Pembelajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 2003.

Ismail, S.Ag., M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang, 2008

Jazuli, Prof., Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Menyusun Desain, Semarang, 2008

John Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1992.

Juwarni, Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Al Qur’an melalui metode Cooperative Script Pada Peserta didik Kelas V SDN 3 Putat Purwodadi Tahun Pelajaran 2008/2009.

Muhammad Ahsan, S.Ag., Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Asmaul Husna Melalui Visualisasi, Musikalisasi, dan Permainan Matching Card pada Peserta didik Kelas VII A SMP Negeri 36 Semarang, 2008.

Nurhadi, Dr., Pembelajaran Kontekstual, Universitas Negeri malang, Malang, 2004.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa SD, Universitas Terbuka, 2007.

Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 1987.

Sholehul Hadi, Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Menggunakan Metodologi Card Short Pada Peserta didik Kelas IV SDN 2 Kalongan Purwodadi Tahun Pelajaran 2008/2009.

Sudjana Nana, Cara Belajar Peserta didik Aktif dalam Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 2000.

Tatik Pudjiani, S.Ag., M.S.I, Model Pembelajaran Three In One Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Al Qur’an : Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati di Kelas VII C SMPN 1 Purworejo, Purworejo, 2009.

Tim Fasilitator PTK, Format Pengamatan Kinerja Guru dalam PTK, Unnes, Semarang, 2008.

Tim Fasilitator PTK, Lembar Observasi Peserta didik dalam PTK, Unnes, Semarang, 2008.

Tim Fasilitator PTK, Pengembangan Desain dan Instrumen dalam PTK, Unnes, Semarang, 2008.

Gambar

Tabel  1 Hasil penilaian dan pengamatan pada kondisi awal
Tabel  2
Tabel  3
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan

Berdasarkan ke-6 komponen pembelajaran kooperatif tipe PWIM tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan 9 komponen, yaitu (1) guru menyiapkan BS dan LKS yang akan dipelajari

Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi Shalat Jamak dan Qashar melalui model

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember | 83 Dari hasil analisis deskripsi, pada managemen konflik konstruktif mahasiswa psikologi yang masih

Perjanjian Pranikah Menurut UU No.1 Tahun 1974 yang telah dilakukan amandemen pada Putusan Nomor 69/PUU- XIII/2015 Tentang Perkawinan Bagi Warga Negara Indonesia

Seterusnya dalam menganalisis hubungan KDNK dengan pemboleubah bebas kebebasan ekonomi dari sudut kebebasan perniagaan iaitu dalam Model 2 bagi setiap negara yang

bagi dunia berarti bagi setiap orang atau semua orang. Bahwa orang percaya memeliki tempat yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan bagi se- mua manusia.