• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN

1. Hasil Analisis Data Penelitian

Berangkat dari penelitian ini, diperoleh hasil analisis data dari cerpen siswa berupa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan bahasa daerah. Hasil data yang berupa campur kode tersebut dianalisis per kalimat dan menggunakan tabel agar lebih mudah dipahami. Satu judul cerpen yang dibuat oleh satu orang siswa dibagi ke dalam beberapa tabel. Setiap tabel terdiri dari nomor urut, kutipan per kalimat, campur kode yang terjadi, dan asal data. Nomor urut tabel, nama penulis cerpen dan judul cerpen berada di atas tabel. Hasil analisis yang berupa campur kode tersebut sebegai berikut:

1) Analisis Data 1

Bertumpu pada tabel 1-3 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan

28

penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI  BJ

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI  BB

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI  BE

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Muhammad Ridwan Audhityas dengan judul

cerpen “Serba Serbi LDKS” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dan bahasa Betawi. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.

2) Analisis Data 2

Bertumpu pada tabel 5-15 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: (BI)  (BE)

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB)

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Slang (BS) Rumusan pola: (BI) (BS)

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Arab (BA) Rumusan pola: (BI) (BA)

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Intan Rahmadany dengan judul cerpen “Ini

Ceritaku, Apa Ceritamu” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan bahasa Arab.

3) Analisis Data 3

Bertumpu pada tabel 17-22 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI)  (BB)

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: (BI) (BJ)

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Anne Rifaidah dengan judul cerpen “Mancing di

Kolam Orang”menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi dan bahasaJawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan bahasa Arab.

4) Analisis Data 4

Bertumpu pada tabel 24-29(lihat lampiran 1), artinya penuliscerpen menggunakancampur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB)

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Desvia Nursita dengan judul cerpen

30

menggunakan campur kode intern.Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi.

5) Analisis Data 5

Bertumpu pada tabel 31-39 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: (BI)  (BJ)

 Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI)  (BB)

 Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: (BI)  (BE)

 Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Arab (BA) Rumusan pola: (BI)  (BA)

 Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Belanda (Bld) Rumusan pola: (BI)  (Bld)

 Bahasa Indonesia (BI)ke Batak (Btk) Rumusan pola: (BI)  (Btk)

 Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Slang (Slg) Rumusan pola: (BI)  (Slg)

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Annisa Rachmayanti dengan judul cerpen

“Persahabatan X-5”menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawabahasaBetawi, bahasa Indonesia ke bahasa Batak, bahasa slang. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, bahasa Arab, danbahasa Belanda.

6) Analisis Data 6

Bertumpu pada tabel 41-52 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI  BE

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI  BJ

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI  BB

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Siti Rafidah dengan judul cerpen “Me And My Best Friend” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawa dan bahasaBetawi. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaInggris.

7) Analisis Data 7

Bertumpu pada tabel 54-61 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI  BJ

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI  BB

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI  BE

32

 Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BS) Rumusan pola: BI  BS

Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode yang dilakukan oleh Amallia Apinah dengan judul cerpen “Pelajaran yang Menguras Ongkos” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawa, bahasa Betawi, dan bahasa Slang. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaInggris.

b. Gejala Bahasa

Berangkat darihasil analisis data melaluicampur kode, selanjutnya dilakukan analisis ke-2 yaitu analisis gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa. Gejala bahasa yang ditemukan pada penelitian ini diambil dari hasil analisis data yang berupa campur kode. Jadi, setiap gejala bahasa yang dianalisis berasal dari analisis pertama, yakni analisis campur kode. Bentuk-bentuk gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa tersebut dapat diketahui pada tabel berikut.Bentuk-bentuk gejala bahasa yang tertera di dalam tabel kemudian diuraikan satu persatu berdasarkan data yang ditemukan pada analisis campur kode. Berikut tabel dan penguraiannya.

Tabel. 62

Keunikan Diksi dalam Gejala Bahasa Gejala Bahasa DATA

1 3 7 9 10 11 15 Protesis Epentesis Paragos Aferesis Sinkope Apokop Kontraksi Monoftongisasi

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui gejala bahasa yang muncul dari campur kode pada setiap data yaitu gejala bahasa berupa protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi. Gejala-gejala tersebut diijelaskan sebagai berikut:

1) Analisis Protesis

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi  Pengen

Pengen berasal dari kata ingin, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf

awal pada kata tersebut, yakni huruf “p”.

 Gitu

Gitu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata

tersebut, yakni huruf “g”.

 Gini

Gini berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata tersebut, yakni huruf “g”.

2) Analisis Epentesis

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi  Sangking

Sangking berasal dari kata saking, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di tengah kata tersebut, yakni bunyi “ng”.

 Semenjak

Semenjak berasal dari kata sejak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di

34

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Slang  Gaswat

Gaswat berasal dari kata gawat, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan huruf di

tengah kata tersebut, yakni huruf “s”.

3) Analisis Paragos

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi

 Cuman

Cuman berasal dari kata cuma, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf

akhir pada kata tersebut, yakni huruf “n”.

 Apaan

Apaan berasal dari kata apa, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di

akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”.

 Pantesan

Pantesan memiliki asal kata pantas, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di

akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”.

4) Analisis Aferesis

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi  Abis

Abis berasal dari kata habis, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal

pada kata tersebut, yakni huruf “h”.

 Udah

Udah berasal dari kata sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal

 Gak

Gak berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal

yakni bunyi “eng”.

 Aja

Aja berasal dari kata saja, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf

“s”.

 Gitu

Gitu berasal dari kata begitu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal

yakni bunyi “be”.

 Gimana

Gimana berasal dari kata bagaimana, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal

yakni bunyi “ba”.

 Entar

Entar berasal dari kata sebentar.Dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal

yakni bunyi “seb”.

 Emangnya

Emangnya memiliki kata dasar emang, berasal dari kata memang.Dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang

ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “m”.

 Ni

Ni berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf

36

 Moga

Moga berasal dari kata semoga, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal

yakni huruf “s”.

 Tu

Tu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf

“i”.

 Ama

Ama berasal dari kata sama, kata tersebut merupakan kosakata bahasa Betawi. Ama mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh

hilangnya huruf awal yakni huruf “s”.

 Ngantuk

Kata yang seharusnya adalah mengantuk, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya

morfem awal yakni “me-”.

 Ngambek

Kata yang seharusnya adalah mengambek, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh

hilangnya morfem awal yakni “me-”.

 Nyuruh

Kata yang seharusnya adalah menyuruh, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya

morfem awal yakni “me-”.

 Maksa

Kata yang seharusnya adalah memaksa, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya

 Mancing

Kata yang seharusnya adalah memancing, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh

hilangnya morfem awal yakni “me-”.

 Gak

Gak berasal dari kata enggak yang mengalami perubahan yang

ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni morfem “eng”.

 Tapi

Tapi berasal dari kata tetapi, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal

yakni bunyi “te”.

5) Analisis Sinkope

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi  Tau

Tau berasal dari kata tahu, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf tengah pada kata

tersebut, yakni huruf “h”.

 Sapa

Sapa berasal dari kata siapa, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan pada hilangnya huruf tengah pada kata

tersebut, yakni huruf “i”.

 Dulu

Dulu berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu rahulu. Kata tersebut mengalami dua jenis perubahan fonem tetapi pada bagian ini peneliti merujuk pada kata sebelumnya, bukan kata asalnya. Perubahan fonem tersebut ditunjukkan oleh hilangnya dua huruf di tengah kata, yakni huruf

38

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Jawa

 Malang

Malang berasal dari bahasa Jawa yaitu ma-alang. Kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh pemendekan kata dengan

menghilangkan satu huruf di tengah kata, yakni huruf “a”.

6) Analisis Apokop

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi

 Engga

Engga berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir

pada kata tersebut, yakni huruf “k”.

 Ok

Ok berasal dari kata oke, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata

tersebut, yakni huruf “e”.

 Ko

Ko berasal dari kata kok, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata

tersebut, yakni huruf “k”.

7) Analisis Kontraksi

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi

 Makasih

Makasih berasal dari kata terima kasih, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata dengan menghilangkan beberapa huruf.

 Oya

Oya berasal dari kata oh iya, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata

dengan menghilangkan dua huruf, yakni huruf terakhir pada kata pertama

“h” dan huruf pertama pada kata kedua.

 Yaudah

Yaudah berasal dari kata ya sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata dengan menghilangkan satu huruf, yakni huruf pertama pada kata kedua.

8) Analisis Monoftongisasi

Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi

 Pake

Pake berasal dari kata pakai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di

akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.

 Rame

Rame berasal dari kata ramai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di

akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.

 Kalo

Kalo berasal dari kata kalau, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di

akhir kata, yakni “au” menjadi “o”.

 Sampe

Sampe berasal dari kata sampai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.

 Cape

Cape berasal dari kata capai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di

40

2. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian

Dokumen terkait