• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Data Penelitian

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Tabel 3. Tabel Analisis Subjek 1

I. Untuk mendapatkan informasi akan pengetahuan subjek tentang kesurupan, perasaan yang dirasakan, dan perilaku yang menyertai saat menonton pertunjukan Jathilan.

Kognitif Afektif Konatif

Yang dipikirkan ketika mendengar kata kesurupan adalah seram, mistis, dan aneh. (I. Kg (5-9))

 Kesurupan adalah

Ada perasaan kagum saat melihat penari yang kesurupan melakukan hal yang tidak wajar. (I. Af (38-40))

Subjek tetap menonton ketika terjadi kesurupan dalam Jathilan. (I. Kn (48-49))

keadaan tidak sadar.  Orang yang kesurupan berperilaku aneh seperti makan beling.

 Kesurupan itu unik, tidak semua orang bisa. (I. Kg (11-28))

 Awalnya penari sadar, lama-lama pusing kemudian menjadi tidak sadar

setelah ‘roh’ diundang.

 Saat tidak sadar penari bertingkah sesuka hati, contohnya makan ayam hidup. (I. Kg (24-33))

Kesurupan seram karena tidak wajar, contoh perilaku tidak wajar yang seram adalah yang makan beling dan ayam hidup. (I. Kg (117-120))

Setelah menonton dalam pikirannya biasa, tidak ketakutan atau

terbayang-bayang. (I. Kg (52-54))

II. Untuk mendapatkan informasi tentang pandangan, perasaan, dan perilaku subjek terhadap pertunjukan Jathilan yang tidak disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Jika Jathilan tanpa kesurupan tidak ada seninya dan tidak ramai. (II. Kg (58-61)) Jathilan tanpa kesurupan tidak ramai/meriah karena seninya ada di kesurupannya.

 Jika tidak ada rasanya kurang. (II. Kg (138-142))

Perasan waktu menonton Jathilan yang tidak ada kesurupannya senang karena narinya bagus.

(II. Af (75-80))

Yang dilakukan ketika menonton Jathilan yang tidak ada kesurupannya hanya melihat saja. (II. Kn (79))

III. Untuk mendapatkan informasi mengenai posisi kesurupan dalam pertunjukan Jathilan.

Kognitif Afektif Konatif

 Jathilan tidak harus ada kesurupannya, tapi jika tidak ada tidak seru.

 Jathilan yang tidak harus ada kesurupannya

contohnya Jathilan anak. (III. Kg (63-69))

Kesurupan itu penting karena yang menjadi pembeda dengan kesenian lain. (III. Kg (145-147))

IV. Untuk mendapatkan informasi tentang mengapa subyek tetap mau menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan dan perilaku subjek ketika memutuskan tetap menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Yang membuat tetap mau menonton Jathilan karena unik, tidak ada di Negara lain dan melestarikan kebudayaan sendiri.

(IV. Kg (100-112))

 Apa yang terjadi dalam Jathilan dirasakan menghibur.  Jika ada Jathilan dan tidak menonton rasanya kurang. (IV. Kg (126-128))

--- Masih mau menonton Jathilan sampai sekarang. (IV. Kn (149-150))

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa Ch mempunyai

pikiran kesurupan sebagai hal yang seram, mistis dan aneh. Pikiran

tersebut disertai dengan perasaan kagum Ch terhadap penari yang

sehingga Ch menjadi tergerak untuk tetap mau menonton pertunjukan

Jathilan sampai sekarang.

Ch meyakini bahwa kesurupan adalah hal yang seram karena orang

yang kesurupan biasanya berperilaku tidak wajar, seperti: makan beling,

atau makan ayam hidup. Meskipun kesurupan dianggap sebagai hal yang

seram dan mistis, namun Ch tidak terganggu dengan pikiran-pikiran

tersebut sehingga pikiran tersebut tidak melekat hingga Ch meninggalkan

tempat pertunjukan Jathilan tersebut.. Ch menjelaskan proses kesurupan

yang pada awalnya penari sadar, kemudian lama-kelaman penari

merasakan pusing dan menjadi tidak sadar setelah diundangkan ‘roh’.

Penari yang berada dalam keadaan tidak sadar ini kemudian bertingkah

sesuka hati mereka seperti makan ayam hidup.

Meskipun berpendapat kesurupan adalah hal yang seram, Ch

melihat kesurupan sebagai hal yang unik karena tidak semua orang bisa

melakukannya sehingga membuat Ch merasa kagum. Terkait dengan

posisi kesurupan dalam Jathilan Ch berpendapat bahwa kesurupan dalam

Jathilan itu penting karena menjadi pembeda dengan kesenian lain. Ch

berpendapat kesurupan tidak harus ada dalam setiap pertunjukan Jathilan.

Meskipun berpendapat kesurupan tidak harus ada, Ch mengaku jika

Jathilan tanpa disertai kesurupan pertunjukan Jathilan dirasakan tidak

ramai/meriah dan tidak ada seninya, namun Ch akan tetap senang dan

Alasan Ch tetap mau menonton Jathilan adalah Ch meyakini

bahwa kesurupan itu unik dan tidak ada di negara lain serta Ch merasa apa

yang ada dalam Jathilan dirasakan menghibur sehingga Ch merasakan ada

yang kurang jika Ch mengetahui ada Jathilan dan Ch tidak menonton.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun Ch mempunyai pikiran

kesurupan sebagai hal yang seram dan mistis, akan tetapi perasaan Ch

yang menyertai adalah perasaan positif yaitu perasaan kagum sehingga

perilaku yang akan dimunculkan Ch adalah tetap mau menonton Jathilan.

Tabel 4. Tabel Analisis Subjek 2

I. Untuk mendapatkan informasi akan pengetahuan subjek tentang kesurupan, perasaan yang dirasakan, dan perilaku yang menyertai saat menonton pertunjukan Jathilan.

Kognitif Afektif Konatif

Yang ada di pikiran saat mendengar kata kesurupan adalah takut karena penarinya suka melakukan hal yang aneh dan tidak biasa.

(I. Kg (3-7))

Arti kesurupan adalah makhluk yang tidak kelihatan masuk ke dalam tubuh seseorang yang biasanya terjadi pada malam hari di mana setan biasanya

Ada perasaan senang karena bisa mengalami dan melihat kebudayaan

Yogyakarta. (I. Af (25-27))

Ada perasaan bangga masih ada yang mau melestarikan kesenian daerah. (I. Af (47-49))

Yang dilakukan ketika melihat penari kesurupan adalah menjauh dari kandang karena takut kesurupan. (I. Kn (32-37))

keluar. (I. Kg (11-20))

Yang ada di pikiran sepulang menonton adalah bisa melihat kreativitas pemuda yang masih bisa me- lestarikan Jathilan. (I. Kg (41-45))

Ada pikiran takut saat mendengar soal kesurupan karena tidak biasa, takut jika ketularan kesurupan, dan takut waktu penarinya lari-lari. (I. Kg (116-121))

II. Untuk mendapatkan informasi tentang pandangan, perasaan, dan perilaku subjek terhadap pertunjukan Jathilan yang tidak disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Kesurupan bisa jadi bukan bagian dari Jathilan karena ke- banyakan penari-nya tidak bisa kesurupan.

(II. Kg (61-65))

Perasaan waktu menonton Jathilan tanpa kesurupan tidak apa-apa yang penting tariannya bagus seperti yang diajarkan leluhur.

(II. Af (67-73))

Yang dilakukan tetap menonton sampai selesai. (II. Kn (76-77))

III. Untuk mendapatkan informasi mengenai posisi kesurupan dalam pertunjukan Jathilan.

Jathilan tidak harus ada kesurupannya karena mungkin cuma me-lestarikan

tariannya jadi tidak harus kesurupan. (III. Kg (53-59))

 Jathilan yang bagus yang ada kesurupannya.

 Jathilan bagus kalau narinya bagus, tapi lebih bagus lagi jika ada kesurupannya.

(III. Kg (84-108)

--- ---

IV. Untuk mendapatkan informasi tentang mengapa subyek tetap mau menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan dan perilaku subjek ketika memutuskan tetap menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Yang membuat tetap mau menonton karena tariannya bagus dan penontonnya banyak.

(IV. Kg (79-81))

Mau menonton Jathilan karena kelihatannya meriah dan bagus. (IV. Kg (109-112))

--- Masih lumayan sering menonton, bahkan saat latihan pun kadang menonton. (IV. Kn (139-141))

 Masih mau menonton karena dari kecil sudah dibawa nonton dan tariannya bagus.

 Selain itu karena terlihat ramai dan meriah sehingga membuat ingin menonton. (IV. Kg (123-138))

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Ans mempunyai

pikiran kesurupan sebagai hal yang menakutkan. Perasaan yang menyertai

pikiran Ans adalah perasaan senang dan bangga. Sehingga dalam perilaku

Ans tergerak untuk tetap mau menonton Jathilan bahkan latihan Jathilan

sampai saat ini.

Ans mempunyai pikiran kesurupan sebagai hal yang menakutkan

karena penarinya suka melakukan hal yang aneh dan tidak biasa. Ans juga

mengungkapkan bahwa Ans takut jika dirinya ikut ketularan dan takut

ketika penarinya lari-lari. Ans meyakini bahwa arti kesurupan adalah

makhluk yang tidak kelihatan masuk ke dalam tubuh seseorang.

Meskipun Ans meyakini kesurupan sebagai hal yang menakutkan,

Ans memiliki perasaan senang ketika Ans bisa mengalami dan melihat

kebudayaan Yogyakarta. Selain itu, Ans juga merasa bangga masih ada

dalam Jathilan Ans berpendapat bahwa bisa jadi kesurupan bukan

merupakan bagian dari Jathilan karena kebanyakan penarinya tidak bisa

kesurupan. Meskipun demikian, Ans meyakini bahwa Jathilan akan lebih

bagus jika Jathilan ada kesurupannya. Ans tetap senang dan mau

menonton Jathilan tanpa kesurupan karena menurutnya tariannya bagus

seperti yang diajarkan leluhur.

Alasan Ans tetap mau menonton Jathilan selain sudah sejak kecil

dibawa menonton Jathilan, Ans juga menyukai tariannya yang bagus dan

pertunjukannya terlihat ramai dan meriah sehingga membuat Ans ingin

menonton. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun Ans meyakini

kesurupan adalah hal yang menakutkan, akan tetapi pikiran tersebut

disertai dengan perasaan positif yaitu perasaan senang dan bangga

sehingga perilaku yang akan dimunculkan adalah Ans tetap mau menonton

Jathilan bahkan menonton latihan Jathilan.

Tabel 5. Tabel Analisis Subjek 3

I. Untuk mendapatkan informasi akan pengetahuan subjek tentang kesurupan, perasaan yang dirasakan, dan perilaku yang menyertai saat menonton pertunjukan Jathilan.

Kognitif Afektif Konatif

Yang ada dipikiran saat mendengar kata kesurupan adalah antara percaya dan tidak percaya, seperti

 Perasaan yang ada saat menonton Jathilan awalnya takut, lama-lama terbiasa.  Perasaan takut

Yang dilakukan saat ada kesurupan dalam Jathilan tetap me-nonton dan hanya menghindar jika ada

tidak masuk akal jika setan bisa masuk ke tubuh manusia.. (I. Kg (3-7))

 Kesurupan adalah saat orang dirasuki roh, seperti tidur namun masih bisa bergerak.  Kesurupan dalam Jathilan merupakan kesurupan yang disengaja, dengan fokus mendengarkan musiknya lama-lama penari akan ndadi. (I. Kg (9-25))

Sepulang menonton kadang masih

terbayang suara musik Jathilan. (I. Kg (41-43))

muncul saat penari menjadi liar dan

nubruk-nubruk. (I. Af (25-30))

Perasaan sepulang menonton Jathilan adalah senang karena Jathilan dirasakan sebagai hiburan untuk melupakan beban dan stres sejenak. (I. Af (43-52))

Menyukai Jathilan karena ada rasa bangga memiliki kesenian Jathilan yang tidak ada di daerah lain. (I. Af (94-99))

penari yang nubruk-nubruk.(I. Kn (37-39))

II. Untuk mendapatkan informasi tentang pandangan, perasaan, dan perilaku subjek terhadap pertunjukan Jathilan yang tidak disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Jathilan tanpa kesurupan dianggap kurang nyeni,

wibawanya kurang. (II. Kg (56-57))

 Perasaan saat menonton Jathilan tanpa kesurupan adalah bosan karena Jathilan yang tidak

Tetap menonton saat menonton Jathilan tanpa kesurupan, tapi akan pulang jika bosan karena menarinya

seram dianggap tidak menarik.

 Jika hanya menari rasanya tidak menarik dan membosankan. (II. Af (74-82))

terlalu lama. (II. Kn (84-86))

III. Untuk mendapatkan informasi mengenai posisi kesurupan dalam pertunjukan Jathilan.

Kognitif Afektif Konatif

 Jathilan sebaiknya ada kesurupannya karena jika tidak ada Jathilan dianggap kurang berwibawa.  Seni dari Jathilan terletak pada

kesurupannya. (III. Kg (60-69))

--- ---

IV. Untuk mendapatkan informasi tentang mengapa subyek tetap mau menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan dan perilaku subjek ketika memutuskan tetap menonton pertunjukan Jathilan yang disertai kesurupan

Kognitif Afektif Konatif

Keinginan untuk tetap mau menonton datang dari diri sendiri karena memang menyukai Jathilan dan sejak kecil sudah menonton Jathilan. (IV. Kg

(84--- Masih mau menonton Jathilan sampai sekarang.(IV. Kn (101-103)

89))

Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa Dr mempunyai

pikiran kesurupan sebagai hal yang tidak masuk akal. Awalnya Dr

mempunyai perasaan takut saat melihat Jathilan namun lama-kelamaan

terbiasa. Perasaan yang ada saat ini saat menonton Jathilan adalah

perasaan senang dan bangga. Perasaan ini kemudian menimbulkan

perilaku Dr yang tetap mau menonton Jathilan hingga sekarang.

Dr meyakini kesurupan adalah hal yang menakutkan saat penarinya

menjadi liar dan mulai nubruk-nubruk. Dr mengaku kadang sepulang

meonton masih terbayang-bayang suara musik Jathilan. Kesurupan

menurut Dr adalah saat orang dirasuki roh, orang tersebut seperti tidur

namun masih bisa bergerak. Dr meyakini bahwa kesurupan dalam Jathilan

merupakan kesurupan yang disengaja. Penari harus fokus mendengarkan

musik gamelannya sehingga lama-kelamaan penari tersebut akan ndadi.

Pada awalnya Dr memiliki perasaan takut saat menonton Jathilan,

namun karena terbiasa menonton lama-lama perasaan takut tersebut hilang

dan Dr menjadi biasa saja. Perasaan yang ada sepulang Dr menonton

Jathilan adalah perasaan senang karena Jathilan dirasakan sebagai hiburan

untuk melupakan beban dan stres sejenak. Terkait dengan posisi kesurupan

dalam Jathilan Dr berpendapat bahwa Jathilan sebaiknya ada

kesurupannya karena seni dan wibawa dari Jathilan terletak di

karena Jathilan yang tidak seram dianggap tidak menarik dan

membosankan. Dr mengaku akan pulang jika penarinya menari terlalu

lama.

Alasan Dr tetap mau menonton Jathilan dengan kesurupan adalah

karena memang menyukai Jathilan sejak kecil. Selain itu Dr menyukai

Jathilan karena memiliki perasaan bangga memiliki kesenian Jathilan yang

tidak ada di daerah lain. Dapat disimpulkan bahwa Dr mempunyai pikiran

kesurupan sebagai hal yang tidak masuk akal, pikiran tersebut disertai

dengan perasaan positif yaitu perasaan senang dan bangga sehingga

perilaku yang akan muncul adalah Dr tetap mau menonton Jathilan.

Kesimpulan Umum

Dari ketiga subjek diatas terdapat beberapa kesamaan yaitu

ketiganya mempunyai pikiran yang sama terhadap kesurupan yaitu

kesurupan sebagai hal yang menakutkan. Subjek Ch dan Ans mempunyai

persepsi kesurupan sebagai hal yang menakutkan karena apa yang

dilakukan oleh penarinya dilihat sebagai hal yang tidak wajar dan aneh.

Hal ini sedikit berbeda dengan subjek Dr yang takut karena penarinya

sering nubruk-nubruk dan lari-lari. Selain itu, subjek Ans juga takut karena

takut ikut ketularan. Disamping itu, Ch dan Ans tidak merasa

terbayang-bayang sepulang menonton Jathilan, berbeda dengan Dr yang mengaku

kadang masih terbayang suara musik Jathilan sepulang menonton.

adanya roh yang masuk ke dalam tubuh seseorang kemudian

mengendalikan orang tersebut.

Perasaan yang dimiliki ketiga subjek merupakan perasaan yang

positif yaitu senang, kagum dan bangga. Meskipun Dr awalnya

mempunyai perasaan takut, namun Dr lama-kelamaan terbiasa dan malah

menjadi mempunyai perasaan senang dan bangga saat menonton Jathilan.

Ch dan Ans meyakini bahwa kesurupan tidak harus ada dalam suatu

pertunjukan Jathilan, jika ada bagus namun jika tidak ada tidak apa-apa

karena tidak semua orang bisa kesurupan. Sedangkan Dr meyakini bahwa

dalam suatu pertunjukan Jathilan harus ada kesurupannya karena

kesurupan merupakan seni dan wibawa dari Jathilan. Ch dan Ans akan

tetap menonton Jathilan walaupun tidak disertai kesurupan, perasaan

mereka pun tetap senang karena Ch dan Ans senang melihat tariannya

yang bagus. Sedangkan Dr merasa bosan dan kemungkinan akan pulang

dan tidak melanjutkan menonton pertunjukan Jathilan yang tidak disertai

kesurupan jika Dr merasa tariannya terlalu lama.

Dalam hal predisposisi perilaku, ketiga subjek menunjukkan

perilaku tetap mau menonton hingga sekarang, namun ada keunikan dari

subjek Ans. Ia bahkan menonton Jathilan tidak hanya saat pertunjukan, ia

bahkan pergi menonton ketika ada sesi latihan Jathilan. Jathilan. Ch dan

Ans tetap mau menonton Jathilan karena Jathilan dirasa menghibur dan

terlihat ramai/meriah. Selain itu, Ans dan Dr tetap mau menonton Jathilan

masing-masing. Ch dan Dr juga tetap mau menonton Jathilan karena Ch dan Dr

menganggap Jathilan itu unik karena tidak ada di Negara atau daerah lain.

Dokumen terkait