• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hasil Analisis

Setelah dilakukan uji hipotesis kemampuan berpikir kreatif secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ditolak, sedangkan diterima. menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Open Ended lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajaran matematikanya secara konvensional dengan taraf kekeliruan 5%. Dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata postes kelas kontrol. Setelah dilakukan analisis hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang menyebabkan perbedaan nilai rata-rata antara kelas kontol dan kelas eksperimen, penyebab-penyebab tersebut di antaranya:

a. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis

Setelah dilakukan pengolahan data hasil penelitian, secara umum penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan Open Ended dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis ini terlihat dari cara menjawab soal postes oleh siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol.

Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti terdiri dari empat indikator yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir rinci. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, berikut ini akan ditampilkan soal/masalah beserta jawaban postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Kemampuan Berpikir Orisinil

Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa mengemukakan ide-ide baru dalam menyelesaikan masalah termasuk dalam kemampuan berpikir orisinil.

Masalah 1 (Soal No.1) :

Disediakan kawat sepanjang 2 m, lalu tentukan ukuran panjang, lebar dan tinggi balok yang mungkin dibuat dari kawat tersebut jika perbandingan panjang, lebar dan tingginya adalah 1 : 3 : 6!

Pada masalah 1, siswa diminta menentukan ukuran panjang, lebar dan tinggi dari sebuah balok yang mungkin dibuat dari sebuah kawat yang panjangnya 2 m.

Dalam masalah ini, siswa dituntut untuk memikirkan sebuah cara untuk dapat menentukan apa yang diminta dalam soal.

Dalam soal ini akan terlihat keorisinilan jawaban siswa, karena jawaban untuk masalah 1 tentunya memiliki jawaban yang sangat terbuka (Open). Namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada jawaban kelas eksperimen dan kelas kontrol, seperti pada gambar berikut:

Pada jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen menjawab dengan lengkap, meskipun hanya mengemukakan satu kemungkinan penyelesaian saja. Pada kelas kontrol siswa juga hanya mengemukakan satu kemungkinan saja, namun jawaban kurang lengkap, salah satunya seperti pada gambar berikut:

Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menjawab kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Perbandingan skor yang diperoleh siswa di kedua kelas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 14

TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 1

SKOR PROPORSI PROPORSI

EKSPERIMEN (%) KONTROL (%) 0 17 35 1 46 45 2 21 10 3 8 3 4 8 6

2) Kemampuan Berpikir Rinci (Mengelaborasi)

Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa menerapkan sebuah konsep dari konsep yang umum digunakan dalam masalah khusus termasuk dalam kemampuan memperinci (elaborasi).

Masalah 2 (Soal No.2) :

Sebuah kotak berbentuk kubus terbuat dari bahan triplek. Jika panjang rusuknya 30 cm, maka berapakah ukuran panjang dan lebar triplek minimum yang dibutuhkan untuk membuat kotak tersebut? Jelaskan!

Pada masalah 2 siswa diminta menentukan ukuran triplek minimum untuk membuat sebuah kotak berbentuk kubus yang panjang rusuknya 30 cm. Dalam masalah ini, siswa dituntut untuk menerapkan sebuah konsep dari konsep yang umum untuk digunakan dalam masalah khusus. Dalam hal ini, konsep umum yang dimaksud adalah konsep jaring-jaring bangun ruang yang digunakan dalam sebuah masalah khusus yaitu menentukan ukuran minimum sebuah triplek untuk membuat kotak berbentuk kubus.

Bagi kedua kelas, baik eksperimen maupun kontrol soal ini cukup sulit. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya persentase siswa kelas eksperimen yang menjawab benar, dan tidak satupun menjawab benar di kelas kontrol. Umumnya kesalahan-kesalahan yang terjadi adalah siswa masih belum memahami maksud soal sebenarnya. Tetapi ada beberapa siswa kelas eksperimen yang dapat menjawab dengan benar, salah satunya ada yang menggunakan konsep jaring-jaring bangun

ruang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Jawaban siswa tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut ini:

Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan memperinci yang lebih baik dari kelas kontrol, karena ia mampu menggunakan sebuah konsep yang umum yakni jaring-jaring bangun ruang untuk menyelesaikan permasalahan yang khusus. Sedangkan pada kelas kontrol tidak ada siswa yang menjawab dengan benar. Hal tersebut salah satunya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Meskipun demikian, Perbandingan skor yang diperoleh siswa kelas ekperimen dan siswa kelas kontrol masih dikatakan tidak terdapat perbedaan yang

berarti, karena banyak juga dari kelas eksperimen yang tidak dapat menjawab soal ini, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15

TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 2

SKOR PROPORSI PROPORSI

EKSPERIMEN (%) KONTROL (%) 0 29 77 1 29 13 2 29 10 3 8 0 4 4 0

3) Kemampuan Berpikir Luwes

Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa berpikir luwes adalah menyatakan hubungan sebab akibat dalam sebuah permasalahan.

Masalah 3 (Soal No.3) :

Jika diketahui limas T.ABCD memiliki alas persegi dengan panjang sisi 10

cm dan tinggi limas 12 cm. Kemudian limas tersebut dipotong pada ketinggian

3 2

dari alas limas pada bidang EFGH, sehingga perbandingan sisi-sisi bidang ABCD dan EFGH adalah 1 : 5. Tentukanlah volume limas bagian atas!

Pada masalah 3 siswa diminta untuk menghitung volume limas T.EFGH yang merupakan hasil potong bagian atas dari sebuah limas T.ABCD yang dipotong pada ketinggian

3 2

dari alas limas.

Dalam menjawab soal ini, sebanyak 42% siswa kelas eksperimen dapat menjawab benar dan membuat sketsa gambarnya. Jawaban siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih rinci dan sketsa gambar yang dibuat lebih rapi dan lengkap seperti pada gambar berikut:

Sedangkan pada kelas kontrol, sebanyak 29% siswa dapat menjawab benar dan membuat sketsa gambarnya. Namun, jawaban yang diberikan tidak serinci siswa kelas eksperimen dan sketsa gambar yang dibuat kurang rapi dan kurang lengkap bahkan ada juga siswa yang tidak membuat sketsanya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Jika dilihat dari kedua jawaban di atas, terlihat bahwa jawaban kelas eksperimen lebih terperinci atau dapat dikatakan kemampuan mengelaborasi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Selanjutnya, baik dari kelas eksperimen maupun kontrol ternyata masih mengalami kesulitan

dalam mengerjakan soal ini. Hal ini dapat dilihat dari kelas eksperimen ada 29% yang tidak memberikan jawaban dan 35% dari kelas kontrol.

Perbandingan skor yang diperoleh siswa kelas ekperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 16

TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 3

SKOR PROPORSI PROPORSI

EKSPERIMEN (%) KONTROL (%) 0 29 35 1 0 6 2 17 26 3 13 3 4 42 29

Masalah 5 (Soal No.5):

Sebuah kolam renang mempunyai panjang 40 m dan lebar 15 m. Kolam tersebut mempunyai dua kedalaman. Kedalaman yang paling dangkal 1 m dan yang paling dalam 3 m. Tentukan berapa volume air yang dapat ditampung oleh kolam renang tersebut? jelaskan

Pada masalah 5 siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume sebuah kolam renang yang berbentuk prisma trapesium dengan ukuran yang sudah ditentukan. Siswa juga diminta untuk membuat sketsa kolam renang tersebut. Dalam hal ini siswa diminta untuk menyelesaikan soal dengan hubungan sebab akibat, karena kolam renang berbentuk prisma trapesium maka akibatnya untuk menghitung volume kolam tersebut digunakan rumus volume prisma dengan alas berbentuk trapesium.

Pada kelas eksperimen, siswa dapat membuat sketsa kolam renang tersebut dengan rapi. Dapat kita lihat dari sketsa kolam renang yang mereka buat dari petunjuk yang ada. Siswa juga mampu menjawab soal dengan benar. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:

Sedangkan pada kelas kontrol, siswa juga mampu menjawab dengan benar. Hanya saja siswa kelas kontrol kurang rapi dalam membuat sketsa kolam renang tersebut. hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Perbandingan Skor-skor yang diperoleh siswa dari kedua kelas, dapat diamati pada tabel berikut:

Tabel 19

TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 5

SKOR PROPORSI PROPORSI

EKSPERIMEN (%) KONTROL (%) 0 8 16 1 8 13 2 13 23 3 25 39 4 46 10

4) Kemampuan Berpikir lancar

Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa menyatakan banyak gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah termasuk dalam kemampuan berpikir berpikir lancar.

Masalah 4 (Soal No.4):

Sebuah kotak besar berbentuk balok PQRS.TUVW berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 20 cm. Beberapa kotak kecil berbentuk balok dengan ukuran 12 x 8 x 5 akan dimasukkan ke dalam kotak balok besar tersebut, maka:

a. Dapatkah kotak-kotak kecil berbentuk balok tersebut mengisi kotak balok besar hingga penuh? Jika bisa, berapa banyak kotak kecil yang dapat dimasukkan ke dalam kotak besar itu? Jelaskan!

Pada masalah 4 siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dua buah bangun ruang dengan volum berbeda, yang nantinya bangun ruang dengan volume yang lebih kecil akan dimasukkan ke dalam bangun ruang yang memiliki volume lebih besar. Kemudian siswa diminta untuk menentukan berapakah jumlah bangun ruang dengan volume kecil yang dapat dimasukkan ke dalam bangun ruang dengan volume besar agar terisi penuh, lalu menjelaskan jawaban mereka dengan alasan yang menunjukan hubungan sebab akibat. Disinilah siswa diuji untuk berpikir lancar untuk memikirkan cara serta alasan untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pada kelas eksperimen, siswa mampu menjawab dengan beberapa cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan mampu memberikan pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir lancar yang baik. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut ini:

Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya memberikan satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Siswa juga kurang lancar dalam menyampaikan pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol kurang memiliki kemampuan berpikir lancar. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:

Perbandingan cara siswa menjawab soal dapat dilihat pada gambar dengan perbandingan skor dalam tabel berikut:

Tabel 17

TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 4

SKOR PROPORSI PROPORSI EKSPERIMEN (%) KONTROL (%) 0 0 0 1 0 3 2 8 42 3 54 42 4 38 13

Secara keseluruhan beberapa indikator dalam kemampuan berpikir lancar dan luwes kedua kelas cukup baik, walaupun rata-rata perolehan skor kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata skor kelas kontrol. Meskipun demikian kemampuan berpikir orisinil dan rinci kedua kelas masih tergolong rendah. Secara visual, deskripsi hasil postes untuk masing-masing indikator berpikir kreatif matematis yang diukur ditunjukkan pada grafik 2 di bawah ini:

Kontrol Eksperimen 0 20 40 60 80 Kontrol Eksperimen Grafik 2

Diagram Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Dari tabel dan grafik di atas terlihat tingkat perkembangan kemampuan berpikir siswa yang paling baik adalah kemampuan berpikir luwes, selanjutnya kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir rinci dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir orisinil siswa. Observasi selama postes berlangsung, kebanyakan siswa kelas kontrol mengosongkan jawaban, karena merasa waktu ujian yang terlalu singkat. Sedangkan kelas eksperimen ada yang menyelesaikan sebelum waktu ujian habis yaitu sebelum 2x 40 menit. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen dapat menyelesaikan masalah lebih cepat daripada kelas kontrol.

Dari uji hipotesis KBKM tiap indikator diperoleh hasil pengujian kesamaan dua skor rata-rata kelas signifikan untuk skor rata-rata pada aspek kelancaran dan keluwesan. Hal ini menunjukkan bahwa pada skor rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol pada aspek kelancaran dan keluwesan, sedangkan pada aspek keorisinilan dan kerincian secara statistik dapat dikatakan tidak ada perbedaan. Dapat dikatakan pendekatan

open-ended efektif digunakan untuk meningkatkan kelancaran dan keluwesan berpikir siswa.

Dokumen terkait