• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Hasil analisis keadaan akhir

4.1.2.1 Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif siswa berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh tes. Ringkasan hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 4.2. Pada tabel 4.2 terlihat siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa pada siklus I. 29 dari 32 siswa ini sudah mencapai proporsi target penelitian, dimana target penelitian tiga per empat dari jumlah siswa di kelas XI IA 2 mencapai KKM. Untuk memperkuat hasil penelitian dilakukan siklus II, hasil belajar pada siklus II menunjukkan peningkatan, dimana siswa yang mencapai KKM meningkat dari 29 siswa menjadi 31 siswa. Rata–rata nilai pada siklus I sebesar 82 dengan sebaran rataan sebesar 10. Pada siklus II rata – rata nilai menjadi 87 dengan sebaran rataan 10. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 25 dan lampiran 27.

Tabel 4.1 Hasil belajar kognitif

No. Pencapaian Siklus I Siklus II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rata–rata nilai Simpangan Baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

54 100 82 10 29 3 58 100 87 10 31 1 4.1.2.2 Hasil belajar afektif siswa

Hasil belajar afektif siswa diperoleh dari lembar penelitian afektif siswa dan pengamatan afektif proses pembelajaran yang berlangsung selama penelitian tiap siklus. Aspek-aspek pengamatan dapat dilihat pada lampiran 17. Ringkasan hasil belajar nilai afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 menunjukkan siswa yang tuntas sudah masuk ke dalam target penelitian, dimana target penelitian siswa yang memperoleh kriteria baik (nilai lebih besar dari 75 ) mencapai proporsi tiga per empat dari jumlah siswa di kelas XI IA 2. Jumlah siswa di kelas XI IA2 sebanyak 32 siswa, proporsi tiga per empat sebesar 24 siswa. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 27 dan lampiran 31.

Tabel 4.2 Hasil belajar afektif

No. Pencapaian Siklus I Siklus II

Observer I Observer II Observer I Observer II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rataan nilai Simpangan baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

60 90 80 9 25 7 55 90 81 8 28 4 65 90 82 6 29 3 70 90 83 6 29 3

4.1.2.3 Hasil belajar psikomotorik siswa

Hasil psikomotorik siswa diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran percobaan berlangsung. Ringkasan hasil belajar psikomotorik siswa disajikan pada Tabel 4.3. aspek-aspek pengamatan dapat dilihat pada lampiran 15. Pada Tabel 4.3 siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa. Jumlah ini belum memenuhi target penelitian, sehingga dibutuhkan siklus II untuk mencapai target penelitian. Target penelitian ini adalah proporsi tiga per empat dari jumlah siswa di kelas XI IA 2 (32 siswa) mendapat kategori baik (nilai lebih besar dari 75). Pada siklus I rata–rata nilai siswa sebesar 74 dengan sebaran rerata sebesar 5. Pada siklus II terjadi peningkatan. Rata–rata nilai menjadi 81 dan sebaran rerata 5. Siswa yang mendapat kategori baik mencapai 27 siswa. Banyak siswa ini sudah menunjukkan pencapaian target penelitian. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 26 dan lampiran 30.

Tabel 4.3 Hasil belajar psikomotorik

No. Pencapaian Siklus I Siklus II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rata–rata nilai Simpangan Baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

61 82 74 5 22 10 66 86 81 5 27 5

4.1.3.4 Hasil pengamatan aktivitas siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II siswa kelas XI IA 2 SMA N 3 Magelang disajikan pada Tabel 4.4. Aspek-aspek pengamatan dapat dilihat pada lampiran 19. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 28 dan lampiran 32.

Tabel 4.4 Hasil pengamatan aktivitas siswa

No. Pencapaian Siklus I Siklus II

Observer I Observer II Observer I Observer II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rataan nilai Simpangan baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas 60 90 81 8 28 4 60 90 79 8 28 4 70 90 83 6 30 2 65 90 81 6 30 2

4.2 Pembahasan

4.2.1 Siklus I

Pada siklus I pencapaian kompetensi yang digunakan yaitu larutan penyangga dengan sub pencapaian kompetensi jenis larutan penyangga, pH larutan penyangga dan cara kerja larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari. Pada tahap ini guru peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pembelajaran, LDS, soal test siklus I dan lembar observasi.

Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 – 11 April 2013. Siklus I terbagi empat kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada pertemuan I siswa diajak untuk praktikum larutan penyangga dengan tujuan untuk mempelajari sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan asam, basa maupun pengenceran. Pada pertemuan II siswa mempelajari pencapaian kompetensi pengertian dan sifat larutan penyangga. Pada pertemuan III siswa diajak untuk menghitung pH dan pOH larutan penyangga. Pada pertemuan IV siswa mempelajari fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari.

Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus I ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan asam, basa maupun pengenceran melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum.

Pada kegiatan yang pertama yaitu kegiatan persiapan (menyiapkan alat dan menyiapkan larutan kerja) pengamatan secara umum terlihat ada 6 kelompok yang langsung melakukan kegiatan persiapan tanpa diingatkan guru, sedangkan 2 kelompok yang lain melaksanakan kegiatan persiapan setelah diingatkan guru.

Tahap kedua yaitu tahap kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga pengamatan yaitu keterampilan dan ketepatan mengambil larutan, keterampilan mengukur pH, dan kerjasama dalam kelompok. Dari pengamatan ada 3 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran dan tidak tumpah, 21 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran tetapi disaat mengambil ada yang tumpah dan ada 8 siswa yang hanya salah satu bahan yang diambil sesuai dengan takaran. Pengamatan selanjutnya adalah mengamati keterampilan siswa mengukur pH larutan. Dari pengamatan terlihat 1 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tepat 28 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mampu mencocokkan range pH dengan kurang tepat dan 3 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tidak tepat. Pengamatan terakhir dari kegiatan praktikum adalah kemampuan bekerjasama siswa dengan anggota kelompk dalam kegiatan praktikum. Dari

pengamatn terlihat 6 siswa mampu bekerja sama, dan melakukan praktikum dengan kelompoknya, 22 siswa mampu bekerja sama, tetapi kadang membantu kelompoknya melakukan praktikum, dan 4 siswa mampu bekerja sama, tetapi tidak membantu kelompoknya melakukan praktikum.

Tahap ketiga adalah penyusunan laporan sementara. Laporan sementara ini disusun per kelompok. Ada 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru tanpa diingatkan guru, sedangkan 4 kelompok yang lain 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru stelah diingatkan guru. Pada tahap ketiga ini juga diamati kemampuan siswa dalam menulis persamaan reaksi. Terlihat ada 16 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan mampu menentukan larutan penyangga, 22 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi, tetapi tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga dan 3 siswa tidak mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga.

Tahap keempat adalah kegiatan setelah praktikum. Ada tiga fokus pengamatan, yaitu: menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan, membersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan mengembalikan alat-alat yang sudah bersih ke tempat semula. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat 5 kelompok melakukan semua kegiatan tersebut tanpa diingatkan guru, sedangkan 3 kelompok yang lain melakukan kegiatan tersebut setelah diingatkan guru.

Dari uraian kegiatan praktikum di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam kegiatan persiapan praktikum cukup baik, mencakup proporsi 6 kelompok dari 8 kelompok. Kemampuan siswa dalam praktikum khususnya dalam mengambil larutan

kerja sudah sesuai takaran tapi masih ada larutan yang tumpah hal ini terjadi pada 28 siswa. Baru 4 kelompok yang memiliki kesadaran untuk membuat laporan sementara dan dikumpulkan kepada guru tanpa diingatkan guru. Setelah kegiatan praktikum hanya 5 kelompok dari 8 kelompok yang membersihkan dan mengembalikan alat-alat praktikum ke tempat semula.

Pertemuan kedua dilaksanakana pada hari kamis tanggal 4 April 2013. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 30 siswa (2 siswa tidak masuk karena izin). Siswa yang fokus pada penjelasan guru sebanyak 20 siswa, 4 siswa (tidak sebangku) bermain dengan laptop masing- masing, 2 siswa (sebangku) cerita sendiri, 1 siswa mengerjakan PR mata pelajaran lain, 2 siswa (sebangku) diskusi hal diluar pelajaran, 1 siswa mengantuk. Adanya siswa yang belum fokus pada penjelasan guru dikarenakan pada pertemuan pertama di kelas suara guru belum bisa didengar jelas oleh semua siswa. Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 16 siswa (13 siswa tidak membawa buku catatan 3 siswa tidak mau mencatat), Siswa yang mengemukakan pendapat kepada guru sebanyak 8 siswa (16 siswa merasa malu, 8 siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis terlihat saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas). Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 20 siswa (5 kelompok), Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok sebanyak 16 siswa (4 kelompok), Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 8 wakil siswa.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada senin 8 April 2013. Pada pertemuan ketiga ini, guru memperbaiki kekurangan dipertemuan sebelumnya. Guru mengacak tempat duduk siswa yang ngobrol sendiri dengan teman sebangkunya. Siswa yang sudah

dipindah masih mengajak ngobrol teman sebangku yang baru, guru memperbaiki dengan meminta siswa yang ramai tersebut untuk maju ke depan mengerjakan soal latihan. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa, 1 siswa tidak hadir karena sakit, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 26 siswa. 2 siswa (sebangku) cerita sendiri, 2 siswa (tidak sebangku) bermain dengan laptop masing – masing, dan 1 siswa kurang memperhatikan pelajaran karena sakit. Pada pertemuan kedua di kelas, suara guru bisa didengar siswa yang duduk di barisan belakang.

Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 28 siswa. Siswa mulai aktif mencatat karena materi yang diterangkan guru membantu siswa lebih memahami pelajaran, sehingga siswa mencatat apa yang diterangkan guru untuk kemudian dipelajari lagi di rumah. Beberapa siswa berani bertanya saat mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diajarkan, Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 24 siswa (6 kelompok), Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 12 wakil siswa.

Pertemuan keempat dilaksanakan pada rabu 8 April 2013. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa, 1 siswa tidak masuk karena sakit. Siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 30 siswa. Pada pertemua keempat ini siswa fokus pada pembelajaran, 1 siswa kurang fokus karena sakit, tapi siswa ini tidak gaduh dan tidak mengganggu siswa yang lain. Suara guru sudah bisa didengar semua siswa. Siswa yang mencatat materi yang

diterangkan guru sebanyak 30 siswa. Siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 16 siswa. Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa (7 kelompok). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 10 wakil siswa. Hasil pengamatan siklus I dari pertemuan satu sampai pertemuan empat menunjukkan proses pembelajaran yang semakin baik. Siswa sudah memahami model pembelajran yang digunakan. Pada akhir siklus I, dilakukan tes untuk menguji pemahaman siswa. Tes yang digunakan berupa tes uaraian, terdiri atas 5 soal.

1. Soal nomor 1

Soal nomor satu ini berkaitan dengan praktikum yang telah siswa lakukan. Soal bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang praktikum yang telah dilakukan, sehingga siswa yang melakukan praktikum dengan baik akan dapat menjawab soal ini dengan baik. Pada soal nomor satu ini siswa diajak untuk menganalisis mana larutan yang termasuk larutan penyangga. Rata – rata siswa dapat menjawab dengan baik soal nomor satu, terlihat dari banyak siswa yang mendapat skor maksimal.

Gambar 4.1 Jawaban siswa (kode siswa S-1) untuk soal nomor satu larutan penyangga

2. Soal nomor 2

Soal nomor dua berisi tentang perhitungan pH larutan penyangga. Siswa diberi suatu asam lemah dan suatu garam, kemudian siswa diminta untuk menentukan berapa pH dari campuran tersebut. Soal nomor dua ini termasuk soal C2 dengan kategori mudah. Soal ini dipilih karena soal ini termasuk soal perhitungan tapi mudah, sehingga tidak menurunkan mental siswa untuk mengerjakan soal berikutnya.

3.Soal nomor 3

Soal nomor tiga berisi tentang perhitungan komposisi komponen larutan penyangga. Soal ini masuk jenjang C2 dengan kategori sulit. Soal ini dipilih karena soal ini berada dikategori sulit dimana soal sebelumnya (soal nomor dua) berada pada kategori mudah sehingga ada jenjang kesulitan soal yang dikerjakan siswa.

4.Soal nomor 4

Soal nomor empat tentang penentuan massa salah satu komponen larutan penyangga. Soal ini termasuk jenjang C3 pada kategori sedang. Soal ini dipilih karena soal ini soal perhitungan yang memiliki langkah pengerjaan cukup detail.

Gambar 4.2 Jawaban siswa (kode siswa S-1) soal nomor empat larutan penyangga 5. Soal nomor

Soal nomor lima berisi tentang fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Soal ini termasuk jenjang C4 dengan kategori sulit. Soal ini dipilih karena soal ini berupa soal analisis, siswa diajak untuk berfikir tentang manfaat larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam tubuh makhluk hidup.

Gambar 4.3 Jawaban siswa (kode S-1), soal nomor lima larutan penyangga

Pada tes siklus I ini hanya dipilih 5 soal karena berkaitan dengan alokasi waktu yang tersedia. Kelima soal uraian ini ditujukan untuk mewakili tiga indikator yaitu: menganalis larutan penyangga dan bukan penyangga, menghitung pH atau pOH larutan penyangga, dan menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Lima soal uraian ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, karena kesulitan yang berbeda tersebut skor maksimal untuk masing-masing soal juga berbeda. Penskoran masing –

masing soal dapat dilihat pada lampiran.

Jumlah lima soal secara kuantitas belum menyakinkan apakah indikator pencapaian kompetensi bisa terpenuhi atau tidak, tapi selama penelitian siswa juga diberikan lembar diskusi siswa (LDS), siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok diberikan lembar diskusi yang berbeda. Lembar diskusi ini diberikan pada pertemuan keempat. Di sinilah letak problem solving dalam penelitian ini. Pada diskusi ini setiap kelompok terdiri atas empat siswa, setiap kelompok menunjuk ketua kelompok tersebut. Ketua kelompok maju ke depan untuk mengambil undian nomor soal.

Ketua kelompok juga mengatur diskusi di masing-masing kelompoknya. Setelah berdiskusi, ketua kelompok yang memutuskan siapa dari anggota kelompoknya yang akan maju untuk presentasi hasil diskusi kelompok mereka. LDS pada siklus I ini dapat dilihat pada lampiran.

Siklus I ini menghasilkan data hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan aktivitas belajar. Hasil ini diambil dari tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata–rata 82 Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Banyaknya siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Pencapaian ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas yang ditargetkan.

Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Pada penelitian ini,observasi dilakukan oleh dua observer, satu observer duduk di kelas bagian depan sedangkan observer yang satu lagi duduk di kelas bagian belakang. Perbedaan tempat duduk ini salah satu penyebab adanya perbedaan hasil observasi untuk siswa yang sama.

Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 25 siswa. Pada lembar observasi aktivitas siswa juga juga diamati oleh dua observer. Satu observer duduk di kelas bagian depan dan satu observer lagi duduk di kelas bagian belakang. Hal inilah penyebab adanya hasil yang berbeda untuk siswa yang sama. Observer yang duduk di kelas bagian depan dapat secara jelas mengamati siswa yang duduk di dua barisan depan sedangkan siswa yang duduk di dua barisan belakang kurang jelas teramati. Segitu halnya dengan observer yang duduk di kelas bagian belakang.

Rincian hasil belajar afektif ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan rincian aktifitas siswa ditunjukkan pada Gambar 4.5

Gambar 4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa

Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari aspek kognitif siswa yang mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 75 sebesar proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Aktivitas belajar, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang mendapat kategori baik sekurang-kurangnya proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2.

Aspek kognitif , aspek afektif dan aktivitas sudah menunjukkan indikator keberhasilan sedangkan untuk aspek psikomortik belum menunjukkan keberhasilan indikator. Proporsi tiga per empat siswa di kelas XI IA2 yang berjumlah 32 adalah 24 siswa. Jika hanya 20 siswa yang tuntas maka untuk aspek psikomortik ini, belum

0 5 10 15 20 25 A B C K 13 22 4 3 B an y ak Si swa

Kategori Penilaian Afektif

0 5 10 15 20 A B C K 8 16 6 2 B an y ak Si swa Kategori Penilaian

dikatakan berhasil. Sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II untuk bisa mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus I ini aspek kognitif, afektif dan aktivitas belajar siswa sudah mencapai target penelitian, tapi masih ada beberapa kekurangan, seperti siswa yang kurang fokus pada pembelajaran, siswa malu untuk maju ke depan, siswa yang mengganggu siswa lain. Kekurangan ini diperbaiki pada siklus II.

Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata–rata 82. Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Jumlah siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Cara yang telah ditempuh dalam pembelajaran problem solving ini dengan memberi soal – soal kepada siswa, lalu diminta pemecahannya (Andrian ,2004). Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 25 siswa. Pencapaian ini menunjukkan problem solving memacu siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Kholifatul khoiriyyah 2011).

. Beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus I dan diharapkan dapat dilaksanakan pada siklus II antara lain:

1. Mempertahankan kondisi pembelajaran yang tercipta dan lebih ditingkatkan lagi.

2. Pengelolaan waktu selama proses pembelajaran. Guru harus bisa mengelola waktu dengan baik sehingga waktu pembelajaran tidak melebihi waktu yang telah ditentukan. 3. Mengacak tempat duduk siswa, sehingga meminimalisir siswa untuk gaduh dengan

teman sebangku.

4. Memberikan bimbingan kepada siswa secara merata. Bimbingan yang diberikan bukan hanya kepada siswa yang berani bertanya tetapi juga kepada siswa yang belum berani mengemukakan pendapat mereka.

5. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa agar berani bertanya/mengungkapkan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi perlu ditingkatkan.

6. Mengkondisikan siswa dalam kelompok. Guru lebih memberikan pemahaman kepada siswa untuk bekerja secara kelompok. Siswa yang lebih pintar memberi tahu dan membeimbing teman sekelompoknya yang belum paham sehingga terbentuk kerjasama dalam mengerjakan LDS.

7. Guru lebih memberikan penekanan dan penguatan pada pembelajaran praktikum, supaya siswa lebih paham tentang cara melakukan kerja di labolatorium.

4.2.2 Siklus II

Perencanaaan siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I. Kelemahan dari siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II materi yang digunakan yaitu hidrolisis garam dengan sub materi sifat larutan garam dan konsep hidrolisis, menghitung pH larutan garam. Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 – 29 April 2013. Siklus II terbagi tiga kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan.

Pada pertemuan pertama siswa diajak untuk praktikum hidrolisis garam dengan tujuan untuk menyelidiki sifat asam, basa atau netral berbagai jenis larutan garam. Pada pertemuan II siswa diberi materi tentang pengertian dan sifat larutan penyangga. Pada pertemuan III siswa diajak untuk menghitung pH dan pOH larutan penyangga. Pada pertemuan IV siswa mempelajari fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari –

Dari pelaksanaan siklus II diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan I siklus II ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan garam melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Sebelum siswa memulai kegiatan praktikum, guru memberikan pre test kepada siswa untuk memancing pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipraktikumkan. Pre test ini berlangsung 20 menit. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum.

Pada kegiatan yang pertama yaitu kegiatan persiapan (menyiapkan alat dan menyiapkan larutan kerja) pengamatan secara umum terlihat semua kelompok langsung melakukan kegiatan persiapan tanpa diingatkan guru. Tahap kedua yaitu tahap kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga pengamatan yaitu keterampilan dan ketepatan mengambil larutan, keterampilan mengukur pH, dan kerjasama dalam kelompok. Dari pengamatan ada 5 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran dan tidak tumpah, 22 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran tetapi disaat mengambil ada yang tumpah dan ada 5

Dokumen terkait