• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA XI IA2 SMA N 3 MAGELANG 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA XI IA2 SMA N 3 MAGELANG 2012 2013"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA XI IA2 SMA N 3

MAGELANG 2012/2013

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Siti Hijayatun

4301409015

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku dan

lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha

25 – 28)

 “If you can explain it simply, you don’t understand it well enough” (Albert Einstein)

 Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its

whole life believing that it is stupid” (Albert Einstein)

Persembahan

1. Ibuku 2. Bapakku 3. Adik-adikku

(6)

PRAKATA

Segala puji hanya milik Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat-Nya penyususn diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian maupun pelaporan hasil penelitian.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala SMA N 3 Magelang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Dr. A.T. Widodo selaku dosen pembimbing I dan Harjito, S.Pd, M.Sc, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

6. Prof. Drs. Achmad Binadja, Apt., MS, Ph.D. yang telah menguji skripsi, dan memberi masukan, arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Sri Haryati, S.Pd dan Dyah Nugraheni, S.Pd selaku guru kolaborator penelitian,

Akhirnya penulis berharap semoga hasil ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang,

(7)

ABSTRAK

Hijayatun, Siti. 2013. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa XI IA2 SMA N 3 Magelang 2012/2013. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. A. Tri Widodo dan Pembimbing Pendamping Harjito, S.Pd, M.Sc.

Kata kunci: problem solving, hasil belajar, penelitian tindakan kelas.

Permasalahan di kelas XI IA2 SMA N 3 Magelang salah satunya adalah pembelajaran kimia masih didominasi karakter teacher centered learning. Aktivitas siswa lebih banyak memperhatikan guru, mencatat dan jarang bertanya. Berdasarkan permasalahan ini, dibutuhkan suatu penelitian yang bisa memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode problem solving, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan penelitian dilihat dari adanya peningkatan aspek kognitif mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 75 sebesar proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Peningkatan aktivitas belajar, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang mendapat kategori baik sekurang-kurangnya proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Subjek penelitian ini adalah siswa XI IA2 sebanyak 32 siswa. Uji coba instrumen meliputi uji coba instrumen tes dan lembar observasi. Banyaknya siswa yang tuntas hasil belajar kognitif pada siklus I siswa sebanyak 29 siswa dengan rerata nilai 82 meningkat menjadi 31 siswa dengan rerata nilai 87 pada siklus II. Hasil belajar afektif 25 siswa tuntas dengan rerata nilai 80 pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa tuntas dengan rerata nilai 83 pada siklus II. Hasil belajar psikomotorik juga mengalami peningkatan, pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 22 dengan rerata nilai 74 pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas menjadi 27 siswa dengan rerata nilai 81. Aktivitas siswa pada siklus I mencapai rerata nilai 79 siswa tuntas sebanyak 28 siswa pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa dengan rerata nilai 83.

(8)

ABSTRACT

Hijayatun, Siti. 2013. Application problem solving method to increase activity and learning outcomes chemical, student XI IA 2 SMA N 3 Magelang 2012/2013. Final project, Chemistry Department Faculty of Mathematics and Science Semarang State University. The first Advisor is Dr. A. Tri Widodo, and the second Advisor is Harjito, S. Pd., M. Sc.

Keywords: Classroom Action Research, learning outcome, problem solving.

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

1. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pemecahan Masalah ... 7

1.4 Batasan Masalah ... 7

1.5 Rumusan Masalah ... 8

1.6 Tujuan Penelitian ... 8

1.7 Manfaat Penelitian ... 9

(10)

2.2 Problem Solving ... 12

2.3 Aktivitas Belajar ... 15

2.4 Kaitan antara problem solving dengan aktivitas dan hasil belajar ... 16

2.5 Analisis Materi ... 17

2.6 Kerangka Berfikir ... 20

2.7 Hipotesis Tindakan ... 23

3. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 24

3.2 Desain Observasi ... 24

3.3 Fokus Penelitian ... 25

3.4 Prosedur Penelitian ... 26

3.5 Sumber dan Jenis Data ... 29

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7 Instrumen ... 31

3.8 Metode Analisis Data ... 38

3.9 Analisis Data Penelitian ... 38

3.10 Indikator Keberhasilan ... 40

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Hasil Analisis Kegiatan Awal ... 42

4.1.2 Hasil Analisis Kegiatan Akhir ... 43

(11)

4.2.2 Siklus II ... 60 4.3 Kelemahan-kelemahan dalam Penelitian ... 73 5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ulangan Semester Ganjil Program IA 2012/2013 ... 4

3.1 Realibilitas lembar pengamatan ... 32

3.2 Kriteria taraf kesukaran ... 32

3.3 Tingkat kesukaran masing-masing nomor ... 33

3.4 Daya pembeda masing-masing nomor ... 35

3.5 Validitas masing-masing nomor ... 36

3.6 Reliabilitas masing-masing materi ... 37

3.7 Kriteria soal ... 37

3.8 Klasifikasi aktivitas belajar siswa ... 38

3.9 Klasifikasi aspek afektif dan psikomotorik ... 40

4.1 Hasil belajar kognitif ... 44

4.2 Hasil belajar afektif ... 45

4.3 Hasil belajar psikomotorik ... 46

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka berpikir ... 23

3.1 Desain penelitian tindakan kelas ... 25

4.1 Jawaban siswa soal nomor satu larutan penyangga ... 53

4.2 Jawaban siswa soal nomor empat larutan penyangga ... 54

4.3 Jawaban siswa soal nomor lima larutan penyangga ... 54

4.4 Hasil belajar afektif siswa ... 57

4.5 Aktivitas siswa ... 57

4.6 Jawaban siswa soal nomor tiga hidrolisis garam ... 65

4.7 Jawaban siswa soal nomor empat hidrolisis garam ... 66

4.8 Jawaban siswa soal nomor lima hidrolisis garam ... 67

4.9 Hasil belajar afektif siswa siklu II ... 68

4.10 Aktivitas siswa siklus II ... 68

4.11 Grafik kenaikan aspek kognitif siswa ... 70

4.12 Grafik kenaikan aspek afektif siswa ... 70

4.13 Grafik kenaikan aspek psoikomotorik siswa ... 71

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar siswa uji coba ... 79

2. Daftar subjek penelitian ... 80

3. Kisi-kisi larutan penyangga ... 81

4. Soal uji coba larutan penyangga ... 82

5. Kunci jawaban soal uji coba larutan penyangga ... 84

6. Perhitungan tingkat kesukaran dan daya beda soal uji coba penyangga ... 90

7. Perhitungan validitas soal uji coba penyangga ... 92

8. Perhitungan reliabilitas soal uji coba penyangga ... 93

9. Kisi-kisi hidrolisis garam ... 94

10.Soal uji coba hidrolisis garam ... 95

11.Kunci jawaban soal uji coba hidrolisis ... 97

12.Perhitungan tingkat kesukaran dan daya beda hidrolisis ... 103

13.Perhitungan validitas hidrolisis ... 106

14.Perhitungan reliabititas hidrolisis ... 110

15.Rubrik penilaian psikomotorik ... 111

16.Perhitungan uji coba rubrik penilaian psikomotorik ... 112

17.Rubrik penilaian afektif ... 113

18.Perhitungan uji coba rubrik penilaian afektif ... 114

19.Rubrik penilaian aktivitas ... 116

20.Perhitungan uji coba rubrik penilaian aktivitas ... 117

(15)

22.Contoh lembar tes siswa ... 121

23.Soal tes siklus II ... 123

24.Contoh lembar tes siswa ... 136

25.Daftar nilai kognitif siklus I ... 143

26.Daftar nilai psikomotik siklus I... 144

27.Daftar nilai afektif siklus I ... 145

28.Daftar nilai aktivitas siklus I ... 146

29. Daftar nilai kognitif siklus II ... 147

30.Daftar nilai psikomotorik siklus II ... 148

31.Daftar nilai afektif siklus II ... 149

32.Daftar nilai aktivitas siklus II ... 151

33.Tanggapan siswa siklus I ... 152

34.Tanggapan siswa siklus II ... 155

35.Silabus ... 158

36.Contoh RPP ... 159

37.Dokumentasi penelitian ... 171

38.Surat ijin penelitian ... 173

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu Ilmu Alam yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas. Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul dan perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Aspek ilmu kimia sebagian bersifat visible dan sebagian lainnya bersifat invisible. Visible artinya dapat dilihat kasat mata

karena objek yang dilihat memiliki ukuran yang cukup besar dan molekul penyusunnya memiliki jarak yang rapat, sedangkan invisible sebaliknya. Aspek-aspek tersebut menyebabkan dibutuhkan pemahaman konsep yang tinggi dalam mempelajari kimia.

(17)

Menurut teori perkembangan kognitif Jean Peaget siswa sekolah menengah atas, berada pada kategori perkembangan formal operasional (Syah, 2007). Perkembangan cara berpikir siswa mulai meningkat ke taraf lebih tinggi, absrak dan rumit. Sehingga sangat tidak sesuai jika siswa SMA hanya diberi kemampuan untuk mengingat. Penerapan metode ceramah pada pelajaran kimia SMA, khususnya pada materi yang sifatnya pemahaman konsep dirasa kurang sesuai, karena dalam mempelajari kimia siswa harus bisa berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Oleh karena itu diperlukan suatu pembelajaran yang bisa lebih memberdayakan siswa.

Problem solving adalah alternatif metode pembelajaran inovatif yang

dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Esensi dari model pembelajaran tersebut adalah adanya reorientasi pembelajaran dari berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Problem solving memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas - aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, hanya saja metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada metode ceramah.

(18)

projektor (kecuali ruang laboratorium bahasa) sebagai penunjang proses belajar mengajar.

SMA N 3 Magelang termasuk sekolah favorit di Magelang terlihat dari banyaknya pendaftar setiap tahun yang melebihi kuota, input siswa SMA N 3 Magelang dilakukan melalui seleksi berkas nilai UAN SMP dan melalui test ujian masuk/seleksi secara umum, setelah itu dipilih nilai tertinggi berdasarkan kuota yang ada di tingkat pertama SMA tersebut. Jumlah siswa tahun 2012/2013 sebanyak 555 siswa, dengan sebaran 197 siswa kelas X, 81 siswa XI IS , 96 siswa XI IA, 86 siswa XII IS dan 95 siswa XII IA. Jumlah guru di SMA 3 Magelang sebanyak 64 Guru. Guru kimia ada 3 dengan dasar pendidikan kimia.

(19)

Dari Tabel 1 terlihat kelas XI IA 2 hanya 13 siswa yang tuntas, dengan KKM mata pelajaran kimia sebesar 75. Dibutuhkan suatu penelitian yang bisa memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar kimia kelas XI IA2. Suatu penelitian yang bisa sejalan dengan pelaksaan kurikulum dan tidak mengganggu pelaksanaan jam pelajaran di kelas XI IA2. Penelitian yang bisa diambil dalam kasus ini adalah penelitian tindakan kelas.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Semester Ganjil program IA 2012/2013 Kelas Tuntas Belum tuntas Jumlah siswa

Jumlah Jumlah

XI IA 1 17 15 32

XI IA 2 13 19 32

XI IA 3 22 10 32

Sumber: data primer

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan menggunakan metode problem solving. Metode ini merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan untuk

mengubah paradigma teacher centered menjadi student centered. Siswa bisa berkembang dengan penemuan dan proses berpikir sehingga meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi awal peneliti, diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kondisi Siswa

1) Aktivitas belajar siswa (bertanya, menjawab, mencatat, presentasi) dan semangat belajar dalam pembelajaran masih rendah.

2) Hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) siswa masih rendah.

(20)

Guru pengampu mata pelajaran kimia di kelas XI IA 2 berjumlah 2 orang, mereka adalah Sri Haryati, S. Pd. dan Dyah Nugraheni, S. Pd. kedua guru ini sudah mendapat sertifikasi guru. Sri Haryati, S. Pd. sudah mengajar mata pelajaran kimia selama 32 tahun sedangkan Dyah Nugraheni, S. Pd. sudah mengajar mata pelajaran kimia selama 10 tahun. Proses belajar mengajar di kelas didominasi metode ceramah dengan bantuan buku paket dan LKS.

3. Kondisi Pembelajaran

1) Kegiatan PBM di SMA N 3 Magelang untuk hari senin sampai hari kamis dimulai pukul 07.15 – 13.45 WIB, untuk hari jumat dimulai pukul 07.15 – 11.00 WIB, dan untuk hari sabtu dimulai pukul 07.15 – 12.45 WIB

2) Pembelajaran kimia masih didominasi karakter teacher centered learning. Metode ceramah masih sangat dominan.

3) Suasana pembelajaran di kelas ini kurang kondusif. Guru mendominasi pembelajaran, aktivitas siswa lebih banyak memperhatikan guru, mencatat dan jarang bertanya.

4. Sarana Pembelajaran

1) Terdapat laboratorium kimia yang belum dimanfaatkan secara maksimal. 2) Bahan-bahan kimia di laboratorium masih kurang.

(21)

Berdasarkan identifikasi masalah dari hasil observasi awal dapat disimpulkan akar permasalahan adalah pembelajaran yang kurang melibatkan aktivitas siswa dan kurang optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran.

1.3

Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran kimia yang selama ini diterapkan di kelas XI IA 2 SMA N 3 Magelang, pemecahan masalah yang dipilih yaitu memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan yang bisa sejalan dengan pelaksaan kurikulum dan tidak mengganggu pelaksanaan jam pelajaran di kelas XI IA2. Perbaikan yang diambil adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode problem solving. Penerapan metode problem solving diharapkan dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa XI IA 2 SMA N 3 Magelang pada tahun ajaran 2012/2013.

1.4

Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar kimia siswa XI IA2 SMA N 3 Magelang 2012/2013 dengan pencapaian kompetensi yang akan dibahas adalah larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam.

1.5

Rumusan Masalah

Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia

(22)

1.6

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa XI IA2 SMA N 3 Magelang 2012/2013.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1) Siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar dengan proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2 mendapat kategori baik

2) Siswa mengalami peningkatan hasil belajar kognitif dengan proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2 mencapai ketuntasan KKM.

3) Siswa mengalami peningkatan hasil belajar afektif dan psikomotorik dengan proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2 mendapat kategori baik

1.7

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang penerapan problem solving untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar pada mata pelajaran kimia.

2. Manfaat Praktis

(23)

Meningkatkan minat dan motivasi belajar pada mata pelajaran kimia, meningkatkan pemahaman, aktivitas belajar siswa, prestasi belajar dan siswa pada mata pelajaran kimia.

2) Bagi Guru

Menjadi bekal untuk mengatasi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia demi meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik . Juga sebagai masukan kepada guru untuk membuat variasi dalam proses pembelajaran guna menghindari kejenuhan siswa dalam menggunakan media yang bersifat statis.

3) Bagi Peneliti

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pembelajaran dan Hasil Belajar

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini diperjelas oleh Prawiradilaga & Siregar (2004) yang mengartikan pembelajaran sebagai upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan belajar dapat dipermudah pencapaiannya. Pencapaian tujuan pembelajaran sendiri dapat dilihat dari proses dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasi materi pelajaran, dengan mengelola pembelajaran.

(25)

kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran kolaboratif dengan siswa lain (Sutikno 2009).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Benyamin S. Bloom dalam Anni (2006: 7) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga kategori yang disebut ranah belajar, yaitu : 1. Ranah kognitif

Ranah kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Ranah afektif

Ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakkan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuian kreatifitas.

Slameto (2003) menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu :

1. Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar.

Faktor yang terdapat di dalam diri individu dikelompokkan menjadi:

a. Faktor psikis, antara lain kognitif, afektif, psikomotor, campuran, dan kepribadian.

(26)

Faktor psikis dan fisik ini, keadaannya ada yang ditentukan oleh faktor keturunan, ada yang oleh faktor lingkungan, dan ada pula yang ditentukan oleh faktor keturunan maupun lingkungan.

2. Faktor yang berasal dari luar diri individu

Guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberi pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani sesuai dengan kondisi peserta didiknya untuk menunjang keberhasilan belajar, karena faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Contoh faktor yang berasal dari luar diri individu yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah adanya penggunaan model dan media pembelajaran.

2.2

Problem Solving

Problem solving memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar

dalam aktivitas - aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks. Model problem solving dapat dilaksanakan dengan lima langkah pembelajaran, yaitu: (1) membaca dan berpikir (2) mengeksplorasi dan merencanakan pemecahan, (3) menseleksi strategi pemecahan, (4) menemukan jawaban, dan (5) refleksi dan perluasan terhadap hasil pemecahan (Santyasa, 2004).

(27)

masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini akan tumbuh jika terjadi pola pembelajaran yang interaktif yang lebih menekankan komunikasi banyak arah yang akan menempatkan peserta didik sebagai variabel. Secara sederhana metode ini dilakukan dengan Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

Model problem solving yang cukup populer dikenal dengan istilah IDEAL problem solver. Model ini dikembangkan oleh Bransford & Stein (1984) yang merinci

IDEAL sebagai sebuah proses yaitu: I = Identifying potential problems, D = Defining and representing the problem, E = Exploring possible strategies, A = Acting on those

strategies, dan L = Looking back and evaluating the effects of those activities.

a. Kelebihan metode problem solving

1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

2. Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

3. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kritis dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah. 4. Mendidik siswa percaya diri sendiri.

b. Kekuranganmetode problem solving

(28)

2. Jika di dalam kelompok kemampuan anggota kelompok heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.

3. Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

2.3

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

(29)

Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

2.4

Kaitan antara

Problem Solving

dengan Hasil dan Aktivitas Belajar

Model problem solving memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas - aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks. Model problem solving dapat dilaksanakan dengan lima langkah pembelajaran, yaitu: (1) membaca (2) merencanakan pemecahan, (3) menseleksi strategi pemecahan, (4) menemukan jawaban (5) refleksi (Santyasa, 2004).

(30)

2.5

Analisis Materi

Pencapaian kompetensi larutan penyangga dan hidrolisis garam merupakan beberapa materi yang harus dikuasai kelas XI SMA. Pembelajaran akan efektif jika disampaikan dengan metode yang sesuai, maka dari itu peneliti mencoba menganalisis hal tersebut.

2.5.1 Sifat Larutan garam

Sifat larutan garam dan konsep hidrolisis bukanlah sekedar hafalan saja, karena siswa harus dapat membedakan garam yang bersifat asam, basa atau netral. Siswa juga harus dapat membedakan antara reaksi hidrolisis dengan reaksi yang lain. Guru perlu membangun pengetahuan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Salah satunya adalah dengan penerapan problem solving. Pada pembelajaran ini peran siswa di kelas lebih besar yakni siswa aktif belajar. Siswa dapat melakukan kegiatan pemecahan yaitu dengan menyelesaikan masalah, dapat juga berinteraksi dengan temannya sehingga terjadi diskusi.

Pemahaman siswa terhadap konsep dapat dibangun melalui pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa agar berpikir kritis atau bahkan dengan melakukan pembuktian terhadap hipotesis dari masalah yang muncul. Sebagai contoh, guru akan memberikan pertanyaan.

Perhatikan contoh senyawa –senyawa berikut:

HCl, C6H12O6, NaOH, NaCl, KCN, CH3COOH, HCN, NH4Cl, Ca(OH)2, CH3COONH4 , NH3,

CO(NH2)2 dan Na2CO3.

(31)

a. Bagaimanakah reaksi senyawa – senyawa di atas ketika dilarutkan dalam air? b. Kelompokkanlah senyawa – senyawa yang menghasilkan ion H+ ?

c. Kelompokkanlah senyawa – senyawa yang menghasilkan ion OH- ?

d. Mengacu pada definisi asam – basa Arrhenius, manakah senyawa yang termasuk asam dan basa?

Siswa dapat merumuskan masalah “apa saja senyawa yang mengalami ionisasi? Apa saja senyawa yang menghasilkan ion H+? apa saja senyawa yang bisa menghasilkan senyawa OH-? Mana sajakah senyawa asam dan basa mengacu pada pendapat

Arrhenius?” Selanjutnya akan ada hipotesis – hipotesis. Di sinilah siswa diajak untuk berfikir kritis tentang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan.

Setelah siswa mampu mengklasifikasikan senyawa asam, basa dan garam, siswa dipancing untuk bisa membedakan sifat – sifat garam yang terhidrolisis dalam air. Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan, seperti:

1. Kenapa larutan Na2CO3 dapat membirukan lakmus merah?

2. Kenapa larutan NH4Cl dapat memerahkan kertas lakmus biru?

3. Kenapa larutan NaCl tidak mengubah kertas lakmus merah maupun kertas lakmus biru?

Pertanyaan – pertanyaan di atas akan memicu siswa untuk merumuskan masalah, kemudian membuat hipotesis dan membuktikan hipotesis tersebut. Keterlibatan langsung siswa dalam proses pemahaman terhadap sifat garam seperti ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa dapat membedakan sifat-sifat garam.

(32)

ini guru berperan sebagai penyampai informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Pemahaman terhadap konsep yang sesungguhnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan penerapan problem solving. Ketika diberikan beberapa senyawa garam maka siswa akan merasa sulit untuk membedakan garam yang bersifat asam, basa atau netral. Karena yang siswa ketahui adalah contoh-contoh garam yang diberikan oleh guru.

2.5.2 Penghitungan pH garam yang terhidrolisis

Penentuan pH suatu senyawa garam yang terhidrolisis dalam air memang sudah ada aturan yang biasa di pakai. Namun biasanya dalam menyampaikan materi tentang penentuan pH garam siswa jarang sekali diberi tahu akan latar belakang aturan tersebut. Siswa cenderung diarahkan untuk mengingat aturan tersebut, sehingga jika siswa tidak ingat maka siswa tidak dapat menentukan pH garam yang terhidrolisis dalam air.

Pada pembelajaran problem solving siswa telah dibimbing untuk memahami latar belakang aturan tersebut. Salah satu contoh kegiatan problem solving yang telah siswa lakukan yaitu siswa mencari tahu mengapa larutan Na2CO3 dan larutan NH4Cl pada

(33)

2.6

Kerangka Berpikir

Materi kimia SMA bersifat kasat mata (visible) dan sebagian aspek lainnya bersifat tidak kasat mata (invisible). Dibutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi dalam mempelajari kimia. Namun dalam kenyataan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kimia. Metode ceramah masih dominan dalam pembelajaran. Metode problem solving merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Siswa diajak untuk berfikir secara sistematis dan terbuka untuk memperluas pemahaman mereka.

Hasil observasi di kelas XI IA2 SMA N 3 Magelang diketahui pembelajaran kimia masih didominasi karakter teacher centered learning (berpusat pada guru). Siswa lebih diarahkan pada aspek ingatan dalam mempelajari kimia. Siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan ini, dibutuhkan suatu penelitian yang bisa memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar kimia kelas XI IA2. Penelitian yang bisa sejalan dengan pelaksaan kurikulum dan tidak mengganggu pelaksanaan jam pelajaran di kelas. Penelitian yang telah diambil dalam kasus ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode problem solving, untuk meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil dan aktivitas belajar bisa meningkat. Problem solving memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam

(34)
[image:34.612.162.494.68.502.2]

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

2.7

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: melalui penerapan metode problem solving, hasil dan aktivitas belajar siswa XI IA2 SMA N 3 Magelang 2012/2013 pada mata pelajaran kimia bisa ditingkatkan.

PTK

Siklus

Hasil belajar meningkat Aktivitas belajar meningkat

Ilmu kimia

Visible Invisible

Pembelajaran berpusat pada guru

Ingatan Aktivitas belajar

Hasil belajar rendah

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenahi hal – hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap siswa mengenai jalannya proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan data tesebut, kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus – siklus tindakan. Berikut ini uraian mengenai perencanaan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanaakan.

3.1

Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Magelang kota Magelang Jalan Medang No. 17 Kota Magelang pada kelas XI IA2 Semester II tahun pelajaran 2012/2013. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XI IA2 dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

3.2

Desain observasi

(36)

3.3

Fokus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada ketuntasan hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil belajar berupa:

1. Hasil belajar kognitif siswa, diukur dengan test uraian yang dilaksanakan tiap akhir siklus.

2. Hasil belajar afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa, diukur dengan lembar observasi.

3.4

Prosedur Penelitian

[image:36.612.83.522.75.378.2]

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: Gambar 3.1 Desain penelitian tindakan kelas Observasi awal

Mencapai indikator keberhasilan

Belum mencapai indikator

Analisis

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Siklus IV

Mencapai indikator keberhasilan

Belum mencapai indikator

Belum mencapai indikator

(37)

3.4.1 Siklus I

1. Perencanaan

Tahap ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah–langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah. Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menyiapkan materi dan menyusun rencana pembelajaran

Pada siklus I ini akan dibahas KD 4.3, Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dengan alokasi waktu 8 JP atau 4 kali pertemuan dan 1 kali test siklus I.

Pertemuan 1 : Sifat dan pengertian larutan penyangga Pertemuan 2 : Komponen dan cara kerja larutan penyangga Pertemuan 3 : pH larutan Penyangga

Pertemuan 4 : fungsi larutan penyangga

2) Membuat dan menyediakan instrument penelitian berupa lembar observasi dan tes siklus 1 (ulangan harian 1).

3) Membuat dan menyiapkan perangkat tes berupa kisi-kisi soal, dan pedoman penilaian.

2. Tindakan

(38)

memimpin dalam bereksperiment, menganalisis, mensisntesis, dan berdiskusi kelompok.

3. Observasi

Observasi yang telah dilakukan meliputi observasi aktivitas siswa, yang diperoleh memalui lembar observasi

4. Refleksi

Refleksi digunakan untuk melakukan revisi terhadap rencana kegiatan selanjutnya atau terhadap rencana siklus II. Pada tahap ini, dilakukan analisis tes siklus 1. Dari hasil tersebut nantinya akan dibandingkan dengan hasil tes siklus II. Masalah-masalah yang timbul pada sikus I akan dicarikan alternatif pemecahanya pada siklus II. Sedangkan kelebihanya akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

3.4.2 Siklus II

1. Perencanaan

Tahap ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti. Rencana kegiatan yang telah dilakukan pada tahap ini adalah:

1) menyiapkan materi dan menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus II ini telah dibahas KD 4.4, menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut dengan alokasi waktu 6 JP atau 3 kali pertemuan dan 1 kali test sikus II.

(39)

1. Hidrolisis garam

2. Sifat larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 2 :

1. pH larutan garam yang terhidrolisis Pertemuan 3: Ulangan harian

2) Membuat dan menyediakan instrument penelitian berupa lembar angket, lembar observasi dan tes siklus 1 (ulangan harian 1).

3) Membuat dan menyiapkan perangkat tes berupa kisi-kisi soal, dan pedoman penilaian.

2. Tindakan

Sebelum siklus II dimulai peneliti bersama guru kolaborator (guru SMA yang diteliti) membuat kelompok belajar dan setiap kelompok belajar terdiri atas 3-4 siswa yang heterogen. Masing – masing kelompok terdapat satu ketua yang nantinya akan memimpin dalam bereksperiment, menganalisis, mensisntesis, dan berdiskusi kelompok.

3. Observasi

(40)

4. Refleksi

Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap tes siklus II. Dari hasil tersebut yang nantinya akan dibandingkan dengan hasil tes siklus III. Masalah-masalah yang timbul pada sikus II akan dicarikan alternatif pemecahanya pada siklus III. Sedangkan kelebihanya akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

3.5

Sumber dan jenis data

3.5.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa IA 2 SMA N 3 Magelang, guru mata pelajaran kimia SMA N 3 Magelang selaku guru kolaborator dan observer serta peneliti selaku guru dalam penelitian ini.

3.5.2 Jenis data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa dan hasil observasi, sedang data kualitatif adalah data aktifitas siswa.

3.6

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

3.6.1 Metode Observasi

(41)

dalam pelaksanaan pembelajaran dengan problem solving pada siswa XI IA2 SMA N 3 Magelang.

3.6.2 Metode Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto kegiatan, daftar nilai, dan daftar hadir siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan problem solving. Dokumen ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran berlangsung.

3.6.3 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil belajar kognitif siswa. Tes dilakukan tiap akhir siklus. Soal yang digunakan dalam metode ini merupakan soal uraian.

3.7

Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah instrumen non tes dan instrumen tes.

3.7.1 Instrumen non tes

(42)

pengamatan. Untuk perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 untuk perhitungan lembar pengamatan psikomotorik, lampiran 18 untuk perhitungan lembar pengamatan afektif , dan lampiran 20 untuk perhitungan lembar pengamatan aktivitas siswa.

Tabel 3.1 Reliabilitas lembar pengamatan

Lembar pengamatan Nilai r Kriteria reliabilitas

Psikomotorik 0,91 Reliabel

Afektif 0,89 Reliabel

Aktivitas 0,94 Reliabel

3.7.2 Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Validitas instrument pada soal tes uraian meliputi beberapa pengujian yaitu uji tingkat kesukaran soal, daya beda soal, validitas dan reliabilitas.

3.7.2.1 Tingkat kesukaran

Teknik perhitungan dengan menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar untuk tiap-tiap item. Rumus yg digunakan:

= ℎ �� �

ℎ ℎ

[image:42.612.163.480.193.254.2]

P = tingkat kesukaran

Tabel 3.2 Kriteria taraf kesukaran

Interval Reliabilitas Kriteria

P < 0 0 < P < 0,3 0,3 < P < 0,7 0,7< P < 1 P > 1

Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah (Arifin, 1991)

(43)
[image:43.612.184.483.186.448.2]

penelitian yaitu kelas XII IA3 SMA Negeri 3 Magelang. Tabel 3.3 menunjukkan ringkasan hasil analisis tingkat kesukaran untuk masing-masing nomor. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 12.

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran masing-masing nomor LARUTAN

PENYANGGA

HIDROLISIS GARAM

Nomor Kriteria Nomor Kriteria

1 Sedang 1 Sukar

2 Sedang 2 Sedang

3 Sedang 3 Sedang

4 Mudah 4 Sedang

5 Sedang 5 Sedang

6 Sedang 6 Sedang

7 Sedang 7 Sedang

8 Sedang 8 Sedang

9 Sedang 9 Sedang

10 Sedang 10 Sedang

11 Sedang

12 Sedang

13 Sedang

14 Sedang

15 Sedang

3.7.2.2 Daya pembeda

(44)

= � −

12 + 22

( −1)

Keterangan: t = daya beda

MH = rata-rata kelas atas ML = rata – rata kelas bawah

12 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas atas 22 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas bawah

= 27% x N (kelas atas dan kelas bawah sama besar) N = jumlah peserta test.

Hasil t perhitungan dibandingkan dengan t tabel dengan taraf signifikan 5%, butir soal dikatakan memiliki daya beda signifikan jika t hitung lebih besar dari t tabel. (Arifin, 1991).

[image:44.612.176.492.549.715.2]

Berdasarkan hasil uji coba setelah dianalisis tingkat kesukaran, soal yang memenuhi kriteria (mudah, sedang dan sukar) kemudian dianalisis pada daya pembeda. Soal yang digunakan dipilih dari soal yang memiliki daya beda signifikan sedangkan soal yang daya pembedanya tidak signifikan tidak digunakan. Tabel 3.4 menunjukkan ringkasan hasil analisis daya pembeda untuk masing-masing nomor. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 12.

Tabel 3.4 Daya Pembeda masing-masing nomor LARUTAN

PENYANGGA

HIDROLISIS GARAM

Nomor Kriteria Nomor Kriteria

1 Signifikan 1 Signifikan

2 Signifikan 2 Signifikan

3 Signifikan 3 Signifikan

4 Tidak Signifikan 4 Signifikan

5 Signifikan 5 Tidak Signifikan

6 Signifikan 6 Signifikan

7 Signifikan 7 Signifikan

(45)

9 Signifikan 9 Signifikan

10 Signifikan 10 Signifikan

11 Tidak Signifikan 12 Signifikan 13 Signifikan 14 Signifikan 15 Signifikan

3.7.2.3 Validitas soal uraian

Validitas instrumen tes dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

1. Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

2. Validitas Butir Soal

Untuk menghitung validitas butir soal uraian digunakan perhitungan Korelasi product moment (Winarti, 2005).

[image:45.612.176.494.71.169.2]

Soal yang memiliki daya pembeda signifikan kemudian dianalisis validitasnya. Tabel 3.5 menunjukkan ringkasan hasil analisis validitas untuk masing-masing nomor. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 13.

Tabel 3.5 Validitas masing-masing nomor LARUTAN

PENYANGGA

HIDROLISIS GARAM

Nomor Kriteria Nomor Kriteria

1 Valid 1 Valid

2 Valid 2 Valid

3 Valid 3 Valid

4 Valid 4 Valid

5 Valid 5 Valid

6 Valid 6 Valid

(46)

8 Valid 8 Valid

9 Valid 9 Valid

10 Valid 10 Valid

11 Valid

12 Valid

13 Valid

14 Valid

15 Valid

3.7.2.4 Realibilitas

[image:46.612.185.491.70.185.2]

Selain validitas, soal uraian yang digunakan dalam penelitian ini juga harus memenuhi realibilitas instrumen. Realibitas yang digunakan adalah realibilitas Alpha dari Cronbach. Setelah diuji validitas soal, soal yang memiliki kriteria valid kemudian diuji reliabilitasnya. Soal yang digunakan diuji reliabilitasnya untuk menunjukkan keajegan soal tes tersebut apabila digunakan pada kesempatan lain. Tabel 3.6 menunjukkan reliabilitas masing-masing materi. Untuk perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 14.

Tabel 3.6 Reliabilitas masing-masing materi

Materi Nilai r Kriteria reliabilitas Larutan Penyangga 0,77 Tinggi

Hidrolisis Garam 0,49 Sedang

[image:46.612.184.483.471.516.2]

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba dipilih dua kriteria soal uji coba, yaitu: dipakai dan dibuang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kriteria soal

Materi Kriteri soal

Dipakai (nomor soal)

Dibuang (nomor soal)

Larutan penyangga 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15

11, 13 Hidrolisis garam 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,

9

(47)

3.8

Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptif kualitatif dan diskriptif kuantitatif. Analisis diskriptif kualitatif yaitu membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan. Analisis diskriptif kualitatif memberi gambaran tentang proses dan pelaksanaan pembelajaran, serta hubungan dengan hasil belajar, dan aktivitas siswa. Analisis diskriptif kuantitatif adalah cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2010).

3.9

Analisis Data Penelitian

3.9.1 Analisis Aktivitas belajar siswa

Analisis lembar observasi untuk menilai aktivitas belajar siswa disesuaikan dengan kriteria yang ada pada lembar observasi. Analisis nilai dapat dihitung dengan rumus distribusi nilai, yaitu:

= ℎ � ℎ

ℎ 100

[image:47.612.129.487.538.624.2]

Hasil tersebut kemudian ditafsirkan dengan rentang kualitatif Tabel 3.8 Klasifikasi aktivitas belajar siswa

Interval Kriteria

85 < N < 100 75 < N < 85 65 < N < 75

N < 65

A (sangat baik) B (baik)

C (cukup) K (gagal)

(Depdiknas, 2003:13)

(48)

belajar, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori dibawahnya dianggap masih mengalami kesulitan belajar.

3.9.2 Analisis hasil belajar kognitif

Analisis tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus. Penguasaan materi pelajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa untuk tiap siklus. Nilai kognitif/hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus:

= ℎ

ℎ ℎ 100

(Slameto, 2001:189)

Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 dinyatakan mengalami kesulitan belajar, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 dinyatakan telah tuntas belajar.

3.9.3 Analisis aspek afektif dan psikomotorik

Data hasil observasi meliputi data hasil pengamatan aspek afektif dan psikomotorik siswa. Analisis lembar observasi untuk menilai aspek afektif dan psikomotorik siswa disesuaikan dengan criteria yang ada pada lembar observasi. Analisis data dapat dihitung dengan rumus distribusi nilai, yaitu:

= ℎ ℎ

ℎ 100

(49)

Tabel 3.9 Klasifikasi aspek afektif dan psikomotorik

Interval Kriteria

85 < N < 100 75 < N < 85 65 < N < 75

N < 65

A (sangat baik) B (baik)

C (cukup) K (gagal)

(Depdiknas, 2003:13)

Siswa yang mendapatkan minimal kategori baik aktivitas belajarnya dengan sekurang-kurangnya tiga per empat siswa di kelas XI IA2 dinyatakan telah tuntas belajar, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori dibawahnya dianggap masih mengalami kesulitan belajar.

3.10

Indikator Keberhasilan

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil analisis kegiatan awal

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa dan metode yang digunakan guru selama pembelajaran serta sarana dan prasarana yang tersedia guna mendukung proses pembelajaran. Hasil observasi awal tersebut dijadikan dasar dalam menyusun rencana penelitian tindakan kelas untuk dilaksanakan di kelas XI IA 2 SMA N 3 Magelang. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kolaborator mata pelajaran kimia dianjurkan untuk memilih kelas XI IA 2 sebagai subjek penelitian tindakan kelas ini karena kelas tersebut memiliki tingkat ketuntasan belajar yang masih rendah dibandingkan kelas lain.

(51)

Berhasarkan hasil observasi, dibutuhkan suatu penelitian yang bisa memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar kimia kelas XI IA2, suatu penelitian yang bisa sejalan dengan pelaksaan kurikulum dan tidak mengganggu pelaksanaan jam pelajaran di kelas XI IA2. Penelitian yang diambil dalam kasus ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan menggunakan metode problem solving. Metode ini merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengubah paradigma teacher centered menjadi student centered. Siswa bisa berkembang dengan penemuan dan proses berpikir sehingga meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa.

4.1.2 Hasil analisis keadaan akhir

4.1.2.1 Hasil belajar kognitif

(52)

Tabel 4.1 Hasil belajar kognitif

No. Pencapaian Siklus I Siklus II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rata–rata nilai Simpangan Baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

54 100 82 10 29 3 58 100 87 10 31 1

4.1.2.2 Hasil belajar afektif siswa

[image:52.612.156.420.76.186.2]

Hasil belajar afektif siswa diperoleh dari lembar penelitian afektif siswa dan pengamatan afektif proses pembelajaran yang berlangsung selama penelitian tiap siklus. Aspek-aspek pengamatan dapat dilihat pada lampiran 17. Ringkasan hasil belajar nilai afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 menunjukkan siswa yang tuntas sudah masuk ke dalam target penelitian, dimana target penelitian siswa yang memperoleh kriteria baik (nilai lebih besar dari 75 ) mencapai proporsi tiga per empat dari jumlah siswa di kelas XI IA 2. Jumlah siswa di kelas XI IA2 sebanyak 32 siswa, proporsi tiga per empat sebesar 24 siswa. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 27 dan lampiran 31.

Tabel 4.2 Hasil belajar afektif

No. Pencapaian Siklus I Siklus II

Observer I Observer II Observer I Observer II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rataan nilai Simpangan baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

(53)

4.1.2.3 Hasil belajar psikomotorik siswa

[image:53.612.148.412.411.517.2]

Hasil psikomotorik siswa diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran percobaan berlangsung. Ringkasan hasil belajar psikomotorik siswa disajikan pada Tabel 4.3. aspek-aspek pengamatan dapat dilihat pada lampiran 15. Pada Tabel 4.3 siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa. Jumlah ini belum memenuhi target penelitian, sehingga dibutuhkan siklus II untuk mencapai target penelitian. Target penelitian ini adalah proporsi tiga per empat dari jumlah siswa di kelas XI IA 2 (32 siswa) mendapat kategori baik (nilai lebih besar dari 75). Pada siklus I rata–rata nilai siswa sebesar 74 dengan sebaran rerata sebesar 5. Pada siklus II terjadi peningkatan. Rata–rata nilai menjadi 81 dan sebaran rerata 5. Siswa yang mendapat kategori baik mencapai 27 siswa. Banyak siswa ini sudah menunjukkan pencapaian target penelitian. Pencapaian nilai masing-masing siswa dapat dilihat pada lampiran 26 dan lampiran 30.

Tabel 4.3 Hasil belajar psikomotorik

No. Pencapaian Siklus I Siklus II 1

2 3 4 5 6

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata–rata nilai Simpangan Baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas

61 82 74 5 22 10

66 86 81 5 27 5

4.1.3.4 Hasil pengamatan aktivitas siswa

(54)

Tabel 4.4 Hasil pengamatan aktivitas siswa

No. Pencapaian Siklus I Siklus II

Observer I Observer II Observer I Observer II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rataan nilai Simpangan baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas 60 90 81 8 28 4 60 90 79 8 28 4 70 90 83 6 30 2 65 90 81 6 30 2

4.2 Pembahasan

4.2.1 Siklus I

Pada siklus I pencapaian kompetensi yang digunakan yaitu larutan penyangga dengan sub pencapaian kompetensi jenis larutan penyangga, pH larutan penyangga dan cara kerja larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari. Pada tahap ini guru peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pembelajaran, LDS, soal test siklus I dan lembar observasi.

(55)

Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus I ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan asam, basa maupun pengenceran melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum.

Pada kegiatan yang pertama yaitu kegiatan persiapan (menyiapkan alat dan menyiapkan larutan kerja) pengamatan secara umum terlihat ada 6 kelompok yang langsung melakukan kegiatan persiapan tanpa diingatkan guru, sedangkan 2 kelompok yang lain melaksanakan kegiatan persiapan setelah diingatkan guru.

(56)

pengamatn terlihat 6 siswa mampu bekerja sama, dan melakukan praktikum dengan kelompoknya, 22 siswa mampu bekerja sama, tetapi kadang membantu kelompoknya melakukan praktikum, dan 4 siswa mampu bekerja sama, tetapi tidak membantu kelompoknya melakukan praktikum.

Tahap ketiga adalah penyusunan laporan sementara. Laporan sementara ini disusun per kelompok. Ada 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru tanpa diingatkan guru, sedangkan 4 kelompok yang lain 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru stelah diingatkan guru. Pada tahap ketiga ini juga diamati kemampuan siswa dalam menulis persamaan reaksi. Terlihat ada 16 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan mampu menentukan larutan penyangga, 22 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi, tetapi tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga dan 3 siswa tidak mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga.

Tahap keempat adalah kegiatan setelah praktikum. Ada tiga fokus pengamatan, yaitu: menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan, membersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan mengembalikan alat-alat yang sudah bersih ke tempat semula. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat 5 kelompok melakukan semua kegiatan tersebut tanpa diingatkan guru, sedangkan 3 kelompok yang lain melakukan kegiatan tersebut setelah diingatkan guru.

(57)

kerja sudah sesuai takaran tapi masih ada larutan yang tumpah hal ini terjadi pada 28 siswa. Baru 4 kelompok yang memiliki kesadaran untuk membuat laporan sementara dan dikumpulkan kepada guru tanpa diingatkan guru. Setelah kegiatan praktikum hanya 5 kelompok dari 8 kelompok yang membersihkan dan mengembalikan alat-alat praktikum ke tempat semula.

Pertemuan kedua dilaksanakana pada hari kamis tanggal 4 April 2013. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 30 siswa (2 siswa tidak masuk karena izin). Siswa yang fokus pada penjelasan guru sebanyak 20 siswa, 4 siswa (tidak sebangku) bermain dengan laptop masing- masing, 2 siswa (sebangku) cerita sendiri, 1 siswa mengerjakan PR mata pelajaran lain, 2 siswa (sebangku) diskusi hal diluar pelajaran, 1 siswa mengantuk. Adanya siswa yang belum fokus pada penjelasan guru dikarenakan pada pertemuan pertama di kelas suara guru belum bisa didengar jelas oleh semua siswa. Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 16 siswa (13 siswa tidak membawa buku catatan 3 siswa tidak mau mencatat), Siswa yang mengemukakan pendapat kepada guru sebanyak 8 siswa (16 siswa merasa malu, 8 siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis terlihat saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas). Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 20 siswa (5 kelompok), Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok sebanyak 16 siswa (4 kelompok), Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 8 wakil siswa.

(58)

dipindah masih mengajak ngobrol teman sebangku yang baru, guru memperbaiki dengan meminta siswa yang ramai tersebut untuk maju ke depan mengerjakan soal latihan. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa, 1 siswa tidak hadir karena sakit, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 26 siswa. 2 siswa (sebangku) cerita sendiri, 2 siswa (tidak sebangku) bermain dengan laptop masing – masing, dan 1 siswa kurang memperhatikan pelajaran karena sakit. Pada pertemuan kedua di kelas, suara guru bisa didengar siswa yang duduk di barisan belakang.

Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 28 siswa. Siswa mulai aktif mencatat karena materi yang diterangkan guru membantu siswa lebih memahami pelajaran, sehingga siswa mencatat apa yang diterangkan guru untuk kemudian dipelajari lagi di rumah. Beberapa siswa berani bertanya saat mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diajarkan, Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 24 siswa (6 kelompok), Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 12 wakil siswa.

(59)

diterangkan guru sebanyak 30 siswa. Siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 16 siswa. Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa (7 kelompok). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 10 wakil siswa. Hasil pengamatan siklus I dari pertemuan satu sampai pertemuan empat menunjukkan proses pembelajaran yang semakin baik. Siswa sudah memahami model pembelajran yang digunakan. Pada akhir siklus I, dilakukan tes untuk menguji pemahaman siswa. Tes yang digunakan berupa tes uaraian, terdiri atas 5 soal.

1. Soal nomor 1

(60)

Gambar 4.1 Jawaban siswa (kode siswa S-1) untuk soal nomor satu larutan penyangga

2. Soal nomor 2

Soal nomor dua berisi tentang perhitungan pH larutan penyangga. Siswa diberi suatu asam lemah dan suatu garam, kemudian siswa diminta untuk menentukan berapa pH dari campuran tersebut. Soal nomor dua ini termasuk soal C2 dengan kategori mudah. Soal ini dipilih karena soal ini termasuk soal perhitungan tapi mudah, sehingga tidak menurunkan mental siswa untuk mengerjakan soal berikutnya.

3.Soal nomor 3

(61)

4.Soal nomor 4

Soal nomor empat tentang penentuan massa salah satu komponen larutan penyangga. Soal ini termasuk jenjang C3 pada kategori sedang. Soal ini dipilih karena soal ini soal perhitungan yang memiliki langkah pengerjaan cukup detail.

Gambar 4.2 Jawaban siswa (kode siswa S-1) soal nomor empat larutan penyangga 5. Soal nomor

(62)

Gambar 4.3 Jawaban siswa (kode S-1), soal nomor lima larutan penyangga

Pada tes siklus I ini hanya dipilih 5 soal karena berkaitan dengan alokasi waktu yang tersedia. Kelima soal uraian ini ditujukan untuk mewakili tiga indikator yaitu: menganalis larutan penyangga dan bukan penyangga, menghitung pH atau pOH larutan penyangga, dan menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Lima soal uraian ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, karena kesulitan yang berbeda tersebut skor maksimal untuk masing-masing soal juga berbeda. Penskoran masing – masing soal dapat dilihat pada lampiran.

(63)

Ketua kelompok juga mengatur diskusi di masing-masing kelompoknya. Setelah berdiskusi, ketua kelompok yang memutuskan siapa dari anggota kelompoknya yang akan maju untuk presentasi hasil diskusi kelompok mereka. LDS pada siklus I ini dapat dilihat pada lampiran.

Siklus I ini menghasilkan data hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan aktivitas belajar. Hasil ini diambil dari tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata–rata 82 Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Banyaknya siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Pencapaian ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas yang ditargetkan.

Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Pada penelitian ini,observasi dilakukan oleh dua observer, satu observer duduk di kelas bagian depan sedangkan observer yang satu lagi duduk di kelas bagian belakang. Perbedaan tempat duduk ini salah satu penyebab adanya perbedaan hasil observasi untuk siswa yang sama.

(64)

Rincian hasil belajar afektif ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan rincian aktifitas siswa ditunjukkan pada Gambar 4.5

[image:64.612.97.467.125.468.2]

Gambar 4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa

Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari aspek kognitif siswa yang mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 75 sebesar proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Aktivitas belajar, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang mendapat kategori baik sekurang-kurangnya proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2.

Aspek kognitif , aspek afektif dan aktivitas sudah menunjukkan indikator keberhasilan sedangkan untuk aspek psikomortik belum menunjukkan keberhasilan indikator. Proporsi tiga per empat siswa di kelas XI IA2 yang berjumlah 32 adalah 24 siswa. Jika hanya 20 siswa yang tuntas maka untuk aspek psikomortik ini, belum

0 5 10 15 20 25

A B C K

13

22

4 3

B

an

y

ak

Si

swa

Kategori Penilaian Afektif

0 5 10 15 20

A B C K

8

16

6

2

B

an

y

ak

Si

swa

(65)

dikatakan berhasil. Sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II untuk bisa mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus I ini aspek kognitif, afektif dan aktivitas belajar siswa sudah mencapai target penelitian, tapi masih ada beberapa kekurangan, seperti siswa yang kurang fokus pada pembelajaran, siswa malu untuk maju ke depan, siswa yang mengganggu siswa lain. Kekurangan ini diperbaiki pada siklus II.

Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata–rata 82. Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Jumlah siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Cara yang telah ditempuh dalam pembelajaran problem solving ini dengan memberi soal – soal kepada siswa, lalu diminta pemecahannya (Andrian ,2004). Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 25 siswa. Pencapaian ini menunjukkan problem solving memacu siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Kholifatul khoiriyyah 2011).

. Beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus I dan diharapkan dapat dilaksanakan pada siklus II antara lain:

1. Mempertahankan kondisi pembelajaran yang tercipta dan lebih ditingkatkan lagi.

2. Pengelolaan waktu selama proses pembelajaran. Guru harus bisa mengelola waktu dengan baik sehingga waktu pembelajaran tidak melebihi waktu yang telah ditentukan. 3. Mengacak tempat duduk siswa, sehingga meminimalisir siswa untuk gaduh dengan

teman sebangku.

(66)

5. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa agar berani bertanya/mengungkapkan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi perlu ditingkatkan.

6. Mengkondisikan siswa dalam kelompok. Guru lebih memberikan pemahaman kepada siswa untuk bekerja secara kelompok. Siswa yang lebih pintar memberi tahu dan membeimbing teman sekelompoknya yang belum paham sehingga terbentuk kerjasama dalam mengerjakan LDS.

7. Guru lebih memberikan penekanan dan penguatan pada pembelajaran praktikum, supaya siswa lebih paham tentang cara melakukan kerja di labolatorium.

4.2.2 Siklus II

Perencanaaan siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I. Kelemahan dari siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II materi yang digunakan yaitu hidrolisis garam dengan sub materi sifat larutan garam dan konsep hidrolisis, menghitung pH larutan garam. Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 – 29 April 2013. Siklus II terbagi tiga kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan.

(67)

Dari pelaksanaan siklus II diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan I siklus II ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan garam melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Sebelum siswa memulai kegiatan praktikum, guru memberikan pre test kepada siswa untuk memancing pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipraktikumkan. Pre test ini berlangsung 20 menit. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum.

(68)

siswa mampu bekerja sama, dan melakukan praktikum dengan kelompoknya dan 15 siswa mampu bekerja sama, tetapi kadang membantu kelompoknya melakukan praktikum.

Tahap ketiga adalah penyusunan laporan sementara. Laporan sementara ini disusun per kelompok. Ada 6 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru tanpa diingatkan guru, sedangkan 2 kelompok yang lain membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru stelah diingatkan guru. Pada tahap ketiga ini juga diamati kemampuan siswa dalam menulis persamaan reaksi. Terlihat ada 19 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan mampu menentukan sifat garam, 8 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi, tetapi tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan garam dan 3 siswa tidak mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan garam.

Tahap keempat adalah kegiatan setelah praktikum. Ada tiga fokus pengamatan, yaitu: menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan, membersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan mengembalikan alat-alat yang sudah bersih ke tempat semula. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat 5 kelompok melakukan semua kegiatan tersebut tanpa diingatkan guru, sedangkan 3 kelompok yang lain melakukan kegiatan tersebut setelah diingatkan guru.

(69)

siswa. Baru 4 kelompok yang memiliki kesadaran untuk membuat laporan sementara dan dikumpulkan kepada guru tanpa diingatkan guru. Setelah kegiatan praktikum hanya 5 kelompok dari 8 kelompok yang membersihkan dan mengembalikan alat-alat praktikum ke tempat semula.

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada senin 22 April 2013. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengacak tempat duduk siswa. Siswa yang kurang fokus pada pembelajaran siklus I ditempatkan pada bangku paling depan. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 32 siswa, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 32 siswa, Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 28 siswa (4 siswa tidak mencatat karena tidak membawa buku catatan), siswa yang mengemukakan pendapat kepada guru sebanyak 18 siswa, Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa (7 kelompok). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 12 wakil siswa.

(70)

secara tertulis sebanyak 20 siswa (terlihat saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas). Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa (7 kelompok). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi seban

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Gambar 3.1 Desain penelitian tindakan kelas
Tabel 3.2 Kriteria taraf kesukaran
Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran masing-masing nomor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Al-Ghazali menjalani hidupnya dengan menuntut ilmu dari berbagai disiplin, hingga berhasil merangkul keilmuan fiqih, kalam dan tasawuf dalam satu sistem ilmu yang

• Explain about the taste (sweet, salty, tasteless, sour, bitter, hot) with the things provided such as sugar, salt, water, lemon, sore throat powder, pepper.. • Taste

Sedangkan materi yang ketiga adalah tentang puasa, hadits yang berbicara berkenaan dengan hal tersebut diantaranya adalah, Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa

Pada percobaan ketiga digunakan perlakuan berdasarkan hasil percobaan pertama dan kedua, yaitu penggunaan cabai keriting 09 sebagai tanaman produksi, cabai besar SP Hot 77 sebagai

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis bawang putih dan meniran yang dicampur ke pakan dalam bentuk tepung pada benih lele berumur 11 hari. Penelitian ini

Dengan itu, penelitian ini bertujuan unuk melakukan pengkajian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner di

Hasil pengujian menunjukan bahwa secara parsial Variabelindependenpelayanan pajak tidak berpengaruh signifi kan terhadap variable dependen kepatuhan wajib pajak

Banjarmasin Pusat Arkeologi Nasional 60 Pamong Budaya S1 III/a Arkeologi 1 Balai Arkeologi Makassar Pusat Arkeologi Nasional 61 Pamong Budaya D3 II/c Seni Rupa 1