• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ASHINIE NAIR SUBRAMANIAM

Tempat / tanggal lahir : Perak / 27 MEI 1994

Pekerjaan : Mahasiswa Kedokteran

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Dr Mansyur Gg Sehat No.29

No.Telefon : 087868102308

Orang Tua : Subramaniam A/L Gopal Krishnan (Bapa)

Parukutty A/P Krishanan (Ibu)

Riwayat Pendidikan : - Tadika Indah Ria

- Sekolah Kebangsaan Taman Mutiara Rini (UPSR) - Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Mutiara

Rini (PMR, SPM)

- Berlin Malaysia College (Foundation in Science)

Kegiatan : - Mahasiswa Kedokteran

- Ahli Kelab Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indnesia (PKPMI)

(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Ashinie Nair Subramaniam adalah mahasiswi Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul „Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku pasien yang menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pringadi, Medan mengenai Penyakit Jantung Koroner‟ pada semester keenam.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi mahasiswa dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga mahasiswa bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahsiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika mahasiswa bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2015 Peneliti,

(3)

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Kelamin :

Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,

Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan, sikap dan Perilaku pasien yang menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pringadi, Medan tentang Penyakit jantung Koroner

Nama Peneliti : Ashinie Nair Subramaniam

Jenis Penelitian : Deskriptif dengan pendekatan cross-sectional Tempat Penelitian : RSUD Pringadi, Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan, 2015

Mengetahui Menyatakan,

Peneliti Responden,

(4)

LAMPIRAN 4

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PASIEN PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD

DR. PIRNGADI MEDAN TENTANG PENYAKIT JANTUNG KORONER

Data Identitas :

N a m a :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Petunjuk :

Jawablah setiap pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia :

A. PENGETAHUAN

1. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh :

a. Penyempitan pembuluh darah (arteri koroner) b. Penyumbatan akibat timbunan kolesterol c. Kombinasi a dan b

d. Tidak tahu

(5)

3. Faktor faktor apa yang menimbulkan terjadinya penyakit jantung koroner itu ? a. Merokok

b. Kegemukan c. Alkohol

d. Semua a, b dan c.

4. Berikut ini adalah faktor faktor penyebab jantung koroner yang tidak dapat dikendalikan

a. Keturunan b. Umur

c. Jenis kelamin d. Semua a, b dan c

5. Berikut ini adalah faktor faktor penyebab jantung koroner yang dapat dikendalikan

a. Diabetes mellitus b. Merokok

c. Hipertensi d. Semua a, b dan c

6. Diantara perokok sejak usia muda, kemungkinan terjadi penyakit jantung koroner adalah

a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. Tidak tahu

7. Risiko mengalami penyakit jantung koroner diantara penderita DM a. Lebih tinggi pada wanita

b. Lebih tinggi pada pria

c. Sama risikonya laki laki dan perempuan d. Tidak tahu

(6)

c. Sama tingginya d. Tidak tahu

9. Diantara faktor penyebab paling utama terhadap terjadinya penyakit jantung koroner adalah :

a. Kebiasaan merokok b. Diabetes mellitus c. Dislipidemia d. Semua a, b dan c

10.Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner adalah : a. Lebih tinggi pada pria

b. Lebih tinggi pada wanita c. Sama tingkat risikonya d. Tidak tahu

SIKAP No

Pertanyaan Jawaban

Setuju Tidak 1 Apakah anda setuju jika setiap kali PJK anda kambuh,

segera dilarikan ke rumah sakit ?

2 Apakah anda setuju jika wanita dikatakan lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner dibanding pria terutama setelah masa menopause?

3 Apakah anda setuju membeli obat penyakit jantung koroner di apotik tanpa harus mendapatkan resep dokter ?

4 Apakah anda setuju bahwa penyempitan pembuluh darah jantung tidak dapat menyebabkan kematian ?

5 Apakah anda setuju jika dokter melarang anda mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu

6 Apakah anda selalu melakukan check up secara rutin untuk menghindari faktor pemicu penyakit jantung koroner

7 Apakah anda setuju jika dokter menyuruh anda mengurangi jumlah kegiatan sehari hari ?

8 Apakah anda mematuhi anjuran dokter uintuk melakukan check up secara rutin ?

(7)

PERILAKU

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak 1 Setelah menderita penyakit jantung koroner, saya

segera mengurangi kegiatan

2 Saya mulai membatasi konsumsi makanan dan minuman setelah menderita penyakit jantung koroner 3 Saya tidak mau menunggu kondisinya lebih parah, jika

dada terasa nyeri, saya segera menemui dokter

4 Saya selalu melakukan check rutin sesuai anjuran dokter

5 Saya bersedia mengikuti pengobatan alternatif jika hal itu memberi manfaat bagi saya

6 Saya tidak mau mengambil risiko, saya rutin mengkonsumsi obat 3 kali sehari

7 Saya melakukan olahraga secara rutin setiap hari meskipun dengan jumlah terbatas

8 Saya mengikuti program pemulihan jantung setelah menjalani perawatan

9 Saya harus cermat memperhatikan kondisi fisik saya setelah menderita penyakit jantung koroner

(8)

LAMPIRAN 5

Kunci Jawaban

No Pengetahuan yang Benar

No Sikap yang benar

No Perilaku yang benar

1 A 1 Setuju 1 Tidak

2 C 2 Tidak 2 Ya

3 D 3 Tidak 3 Ya

4 D 4 Tidak 4 Ya

5 D 5 Setuju 5 Tidak

6 C 6 Setuju 6 Tidak

7 C 7 Setuju 7 Ya

8 B 8 Setuju 8 Ya

9 D 9 Setuju 9 Ya

10 C 10 Setuju 10 Ya

(9)
(10)
(11)

LAMPIRAN 7

HASIL PENGOLAHAN DATA

Frequency Table KARAKTERISTIK RESPONDEN

(12)

Frequency Table PENGETAHUAN

Penyaki t jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang di sebabkan oleh

63 63.0 63.0 63.0

Seseorang mengalami risiko penyakit jantung koroner karena

56 56.0 56.0 56.0

Faktor faktor apa yang menimbulkan terj adinya penyakit j antung koroner itu ?

Berikut ini adalah faktor faktor penyebab jantung koroner yang ti dak dapat dikendalikan

(13)

Diantara perokok sej ak usia muda, kemungkinan terjadi penyakit

Risiko mengalami penyakit jantung koroner diantara penderita DM

60 60.0 60.0 60.0

Pada usia lansia, risiko terjadi penyaki t jantung koroner adalah

60 60.0 60.0 60.0

Diantara faktor penyebab paling utama terhadap terjadinya penyakit jantung koroner adalah :

Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner adalah

(14)

Kategori Pengetahuan

Apakah anda setuju j ika setiap kal i PJK anda kambuh, segera dilari kan ke rumah sakit ?

Apakah anda setuju j ika wanita dikatakan lebih berisi ko terkena penyakit jantung koroner di banding pri a terutama setelah masa menopause?

59 59.0 59.0 59.0

Apakah anda setuju membeli obat penyakit j antung koroner di apotik tanpa harus mendapatkan resep dokter ?

30 30.0 30.0 30.0

(15)

Apakah anda setuju j ika dokter mel arang anda mengkonsumsi makanan atau

Apakah anda sel alu mel akukan check up secara rutin untuk menghindari faktor pemicu penyakit j antung koroner

62 62.0 62.0 62.0

Apakah anda setuju j ika dokter menyuruh anda mengurangi jumlah kegiatan sehari hari ?

Apakah anda mematuhi anjuran dokter uintuk melakukan check up secara rutin ?

(16)

Apakah anda setuju melakukan olahraga rutin meskipun dengan jumlah waktu

Setel ah menderita penyakit jantung koroner, saya segera mengurangi kegiatan

Saya mulai membatasi konsumsi makanan dan minuman setelah menderita penyakit jantung koroner

Saya tidak mau menunggu kondisinya lebih parah, ji ka dada terasa nyeri, saya segera menemui dokter

(17)

Saya selal u melakukan check rutin sesuai anjuran dokter

Saya bersedi a mengi kuti pengobatan alternatif j ika hal i tu memberi manfaat bagi saya

Saya tidak mau mengambil risiko, saya rutin mengkonsumsi obat 3 kali sehari

Saya mel akukan olahraga secara rutin setiap hari meskipun dengan jumlah terbatas

(18)

Saya harus cermat memperhatikan kondisi fisik saya setelah

Saya terima keadaan saya tidak sama dengan orang lain yang tidak menderita penyakit jantung koroner

Umur * Kategori Pengetahuan Crosstabulati on

(19)

Kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Pendidi kan * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

10 38 10 58

Umur * Kategori Sikap Crosstabulation

5 22 9 36

Kelamin * Kategori Sikap Crosstabulation

(20)

Pendidi kan * Kategori Si kap Crosstabulation

Umur * Kategori Perilaku Crosstabul ation

7 24 5 36

Kelamin * Kategori Perilaku Crosstabulation

(21)

Pendidi kan * Kategori Perilaku Crosstabulati on

7 37 14 58

12.1% 63.8% 24.1% 100.0%

0 6 0 6

.0% 100.0% .0% 100.0%

4 22 6 32

12.5% 68.8% 18.8% 100.0%

2 2 0 4

50.0% 50.0% .0% 100.0%

13 67 20 100

13.0% 67.0% 20.0% 100.0%

Count

% wit hin Pendidikan Count

% wit hin Pendidikan Count

% wit hin Pendidikan Count

% wit hin Pendidikan Count

% wit hin Pendidikan SMA

D3

S1

S2 Pendidikan

Total

Kurang Cukup Baik

Kategori Perilaku

(22)

Tabel Hasil Uji Validitas Item pertanyaan r-hitung

validitas r-tabel Kesimpulan Pengetahuan

Tabel Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r-hitung

reliabilitas r-tabel Kesimpulan

1 Pengetahuan 0.844 0.6 Reliabel

(23)

Reliability PENGETAHUAN

(24)

Reliability SIKAP

(25)

Reliability PERILAKU

(26)
(27)
(28)
(29)

53

DAFTAR PUSTAKA

Coronary Artery Disease - Coronary Heart Disease Updated:Sep 2,2014 http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/MyHeartandStrokeN ews/Coronary-Artery-Disease---Coronary-Heart

Disease_UCM_436416_Article.jsp [Accessed 18 May 2015]

Coronary Heart Disease and Five Faktor Model of Personality: A Statiscal Assessment of the link. PJC Vol 24,July-December 2013 https://www.academia.edu/9467402/Coronary_Heart_Disease_and_Five_F aktor_Model_of_Personality_A_Statistical_Assessment_of_the_Link. [Accessed 4 April 2015]

Deaths from coronary heart disease pdf,

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.pd f?ua=1[Accessed 19 April 2015]

Epidemiologi PJK Senin,27 Oktober 2008 by HIMAPID

http://himapid.blogspot.com/2008/10/penyakit-kardiovaskuler-pkv-terutama.html[Accessed 7 April 2015]

Gerald, 2012, Skripsi, Perilaku Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Diet Penyakit Jantung Koroner Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Global burden of coronary heart disease pdf,

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_13_coronaryH .pdf?ua=1[Accessed 19 April 2015]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. [Accessed 31 March 2015]

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia

Manifestasi klinis PJK (Penyakit Jantung Koroner)

http://metode1.blogspot.com/2013/03/manifestasi-klinis-pjk-penyakitjantung.html [Accessed 6 May 2015]

Maron DJ et al. 2004. Dislipidemia, other risk faktors, and prevention of coronary

(30)

54

National Heart,Lung, and Blood Institute, 2011. What is Coronary Heart Disease? http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/cad/ [Accessed 4 April 2015]

Notoadmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan : teori dan aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi T. Bahri Anwar Djohan Ahli Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf [Accessed 4 April 2015]

Penyakit Jantung Koroner (Pjk)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43251/4/Chapter%20II.pdf [Accessed 30 March 2015]

Percutaneous coronary interventions

https://www.health.ny.gov/press/releases/2012/2012-10-15_cardiac_reports_released https://www.health.ny.gov/press/releases/2012/2012-10-15_cardiac_reports_released.htm [Accessed 18 May 2015]

Riyanto A. 2010 Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Sulistyo, 2011, Skripsi, Faktor Resiko Kejadian PJK (Penyakit Jantung Koroner) Pada Kelompok Usia Muda (Studi Di Kabupaten Ponorogo).

Supriyono,Mamat. 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia <45 tahun. Universitas

Diponegoro. Semarang. Available at

http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRIYONO.pdf [Accessed 18 May 2015]

Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Types of cardiovascular disease pdf,

(31)

25

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner(PJK) di Ramah Sakit Umum Daerah DR Pringadi Medan mengenai PJK. Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Penyakit Jantung Koroner

3.2 Definisi Operasional

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Penindaran terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan „pre-disposisi‟

Buku

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner mengenai

(32)

26

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku juga merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, berkerja, khuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Pengetahuan, sikap dan perilaku diukur dengan hasil jawaban kuesioner dengan skala ordinal. Jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu laki-laki dan perempuan diukur secara nominal. Umur adalah usia responden yang mengikuti penelitian dikelompokkan menjadi 30tahun keatas. Skala umur responden diukur secara ordinal.

(33)

27

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan rancangan cross

sectional, dimana suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan,sikap dan perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner(PJK) di Rumah Sakit Umum Daerah DR Pringadi, Medan mengenai PJK.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD DR Pringadi, Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan April 2015 hingga Desember 2015.

4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita PJK.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode secara simple random sampling dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

(34)

28

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan

Dengan menggunakan rumus besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel minimal 100 orang. Sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi ekslusi sebagai berikut :

Kriteria Inklusi, meliputi:

a. Pasien yang menderita penyakit jantung koroner. b. Bersedia mengikuti penelitian

Kriteria ekslusi, meliputi:

a. Pasien yang kurang dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

4.4 Teknik pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer, yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap mahasisiwa terhadap PJK.

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian di RSUD DR Pringadi, Medan.

2. Setelah mendapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada pasien yang menderita penyakit jantung koroner. 3. Memilih pasien yang memenuhi syarat atau kriteria sampel yaitu pasien

(35)

29

4. Setelah mendapatkan izin maka meminta persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya mempersilahkan responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Penelitian mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh masing-masing pasien PJK, kemudian setelah selesai dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan pada saat itu juga.

4.5 Teknik pengolahan dan analisa data 4.5.1 Pengolahan data

Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah: 1. Editing

Peneliti memeriksa data awal yang telah ada. Bertujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada.

2. Koding

Memberikan kode pada masing-masing variabel penelitian untuk memudahkan dalam analisis data.

3. Entri

Memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan pengolahan data sesuai dengan variabel yang sudah ada.

4. Tabulasi

(36)

30

4.5.2 Analisa data

Data dari setiap responden akan diperiksa oleh peneliti. Setiap ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data yang lengkap dari kuesioner tersebut dimasukkan ke dalam komputer. Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 22 yang dianalisa secara statistic analitik dan disajikan bentuk table distribusi frekuensi.

Semua variable yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku diukur dengan menggunakan system skor. Penilaian dibagikan kepada tingkat baik, sedang, dan kurang. Pengukuran skor menggunakan skala diberikan (Notoatmodjo, 2013) :

1. Baik, apabila jawaban responen benar 75% dari nilai tertinggi.

2. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-74% dari nilai tertinggi.

(37)

31

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pasien penderita penyakit jantung koroner pada RSUD DR Pringadi Medan untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang tingkat pengetahuan pasien penderita penyakit jantung koroner RSUD Dr Pirngadi Medan tentang penyakit jantung koroner yang meliputi 100 orang sampel penelitian PJK.

5.1.2 Karakteristik Responden

Karaktristik responden dalam penelitian ini adalah meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam 3 kategori yakni kategori umur antara 30-40 tahun, antara 41-50 tahun dan antara 51-60 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

1 30-40 tahun 36 36.0

2 41--50 tahun 42 42.0

3 51-60 tahun 22 22.0

Total 100 100.0

(38)

32

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Perempuan 46 46.0

2 Laki-laki 54 54.0

Total 100 100.0

Tabel5.2 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 46 orang (46.0%) adalah perempuan dan 54 orang (54.0%) adalah laki-laki. Dengan demikian, mayoritas responden adalah laki-laki yakni sebanyak 54 orang (54.0%).

5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 4 tingkatan yakni SMA, D3, S1 dan S1 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 SMA 58 58.0

2 D3 6 6.0

3 S1 32 32.0

4 S2 4 4.0

Total 100 100.0

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 58 orang (58.0%) berpendidikan SMA, 6 orang (6.0%) berpendidikan D3, 32 orang (32.0%) berpendiidkan S1 dan 4 orang (5.0%) berpendidikan S2. Dengan demikian, mayoritas responden adalah berpendidikan SMA yakni sebanyak 58 orang (58.0%).

(39)

33

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Honor 7 7.0

2 Non job 7 7.0

3 PNS 8 8.0

4 IRT 7 7.0

5 Peg.swasta 18 18.0

6 Wiraswasta 53 53.0

Total 100 100.0

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 7 orang (7.0%) dengan status pekerjaan honor, 7 orang 7.0%) dengan status pekerjaan non job, 8 orang (8.0%) PNS, 7 orang (7.0%) ibu rumah tangga (IRT), 18 orang (18.0%) pegawai swasta dan 53 orang (53.0%) bekerja wiraswasta. Dengan demikian, mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 53 orang (53.0%).

5.2 Variabel Penelitian 5.2.1 Pengetahuan

(40)

34

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Penyakit jantung koroner

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah 1 Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit

jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh

63 (63.0%)

37 (37.0%) 2 Seseorang mengalami risiko penyakit jantung

koroner karena

56 (56.0%)

44 (44.0%) 3 Faktor faktor apa yang menimbulkan terjadinya

penyakit jantung koroner itu ?

69 (69.0%)

31 (31.0%) 4 Berikut ini adalah faktor faktor penyebab jantung

koroner yang tidak dapat dikendalikan

31 (31.0%)

69 (69.0%) 5 Berikut ini adalah faktor faktor penyebab jantung

koroner yang dapat dikendalikan

56 (56.0%)

44 (44.0%) 6 Diantara perokok sejak usia muda, kemungkinan

terjadi penyakit jantung koroner adalah

62 (62.0%)

38 (38.0%) 7 Risiko mengalami penyakit jantung koroner

diantara penderita DM

60 (40.0%)

40 (40.0%) 8 Pada usia lansia, risiko terjadi penyakit jantung

koroner adalah

60 (40.0%)

40 (40.0%) 9 Diantara faktor penyebab paling utama terhadap

terjadinya penyakit jantung koroner adalah :

56 (56.0%)

44 (44.0%) 10 Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner

adalah

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban terhadap ke-10 pertanyaan tersebut di atas, selanjutnya pengetahuan dapat dikategorikan kedalam 3 kategori yakni baik (jika total skor 8-10, cukup (jika total skor 5-7) dan kurang (jika total skor 0-4 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.6

Kategori Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner No Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 19 19.0

(41)

35

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 19 orang (19.0%) memiliki pengetahuan yang baik tentang PJK, 65 orang (65.0%) memiliki pengetahuan cukup dan 16 orang (16.0% ) memiliki pengetahuan kurang. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup tentang PJK yakni sebanyak 65 orang (65.0%).

4.2.1.1. Kategori Pengetahuan Berdasarkan Umur

Kategori pengetahuan responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7

Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Umur Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

30-40 tahun 7 (19.4%) 20 (55.6%) 9 (25.0%) 36 (100.0%)

41-50 tahun 6 (14.3%) 30 (71.4%) 6 (14.3%) 42 (100.0%)

51-60 tahun 3 (13.6%) 15 (68.2%) 4 (18.2%) 22 (100.0%)

Total 16 (16.0%) 65 (65.0%) 19 (19.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa dari 42 responden yang mayoritas

berumur 41-50 tahun, mayoritas berpengetahuan cukup yakni sebanyak 30 orang

(71.4%).

4.2.1.2. Kategori Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

(42)

36

Tabel 5.8

Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

Perempuan 10 (21.7%) 25 (54.3%) 11 (23.9%) 46 (100.0%)

Laki-laki 6 (11.1%) 40 (74.1%) 8 (14.8%) 54 (100.0%)

Total 16 (16.0%) 65 (65.0%) 19 (19.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.8 memperlihatkan bahwa dari 54 responden yang mayoritas

laki-laki, mayoritas memiliki pengetahuan cukup yakni sebanyak 40 orang (74.1%)

4.2.1.3. Kategori Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan

Kategori pengetahuan responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5.9

Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

SMA 10 (17.2%) 38 (65.5%) 10 (17.2%) 58 (100.0%)

D3 1 (16.7%) 5 (83.3%) 0 (0.0%) 6 (100.0%)

S1 4 (12.5%) 19 (59.4%) 9 (28.1%) 32 (100.0%)

S2 1 (25.0%) 3 (75.0%) 9 (0.0%) 4 (100.0%)

Total 16 (16.0%) 65 (65.0%) 19 (19.0%) 100 (100.0%)

(43)

37

4.2.1.4. Kategori Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan

Kategori pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.10

Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

Honor 2 (28.6%) 5 (71.4%) 0 (0.0%) 7 (100.0%)

Non Job 2 (28.6%) 4 (57.1%) 1 (14.3%) 7 (100.0%)

PNS 4 (0.0%) 8 (100.0%) 0 (0.0%) 8 (100.0%)

IRT 0 (0.0%) 6 (85.7%) 1 (14.3%) 7 (100.0%)

Peg.swasta 4(22.2%) 9 (50.0%) 5 (27.8%) 18 (100.0%)

Wiraswasta 8 (15.1%) 33 (62.3%) 12 (22.6%) 53(100.0%)

Total 16 (16.0%) 65 (65.0%) 19 (19.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.10 memperlihatkan bahwa dari 53 orang responden yang mayoritas bekerja sebagai wiraswasta, mayoritas berpengetahuan cukup yakni sebanyak 33 orang (62.3%).

5.2.2 Sikap

(44)

38

penyakit jantung koroner di apotik tanpa harus mendapatkan resep dokter” dimana mayoritas responden (70.0%) menjawab tidak setuju. Hal ini menggambarkan adanya sikap yang benar dalam menghadapi kondisi jika PJK yang diderita pasien kambuh lagi. Dengan kata lain, jika PJK nya kambuh, pada umumnya responden sudah menunjukkan sikap yang benar yakni tidak membeli obat sembarangan tetapi harus melalui resep dokter.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Sikap Penyakit jantung koroner

No Pertanyaan Jawaban

Setuju Tidak 1 Apakah anda setuju jika setiap kali PJK anda

kambuh, segera dilarikan ke rumah sakit ?

67 (67.0%)

33 (33.0%) 2 Apakah anda setuju jika wanita dikatakan lebih

berisiko terkena penyakit jantung koroner

dibanding pria terutama setelah masa menopause?

59 (59.0%)

41 (41.0%) 3 Apakah anda setuju membeli obat penyakit

jantung koroner di apotik tanpa harus mendapatkan resep dokter ?

30 (30%)

70 (30.0%) 4 Apakah anda setuju bahwa penyempitan pembuluh

darah jantung tidak dapat menyebabkan kematian?

65 (65.0%)

35 (35.0%) 5 Apakah anda setuju jika dokter melarang anda

mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu

58 (58.0%)

42 (42.0%) 6 Apakah anda selalu melakukan check up secara

rutin untuk menghindari faktor pemicu penyakit jantung koroner

62 (62.0%)

38 (38.0%) 7 Apakah anda setuju jika dokter menyuruh anda

mengurangi jumlah kegiatan sehari hari ?

57 (57.0%)

43 (43.0%) 8 Apakah anda mematuhi anjuran dokter untuk

melakukan check up secara rutin ?

63 (63.0%)

37 (37.0%) 9 Apakah anda setuju mengikuti program pemulihan

jantung setelah dirawat di rumah sakit ?

64 (64.0%)

36 36.0%) 10 Apakah anda setuju melakukan olahraga rutin

meskipun dengan jumlah waktu yang terbatas ?

66 (66.0%)

34 (34.0%)

(45)

39

Tabel 5.12 Kategori Sikap Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

No Kategori Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 28 28.0

2 Cukup 60 60.0

3 Kurang 12 12.0

Total 100 100.0

Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 28 orang (28.0%) memiliki sikap yang baik tentang penyakit jantung koroner, 60 orang (60.0%) memiliki sikap cukup baik dan 12 orang (12.0% ) memiliki sikap kurang baik tentang penyakit jantung koroner. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki sikap cukup yakni sebanyak 60 orang (60.0%).

4.2.2.1. Kategori Sikap Berdasarkan Umur

Kategori sikap responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.13

Kategori Sikap Responden Berdasarkan Umur

Umur Sikap Total

Kurang Cukup Baik

30-40 tahun 5 (13.9%) 22 (61.1%) 9 (25.0%) 36 (100.0%)

41-50 tahun 5 (11.9%) 25 (59.5%) 12 (28.6%) 42 (100.0%)

51-60 tahun 3 (9.1%) 13 (59.1%) 7 (31.8%) 22 (100.0%)

Total 12 (12.0%) 60 (60.0%) 28 (28.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.13 memperlihatkan bahwa dari 42 responden yang mayoritas

berumur 41-50 tahun, mayoritas memiliki sikap cukup yakni sebanyak 25 orang

(46)

40

4.2.2.2. Kategori Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori sikap responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.14

Kategori Sikap Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Sikap Total

Kurang Cukup Baik

Perempuan 7 (15.2%) 30 (65.2%) 9 (19.6%) 46 (100.0%)

Laki-laki 5 (9.3%) 30 (55.6%) 19 (35.2%) 54 (100.0%)

Total 12 (12.0%) 60 (60.0%) 28 (28.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.14 memperlihatkan bahwa dari 54 responden yang mayoritas

laki-laki, mayoritas memiliki sikap cukup yakni sebanyak 30 orang (55.6%)

4.2.2.3. Kategori Sikap Berdasarkan Pendidikan

Kategori sikap responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.15

Kategori Sikap Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Sikap Total

Kurang Cukup Baik

SMA 8 (13.8%) 31 (53.4%) 19 (32.8%) 58 (100.0%)

D3 0 (0.0%) 6 (100.0%) 0 (0.0%) 6 (100.0%)

S1 3 (9.4%) 20 (62.5%) 9 (28.1%) 32 (100.0%)

(47)

41

Tabel 5.15 memperlihatkan bahwa dari 59 orang responden yang

mayoritas berpendidikan SMA, mayoritas memiliki sikap cukup yakni sebanyak

31 orang (53.4%).

4.2.2.4. Kategori Sikap Berdasarkan Pekerjaan

Kategori sikap responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.16

Kategori Sikap Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Sikap Total

Kurang Cukup Baik

Honor 2 (28.6%) 4 (57.1%) 1 (14.3%) 7 (100.0%)

Non Job 2 (28.6%) 3 (42.9%) 2 (28.6%) 7 (100.0%)

PNS 0 (0.0%) 8 (100.0%) 0 (0.0%) 8 (100.0%)

IRT 0 (0.0%) 5 (71.4%) 2 (28.6%) 7 (100.0%)

Peg.swasta 3 (16.7%) 10 (55.6%) 2 (28.6%) 18 (100.0%)

Wiraswasta 5 (9.4%) 30 (56.6%) 18 (34.0%) 53(100.0%)

Total 12 (12.0%) 60 (60.0%) 28 (28.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.16 memperlihatkan bahwa dari 53 orang responden yang

mayoritas bekerja sebagai wiraswasta, mayoritas memiliki sikap cukup yakni

sebanyak 30 orang (56.6%).

5.2.3 Perilaku

(48)

42

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Terkait Dengan Penyakit Jantung Koroner

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Setelah menderita penyakit jantung koroner, saya segera mengurangi kegiatan

67 (67.0%)

33 (33.0%) 2 Saya mulai membatasi konsumsi makanan dan

minuman setelah menderita penyakit jantung koroner

59 (59.0%)

41 (41.0%) 3 Saya tidak mau menunggu kondisinya lebih parah,

jika dada terasa nyeri, saya segera menemui dokter

30 (30.0%)

70 (70.0%) 4 Saya selalu melakukan check rutin sesuai anjuran

dokter

65 (65.0%)

35 (35.0)% 5 Saya bersedia mengikuti pengobatan alternatif jika

hal itu memberi manfaat bagi saya

58 (58.0%)

42 (42.0%) 6 Saya tidak mau mengambil risiko, saya rutin

mengkonsumsi obat 3 kali sehari

62 (62.0%

38 (38.0%) 7 Saya melakukan olahraga secara rutin setiap hari

meskipun dengan jumlah terbatas

57 (57.0%)

43 (43.0%) 8 Saya mengikuti program pemulihan jantung setelah

menjalani perawatan

63 (63.0%)

37 (37.0%) 9 Saya harus cermat memperhatikan kondisi fisik saya

setelah menderita penyakit jantung koroner

64 (64.0%)

36 (36.0%) 10 Saya terima keadaan saya tidak sama dengan orang

lain yang tidak menderita penyakit jantung koroner

66 (66.0%)

34 (34.0%)

Tabel 5.17 memperlihatkan bahwa skor tertinggi pernyataan positif (jawaban tidak pernah) diperoleh dari jawaban pertanyaan ke-10 yakni tentang “Setelah menderita penyakit jantung koroner, saya segera mengurangi kegiatan” dimana mayoritas responden menjawab ya. Hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya responden sudah memperlihatkan perilaku yang baik tentang PJK.

Sebaliknya, skor tertinggi pernyataan negatif (jawaban perna) diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan no 3 tentang “saya tidak mau menunggu kondisinya lebih parah, jika dada terasa nyeri, saya segera menemui dokter” dimana mayoritas responden (70.0%) menjawab tidak setuju.

(49)

43

Tabel 5.18 Kategori Perilaku Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

No Kategori Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 20 20.0

2 Cukup 67 67.0

3 Kurang 13 13.0

Total 100 100.0

Tabel 5.18 memperlihatkan bahwa dari 100 responden penelitian, 20 orang (20.0%) memiliki perilaku yang baik tentang PJK, 67 orang (67.0%) memiliki perilaku cukup baik dan 13 orang (13.0% ) memiliki perilaku kurang baik tentang PJK. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki perilaku cukup tentang PJK yakni sebanyak 67 orang (67.0%).

4.2.3.1. Kategori Perilaku Berdasarkan Umur

Kategori perilaku responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.19

Kategori Perilaku Responden Berdasarkan Umur

Umur Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

30-40 tahun 7 (19.4%) 24 (66.7%) 5 (13.9%) 36 (100.0%)

41-50 tahun 3 (7.1%) 29 (69.0%) 10 (23.8%) 42 (100.0%)

51-60 tahun 3 (13.6%) 14 (63.6%) 5 (22.7%) 22 (100.0%)

Total 12 (12.0%) 60 (60.0%) 28 (28.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.19 memperlihatkan bahwa dari 42 responden yang mayoritas

(50)

44

4.2.3.2. Kategori Perilaku Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori perilaku responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.20

Kategori Perilaku Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

Perempuan 7 (15.2%) 32 (69.6%) 7 (15.2%) 46 (100.0%)

Laki-laki 6 (11.1%) 35 (64.8%) 13 (24.1%) 54 (100.0%)

Total 13 (12.0%) 67 (67.0%) 20 (20.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.20 memperlihatkan bahwa dari 54 responden yang mayoritas

laki-laki, mayoritas memiliki perilaku cukup yakni sebanyak 35 orang (64.8%)

4.2.3.3. Kategori Perilaku Berdasarkan Pendidikan

Kategori perilaku responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.21

Kategori Perilaku Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

SMA 7 (12.1%) 37 (63.8%) 14 (24.1%) 58 (100.0%)

D3 0 (0.0%) 6 (100.0%) 0 (0.0%) 6 (100.0%)

S1 4 (12.5%) 22 (68.8%) 6 (18.8%) 32 (100.0%)

(51)

45

Tabel 5.21 memperlihatkan bahwa dari 58 orang responden yang

mayoritas berpendidikan SMA, mayoritas memiliki perilaku cukup yakni

sebanyak 37 orang (63.8%).

4.2.3.4. Kategori Perilaku Berdasarkan Pekerjaan

Kategori perilaku responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.22

Kategori Perilaku Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

Honor 2 (28.6%) 5 (71,4%) 0 (0.0%) 7 (100.0%)

Non Job 2 (28.6%) 4 (57.1%) 1 (14.3%) 7 (100.0%)

PNS 1 (12.5%) 6 (75.0%) 1 (12.5%) 8 (100.0%)

IRT 1 (14.3%) 4 (57.1%) 2 (28.6%) 7 (100.0%)

Peg.swasta 1 (5.6%) 13 (72.2%) 4 (22.2%) 18 (100.0%)

Wiraswasta 6 (11.3%) 35 (66.0%) 12 (22.6%) 53(100.0%)

Total 13 (12.0%) 67 (67.0%) 20 (20.0%) 100 (100.0%)

Tabel 5.22 memperlihatkan bahwa dari 53 orang responden yang

mayoritas bekerja sebagai wiraswasta, mayoritas memiliki perilaku cukup yakni

(52)

46

5.3 Pembahasan 5.3.1 Pengetahuan

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup baik tentang PJK yakni sebanyak 65 orang (65.0%) dan mayoritas responden memiliki sikap cukup yakni sebanyak 60 orang (60.0%), bahkan mayoritas responden memiliki perilaku cukup baik tentang PJK yakni sebanyak 67 orang (67.0%).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sulistyo, 2011, dengan judul Faktor Resiko Kejadian PJK (Penyakit Jantung Koroner) Pada Kelompok Usia Muda (Studi Di Kabupaten Ponorogo). Pengetahuan. sikap dan tindakan merupakan sama-sama bentuk dari faktor perdisposisi dari perilaku, pengetahuan dan sikap dapat berjalan seiring artinya jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka akan ada kecenderungan sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Skinner dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), mengemukakan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Tingginya prevalensi penyakit jantung (khususnya PJK) diakibatkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan pola hidup dan perilaku masyarakat yang cenderung mengalami pergeseran misalnya merokok, minum alkohol, makan makanan berlemak, stress dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor tersebut dapat beresiko terhadap PJK.

(53)

47

perilaku karena sikap merupakan kesiapan berespon atau bertindak. Bila klien bersikap kurang baik sehubungan dengan perilaku pencegahan PJK, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perilaku yang muncul (Notoatmodjo, 2007).

5.3.3 Perilaku

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku cukup tentang PJK yakni sebanyak 67 orang (67.0%).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yakni: a). Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan b). Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengetahuan yang masih kurang dan tingkat kesadaran yang rendah disinyalir memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas kesehatan masyarakat, kurangnya pengetahuan dengan indikasi rendahnya kesadaran akan mengurangi perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan terutama dalam upaya pencegahan PJK dan dari pengalaman terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Riyanto, 2010)

Masyarakat yang mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).

(54)

48

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gerald, 2012, dengan judul Perilaku Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Diet Penyakit Jantung Koroner Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 dan membuktikan secara deskriptif bahwa penderita PJK pada umumnya memperlihatkan perilaku cukup baik.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wildayanti Sahudi, 2011, Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

5.3.4 Faktor Faktor Karakteristik Responden 5.3.4.1 Umur

Penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur antara 41-50 tahun yakni sebanyak 42 orang (42.0%). Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian pada umumnya sudah cukup dewasa ditinjau dari umur. Sebagaimana diketahui bahwa semakin matang umur seseorang, semakin tinggi dan luas pengetahuannya termasuk tentang PJK.

(55)

49

terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita. Morbiditas penyakit PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki darpada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopouse insiden PJK meningkat dengan pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK pada laki laki. Perokok pada wanita mengalami menopouse lebih dini daripada bukan perokok. Gejala PJK pada perempuan dapat atipikal, hal ini bersama bias gender, kesulitan dalam interpretasi pemeriksaan standart (misalnya : tes latihan treadmill) menyebabkan perempuan lebih jarang diperiksa dibandingkan laki-laki. Selain itu manfaat prosedur revaskularisasi lebih menguntungkan pada laki-laki dan berhubungan dengan tingkat komplikasi perioperatif yang lebih tinggi pada perempuan.

5.3.4.3 Pendidikan

Hasil analisis deskriptif membuktikan bahwa mayoritas responden adalah berpendidikan SMA yakni sebanyak 58 orang (58.0%). Orang yang berpendidikan lebih tinggi lebih cenderung memiliki sikap dan perilaku yang lebih baik daripada mereka yang tidak berrpendidikan. Demikian juga halnya juga dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing individu dimana orang yang berpengetahuan tentunya memiliki informais lebih luas termasuk tentang PJK dan atau cara mengatasi dan mengobatinya.

(56)

50

(57)

51

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengetahuan pasien penderita PJK pasien penderita penyakit jantung koroner pada RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2015 tentang PJK yang meliputi 100 orang, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengetahuan pasien penderita PJK tentang penyakit jantung koroner pada umumnya cukup. Hal ini terbukti dari mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup baik tentang yakni sebanyak 35 orang (70.0%)

2. Sikap pasien penderita PJK tentang penyakit jantung koroner pada umumnya cukup. Hal ini terbukti dari mayoritas responden memiliki sikap cukup baik yakni sebanyak 60 orang (60.0%)

3. Perilaku pasien penderita PJK tentang penyakit jantung koroner pada umumnya cukup. Hal ini terbukti dari mayoritas responden memiliki perilaku cukup baik yakni sebanyak 67 orang (67.0%)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disampaikan saran saran demi perbaikan sebagai berikut :

1. Kepada dokter di RSUD Dr Pirngadi Medan, disarankan untuk memberikan bimbingan penyuluhan kepada pasien penderita PJK agar pengetahuan, sikap dan perilaku mereka PJK mereka dapat lebih ditingkatkan.

(58)

52

(59)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟ dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2013)

Sebelum orang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awarenes (kesadaran)

Orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik)

Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang)

Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial

Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang diiginkan stimulusnya.

5. Adoption

Dimana subek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

(60)

6

sebelumnya masuk kedalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingatkan kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelakan intepretasi materi tersebut secra benar, mampu menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya atau penggunaan hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi.

5. Sintesis (synthesis)

Merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2 Sikap

(61)

7

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, bagaimana penilaian orang tersebut terhadap suatu objek.

3. Kecendurungan untuk bertindak (tend to behave), komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka. Kemudian Notoatmodjo (2013) menyatakan bahwa sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan dimana orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Merespons diartikan dimana orang (subjek) memberikan tindakan balas terhadap stimulus yang diberikan (objek), seperti menjawab bila ditanya. 3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan bertanya bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2013)

2.3 Perilaku

2.3.1. Definisi Perilaku

(62)

8

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo,2013).

2.3.2. Determinan Perilaku

Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – niali dan sebagainya. 2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat- obatan, alat- alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.4 Penyakit jantung koroner 2.4.1 Definisi

Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria. Arteri ini menyuplai darah yang kaya akan oksigen untuk otot jantung (NHLBI,2011).

(63)

9

Proses aterosklerosis ini sudah dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi nyata secara klinik pada kehidupan dewasa. Lebih dari setengah insiden penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Terdapat beberapa faktor risiko lain yang juga berperan akan tetapi dalam derajat yang lebih kecil misalnya obesitas, dan aktivitas fisik yang kurang. (American Heart Association,2013).

2.4.2 Epidemiologi

Epidemiologi PJK dimulai di Amerika Utara, Eropah dan Australia diawal abad 17. Di beberapa Negara industri , jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai puncaknya di tahun 60-an hingga awal 70-an dan sampai saat ini perkembangannya meningkat dibeberapa Negara.

Perbedaan etnis dan ras terhadap kemungkinan terkena PJK masih belum banyak dibuktikan, walaupun pada kenyataannya PJK relatif lebih tinggi pada kulit hitam Amerika, orang Karibia, dan orang Indian di Afrika Tengah, Timur dan Selatan. Hal ini banyak dihubangkan dengan status sosial ekonominya yang diperkirakan memiliki korelasi dengan peningkatan resiko mendapatkan PJK pada umur pertengahan dengan jenis kelamin pria dan kebanyakkan diantaranya memiliki riwayat kegemukan, hipertensi dan diabetes mellitus. Masyarakat perkotaan umumnya memiliki pola dan gaya hidup berbeda dengan masyarakat desa dan ini menjadi faktor resiko bagi ditemukannya PJK dengan konsumsi karbohidrat,konsumsi minyak nabati, pekerjaan yang keras dan merokok.

Di Negara berkembang termasuk Indonesia, pada mulanya PJK itu menyerang pasien golongan sosial ekonomi tinggi. Mereka memiliki gaya hidup yang berisiko terpapar PJK, seperti konsentrasi lemak tinggi, jarang olahraga, merokok dan suasana hidup stres. Tetapi saat ini PJK sudah merambat ke golongan social menengah kebawahan.

(64)

10

2.4.3 Patogenesis

Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi Fatty streak, Fibrous plaque,

Advance (complicated) plaque. Disfungsi endotel disebabkan oleh beberapa faktor

seperti merokok, hipertensi, dan hiperlipidemia. Hal ini memungkinkan masuknya berbagai komponen darah ke dalam lapisan intima arteri. Komponen-komponen ini biasanya melapisi sepanjang lapisan endotel dan tidak merusak arteri. Infiltrasi leukosit, lipid (dibawa oleh partikel LDL), dan makrofag menyebabkan sel darah ini terakumulasi dalam lapisan intima arteri. Peradangan terjadi dan foam cell yang kaya lipid terbentuk sebagai makrofag yang menelan partikel LDL. Foam ini menumpuk dan tumbuh menjadi fatty streaks, yang akhirnya tonjol keluar ke lumen arteri.

Fibrous plaque merupakan kelanjutan dari fatty streak dimana terjadi

proliferasi sel, penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat dari proses nekrosis. Pada fase ini terjadi proliferasi otot polos dimana sel ini akan membentuk fibrous cap. Fibrous cap ini akan menutup timbunan lemak ekstraseluler dan sel debris.

Advance (complicated) lesion merupakan jaringan nekrosis yang

merupakan inti dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran (calcified), fibrous cap menjadi semakin tipis dan pecah sehingga lesi ini akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi thrombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah (Thomas G. Allison,2007).

2.4.4 Faktor-Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko untuk PJK pertama kali diidentifikasi di Framingham Heart

(65)

11

yang berhubungan dengan penyakit. Berbagai faktor resiko bekerjasama saling berinteraksi dalam memperberat kondisi penyakit.

1. Hipertensi

"Tekanan darah" adalah kekuatan darah mendorong dinding arteri saat jantung memompa darah. Jika tekanan ini meningkat dan tetap tinggi dari waktu ke waktu, dapat merusak tubuh dengan berbagai cara (NHLBI,2012).

Tekanan darah tinggi yang secara terus menurus dapat menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri secara perlahan. Arteri tersebut mengalami suatu pengerasan yang dapat menyempitkan lumen dalam pembuluh darah sehingga aliran darah terhalang. Akibat dari tekanan ini dapat merupakan beban tekanan pada dinding arteri. Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras. Makin berat kondisi hipertensi yang diderita maka makin berat pula faktor resiko terhadap PJK (Djohan T.B.A, 2004).

2. Hiperkolesteramia

Kolesterol adalah lemak yang dibuat oleh hati dari lemak jenuh yang kita makan. Kolesterol sangat penting untuk sel-sel sehat, tetapi jika ada terlalu banyak dalam darah dapat menyebabkan PJK. kholesterol dilakukan dalam aliran darah oleh molekul yang disebut lipoprotein.

Ada beberapa jenis lipoprotein, tetapi dua yang utama adalah

low-density lipoprotein (LDL) dan high low-density lipoprotein (HDL). LDL sering

(66)

12

Tabel 2.1. ATP III Classification of LDL Total, and HDL

Cholestrol (mg/dL)

Dekat atau di atas optimal Batas tinggi jenuh atau melalui proses biohidrogenasi di perut dari hewan ruminansia. Margarin memiliki kadar asam lemak trans yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dari konsumsi asam lemak trans dengan peningkatan resiko terjadinya PJK. Peningkatan ini karena asam lemak trans meningkatkan rasio kolesterol LDL. Food and Agriculture

Organization of the United Nations dan World Health Organization

merekomendasikan untuk menurunkan konsumsi asam lemak trans dalam makanan sehari-hari sebanyak 4%. Tingginya prevalensi PJK di Pakistan akibat dari tingginya konsumsi margarin yang terdiri dari asam lemak trans sebanyak 14.2-34.3% yang bisa menjadi salah satu faktor risiko meningkatnya PJK di Pakistan. Riset lain membuktikan bahwa terjadi penurunan kejadian PJK di Asia bagian selatan dengan mengonsumsi rendah asam lemak trans. Dalam studi yang dilakukan di Finlandia, fatty

liver meningkatkan terjadinya PJK sebagai salah satu faktor resiko yang

(67)

13

3. Diabetes melitus

Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih infus dibandingkan kelompok kontrol dengan usia yang sesuai. Diabetes melitus merupakan faktor resiko independen untuk PJK, meningkatkan risiko untuk tipe 1 maupun tipe 2 dengan dua sampai empat kali. Diantaranya dapat berupa disfungsi endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada akhirnya mningkatkan resiko terjadinya Coronary Artery Diseases (CAD). Pada diabetes tergantung insulin (NIDDM), penyakit koroner dini dapat dideteksi pada studi populasi sejak dekad keempat, dan pada usia 55 tahun hingga sepertiga pasien meninggal karena komplikasi PJK, adanya mikroalbuminemia atau nefropati meningkatkan resiko PJK secara bermakna (Supriyono, 2008). DM merusakkan dinding bahagian dalam arteri melalui peningkatan ROS (reactive oxygen species) dan disfungsi sel-sel endotel pembuluh sehingga dengan lebih cepat menuju proses arteriosklerosis. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan plateletyang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi (Djohan T.B.A, 2004 dalam Norhashimah, 2011). 4. Obesitas

Obesitas didefinisikan oleh AHA (American Heart Association) sebagai faktor resiko utama untuk PJK. Obesitas mempercepat perkembangan aterosklerosis koroner pada pria dewasa remaja dan muda. Obesitas perut menambah resiko kesehatan obesitas, dan lingkar pinggang berkorelasi positif dengan kadar lemak perut.

Indeks massa tubuh (BMI) dihitung sebagai berat badan (kg) / tinggi badan kuadrat (m)

Hasil skala BMI berdasarkan skala seperti berikut :

(68)

14

d. BMI antara 25 dan 29,9 menunjukkan seseorang mempunyai berat badan berlebihan untuk ketinggian mereka (overweight).

e. BMI 30 atau lebih menunjukkan seseorang itu obesitas. ( David J.Maron et al., 2008).

Obesitas dapat mempercepatkan terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu :

a. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepatkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).

b. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi. Ini adalah akibat penambahan volume darah, peningkatan renin, peningkatan kadar insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan oleh lemak pada diniding pembuluh darah tepi).

(69)

15

yang merokok >20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya.

Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Berbagai zat yang terkandung pada rook sangat berbahaya, salah satunya adalah nikotin yang dapat menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan raksi hipersensitif dinding arteri.

Asap rokok mengandungi karbon monoksida yang memiliki kamampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah(haemoglobin). Karbon monoksida juga dikenal sebagai penyebab uatam penyakit kardiovaskular pada perokok. Perokok memiliki kadar kolesterol HDL rendah. Hal ini berarti unsurpelindung terhadap PJK menurun. Merokok menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga kebutuhan oksigen miokardium(NHLBI, 2012).

Mekanisme merokok yang menyebabkan penyakit jantung adalah seperti berikut:

a. Merokok merusak lapisan arteri, menyebabkan penumpukan dari bahan lemak (ateroma) yang mempersempit arteri. Hal ini dapat menyebabkan angina, serangan jantung atau stroke.

b. Karbon monoksida dalam asap tembakau mengurangi jumlah oksigen dalam darah . Ini berarti jantung harus memompa lebih keras untuk memasok tubuh dengan oksigen yang dibutuhkan.

c. Nikotin dalam rokok merangsang tubuh untuk memproduksi adrenalin, yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah , membuat jantung bekerja lebih keras. (British Heart

(70)

16

Hal ini juga membantu mencegah perkembangan diabetes, membantu menjaga berat badan, dan mengurangi hipertensi, yang merupakan faktor-faktor resiko independen untuk penyakit kardiovaskular.

The American Heart Association merekomendasikan 30-60 menit

latihan aerobik tiga sampai empat kali seminggu rekan untuk meningkatkan fitness kardiovaskular. Aktivitas fisik memperlambat perkembangan aterosklerosis koroner dan dapat meningkatkan kadar HDL kolestrol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi.

7. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor independen untuk terjadinya PJK, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar daripada populasi kontrol.

PJK pada saudara laki-laki dengan onset pada usia 55 tahun atau lebih muda atau saudara perempuan dengan onset pada usia 65 tahun atau lebih muda didefinisikan sebagai riwayat keluarga yang positif, semakin besar jumlah anggota keluarga dengan onset dini PJK atau muda usia PJK onset dalam relatif, semakin kuat adalah nilai prediktif.

8. Umur dan jenis kelamin

Umumnya PJK ditemui pada mulai dari usia 40 tahun keatas. Data dari RS Jantung Harapan Kita menunjukkan rata-rata umur pasien pria antara 45-55 tahun. Pada wanita, PJK dijumpai pada usia menopause atau sekitar 45-54 tahun.

Gambar

Tabel Hasil Uji Validitas  r-
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Penyakit Jantung Koroner
Tabel 5.1  Karakteristik Responden Berdasarkan Umur  Umur   Frekuensi (n) Persentase (%)
Tabel 5.2  Karakteristik Responden Berdasarkan  Jenis Kelamin  Jenis Kelamin   Frekuensi (n) Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intake serat, natrium, dan antioksidan antara penderita penyakit jantung koroner dan penyakit jantung non koroner pasien

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET DAN PERILAKU MEMBACA INFORMASI NILAI GIZI PRODUK MAKANAN KEMASAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DENGAN

Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah

Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat pada jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak

Sebagai penderita penyempitan pembuluh darah jantung, apakah anda menganjurkan anggota keluarga anda untuk mengamalkan pola hidup sehat (seperti olahraga, berhenti merokok,

maka hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Ruang Rawat Inap

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Perilaku Merokok Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa dari 70 pasien yang dinyatakan menderita penyakit jantung koroner, terdapat 39 pasien menderita penyakit jantung koroner