• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disampaikan saran saran demi perbaikan sebagai berikut :

1. Kepada dokter di RSUD Dr Pirngadi Medan, disarankan untuk memberikan bimbingan penyuluhan kepada pasien penderita PJK agar pengetahuan, sikap dan perilaku mereka PJK mereka dapat lebih ditingkatkan.

2. Kepada pasien penderita PJK di RSUD Dr Pirngadi Medan, disarankan untuk terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan khususnya tentang PJK.

52

4. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟ dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2013)

Sebelum orang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awarenes (kesadaran)

Orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik)

Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang)

Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial

Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang diiginkan stimulusnya.

5. Adoption

Dimana subek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

6

sebelumnya masuk kedalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingatkan kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelakan intepretasi materi tersebut secra benar, mampu menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya atau penggunaan hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi.

5. Sintesis (synthesis)

Merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2 Sikap

Sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau merupakan reaksi tertutup.

7

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, bagaimana penilaian orang tersebut terhadap suatu objek.

3. Kecendurungan untuk bertindak (tend to behave), komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka. Kemudian Notoatmodjo (2013) menyatakan bahwa sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan dimana orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Merespons diartikan dimana orang (subjek) memberikan tindakan balas terhadap stimulus yang diberikan (objek), seperti menjawab bila ditanya. 3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan bertanya bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2013)

2.3 Perilaku

2.3.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, berkerja, khuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

8

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo,2013).

2.3.2. Determinan Perilaku

Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – niali dan sebagainya. 2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat- obatan, alat- alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.4 Penyakit jantung koroner 2.4.1 Definisi

Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria. Arteri ini menyuplai darah yang kaya akan oksigen untuk otot jantung (NHLBI,2011).

Menurut British Heart Foundation (BHF), PJK terjadi apabila arteri koroner yang menyuplai darah dan oksigen ke jantung menyempit akibat penumpukan bahan lemak pada dinding arteri secara bertahapan (BHF,2012).

9

Proses aterosklerosis ini sudah dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi nyata secara klinik pada kehidupan dewasa. Lebih dari setengah insiden penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Terdapat beberapa faktor risiko lain yang juga berperan akan tetapi dalam derajat yang lebih kecil misalnya obesitas, dan aktivitas fisik yang kurang. (American Heart Association,2013).

2.4.2 Epidemiologi

Epidemiologi PJK dimulai di Amerika Utara, Eropah dan Australia diawal abad 17. Di beberapa Negara industri , jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai puncaknya di tahun 60-an hingga awal 70-an dan sampai saat ini perkembangannya meningkat dibeberapa Negara.

Perbedaan etnis dan ras terhadap kemungkinan terkena PJK masih belum banyak dibuktikan, walaupun pada kenyataannya PJK relatif lebih tinggi pada kulit hitam Amerika, orang Karibia, dan orang Indian di Afrika Tengah, Timur dan Selatan. Hal ini banyak dihubangkan dengan status sosial ekonominya yang diperkirakan memiliki korelasi dengan peningkatan resiko mendapatkan PJK pada umur pertengahan dengan jenis kelamin pria dan kebanyakkan diantaranya memiliki riwayat kegemukan, hipertensi dan diabetes mellitus. Masyarakat perkotaan umumnya memiliki pola dan gaya hidup berbeda dengan masyarakat desa dan ini menjadi faktor resiko bagi ditemukannya PJK dengan konsumsi karbohidrat,konsumsi minyak nabati, pekerjaan yang keras dan merokok.

Di Negara berkembang termasuk Indonesia, pada mulanya PJK itu menyerang pasien golongan sosial ekonomi tinggi. Mereka memiliki gaya hidup yang berisiko terpapar PJK, seperti konsentrasi lemak tinggi, jarang olahraga, merokok dan suasana hidup stres. Tetapi saat ini PJK sudah merambat ke golongan social menengah kebawahan.

10

2.4.3 Patogenesis

Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi Fatty streak, Fibrous plaque,

Advance (complicated) plaque. Disfungsi endotel disebabkan oleh beberapa faktor

seperti merokok, hipertensi, dan hiperlipidemia. Hal ini memungkinkan masuknya berbagai komponen darah ke dalam lapisan intima arteri. Komponen-komponen ini biasanya melapisi sepanjang lapisan endotel dan tidak merusak arteri. Infiltrasi leukosit, lipid (dibawa oleh partikel LDL), dan makrofag menyebabkan sel darah ini terakumulasi dalam lapisan intima arteri. Peradangan terjadi dan foam cell yang kaya lipid terbentuk sebagai makrofag yang menelan partikel LDL. Foam ini menumpuk dan tumbuh menjadi fatty streaks, yang akhirnya tonjol keluar ke lumen arteri.

Fibrous plaque merupakan kelanjutan dari fatty streak dimana terjadi

proliferasi sel, penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat dari proses nekrosis. Pada fase ini terjadi proliferasi otot polos dimana sel ini akan membentuk fibrous cap. Fibrous cap ini akan menutup timbunan lemak ekstraseluler dan sel debris.

Advance (complicated) lesion merupakan jaringan nekrosis yang

merupakan inti dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran (calcified), fibrous cap menjadi semakin tipis dan pecah sehingga lesi ini akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi thrombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah (Thomas G. Allison,2007).

2.4.4 Faktor-Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko untuk PJK pertama kali diidentifikasi di Framingham Heart

11

yang berhubungan dengan penyakit. Berbagai faktor resiko bekerjasama saling berinteraksi dalam memperberat kondisi penyakit.

1. Hipertensi

"Tekanan darah" adalah kekuatan darah mendorong dinding arteri saat jantung memompa darah. Jika tekanan ini meningkat dan tetap tinggi dari waktu ke waktu, dapat merusak tubuh dengan berbagai cara (NHLBI,2012).

Tekanan darah tinggi yang secara terus menurus dapat menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri secara perlahan. Arteri tersebut mengalami suatu pengerasan yang dapat menyempitkan lumen dalam pembuluh darah sehingga aliran darah terhalang. Akibat dari tekanan ini dapat merupakan beban tekanan pada dinding arteri. Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras. Makin berat kondisi hipertensi yang diderita maka makin berat pula faktor resiko terhadap PJK (Djohan T.B.A, 2004).

2. Hiperkolesteramia

Kolesterol adalah lemak yang dibuat oleh hati dari lemak jenuh yang kita makan. Kolesterol sangat penting untuk sel-sel sehat, tetapi jika ada terlalu banyak dalam darah dapat menyebabkan PJK. kholesterol dilakukan dalam aliran darah oleh molekul yang disebut lipoprotein.

Ada beberapa jenis lipoprotein, tetapi dua yang utama adalah

low-density lipoprotein (LDL) dan high low-density lipoprotein (HDL). LDL sering

disebut sebagai kolesterol jahat, membawa kolesterol dari hati dan memberikan ke sel. Kolesterol LDL cenderung membangun di dinding arteri koroner, meningkatkan risiko penyakit jantung. HDL, sering disebut sebagai "kolesterol baik", membawa kolesterol dari sel dan kembali ke hati, di mana itu dipecah atau lulus dari tubuh sebagai bahan buangan (National Health Service)

12

Tabel 2.1. ATP III Classification of LDL Total, and HDL

Cholestrol (mg/dL) Kolestrol LDL < 100 100- 129 130- 159 160- 189 ≥ 190 Optimal

Dekat atau di atas optimal Batas tinggi Tinggi Sangat tinggi Kolestrol total <200 ≥ 240 200- 239 Normal Tinggi Agak tinggi Kolestrol HDL < 40 ≥ 60 Rendah Tinggi Sumber : Pisto et al

Asam lemak trans dihasilkan dari proses hidrogenasi lemak tak jenuh atau melalui proses biohidrogenasi di perut dari hewan ruminansia. Margarin memiliki kadar asam lemak trans yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dari konsumsi asam lemak trans dengan peningkatan resiko terjadinya PJK. Peningkatan ini karena asam lemak trans meningkatkan rasio kolesterol LDL. Food and Agriculture

Organization of the United Nations dan World Health Organization

merekomendasikan untuk menurunkan konsumsi asam lemak trans dalam makanan sehari-hari sebanyak 4%. Tingginya prevalensi PJK di Pakistan akibat dari tingginya konsumsi margarin yang terdiri dari asam lemak trans sebanyak 14.2-34.3% yang bisa menjadi salah satu faktor risiko meningkatnya PJK di Pakistan. Riset lain membuktikan bahwa terjadi penurunan kejadian PJK di Asia bagian selatan dengan mengonsumsi rendah asam lemak trans. Dalam studi yang dilakukan di Finlandia, fatty

liver meningkatkan terjadinya PJK sebagai salah satu faktor resiko yang

13

3. Diabetes melitus

Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih infus dibandingkan kelompok kontrol dengan usia yang sesuai. Diabetes melitus merupakan faktor resiko independen untuk PJK, meningkatkan risiko untuk tipe 1 maupun tipe 2 dengan dua sampai empat kali. Diantaranya dapat berupa disfungsi endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada akhirnya mningkatkan resiko terjadinya Coronary Artery Diseases (CAD). Pada diabetes tergantung insulin (NIDDM), penyakit koroner dini dapat dideteksi pada studi populasi sejak dekad keempat, dan pada usia 55 tahun hingga sepertiga pasien meninggal karena komplikasi PJK, adanya mikroalbuminemia atau nefropati meningkatkan resiko PJK secara bermakna (Supriyono, 2008). DM merusakkan dinding bahagian dalam arteri melalui peningkatan ROS (reactive oxygen species) dan disfungsi sel-sel endotel pembuluh sehingga dengan lebih cepat menuju proses arteriosklerosis. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan plateletyang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi (Djohan T.B.A, 2004 dalam Norhashimah, 2011). 4. Obesitas

Obesitas didefinisikan oleh AHA (American Heart Association) sebagai faktor resiko utama untuk PJK. Obesitas mempercepat perkembangan aterosklerosis koroner pada pria dewasa remaja dan muda. Obesitas perut menambah resiko kesehatan obesitas, dan lingkar pinggang berkorelasi positif dengan kadar lemak perut.

Indeks massa tubuh (BMI) dihitung sebagai berat badan (kg) / tinggi badan kuadrat (m)

Hasil skala BMI berdasarkan skala seperti berikut :

14

d. BMI antara 25 dan 29,9 menunjukkan seseorang mempunyai berat badan berlebihan untuk ketinggian mereka (overweight).

e. BMI 30 atau lebih menunjukkan seseorang itu obesitas. ( David J.Maron et al., 2008).

Obesitas dapat mempercepatkan terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu :

a. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepatkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).

b. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi. Ini adalah akibat penambahan volume darah, peningkatan renin, peningkatan kadar insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan oleh lemak pada diniding pembuluh darah tepi).

c. Obesitas mengakibatkan terjadinya gangguan toleransi glukosa. Jika berat badan naik 20% maka angka kematian meningkat 20% pada pria dan 10% pada wanita. Sebaiknya menurut studi Framingham, penurunan berat badan akan memperpanjangkan usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10% akan menurunkan insiden PJK 20%. Obesitas pada masa kanak-kanak biasanya akan mempunyai efek atau pengaruh yang lebih buruk terhadap jantung dibanding jika obesitas didapat setelah usia dewasa Hal ini disebabkan oleh karena efek samping obesitas ditentukan oleh berat dan lamanya obesitas (Djohan T.B.A, 2004 dalam Norhashimah, 2011).

15

yang merokok >20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya.

Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Berbagai zat yang terkandung pada rook sangat berbahaya, salah satunya adalah nikotin yang dapat menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan raksi hipersensitif dinding arteri.

Asap rokok mengandungi karbon monoksida yang memiliki kamampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah(haemoglobin). Karbon monoksida juga dikenal sebagai penyebab uatam penyakit kardiovaskular pada perokok. Perokok memiliki kadar kolesterol HDL rendah. Hal ini berarti unsurpelindung terhadap PJK menurun. Merokok menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga kebutuhan oksigen miokardium(NHLBI, 2012).

Mekanisme merokok yang menyebabkan penyakit jantung adalah seperti berikut:

a. Merokok merusak lapisan arteri, menyebabkan penumpukan dari bahan lemak (ateroma) yang mempersempit arteri. Hal ini dapat menyebabkan angina, serangan jantung atau stroke.

b. Karbon monoksida dalam asap tembakau mengurangi jumlah oksigen dalam darah . Ini berarti jantung harus memompa lebih keras untuk memasok tubuh dengan oksigen yang dibutuhkan.

c. Nikotin dalam rokok merangsang tubuh untuk memproduksi adrenalin, yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah , membuat jantung bekerja lebih keras. (British Heart

16

Hal ini juga membantu mencegah perkembangan diabetes, membantu menjaga berat badan, dan mengurangi hipertensi, yang merupakan faktor-faktor resiko independen untuk penyakit kardiovaskular.

The American Heart Association merekomendasikan 30-60 menit

latihan aerobik tiga sampai empat kali seminggu rekan untuk meningkatkan fitness kardiovaskular. Aktivitas fisik memperlambat perkembangan aterosklerosis koroner dan dapat meningkatkan kadar HDL kolestrol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi.

7. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor independen untuk terjadinya PJK, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar daripada populasi kontrol.

PJK pada saudara laki-laki dengan onset pada usia 55 tahun atau lebih muda atau saudara perempuan dengan onset pada usia 65 tahun atau lebih muda didefinisikan sebagai riwayat keluarga yang positif, semakin besar jumlah anggota keluarga dengan onset dini PJK atau muda usia PJK onset dalam relatif, semakin kuat adalah nilai prediktif.

8. Umur dan jenis kelamin

Umumnya PJK ditemui pada mulai dari usia 40 tahun keatas. Data dari RS Jantung Harapan Kita menunjukkan rata-rata umur pasien pria antara 45-55 tahun. Pada wanita, PJK dijumpai pada usia menopause atau sekitar 45-54 tahun.

Pria mengalami serangan jantung secara rata-rata 10 tahun lebih muda daripada perempuan, hal ini disebabkan oleh efek proteksi atau perlindungan yang diberikan oleh hormone estrogen pada wanita yang

17

9. Diet dan Nutrisi

Diet yang tidak sehat apat meningkatkan resiko PJK. Misalnya makanan yang tinggi lemak tidak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut. Lemak jenuh ditemukan di beberapa daging, mentega, minyak kelapa, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang, dan makanan goreng atau makanan yang diproses. Berbeda halnya denganlemak tak jenuh, lemak ini justru menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL, lemak ini dapat kita temukan diberbagai jenis makanan seperti minyak jagung dan minyak kacang kedelai. Kolesterol ditemukan pada telur, daging, produk susu, makanan yang dipanggang, dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula. Diet tinggi garam dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi.

Tambahan gula akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat menyebabkan berat badan meningkat, yang meningkatkan resiko PJK. Tambahan gula banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas dalam sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet (National Heart, Lung, and

Blodd Institute,2011).

2.4.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PJK bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Apabila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan, tidak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah sebab aliran darah

18

koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang agar oksigenasasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan maupun melakukan fungsi secara optimal.

Proses terjadinya aterosklerosis dapat sejak masa kanak-kanak, dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa ada gejala. Kadang-kadang gejala timbul saat usia 30-an. Banyak juga gejala baru timbul saat usia 50-60 tahun. Jika sumbatan makin bertambah besar, maka aliran darah yang menuju jantung makin berkurang sehingga menyebabkan angina pectoris atau nyeri dada. Angina ini bertimbul karena ketikseimbangan antara kebutuhan otot jantung akan dan oksigen dan suplai arah oleh pembuluh koroner.

PJK dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Dengan memperlihatkan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung apat membedakan subset klinis PJK. Manifestasi klinis PJK meliputi :

1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia) a. Angina Pektoris

b. Angina Pektoris Stabil c. Angina Pektoris Tidak Stabil 2. Variant Angina (Prinzmetal Angina) 3. Infark Miokard Akut

4. Dekompensasi Kordis 5. Aritmia Jantung 6. Mati Mendadak 7. Syncope

Pada penderita asimptomatik, kadang penderita PJK diketahui secara kebetulan misalnya saat dilakukan check-up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat

19

daerah retrsternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti di remas ataupun sperti tercekik. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas atau bawah bagian medial, ke leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ke lengan kanan. Nyeri biasanya berlangsung singkat (1-5 menit) dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktivitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi oleh stres dan emosi, anemia, usara dingin dan tirotoksokosis. Pada saat nyeri, sering disertai keringat dinding. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat golongan nitrat.

Pada penderita yang mengalami Angina Pektoris Tidak Stabil, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil. Tetapi nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh pathogenesis yang berbeda dengan angina stabil. Pada angina tidak stabil, plak aterosklerosis mengalami thrombosis sebagai akibat plaque rupture, di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklui total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokariografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami peningkatan.

PJK dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard akut yang

Pre-Infraction. Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada

terasa tidak enak (chest discomfort). Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. 30% penderita mengeluh gejala tersebut 1-4 minggu sebelum penderita mengeluh gejala tersebut dirasakan kurang dari 1 minggu. Selain itu, penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan

Dokumen terkait