• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini sangat diminati masyarakat. Penggunaan yang mudah serta harga yang ekonomis menjadikan biogas sebagai solusi kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji. Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan sumber energi alternatif biogas. Permintaan terhadap sumber energi alternatif biogas semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin menipis. Ditambah dukungan pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung perkembangan biogas untuk dapat sampai pada seluruh pelosok daerah.

Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan memberikan manfaat tambahan dari limbah sisa proses produksi. Sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge), memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki nilai jual. Pupuk organik yang dihasilkan dari sisa pengolahan biogas memiliki keunggulan lebih dibandingkan pupuk organik yang dihasilkan melalui proses pengomposan. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar

Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Anggota Kelompok Tani Pedagang Eceran

tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik.

Mayoritas penduduk Desa Nagrak yang berprofesi sebagai petani sangat mendukung keberadaan unit pengolahan biogas. Kebutuhan akan pupuk organik serta melambungnya harga minyak tanah menjadikan biogas solusi terbaik untuk mengatasi masalah krisis energi. Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai suatu usaha rakyat yang bergerak di bidang peternakan dinilai mampu memanfaatkan kondisi lingkungan yang mendukung,ditambah potensi internal yang dimiliki kelompok ternak dapat menjadi pondasi kuat untuk mendirikan unit pengolahan biogas.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama menjalankan usahanya memiliki

image yang baik dimata konsumen dan masyarakat sekitar. Konsumen kelompok ternak memiliki loyalitas terhadap produk-produk yang dihasilkan. Loyalitas konsumen bagi kelompok ternak merupakan kekuatan untuk perkembangan kelompok ternak. Saat ini, Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki unit bisnis penggemukan domba kurban. Limbah kotoran yang dihasilkan merupakan faktor internal pendukung utama dalam pendirian unit bisnis pengolahan biogas. Ketersediaan kotoran domba sangat diperlukan dalam berlangsungnya unit bisnis yang akan didirikan.

Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri akan menghasilkan output berupa biogas dan pupuk organik. Produk biogas dapat dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas berupa pupuk organik dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan penerimaan kelompok ternak.

Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri tersebut akan dikaji dalam dua sisi, yaitu analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Pendirian unti bisnis ini diharapkan akan dapat meningkatkan penerimaan kelompok ternak.

Analisis Kelayakan Nonfinansial Aspek Pasar dan Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok yang berusaha mendapatkan sesuati yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Unit pengolahan Biogas Kotoran Domba memproduksi biogas dan pupuk organik. Kedua produk hasil unit usaha ini termasuk kepada golongan barang superior. Meningkatnya taraf hidup masyarakat maka kesadaran akan organik dan energi alternatif akan meningkat.

1. Peluang Pasar

Produk pupuk organik mengalami peningkatan permintaan sejak 2010 saat pengurangan subsidi pupuk kimia dari 17 trilyun menjadi 11 trilyun rupiah, mengakibatkan harga pupuk kimia subsidi meningkat. Tahun 2014 diperkirakan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan permintaan nasional pupuk organik akan meningkat menjadi 13,4 juta ton, sedangkan

produksi nasional pupuk organik oleh BUMN hanya sebesar 4,69 juta ton. Kekurangan pupuk organik nasional sebesasr 8,71 juta ton ini diserahkan pada masyarakat dan pihak swasta untuk bisa memenuhinya. Suplai nasional yang kurang ini menjadikan excess demand pada produk pupuk organik sebuah peluang besar bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Penyerapan pupuk organik terbesar adalah para petani padi, cabai, jagung, dan sayuran lainnya. Produk pertanian tersebut rata-rata membutuhkan 10 ton pupuk organik setiap hektarnya, sehingga dengan luas lahan pertanian Kota Bogor mencapai 3.116 Ha kebutuhan pupuk organik adalah sebesar 31.160 ton. Permintaan tersebut selama ini terpenuhi oleh pupuk kandang segar dari peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan potensi pengolahan biogas mampu memberikan nila lebih karema produk pupuk yang dihasilkan dari unit pengolahan biogas kotoran domba berupa pupuk organik yang telah dipermentasi melalui proses methanogenesis, sehingga kandunga zat hara telah terpecah berbentuk molekul ionik yang lebih mudah diserap tanaman. Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan sekitarnya sebagai salah satu area pertanian yang dapat dijangkau kelompok ternak ini memiliki kebutuhan pupuk anorganik sebesar 39.000 ton. Kenaikan harga eceran pupuk subsidi dan kesadaran penggunaan pupuk organik memungkinkan permintaan pupuk organik masih terus bertambah. Biogas sebagai salah satu alternatif sumber energi penghasil panas, merupakan suatu energi baru terbaharukan yang dapat digunakan untuk memasak. Kebutuhan rata-rata rumah tangga dengan lima anggota keluarga yaitu 0,6 kg gas elpiji perhari, yakni setara dengan 1,3 m3 biogas. Jangkauan jaringan instalasi biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang tahun pertama direncanakan hanya berjarak 200m dari terminal kontrol, hanya mampu menjangkau 50 rumah tangga disekitrar peternakan, sehingga pemasaran biogas masih dalam taraf kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa biogas belum begitu akrab digunakan penduduk sekitar, dan pemasangan jaringan distribusi gas yang memerlukan kesesuaian lokasi antara rumah konsumen yang harus berdekatan dengan peternakan.

2. Penetapan Merek Dagang dan Harga

Merek dagang dari produk biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah "Gas Hijau". Nama tersebut diambil berdasarkan sumber bahan baku energi biogas yang merupakan hijauan pakan yang telah dicerna hewan ternak domba, selain itu api yang dihasilkan pun mengeluarkan warna semu hijau dari tungku pembakaran. Harga jual produk biogas ditetapkan berdasarkan perbandingan harga produk subtitusi. Harga yang ditetapkan Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebesar Rp. 1.600 per 1m3. Harga tersebut jauh lebih terjangkau bila dibandingkan dengan harga gas elpiji 3 Kg, setiap 1 m3 biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji. Gas elpiji tabung 3 Kg setara dengan 6,5 m3 biogas, jika harga jual Gas elpiji 3 kg adalah Rp.14.000 maka dengan menggunakan biogas konsumen hanya mengeluarkan biaya Rp.10.400 untuk mendapatkan energi yang setara dengan gas elpiji. Biaya instalasi pipa gas ditanggung kelompok ternak sebagai investasi dan pelayanan kepada konsumen. Penetapan harga tersebut terlebih dahulu akan dikaji dan disepakati oleh seluruh anggota kelompok ternak.

Pupuk organik yang dihasilkan akan diberi merek dagang Pupuk Organik Peternakan (POP) Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Harga jual Pupuk Organik Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah Rp 30.000,- dalam kemasan 50 kilogram, atau sebesar Rp.600,- setiap kilogramnya. Harga yang ditetapkan kelompok ternak bila dibandingkan harga produk sejenis di pasaran memiliki harga yang lebih terjangkau. Pupuk Pandawa produksi Kelompok Tani Maju Bersama Citapen, menetapkan harga pupuk kandang fermentasi pandawa dengan harga Rp.750,- setiap kilogramnya. Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan sistem Cost-plus pricing methode (penetapan harga biaya plus), yaitu berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Pada penetapan harga pupuk ini dasar biaya yang digunakan adalah total seluruh biaya pada perhitungan laba rugi tahun pertama, dibagi dengan jumlah produksi pupuk tahun pertama.

Rp 47.297.968 = 95.645 Kg = Rp 494/Kg Harga Jual = Rp 494 + (Rp 494x 23 %) = Rp 494+ 116 = Rp 600 3. Target dan Segmen Pasar

Segmentasi merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan perilaku. Target pasar utama produk pupuk organik dari Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah pasar segmented petani sayuran organik. Harga jual POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang yang hanya Rp.150,-, mengharuskan kelompok ternak melakukan segmentasi pasar, agar produk POP dapat cepat diserap konsumen. Kelompok ternak dapat bekerjasama dengan toko-toko penjual kebutuhan tani untuk dapat saling menguntungkan memasarkan POP ke konsumen akhir. Selain petani sayuran organik, pasar tanaman hias dan ibu-ibu hobbies tanaman merupakan segmen pasar yang sangat potensial. Proses segmentasi pasar POP dilakukan perlahan dengan menawarkan pada kelompok tani organik dan sayuran yang banyak tersebar di Kabupaten Bogor. Secara umum POP dapat digunakan oleh petani, tanaman hias maupun tanaman hortikultura.

Biogas dapat digunakan oleh ibu rumah tangga, peternakan ayam pedaging dan industri-industri kecil yang memerlukan energi panas api. Segmentasi pasar biogas yang akan diterapkan kelompok ternak hanya berdasarkan letak geografis. Instalasi pipa pengaliran biogas mengharuskan segmentasi pasar hanya kepada konsumen yang lokasinya tidak lebih dari 200m dari lokasi kelompok ternak. Tidak menutup kemungkinan jika Kelompok Ternak

Total Biaya Operasional Total Produksi

Teguh Mandiri memperluas jangkauan jaringan pipa ke daerah dengan tingkat permintaan biogas yang lebih tinggi.

4. Jalur Distribusi dan Tataniaga Produk

Lokasi produksi biogas dan pupuk organik ini berada di wilayah desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jalur tataniaga pemasaran biogas adalah direct selling yakni langsung ke konsumen akhir. Konsumen yang dituju adalah rumah tangga masyarakat sekitar kelompok ternak yang memiliki jarak degan terminal biogas tidak lebih dari 200m. Jalur pemasaran tataniaga biogas dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Sedangkan jalur distribusi pupuk organik adalah toko-toko kebutuhan pertanian yang dapat bekerjasama dalam memasarkan produk POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Sistem kerjasama yang akan digunakan adalah titip kontrak pupuk pada setiap toko. Pupuk organik ini dapat langsung dijual kepada para petani yang dapat dijangkau oleh kelompok ternak. Jalur distribusi pemasaran pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 5. Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaram yang dapat dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri salah satunya adalah mempromosikan produk. Promosi merupakan kegiatan yang penting untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi bertujuan untuk menginformasi, membujuk dan menarik konsumen agar membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam pemasaran biogas, Kelompok Ternak Teguh Mandiri melakukan beberapa promosi. Promosi yang gencar sangat dibutuhkan dalam memasarkan produk biogas dikarenakan produk yang ditawarkan masih sangat baru bagi target pasar yang dituju. Promosi yang akan dilakukan kelompok ternak antaralain:

Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Toko Pertanian

Konsumen Akhir

Kelompok Ternak Teguh Mandiri

a. Melakukan peluncuran produk yang unik sehingga menarik perhatian warga sekitar.

b. Melakukan penyuluhan yang intensif kepada para ibu disekitar komplek peternakan.

c. Instalasi gratis bagi rumah tangga masyarakat sekitar yang memiliki jarak dengan terminal biogas tidak lebih dari 200m.

d. Jaminan ketersediaan biogas serta pelayanan yang baik kepada para konsumen.

Sedangkan promosi yang akan dilakukan dalam pemasaran produk pupuk organik, kelompok ternak menerapakan beberapa promosi untuk memperkenalkan pupuk organik tersebut. Promosi yang dilakukan antara lain:

a. Mengikuti berbagai kegiatan pameran, pameran tersebut bertujuan untuk memperkenalkan produk pada masyarakat luas.

b. Pemberian leaflet pada konsumen dengan tujuan agar masyarakat mengetahui pentingnya pengguaan pupuk organik bagi tanaman. c. Memajang banner `dan spanduk produk pada toko-toko yang dapat

bekerjasama dalam memasarkan POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri

d. Melakukan penyuluhan kepada para petani.

e. Pemberian informasi ke berbagai pihak bahwa pupuk hasil biogas lebih baik dibandingkan dengan kotoran yang langsung diambil dari kandang.

Aspek Teknis

Biogas adalah gas rawa yang dihasilkan dari proses penguraian atau fermentasi bahan organik secara kedap udara (anaerob). Gas tersebut dapat dengan mudah terbakar karena terdapat kandungan gas methan yang sangat banyak. Biogas mengandung kombinasi gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2), uap air (H2O), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Adapun susunan kombinasi gas yang terdapat pada biogas dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba.

Karbon dioksoda (CO2) 14,3% Gas Methan (CH4) 67,7%

Hidrogen (H2) BIOGAS

Gas Lain 7,8%

Gas tidak mudah terbakar22,1% %

Uap Air (H2O) Hidrogen sulfida

(H2S) Nitrogen (N2)

Sifatnya yang mudah terbakar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Gas tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan sangat mudah menguap dan bercampur udara sekitar. Maka dari itu gas rawa yang dihasilkan diproses dan ditampung dalam sebuah bak pengurai (digester) kedap udara. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara Perang Dunia I dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakai1950-an biogas di Eropa ditinggalk1950-an. Berbeda di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, 1991).

Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (sludge) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Menggunakan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Setiap satu m3 biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,80 liter bensin, dan 3,5 kilogram kayu bakar (Firmansyah, 2008).

Pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat direalisasikan jika aspek teknis dapat terpenuhi. Aspek teknis yang dianalisis pada pendirian unit usaha ini antara lain model digester, lokasi dan tata letak bangunan, ketersediaan input dan fasilitas produksi, skala produksi, tahap pendirian unit pengolahan serta proses produksi biogas.

1. Model Digester

Untuk pengolahan biogas yang terbentuk dari bahan-bahan organik khususnya kotoran domba dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas) yaitu

batch feeding dan continuous feeding. Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik (campuran kotoran domba dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan, setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digester dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru.

Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan periodik dalam jumlah tertentu, hingga biogas mulai berproduksi secara

berkesinambungan. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap periode siklus produksi dengan jumlah tertentu.

Digester jenis continuous feeding mempunyai dua model yaitu model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul gasnya terapung di atas sumur pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan penggunaannya.

Model digester continuous feeding tetap dapat menjadi pilihan yang tepat bagi kelompok ternak untuk dapat di realisasikan, karena kapasitas produksi yang besar dan akan disalurkan ke konsumen membutuhkan produksi biogas yang stabil, disamping itu pengolahan bahan sisa akan lebih mudah dibandingkan tabung digester sistem terapung. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan selalu diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, jenis digester ini didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Sludge

adalah zat organik telah mengalami fermentasi dan menghasilkan biogas yang keluar dari tabung digester karena adanya input isian baru pada tabung. Sludge

berbentuk lumpur padat yang seluruhnya dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk tanaman.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri direncanakan akan menggunakan model tabung digester konstruksi tetap kontinu, yaitu tabung digester dan penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian kotoran domba dilakukan terus menerus. Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini memang membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya sederhana. Tabung digester model konstruksi tetap kontinu dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tabung Digester Continuous Feeding (Tetap). 2. Lokasi dan Letak Bangunan

Pemilihan lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang

strategis dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan akses yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang.

Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun konstruksi tabung digester dengan mudah. Lokasi yang akan dibangun Kelompok Ternak Teguh Mandiri tidak jauh dari kandang sehingga kotoran domba dapat langsung disalurkan ke digester unit pengolahan biogas. Tidak menutup kemungkinan untuk membangun instalasi biogas jauh dari kandang ternak, namun akan muncul kendala yang harus dihadapi, yaitu penyediaan kotoran yang perlu diangkut dari kandang ke lokasi digester. Posisi bak pencampuran dan bak penyaring harus lebih tinggi dari sumur digester agar cairan pengisi dapat mengaliri ke sumur digester. Isisan bahan organik berupa campuran kotoran domba yang sudah melewati proses produksi akan keluar melalui lubang pengeluaran, yang akan ditampung sebagai bahan baku POP kelompok ternak. Ilustrasi posisi bak pencampuran dan lubang pengeluaran dapat dilihat pada gambar 9 berikut

Gambar 9. Konstruksi Tabung Digester

Kapasitas produksi harian kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang mencapai 369 Kg setiap harinya memerlukan tabung digester berkapasitas 3200 liter. Siklus produksi yang memerlukan waktu enam hari sampai pada pengisian tabung siklus berikutnya, maka kelompok ternak perlu membangun lima unit sumur digester. Pemanfaatan kotoran ternak yang efisien pendirian lima unit tabung biogas ini juga akan menjamin keberlangsungan penyaluran biogas ke konsumen. Luas lahan yang diperlukan untuk membangun lima instalasi biogas diperlukan lahan seluas 120 m2, dengan panjang 12m dan lebar 10m. Konstruksi dan tata letak instalasi biogas dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

Gambar 10. Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba Cuaca Bogor yang memiliki curah hujan tinggi, memerlukan bangunan untuk menutup unit pengolahan biogas agar konstruksi tabung dan pipa tidak cepat rusak. Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen. Bangunan sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh areal instalasi tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan matahari dan hujan. Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat digunakan sebagai tempat menyimpan pupuk organik padat yang belum didistribusikan. Skema bangunan penutup instalasi biogas dapat dilihat pada Gambar 11.

Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dinilai sudah cukup mendukung untuk pendirian unit bisnis baru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan topografi kelompok ternak yang memiliki ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar 22-28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen serta kemudahan mendapatkan sumber bahan baku menjadikan lokasi kelompok ternak ideal untuk mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba.

3. Input dan Fasilitas Produksi

Input utama yang diperlukan pada unit pengolahan biogas kotoran domba ini adalah bahan organik berupa kotoran domba, urine domba, dan pakan yang tersisa. Kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba menjadi biogas juga membutuhkan starter rumen isi pencernaan sapi, karung plastik transparan kapasitas 50kg atau 56x90cm, benang karung, dan peralatan fasilitas produksi

Dokumen terkait