• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS

KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK

TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR

RADEN YUNADIE ADLIE

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

RADEN YUNADIE ADLIE.

Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas

Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO

Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202% Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas

ABSTRACT

RADEN YUNADIE ADLIE.

Analysis Feasibility of Establishment Biogas Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor. Supervised by SUHARNO

Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202%

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Raden Yunadie Adlie

(5)

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS

KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK

TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR

RADEN YUNADIE ADLIE

Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor Nama : Raden Yunadie Adlie

Nim : H34104010

Disetujui oleh

Dr Ir Suharno, MADev Pembimbing

Diketahui oleh

(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis terima.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban 26

Organisasi dan Manajemen Perusahaan 26

Pemasaran 28

Bauran Pemasaran 28

HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS 29

Analisis Kelayakan Nonfinansial 30

Aspek Pasar dan Pemasaran 30

Aspek Teknis 34

Aspek Organisasi dan Manajemen 45

(10)

Aspek Sosial 46

Analisis Kelayakan Finansial 48

Rencana Investasi 48

Rencana Pendanaan (Budgeting) 49

Proyeksi Analisis Aliran Kas 51

Hasil Analisis Kelayakan Investasi 52

Analisis Switching Value 53

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP 77

DAFTAR TABEL

1 Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 2 2 Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas 50 3 Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah 52 4 Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha 53

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Operasional 16

2 Hubungan Antara NPV dan IRR 20

3 Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri 27 4. Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri 29 5 Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33 6 Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 33

7 Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba 34

8 Tabung Digester Continuous feeding (tetap) 36

9 Konstruksi Tabung Digester 37

10 Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba 38 11 Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas 38 12 Flowchart Proses Pembentukan Biogas 41

13 Pengadukan Bahan Pengisi 42

14 Penyaringan Bahan Pengisi 42

15 Katalis Penangkap Uap Air 43

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 61 2 Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas 62 3 Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama 63

4 Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas 64

5 Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun 65 6 Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas 66 7 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran

Domba Unit Pengolahan Biogas 68

8 Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit

Pengolahan Biogas 70

9 Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan

Biogas Unit Pengolahan Biogas 72

10 Percobaan Produksi Biogas pada Galon 74

11 Kandang Domba Pejantan 74

12 Kandang Domba Betina 74

13 Kegiatan Turun Lapang 75

14 Proses Penampungan Biogas 75

15 Kompor Biogas 76

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut. Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3% dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya, Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan produk protein hewani.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013 menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan. Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat dapat terus berkembang.

(13)

sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut

Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)

No Jenis 2011 2012 Trend (%)

10 Ayam Broiler 583263.4 664210.5 12.18696

11 Itik Manila 9310.7 10230.2 8.988094

Sumber: Departemen Pertanian, 2013

Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.

Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga, polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah kotoran yang dihasilkan.

(14)

berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces

yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya.

Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas.

Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif. Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data

Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari, menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi berkepanjangan di Indonesia.

Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo

et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba.

(15)

berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.

Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar, serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang sangat tinggi.

Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di Kabupaten Bogor ini.

Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

(16)

Rumusan Masalah

Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak.

Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor, terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg. Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak.

Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah, limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak. Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual.

Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba. Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu.

(17)

seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan.

Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang perlu diteliti antara lain:

1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial?

2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri melalui analisis switching value?

Tujuan Penelitian

Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan dari penelitian ini berupa:

1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri melalui analisis switching value.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan biogas kotoran domba.

2. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan.

3. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan.

5. Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.

Ruang Lingkup Penelitian

(18)

Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang diperhitungkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelayakan Usaha Pertanian

Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri (2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non finansial dan aspek finansial.

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan

(19)

sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang

berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong

pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspek-aspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut.

Aspek Finansial

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%, usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan.

(20)

kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis, yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar Rp.3.055.458.750.

Teknik Memperkirakan Risiko

Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan 55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%.

Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti (2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario. Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan

Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi.

(21)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumber-sumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam mendukung penelitian yang dilakukan.

Studi Kelayakan Proyek

Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.

Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:

1. Investor

Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan yang diharapkan).

2. Kreditur (Bank)

Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan proyek.

3. Pemerintah

(22)

Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986) membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.

Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1. Aspek Pasar

Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.

3. Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. 4. Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5. Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

6. Aspek Finansial

(23)

tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995).

Teori Biaya dan Manfaat

Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata, kenyamanan, dan efisiensi usaha.

Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value

(24)

terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).

Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan

melalui proses “discounting”.

Analisis Finansial

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value). Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari: 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown (2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis

sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

b. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari

net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi b. Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

(25)

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value

kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

4. Payback Periode (PP)

Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al, 1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986).

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan. Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto yang digunakan (Gittinger, 1986).

Kerangka Pemikiran Operasional

(26)

mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji, kenaikan harga tersebut sangat memberatkan rumah tangga berekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan sumber energi alternatif biogas. Ditambah dukungan pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung perkembangan biogas untuk dapat direalisasaikan di seluruh daerah.

Proses pengolahan biogas berbahan baku zat organik yang dapat terurai oleh bakteri. Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan limbah kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan menghasilkan pupuk organik dari sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge). Lumpur sisa proses biogas ini memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki nilai jual tinggi. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik.

Usaha ternak pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki berbagai peluang, baik dari segi pasar, lokasi yang strategis, serta sumberdaya yang belum termanfaatkan. Keberadaan usaha ternak ini yang berlokasi berdekatan dengan pemukiman warga, sejatinya dapat membantu masyarakat sekitar sebagai diversifikasi sumber mata pencaharian serta membantu meningkatkan posisi tawar peternak terhadap pasar. Pembangunan serta pertumbuhan penduduk yang sangat cepat disekitar lokasi usaha ternak, menjadikan keberadaan peternakan ini sebagai sorotan. Pengelolaan limbah pada usaha ternak ini sebenarnya tidak mengganggu masyarakat sekitar, namun dengan bertambahnya populasi domba yang diternakkan maka kelompok ternak ini perlu melakukan pengelolaan limbah yang terpadu seperti biogas. Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan mampu mendirikan unit usaha baru pengelolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas. Kemampuan ini perlu perhitungan mendalam mengenai kelayakan finansial dan non finansial

Kelompok Ternak Teguh Mandiri perlu memperhitungkan berapa besar manfaat dari investasi yang akan dilakukan. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan tingkat kepekaan usaha. Sehingga dapat dilihat secara keseluruhan keragaan pengolahan limbah ternak dengan adanya pembangunan instalasi biogas yang menghasilkan gas untuk bahan bakar dan pupuk organik cair dan padat, apakah proyek tersebut layak atau tidak dilaksanakan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang terkait melalui kegiatan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek non finansial menganalisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum yang memayungi pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini.

(27)

nilai pengganti. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti penurunan harga jual pupuk organik menjadi fokus pada analisis sensitivitas pada investasi ini. Setelah rangkaian analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok ternak Domba Teguh Mandiri layak diusahakan atau tidak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1 berikut

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan

1. Pemukiman warga berkembang sangat pesat di sekitar peternakan 2. Tarif dasar listrik, minyak dan

gas yang melambung tinggi 3. Potensi pencemaran dari limbah

kotoran domba bagi pemukiman warga sekitar petenakan.

Peluang

1. Kebutuhan masyarakat terhadap energi alternatif

2. Permintaan pupuk organik meningkat

3. Bahan baku (limbah kotoran) melimpah

Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba Pada Kel. Ternak Teguh

Mandiri

Analisi kelayakan investasi 1. Aspek Finansial

2. Aspek Non Finansial 3. Analisis Sensitivitas

Layak Tidak layak

Rencana pendirian unit usaha dapat direalisasikan

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Desa Nagrak berada diantara beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Akses ke pintu Tol terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak Desa Nagrak yang strategis belum didiukung dengan transportasi umum yang baik. Angkutan umum jarang yang menyentuh langsung ke daerah ini, sehingga warga memerlukan usaha lebih untuk mencapai akses angkutan umum terdekat. Pengumpulan data dilakukan pada bulan september–November 2013 atau selama kurang lebih tiga bulan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan kepada ketua dan anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan domba pada kelompok ternak tersebut. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan domba yang tidak didokumentasikan oleh kelompok ternak. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi kelompok ternak, jurnal peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Jurnal Badan Pusat Statistik, perpustakaan, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara.

Metode Pengumpulan Data

(29)

Sedangkan untuk datasekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing di internet.

Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang berhubungan proses pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba dan pemasarannya.

2.

Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang berkaitan lainnya.

3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori yang berkenaan dengan studi kelayakan.

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pendirian unit pengloahan limbah secaradeskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studikelayakan pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran,aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat

diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis adanya risiko investasi pada produksi pupuk organik melalui proses biogas yaitu penurunan harga output dan pasokan bahan baku yang berkurang dengan menggunakan analisis sensitivitas nilai pengganti (switching value). Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit per Cost (NetB/C) dan Payback Periode.

Analisis Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial.

1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan pemasaran di Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh Kelompok ternak ini. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar

(30)

2. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi pengolahan biogas kotoran domba, skala operasi atau luas produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses produksi yang dilakukan. Mengkaji kegiatan yang akan dilakukan Kelompok Ternak Domba Teguh Mandiri dalam memproduksi pupuk organik sesuai kriteria produksi pupuk organik melalui proses biogas yang baik seperti jalur ketersediaan input berupa limbah kotoran domba dari lokasi peternakan dengan lokasi unit pengolahan biogas tidak berjauhan, tidak mengganggu pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses kegiatan produksi dan pemasaran biogas dan pupuk organik yang baik, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek teknis.

3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawabpihak yang terlibat dan bentuk organisasi dan manajemen di Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Analisis aspek manajemen digunakan untuk mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen. 4. Analisis Aspek Hukum

Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba, izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau dokumen lainnya seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kelompok ternak dalam mendukung pendirian unit bisnis baru tersebut. Jika persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum.

5. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

(31)

760

daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat apakah Kelompok Ternak Teguh Mandiri memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, jika pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba mampu memberikan dampak yang positif, maka pendirian unit usaha baru pada kelompok ternak ini layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial dan lingkungan.

Analisis Finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.Jika NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi sama dengan tingkat social opportunitycost of capital, secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al, 2009).

NPV = ∑

(32)

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern

tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al,

2009)

IRR =

Ket :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negative

= NPV positif

= NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009)

NET B/C = [∑ pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al, 2009)

Payback period =

Ket :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

(33)

Analisis Sensitivitas

Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value

perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak.

Analisa Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow.

1. Total Penerimaan (Total Revenue)

Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan sebagai berikut :

TR = P X Q Ket :

TR= Total Penerimaan P = Harga per unit output Q = Jumlah output

2. Biaya

Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007). Total biaya dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC – TVC Ket :

TC = Total biaya TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel 3. Penyusutan

Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap. Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line) yaitu dengan rumus :

Penyusutan =

(34)

Ket :

Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan dan semua beban yang terkait dengan pembelian aktiva tetap

Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut telah habis umur ekonomisnya

Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal 4. Laba atau Rugi bersih

Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.format paling dasar laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Penjualan – Beban = Laba bersih

Asumsi Dasar

1. Seluruh modal investasi diasumsikan berdasarkan modal sendiri.

2. Jenis Domba yang di pelihara pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Domba Garut, Sulfoks, Merinho, dan Ekor gemuk lokal.

3. Asumsi limbah kotoran yang dihasilkan setiap ekor domba adalah 3kg/hari, dengan jumlah populasi saat ini sebanyak 123 ekor maka limbah kotoran yang dihasilkan diperkirakan sekitar 369kg/hari.

4. Kapasitas produksi dihitung meningkat setiap tahun sebesar 5 persen selama umur proyek berdasarkan jumlah populasi domba yang terus meningkat. 5. Suku bunga yang digunakan berdasarkan rata-rata bunga deposito pada 35

bank umum yaitu 7 persen.

6. Satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK 7. Jumlah hari kerja dalam satu tahun adalah 360 hari.

8. Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur tabung Bio Digester. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tabung bio digester merupakan aset paling penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi terbesar.

9. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan objek penelitian selama umur ekonomis yang diperkirakan.

10. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di pasar saprotan Tani Jaya, Pasar Anyar, Bogor.

11. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga beli di Toko Bangunan Sumber Bangunan, Cimahpar, Bogor.

12. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah.

13. Nilai sisa yang ditetapkan untuk bangunan, mesin, serta beberapa peralatan lain akan habis sesuai umur ekonomis barang, penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method).

14. Persamaan 1 Kg limbah ternak domba segar setara dengan 0,1725m3 biogas. 1m3 biogas setara dengan 0,46Kg Gas Elpiji dan 1 Kg limbah ternak domba segar menghasilkan sisa rendemen pupuk organik sebesar 0,72%.

(35)

16. Harga jual produk biogas ditetapkan sebesar 1.600/m3. Harga jual Pupuk Organik Peternakan (POP) akan dijual dengan harga Rp 600,- per kilogram atau Rp. 30.000,- per karung 50 kg.

17. Biaya perawatan untuk bangunan, instalasi pipa dan infrastruktur perbulannya ditetapkan sebesar Rp 500.000 perbulan berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada Kelompok ternak.

18. Tahun ke 0 pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba adalah tahun 2014. Pendirian unit biogas pada tahun ke 0 dperkirakan memerlukan persiapan yang sangat matang dalam waktu setahun penuh, sehingga tahun pertama berjalannya unit bisnis ini adalah tahun 2015 besarnya pajak yang dikenakan pada tahun pertama dan seterusnya adalah 25 persen.

19. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu: a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010. b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun2010.

GAMBARAN UMUM LOKASI PE

N

ELITIAN

Gambaran Umum Desa Nagrak

Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar 230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120Ha dan pemukiman 80Ha. Desa ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti.

(36)

Sejarah dan Perkembangan

Kelompok Ternak Teguh Mandiri mulai dirintis pada tahun 2009 oleh H Tatang Muchtar yang saat itu merupakan pensiunan Korlap Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Bogor. Kelompok ini merupakan sebuah perkumpulan peternak yang bergerak dalam bidang jual beli dan peternakan domba serta pemanfaatan hasil peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri berlokasi di Jl. Cibedug Pabuaran, Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya kelompok ini adalah untuk mengembangkan usaha ternak domba dan merangkul para peternak sekitar dalam bekerjasama menjalankan usahaternak domba yang berorientasi profit sehingga memiliki posisi tawar yang kuat serta mampu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.

H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini berdasarkan ketertarikan dan hoby beliau pada dunia pertanian.Berawal dari memelihara tanaman hias, ikan bawal, burung kicau, hingga saat ini membudidayakan ternak domba digelutinya secara tekun. Dana pensiun yang didapatnya tiga tahun lalu menumbuhkan ide bisnis untuk mengembangkan usaha ternak domba menjadi sebuah kelompok ternak yang dapat membantu para peternak disekitar untuk saling mendukung.Beliau memilih memelihara domba jantan yang akan dijual pada saat hari raya Idul Adha karena siklus usaha yang tidak terlalu lama dan resiko yang relatif kecil. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini dengan membeli domba lokal sebesar 20 juta rupiah, yang berasal dari berbagai daerah di sekitar kelompok ternak.domba yang dibeli adalah domba jantan yang siap untuk digemukkan dan akan dijual pada lebaran Idul Adha. Adanya peluang dan prospek kedepan yang sangat baik mengharuskan usaha ini menjadi usaha yang berorientasi profit, sehingga pada tahun tersebut usaha yang dirintis beliau ini mempekerjakan dua orang pekerja serta meningkatkan jumlah populasi yang dipelihara. Pada tahun 2010 beliau merangkul beberapa peternak dan penjual-beli hewan ternak (yang akrab disebut bandar) untuk membentuk kelompok ternak yang mampu menjadi wadah para anggotanya, untuk mempermudah usaha serta membangun jaringan pasar yang luas. Wadah tersebut kemudian terbentuk dengan diberi nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

(37)

bulan, serta sisa penanaman jagung manis yang dapat dijadikan pakan bagi ternak domba kelompok ternak.

Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban

Unit bisnis ini memiliki kegiatan penggemukan Hewan kurban secara intensif. Hewan kurban yang digemukkan pada kelompok ternak ini adalah domba jantan. Kegiatan penggemukkan secara intensif dilakukan selama kurang lebih 3 bulan menjelang Idul Adha. Kegiatan usaha pengemukkan hewan kurban meliputi pengadaan domba jantan muda, pemberian obat cacing pada seluruh hewan ternak, dan pemberian pakan secara intensif.

Domba jantan muda yang digemukkan adalah domba yang dibeli dari anggota kelompok, serta peternak disekitar kelompok ternak, serta domba jantan yang memang dibudidayakan dan lahir di kelompok ternak.

Selanjutnya setelah seluruh hewan ternak berada di kandang, keseluruh hewan tersebut diberi obat anti parasit dan obat cacing untuk menghindari adanya parasit yang berada pada ternak yang digemukkan. Selama tiga bulan penuh ternak yang digemukkan diberi pakan secara intensif agar rataan penambahan berat maksimal. Hewan ternak yang telah digemukkan dan siap dipasarkan pada musim kurban laris manis dan selalu habis terjual. Pemasaran hewan kurban ini dijual ke beberapa daerah, daerah dengan harga yang bersaing.

Penjualan hewan kurban yang dilakukan Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki keunggulan dalam pelayanan konsumen, hewan ternak yang dijual kepada konsumen diantarkan langsung ke tempat pemotongan kurban dan juga ditawarkan pelayanan potong kurban secara cuma-cuma. Terdapat empat orang dalam tim potong kurban untuk melaksanakan layanan tersebut. Pelayanan ini membuat konsumen merasa puas dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk kembali membeli di tahun depan.

Organisasi dan Manajemen Kelompok Ternak

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR
Gambar 4. Saluran PemasaranKelompok Ternak Teguh Mandiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan realisasi subsidi BBM di Indonesia selalu melebihi jumlah yang dianggarkan

Peresmian anggota BPD pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul Anggota

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara orientasi masa depan dan dukungan orang tua dengan minat melanjutkan

Penggunaan media pembelajaran berfungsi sebagai memperjelas penyajian pesan yang disampaikan serta peserta didik mampu belajar mandiri sesuai kemampuan dan

Melihat kondisi dan peluang sebagai tuntutan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah, maka yayasan Bina Mandiri Gorontalo yang letaknya di Kabupaten Boalemo

remaja yang salah dalam penanganan acne vulgaris karena pengetahuan remaja terhadap acnevulgari s kurang, dan penanganan yang salah pada acne menimbulkan reaksi seperti

Maka semakin kecil rasio yang dihasilkan indikator kesehatan keuangan bank akan semakin baik apabila kredit yang diberikan itu lebih besar dari pada dana yang

Namun ada beberapa pengetahuan yang masih kurang yaitu tentang vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2°C sampai dengan +8°C, pemantauan suhu freezer petugas