• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Partisipasi PEternakan Tentang Program Perguliran Ternak Domba (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi dan Partisipasi PEternakan Tentang Program Perguliran Ternak Domba (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG

PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

(Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor)

SKRIPSI RENDY JUARSYAH

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG

PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

(Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor)

RENDY JUARSYAH D34103047

Skripsi ini merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(3)

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG

PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

(Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor)

Oleh Rendy Juarsyah

D34103047

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan Pada tanggal 22 Februari 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM. APU NIP. 131 803 651 NIP. 140 020 648

Dekan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(4)

RINGKASAN

RENDY JUARSYAH. D34103047. Persepsi dan Partisipasi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM. APU

Pelaksanaan pembangunan yang berlangsung pada era reformasi sekarang ini memberikan petunjuk dan arah pada perubahan pembangunan nasional yang tidak lagi berorientasi pada pertumbuhan semata, tetapi lebih mengarah kepada pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya ke setiap daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara adil dan proporsional.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik internal dan eksternal peternak domba, mengetahui persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dan partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba, mengetahui hubungan antara karakteristik internal dan eksternal peternak dengan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba, serta mengkaji hubungan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dengan partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba.

Penelitian ini berlangsung selama satu bulan, sejak tanggal 5 Desember 2006 – 5 Januari 2007 di Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota kelompok Tani Mandiri yang berjumlah 31 orang. Semua populasi dijadikan responden dengan teknik sensus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data meliputi analisis statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian peternak domba berumur sedang, berpendidikan rendah, pengalaman beternak kategori pemula, pemilikan ternak rendah, jumlah tanggungan keluarga sedikit, berpendapatan rendah dan memiliki tingkat kekosmopolitan rendah. Sementara interaksi dengan penyuluh dan interaksi dengan pasar berada dalam kategori sedang. Persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba berada dalam kategori baik, sedangkan tingkat partisipasi dalam beternak domba pada peternak yang mengikuti program dan yang tidak mengikuti program berada dalam kategori sedang.

Hasil uji korelasi rank Spearman dan tingkat keeratan hubungan dengan uji koefisien kontingensi diketahui bahwa hubungan antara karakteristik internal peternak dengan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba umumnya sangat lemah dan hubungan antara karakteristik eksternal peternak dengan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba berhubungan lemah. Terdapat hubungan cukup kuat antara persepsi peternak mengenai kesesuaian program dengan partisipasinya dalam perencanaan kegiatan beternak domba pada peternak yang mengikuti program perguliran ternak domba dan antara persepsi peternak mengenai kesesuaian program dengan partisipasi dalam pelaksanaan beternak domba pada peternak yang tidak mengikuti program perguliran ternak domba.

(5)

ABSTRACT

Perception and Participation of the Breeder About Sheep Breed Revolving Programme

Juarsyah, R. A. Saleh and D. Susanto

The aims of this research were: (1) to know the internal and external characteristics of sheep breeders in Laladon village, Ciomas, Bogor; (2) to know breeders’s perception about sheep breed revolving programme and their participation in sheep breed activity; (3) to know the correlation between breeders’s internal and external characteristics with their perception about sheep breed revolving programme, also (4) to examine the correlation between breeders’s perception about sheep breed revolving programme with their participation in sheep breed activity. This research population was 31 people. Based on census method, all of the population were taken as exhausted sample. Primary and secondary data were utilized in this study. This research was designed as descriptive. The results of research showed that interaction with PPL and with market were grouped in middle category. The category of the breeders’s perception about sheep breed revolving programme was good and their participation in sheep breed activity can be grouped as middle. The correlation between characteristics internal with breeders’s perception about sheep breed revolving programme generally very low and the correlation between external characteristics with their perception about sheep breed revolving programme was low. There was close enough correlation between breeders’s perception about programme’s conformity with their participation in sheep breed planning activity for those who involved the programme and between breeders’s perception about programme’s conformity with their participation in sheep breed implementing activity for those who didn’t involved in it.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Juni 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sidarsyah Wari dan Ibu Arbiah.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SD Budi Luhur Ciledug, Tangerang. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Budi Luhur, Tangerang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMU Negeri 101 Jakarta Barat. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB pada tahun 2003.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi tentang program perguliran ternak domba, partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba, mengkaji hubungan karakteristik internal dan eksternal peternak dengan persepsi peternak, serta mengkaji hubungan antara persepsi dan partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba. Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam membina pengelolaan ternak guliran pemerintah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam membuat kebijakan yang lebih baik untuk meningkatkan partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal ’alamiin.

Bogor, Februari 2007

(8)

DAFTAR ISI TINJAUAN PUSTAKA ...………..

Ternak Domba...………. Program Perguliran Ternak Domba...………...………. Evaluasi... Persepsi ...………...……… Beberapa Studi tentang Karakteristik yang Berhubungan dengan Persepsi... Partisipasi...………... Hubungan Persepsi dan Partisipasi...………... METODE PENELITIAN... Lokasi dan Waktu ... Populasi dan Sampel ... Desain Penelitian ... Data dan Instrumentasi ... Pengumpulan Data... Definisi Operasional dan Pengukurannya... Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ... Analisis Data ... Definisi Istilah... GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...

(9)

Mata Pencaharian Penduduk... Tingkat Pendidikan Penduduk... Sarana dan Prasarana... Kondisi Sosial... Kelompok Tani Mandiri... HASIL DAN PEMBAHASAN... Karakteristik Internal Peternak Kelompok Tani Mandiri... Karakteristik Eksternal Peternak Kelompok Tani Mandiri... Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba... Partisipasi Peternak dalam Kegiatan Beternak Domba... Hubungan Karakteristik Internal dan Karakteristik Eksternal Peternak dengan Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba... Hubungan Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba dengan Partisipasi Peternak dalam Kegiatan Beternak Domba... KESIMPULAN DAN SARAN...

Kesimpulan... Saran... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

31 32 32 33 33 34 34 38 40 43

47

(10)

DAFTAR TABEL

Sistem gaduhan untuk ternak domba... Penanganan kejadian untuk sistem gaduhan... Komposisi penggunaan lahan Desa Laladon tahun 2006... Jumlah penduduk Desa Laladon tahun 2006... Jenis mata pencaharian penduduk Desa Laladon tahun 2006... Tingkat pendidikan penduduk Desa Laladon tahun 2006... Distribusi karakteristik internal peternak... Distribusi karakteristik eksternal peternak... Rataan skor interaksi dengan penyuluh... Rataan skor interaksi dengan pasar... Rataan skor persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba... Distribusi persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba... Rataan skor partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba... Distribusi partisipasi peternak yang mengikuti program

perguliran dalam kegiatan beternak domba... Distribusi partisipasi peternak yang tidak mengikuti program perguliran dalam kegiatan beternak domba... Koefisien korelasi hasil pengukuran hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba... Koefisien korelasi rank Spearman (rs) hubungan persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dengan partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba...

(11)

DAFTAR GAMBAR Nomor

1. Kerangka berpikir persepsi dan partisipasi peternak tentang program perguliran ternak domba..………... 2. Tata cara pengelolaan bantuan program perguliran pemerintah…

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

1. SK Dekan tentang Pengangkatan Susunan Komisi Pembimbing Tugas Akhir... 2. Surat Izin Penelitian... 3. Hasil Uji...

3.1. Hasil Uji rank Spearman... 3.2. Hasil Uji Chi-Square dan Koefisien Kontingensi.....

4. Kuesioner Penelitian...

Halaman

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan yang berlangsung pada era reformasi sekarang ini memberikan petunjuk dan arah pada perubahan pembangunan nasional yang tidak lagi berorientasi pada pertumbuhan semata, tetapi lebih mengarah kepada pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya ke setiap daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara adil dan proporsional. Arah pembangunan pada saat ini adalah pemberdayaan masyarakat, pemantapan pelaksanaan otonomi daerah dan modernisasi melalui perubahan struktur masyarakat.

Pemerintah daerah kabupaten yang ada dihadapkan pada kesiapan untuk dapat melaksanakan pembangunan pertanian di daerahnya masing-masing dengan lebih baik dan terarah serta berkelanjutan. Pada pelaksanaannya, pemerintah daerah kabupaten mengalami berbagai hambatan dan tantangan dalam pembangunan, baik dari dalam maupun dari luar. Jumlah kabupaten terus meningkat seiring dengan adanya pemekaran kabupaten dan semangat untuk memajukan daerah yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.

Berbagai usaha ditempuh pemerintah daerah dalam rangka mendorong laju pembangunan peternakan di daerah. Salah satu tindakan nyata yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Bogor adalah dengan melaksanakan program perguliran ternak domba bagi peternak, karena domba merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat petani, terutama golongan petani kecil dengan lahan pertanian terbatas.

(14)

digulirkan wajib dikembalikan kepada pemerintah dalam kurun waktu tertentu untuk selanjutnya digulirkan kepada peternak lain (Disnakan Kabupaten Bogor, 2006).

Pemerintah Kabupaten Bogor memilih kelompok Tani Mandiri sebagai salah satu kelompok penerima paket guliran ternak domba karena kelompok ini dianggap telah berjalan dengan baik. Alasan lain kelompok Tani Mandiri menerima paket guliran pemerintah berupa ternak domba karena pengajuan dari kelompok kepada pemerintah perihal bantuan ternak domba. Selain itu, terdapat proses penyeleksian dari pengalaman beternak, potensi serta kemampuan beternak dari kelompok Tani Mandiri tersebut.

Keberhasilan program perguliran ternak domba yang diberikan pemerintah harus ditunjang oleh adanya partisipasi dari peternak dalam kegiatan beternak domba. Partisipasi dari peternak tersebut sangat dibutuhkan agar program tersebut berkesinambungan. Program perguliran tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi peternak, karena keberhasilan suatu program perguliran akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba. Partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba terhadap program diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena peternak akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dengan adanya program perguliran ternak domba tersebut.

Persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba berhubungan dengan karakteristik internal dan karakteristik eksternal peternak, demikian pula bahwa peternak yang memiliki persepsi yang positif terhadap program perguliran, maka mereka akan cenderung untuk berperilaku dan bertindak dalam kegiatan yang diikuti dan berperan serta dalam suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan beternak domba.

(15)

Perumusan Masalah

Persepsi merupakan kesan pertama seseorang setelah mendapatkan informasi dari orang lain dan persepsi itu juga merupakan proses dalam diri seseorang untuk memberi arti pada lingkungannya (Rakhmat, 2001). Setiap orang berbeda dalam hal kebutuhan dan motifnya. Karena itu persepsi seseorang terhadap sesuatu cenderung didasarkan oleh kebutuhan, minat dan latar belakang masing-masing. Persepsi dua orang mengenai suatu obyek yang sama, dapat berbeda. Seorang mungkin memiliki persepsi yang baik, sedang yang seorang lagi mungkin sebaliknya.

Kemanfaatan pembangunan dapat bersifat ”dekat” dan dapat pula bersifat ”jauh” bagi masing-masing individu masyarakat. Sifat ”dekat atau jauh” itu tidak hanya dalam arti jarak dan waktu, tetapi juga dan terutama dalam arti persepsi masyarakat terhadap pembangunan, dalam hal ini program perguliran ternak domba. Persepsi yang jauh atau negatif terhadap program yang diadakan berarti individu (peternak) tersebut tidak melihat kemanfaatan yang dapat diperoleh. Dalam hal semacam ini biasanya individu masyarakat menjadi tidak atau kurang responsif untuk berpartisipasi dalam pembangunan atau program yang diadakan.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu sasaran pembangunan karena partisipasi masyarakat adalah salah satu syarat dalam mencapai keberhasilan pembangunan yang berkesinambungan. Tanpa partisipasi masyarakat kesinambungan pembangunan akan mengalami hambatan yang cukup berarti. Oleh karena itu, setiap program pembangunan jelas membutuhkan peran serta anggota masyarakat. Selain itu, setiap anggota masyarakat berkewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan.

Partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba berkaitan dengan persepsi yang dimiliki oleh peternak tentang program perguliran ternak domba, sedangkan tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat didasarkan pada karakteristk internal dan eksternal peternak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas. Persepsi yang positif akan memberikan sumbangan terhadap munculnya kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap program perguliran yang telah diberikan.

(16)

program tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu:

1. Bagaimana karakteristik internal dan karakteristik eksternal peternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dan tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik internal peternak dan karakteristik eksternal peternak dengan persepsinya tentang program perguliran ternak domba?

4. Bagaimana hubungan antara persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dengan tingkat partisipasinya dalam kegiatan beternak domba?

Tujuan Penelitian

Pencapaian tujuan program perguliran ternak domba ini, ditentukan oleh kesepakatan yang positif dari pihak pemerintah dan pihak peternak sebagai mitranya. Kesepakatan positif dari pemerintah berupa tingkat kecakapan dan kesungguhan aparat pelaksanaan dan pengelola program perguliran dalam memperhatikan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai peternak, sedangkan kesepakatan peternak lebih tercermin pada persepsi dan partisipasi positif untuk mendukung program perguliran ternak domba yang telah dilakukan di desa mereka yaitu di desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik internal dan karakteristik eksternal peternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

2. Mengetahui persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dan tingkat partisipasi peternak dalam beternak domba..

3. Mengetahui hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal peternak dengan persepsinya tentang program perguliran ternak domba.

(17)

Kegunaan Penelitian

(18)

KERANGKA BERPIKIR

Keberhasilan pengembangan usaha peternakan tidak terlepas dari bagaimana peternak memandang, menilai dan terlibat aktif atau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. Partisipasi peternak dalam menentukan, melaksanakan serta mengevaluasi program haruslah mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak, sehingga pengembangan usaha peternakan dapat terus berlangsung. Hal tersebut sangat erat dengan keinginan peternak untuk maju dan meningkatkan kesejahteraannya.

Kegiatan tersebut bukan merupakan keterlibatan mental dan emosional para peternak dan bukan hanya keterlibatan fisik semata. Ketidakberhasilan pembangunan pertanian di masa lalu adalah karena partisipasi yang hampa, tidak akrab dan tidak berpengaruh. Pembangunan waktu itu belum menyentuh ego, mental dan emosional peternak.

Partisipasi aktif peternak dalam kegiatan beternak domba yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfataan hasil beternak domba dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pendorongnya adalah persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba yaitu mengenai kesesuaian program dan manfaat program, sehingga keterlibatan peternak dalam program tidak bersifat ikut-ikutan tetapi didasari oleh kesadaran dan tanggung jawabnya karena persepsi positif yang dimilikinya.

Partisipasi peternak dalam beternak domba diharapkan sebagai partisipasi murni dan bersemangat, yang lahir dari persepsi yang positif mengenai program perguliran yang digalakkan pemerintah. Partisipasi dalam beternak domba ialah untuk mewujudkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, kepercayaan diri, serta kemandirian diri, bukan untuk menambah ketergantungan mereka pada bantuan yang ”memanjakan.”

(19)

Persepsi peternak berhubungan dengan karakteristik internal yang ada di dalam masing-masing individu peternak meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, pemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, keluarga dan kekosmopolitan, serta karakteristik eksternal peternak yang meliputi interaksi dengan penyuluh dan interaksi dengan pasar. Secara rinci kerangka berpikir tersebut tersaji pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Kerangka berpikir persepsi dan partisipasi peternak tentang program perguliran ternak domba.

Karakteristik Internal

Peternak (X1):

X1.1. Umur

X1.2. Pendidikan

X1.3. Pengalaman

beternak

X1.4. Pemilikan ternak

domba

X1.5. Jumlah tanggungan

keluarga X1.6. Pendapatan

X1.7. Kekosmopolitan

Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak

Domba (Y1):

Y1.1. Kesesuaian program

Y1.2. Manfaat program

Karakteristik Ekternal Peternak (X2):

X2.1. Interaksi dengan

penyuluh

X2.2. Interaksi dengan

Pasar

Partisipasi Peternak dalam Kegiatan Beternak Domba (Y2):

Y2.1. Perencanaan

Y2.2. Pelaksanaan

Y2.3. Evaluasi

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba

Ternak domba merupakan ternak yang telah lama dibudidayakan di Indonesia. Ternak domba memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak. Ternak domba juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan di mana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun (Mulyono, 1998).

Domba adalah anggota golongan atau kerajaan (kingdom) hewan, filum

Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (hewan yang menyusui), ordo

Artiodactyla (hewan berkuku genap), famili Bovidae (hewan memamah biak), genus

Ovis dan species Ovis aries (Mulyono, 1998).

Menurut Mulyono (1998), ternak domba memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain karena:

1. Domba mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat produksi dan reproduksinya lebih tinggi

2. Modal usaha cepat berputar karena pemasarannya mudah

3. Ternak domba tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan.

4. Ternak domba suka bergerombol sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem penggembalaan lebih efisien.

5. Proses pengembang-biakan domba dapat diatur karena betina / induk dapat dilakukan penjadwalan birahi / estrus.

6. Skala usaha pembibitan domba yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dan seekor pejantan dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18 ekor.

Program Perguliran Ternak Domba

(21)

yang telah ditumbuhkan dan dibina oleh pelaksana proyek. Jumlah anggota yang menerima bantuan untuk setiap kelompok tani adalah sebanyak 15 orang untuk petani proyek 2006/2007 (Disnakan Kabupaten Bogor, 2006).

Seleksi calon penggaduh dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor meliputi: kesiapan kesanggupan memelihara ternak (usia, kesehatan), kesiapan teknis lapangan (kandang, lahan, dll), pengalaman beternak dan pembudidaya. Gaduhan ternak ternak domba diberikan kepada calon penggaduh yaitu mereka yang miskin potensial produktif (MPP) yang memenuhi kriteria: (1) rumahnya sederhana, (2) kepala keluarga atau janda atau penderita cacat, (3) tidak mempunyai ternak besar, (4) buruh relatif miskin (berpenghasilan rendah) dengan pemilikan tanah kurang dari 0,1 ha. Untuk penggaduh yang dijadikan ketua kelompok ditambah persyaratan ”tidak buta huruf” dan dipandang memiliki kemampuan mengelola kelompok. Pemilihan calon penggaduh dilaksanakan dengan bantuan daftar isian yang telah disediakan (Disnakan Kabupaten Bogor, 2006).

Kewajiban penggaduh yaitu: (1) menandatangani surat perjanjian penyebaran ternak pemerintah, (2) memelihara ternak yang diterimanya dengan baik, (3) mengikuti petunjuk atau bimbingan teknis yang diberikan oleh petugas Dinas Peternakan, (4) melaporkan segala sesuatu yang terjadi terhadap ternak yang dipelihara dalam waktu secepat-cepatnya, (5) menyerahkan sebagian keturunan atau hasil panen sebagian hasil ternak yang dipelihara sesuai dengan perjanjian, (6) menanggung resiko ternak yang dipeliharanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sementara itu, hak dari penggaduh yaitu: (1) menerima ternak sesuai dengan perjanjian, (2) memelihara ternak pemerintah yang diterimanya dan menerima sebagian hasil ternak setelah melunasi kewajibannya, (3) memanfaatkan tenaga kerja yang dipelihara dalam batas-batas yang layak, (4) memanfaatkan pupuk kandang ternak yang dipeliharanya (Disnakan Kabupaten Bogor, 2006).

(22)

Tujuan sistem perguliran ini adalah agar peternak penggaduh mendapat keuntungan dari usahanya menggaduh ternak. Di samping itu, penentuan besarnya jumlah setoran ternak gaduhan haruslah mampu mendorong masyarakat petani-ternak untuk nantinya berswadaya mengembangkan usahanya. (Disnakan, 2006).

Jumlah anggota untuk setiap kelompok tani sebanyak 15 orang untuk petani penerima program tahun 2006. Pada petani atau kelompok tani tahun 2005-2006 setiap kelompok tani menerima bantuan 75 ekor domba (60 ekor betina, 15 ekor jantan). Sistem gaduhan yang digunakan untuk ternak domba disajikan pada Tabel 1 berikut (Disnakan Kabupaten Bogor, 2006).

Tabel 1. Sistem gaduhan untuk ternak domba Penggaduh Jumlah ternak domba yang

digaduhkan

Ada dua macam sifat kejadian dalam budidaya ternak yaitu: kelalaian atau kesalahan penggaduh dan bencana alam atau tidak disengaja. Penyelesaian tergantung pada jenis atau bentuk kejadian seperti Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Penanganan kejadian untuk sistem gaduhan Jenis Kesalahan Jenis kasus

Menyangkut pada ternak Menyangkut diri petani a) Kesalahan pada petani/

Lalai

Bila: ternak mati atau terkena penyakit, hilang, dijual, dipotong dan lain-lain.

Maka: toleransi waktu pengembalian ditambah.

Bila: pindah rumah, belum luas

Maka: tetap ditagih dan masih tercatat.

(23)

Gambar 2. Tata cara pengelolaan bantuan program perguliran pemerintah (Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2006)

Permohonan tertulis

Seleksi

a) diterima

b) ditolak

Diganti calon lain

Pelatihan/ penyuluhan Redistribusi

Surat perjanjian + Dropping domba

Ketua kelompok + mengambil domba persetujuan Dinas

Boleh mengajukan kembali

Usaha ternak

Setor:

Angsuran tiap bulan

Kejadian tidak di sengaja/ bencana alam - banjir

- angin puyuh

Dihapus

Kejadian disengaja - dijual - dipotong

Mengganti

(24)

Evaluasi Makna Evaluasi Program

Menurut Jahi (1989) proses evaluasi adalah proses penentuan sampai seberapa jauh tujuan-tujuan pendidikan benar-benar telah direalisasikan oleh kurikulum dan pengajaran. Sejalan dengan itu, Jahi (1989) mengatakan bahwa evaluasi adalah penentuan nilai suatu program, produk, prosedur, ataupun tujuan atau potensi penggunaan pendekatan alternatif yang didesain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai suatu program dan pencapaian tujuan.

Tujuan suatu program pendidikan ataupun perubahan perilaku yang akan dicapai, hendaknya bukan sembarang tujuan, akan tetapi benar-benar tujuan yang telah dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, bahwa tujuan tersebut adalah tujuan yang berkualitas atau bernilai tinggi. Dalam hubungan ini, evaluasi program dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menentukan derajat perubahan atau kualitas perubahan perilaku warga belajar penyuluhan yang ditimbulkan oleh keterkaitannya dalam pelaksanaan program-program penyuluhan.

Komponen-komponen Suatu Proses Evaluasi

Suatu proses evaluasi memiliki tiga elemen yang esensial, ketiga komponen ini sedemikian pentingnya dan evaluasi tidak pernah akan terjadi, kecuali apabila ketiga elemen tersebut berfungsi dengan baik (Jahi, 1989). Ketiga elemen tersebut yakni:

1. Kriteria: kriteria adalah sesuatu terhadap mana suatu hal lain dibandingkan untuk dinilai. Hal tersebut mungkin suatu aturan, suatu standar, suatu norma, ataupun suatu benda, atau secara umum suatu kondisi yang dianggap ideal atau baik. Kriteria merupakan suatu deskripsi atau citra tentang bagaimana bentuk atau suatu program pendidikan yang berharga. Jadi, kriteria dalam makna seluas-luasnya adalah hal-hal yang ideal ataupun definisi tentang apa yang seharusnya. 2. Bukti nyata tentang pelaksanaan suatu program: bukti nyata tentang pelaksanaan

(25)

penyuluhan yang akan digunakan untuk menentukan apakah telah terdapat kemajuan atau kemunduran selama pelaksanaan suatu program pendidikan. 3. Penilaian: penilaian dibuat dan tergantung pada manusia dan di lain pihak juga

dipengaruhi oleh pengalaman masa silam dan tata nilai yang dianut oleh individual yang membuatnya, maka kita harus menerima fakta bahwa penilaian tersebut bersifat subyektif. Sadar akan keadaan ini, maka kita harus selalu berusaha sedapat-dapatnya agar penilaian itu menjadi lebih obyektif, lebih reliabel dan lebih valid.

Ciri-ciri Program yang Sering di evaluasi

Jahi (1989) mengatakan bahwa ada lima ciri program yang sering dievaluasi, yakni:

1. Kualitas suatu program. Sebaik mana sesunguhnya program tersebut? Apakah kualitas isi, aktivitas belajar, media dan performans guru ataupun para narasumber? Bagaimana warga belajar penyuluhan bereaksi pada hal tersebut? 2. Kesesuaian suatu program. Apakah program tersebut dapat memenuhi harapan

warga belajar penyuluhan? Apakah program tersebut sesuai dengan harapan komuniti yang dijadikan sasaran?

3. Keefektifan suatu program. Apa yang telah dihasilkan? Sampai sejauhmana program tersebut berhasil mencapai tujuannya?

4. Efisiensi suatu program. Apakah hasil yang dicapai sesuai dengan penggunaan sumberdaya yang diperlukan oleh organisasi dan partisipasi yang dilihat?

5. Pentingnya suatu program. Berapa besarkah nilai program tersebut bagi para partisipasi? Apakah derajat kepentingannya sesuai dengan jumlah sumberdaya yang digunakan?

Persepsi Pengertian Persepsi

(26)

mempengaruhi perilaku komunikasinya. Menurut Berelson dan Steiner (1967), persepsi merupakan kebutuhan atau keinginan individu untuk mengetahui dan memahami makna informasi yang diterimanya dalam lingkup dimana seseorang berada.

Mulyana (2002) mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Fellows dalam Mulyana (2002), persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Sementara itu, Sereno dan Bodaken dalam Mulyana (2002) mengatakan bahwa persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungannya.

Pendapat Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak dan berkomunikasi dengan pihak lain.

Sugiyanto (1996) memberi batasan tentang persepsi yaitu persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan perasaan dan penciuman yang dinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaan perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan obyek tertentu maka persepsi orang tersebut akan positif begitu juga sebaliknya, jika tidak sesuai dengan kebutuhan terhadap suatu obyek akan negatif.

(27)

Prinsip umum persepsi

Prinsip umum persepsi, menurut van den Ban dan Hawkins (1999) di antaranya yaitu: (a) Relativitas. Persepsi seseorang bersifat relatif, walaupun suatu obyek tidak dapat diperkirakan yang tepat, tetapi setidaknya seseorang dapat mengatakan yang satu melebihi yang lainnya; (b) Selektivitas. Persepsi seseorang sangat selektif. Panca indera menerima stimuli dari sekelilingnya dengan melihat obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya. Karena kapasitas memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada faktor fisik dan psikologis seseorang. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, seorang komunikator hanya akan mengarahkan pesannya ke bagian-bagian yang perlu, atau melakukan pengulangan dan mengurangi informasi yang tidak diperlukan. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi pilihan terhadap persepsi. Peternak yang telah berpengalaman akan lebih mengetahui perbedaan – perbedaan kecil mengenai bentuk tubuh, mutu bulu domba atau wol dan kondisi umum ternak dari pada orang awam. Latihan merupakan pengalaman yang terorganisir dan teratur untuk mempengaruhi persepsi; (c) Organisasi. Persepsi itu terorganisir. Seseorang cenderung untuk menyusun pengalamannya dalam bentuk yang memberi arti dengan mengubah yang berserakan dan menyajikannya dalam bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan latar belakang. Dalam sekejap panca indera melakukan seleksi dan sosok yang menaik mungkin akan menciptakan suatu pesan. Penafsiran mengenai gambar sering ditentukan oleh latar belakang. Ciri lain dari organisasi persepsi disebut dengan istilah closure (penutupan), artinya kecenderungan menutupi atau melengkapi sesuatu yang belum sempurna; (d) Arah. Melalui pengamatan, seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan. Penataan adalah sangat penting bagi pembuat pesan untuk mengurangi tafsiran yang diberikan oleh stimulus.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

(28)

(karakteristik individu). Karakteristik seseorang yang memberikan respons pada sebuah stimuli menentukan persepsi. Persepsi ini sifatnya subyektif, karena tergantung individu yang melakukan persepsi. Persepsi setiap individu dengan individu lainnya berbeda terhadap suatu objek yang sama.

Beberapa Studi tentang Karakteristik yang Berhubungan dengan Persepsi

Karakteristik individu merupakan ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Harun dalam Abdussamad (1993), menyatakan bahwa persepsi ialah hasil dari keinginan, tujuan dan pengalaman masa lalu. Karakteristik personal seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman, status sosial ekonomi dan keanggotaan pada suatu organisasi, merupakan peubah yang berhubungan dengan persepsi. Menurut Rakhmat (2001) apa yang kita perhatikan (persepsi) ditentukan oleh faktor situasional dan faktor personal. Hal yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memiliki persepsi.

Umur

Umur petani akan sejalan dengan pengalaman dan pengetahuannya sesuai dengan pertumbuhan biologis dan perkembangan psikisnya. Petani yang lebih tua tampaknya cenderung lebih berhati-hati, sehingga ada kesan mereka relatif kurang responsif atau lambat. Sebenarnya bukan berarti mereka tidak mau menerima perubahan, tetapi mereka mungkin punya pertimbangan praktis seperti kesehatan, kekuatan fisik yang kurang mengizinkan, atau ingin menikmati masa tua mereka (Soekartawi, 1988). Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang makin besar terhadap hal-hal yang baru, sehingga ada kesan mereka lebih cepat atau responsif dalam pembaharuan. (Soekartawi, 1988)

(29)

Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan watak seseorang sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku. Proses pembentukan watak terjadi karena adanya interaksi antara potensi yang dimiliki seseorang (intelegensi, bakat), lingkungan dan pendidikan (Holle, 2000).

Pendidikan, baik formal maupun non formal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan mampu berkomunikasi dengan baik (Azahari, 1988). Persepsi mereka lebih benar, utuh dan obyektif dibandingkan dengan yang pendidikannya lebih rendah. Abdussamad (1993) menemukan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi persepsi. Sejalan dengan hal itu, Susiatik (1998) menyatakan bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan persepsi.

Pengalaman Beternak

Pengalaman merupakan interaksi yang dialami seseorang selama hidupnya dengan lingkungannya sehingga ia mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman tentang suatu kejadian (Holle, 2000). Pengalaman akan menjadi dasar terhadap pembentukan persepsi individu untuk memberikan tanggapan dan penghayatan. Seseorang harus memiliki pengalaman terhadap obyek tertentu (Kasup, 1998).

Kasup (1998) menyebutkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan tentang berbagai masalah, seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa lampau, kecakapan persepsi dan asumsi mengenai situasi tertentu.

Pemilikan Ternak Domba

(30)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga cenderung akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sebagai pekerja yang memiliki penghasilan yang diperoleh akan menjadi beban peternak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksum (1994) menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan yang positif dengan persepsi.

Hasil penelitian Lalenoh (1994) menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan nyata dengan persepsi. Lebih lanjut dikatakan bahwa, semakin besar tanggungan keluarga akan semakin bermanfaat atau persepsi positif.

Kekosmopolitan

Kekosmopolitan adalah keterbukaan seorang petani pada informasi, melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi. Orang yang sifat kosmopolitannya tinggi biasanya suka mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya. Sebaliknya orang yang rendah sifat kosmopolitannya, cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangganya atau teman-teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi (Rogers dalam Abdussamad, 1993). Hasil penelitian Susiatik (1998) menunjukkan bahwa sifat kosmopolitan masyarakat akan mempengaruhi persepsi. Sejalan dengan itu, Maksum (1994) menyatakan bahwa tingkat keterbukaan peternak terhadap informasi baik dari dalam sistem sosial maupun dari luar sistem sosialnya akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap program. Apabila keterbukaan peternak terhadap informasi baik (terbuka), maka persepsi mereka akan positif.

Interaksi dengan Penyuluh

(31)

dengan penyuluh, berarti rendah tingkat persepsinya karena terbatasnya kemampuan dan kesempatan peternak untuk berinteraksi dengan penyuluh.

Interaksi dengan Pasar

Dalam mencapai pemenuhan kebutuhan keluarga, peternak melakukan interaksi dengan pasar yang merupakan syarat mutlak agar peternak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Menurut Suharno (1996), para peternak biasanya tidak langsung menjual ternaknya ke pasar atau memotong sendiri, melainkan menjualnya ke poultry shop, perusahaan inti atau kelompok peternak yang berfungsi sebagai pengumpul. Lebih lanjut bahwa selama ini, antara peternak dengan pedagang pengumpul hanya terjalin hubungan bisnis yang tidak mengikat. Padahal jika kedua pihak bermitra lebih erat dengan cara melakukan perjanjian jual beli dengan harga tertentu maka kedua belah pihak mendapatkan untung besar dan menghadapi resiko yang kecil sehingga posisi peternak tidak akan ditekan oleh pedagang pengumpul. Hasil penelitian Abdussamad (1993), menunjukkan peternak yang tinggi frekuensi interaksinya lebih banyak menerima informasi yang dapat memperkaya wawasannya dan akan meningkatkan ketepatan persepsi.

Partisipasi Pengertian Partisipasi

Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan interaksi dengan orang lain. Interaksi di antara mereka mengakibatkan adanya perasaan bahwa mereka adalah sama dan saling membutuhkan, sehingga untuk mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan adanya partisipasi dengan orang lain. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai partisipasi antara lain:

(32)

Menurut Darjono dalam Satropoetro (1986), partisipasi berarti keterlibatan dalam hal proses pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan dan menunjukkan tujuan serta prioritas. Lebih lanjut dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal utama dalam potensi yang esensiil dalam pelaksanaan pembangunan desa yang selanjutnya telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar bagi kelangsungan pembangunan nasional. Cohen dalam Arfani (1987) menyatakan bahwa partisipasi menyangkut empat hal

yaitu: (1) partisipasi di dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi di dalam pelaksanaan; (3) partisipasi di dalam memperoleh manfaat; (4) partisipasi di dalam melakukan penilaian.

Slamet (2003) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikutsertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Sementara itu, Allport dalam Sastropoetro (1986) menyatakan bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya. Davis dalam Sastropoetro (1986) mengemukakan bahwa partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha pencapaian tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

(33)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Davis dalam Sastropoetro (1986) mengemukakan bahwa tingkat partisipasi tiap orang berbeda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan fisik, jiwa, kepentingan, motivasi, maupun harga diri. Lebih lanjut Darjono dalam Sastropoetro (1986) menyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain: (1) pendidikan meliputi: kemampuan baca-tulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri, (2) agama, (3) kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan, (4) tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik, dan (5) tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi.

Sastropoetro (1986) menyatakan bahwa ada faktor-faktor penting yang turut menentukan partisipasi antara lain: (1) komunikasi, (2) perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang menumbuhkan kesadaran, (3) kesadaran yang didasarkan pada pertimbangan, (4) antusiasme yang menimbulkan spontanitas, (5) rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan tergantung pada berbagai faktor dan dari hasil penelitian yang dilakukan Angell yang dikutip oleh Soetarso (1979) ialah:

1. Umur, yaitu bahwa orang-orang yang berada dalam kelompok umur pertengahan (setengah umur) lebih banyak mendukung keteraturan moral masyarakat daripada kelompok umur yang lain.

2. Pendapatan yaitu bahwa keluarga-keluarga yang berpendapatan tinggi lebih besar partisipasinya dalam urusan-urusan kemasyarakatan.

3. Pekerjaan, orang-orang yang menduduki jabatan yang lebih tinggi, lebih besar pula partisipasinya.

4. Sekolah, lebih tinggi kelas yang dicapai, lebih besar pula partisipasinya.

5. Pemberian suara dalam pemilihan umum, orang-orang yang tidak memberikan suara dalam pemilihan umum juga kurang menaruh minat pada bentuk-bentuk partisipasi lainnya.

6. Kebangsaan, orang-orang yang dilahirkan di luar negeri lebih besar partisipasinya daripada yang dilahirkan di dalam negeri.

(34)

8. Lamanya bertempat tinggal di suatu daerah, lebih dalam orang terpaut dalam masyarakat, lebih besar pula partisipasinya.

Dari uraian tersebut terlihat bahwa partisipasi seseorang dalam kegiatan pembangunan dipengaruhi oleh karakteristik dan latar belakang orang tersebut.

Hubungan Persepsi dan Partisipasi

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pembangunan, karena dalam kenyataannya banyak masyarakat yang tidak memahami kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di lingkungannya, sehingga mereka terlibat hanya bersifat ikut-ikutan saja.

Persepsi merupakan penilaian peternak tentang program perguliran ternak domba yang menyangkut penilaian tentang tujuan dan manfaat program dan peraturan antara penerima dan pemberi bantuan guliran ternak domba. Faktor ini akan memberikan dampak terhadap kemauan peternak untuk terlibat dalam kegiatan beternak domba. Dari penelitian Holle (2000) ditemukan adanya hubungan yang nyata antara persepsi dengan tingkat partisipasinya. Menurut Lalenoh (1994) persepsi positif dari masyarakat akan menghasilkan partisipasi yang tinggi.

(35)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut sedang digalakkan program perguliran ternak domba. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, mulai tanggal 5 Desember 2006 sampai tanggal 5 Januari 2007.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok Tani Mandiri yang berjumlah 31 orang. Semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden penelitian dengan menggunakan teknik sensus. Sebanyak 15 orang peternak merupakan penerima bantuan program perguliran, sedangkan 16 orang peternak tidak menerima bantuan program perguliran ternak domba.

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu kasus yang berbentuk deskriptif dan korelasional. Deskriptif digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang umum seperti karakteristik internal peternak, karakteristik eksternal peternak, persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dan partisipasinya dalam kegiatan beternak domba, kemudian korelasional digunakan untuk menjelaskan hubungan antar peubah.

Data dan Instrumentasi

(36)

Penyusunan kuesioner dilakukan dua kali, yakni: (1) penyusunan pertama kali, dan (2) penyusunan setelah kuesioner diuji coba (try out). Penyusunan kembali setelah diuji coba dimaksudkan supaya pada saat pengumpulan data, responden tidak mengalami kesulitan dalam memahami masing-masing pertanyaan yang diajukan. Istilah-istilah dan beberapa kalimat yang panjang dan tidak dimengerti, diganti dengan istilah atau kata yang biasa dipakai di daerah penelitian.

Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Data dikumpulkan melalui:

1. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner,

2. Pengumpulan data sekunder dari bahan rujukan, buku dan data yang diperoleh dari Disnakan (Dinas Peternakan) Kabupaten Bogor maupun Kantor Desa Laladon.

Definisi Operasional Peubah dan pengukurannya

Berikut ini didefinisikan beberapa peubah yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian, yaitu:

1. Karakteristik internal peternak, yaitu ciri-ciri yang melekat dalam diri peternak, yang meliputi:

a. Umur adalah usia peternak yang dihitung sejak lahir hingga penelitian dilakukan, dinyatakan dalam satuan tahun.

b. Pendidikan adalah tingkatan atau jenjang tertinggi sekolah terakhir peternak domba yang pernah ditempuh saat penelitian dilakukan.

c. Pengalaman Beternak adalah lamanya aktivitas peternak dalam menekuni kegiatan usaha ternak domba yang dinyatakan dalam satuan tahun.

d. Pemilikan ternak adalah berapa jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak dengan menghitung jumlah ternak yang dipelihara peternak responden pada saat penelitian berlangsung yang dinyatakan dalam Satuan Ternak (ST). e. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga

(37)

f. Pendapatan adalah jumlah total penerimaan peternak setiap satu bulan yang bersumber dari kerja di bidang usahatani maupun di luar usahatani, yang dinyatakan dalam rupiah saat penelitian dilaksanakan.

g. Kekosmopolitanan adalah sikap keterbukaan peternak terhadap perubahan yang ada melalui pola hubungan peternak dari berbagai sumber informasi, yang dicirikan oleh derajat terkena media massa dan frekuensi bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya dalam satu bulan terakhir.

2. Karakteristik eksternal peternak, yaitu ciri-ciri situasi lingkungan yang kondusif bagi peternak respons, yang meliputi:

a. Interaksi dengan penyuluh adalah frekuensi dan substansi yang dibicarakan dalam percakapan antara peternak domba dengan penyuluh setempat dalam satu bulan terakhir.

b. Interaksi dengan pasar adalah frekuensi dan substansi yang dibicarakan dalam percakapan antara peternak domba dengan pedagang setempat, pedagang pengumpul dan Koperasi saat kegiatan transaksi jual beli ternak domba dalam satu bulan terakhir.

2. Persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba adalah pandangan peternak mengenai kesesuaian dan manfaat program perguliran ternak domba yang menumbuhkan motivasi, dorongan, kekuatan dan tekanan yang menyebabkan peternak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

3. Partisipasi peternak dalam beternak domba adalah tingkat keterlibatan peternak untuk memberikan kontribusi atau sumbangan untuk mencapai tujuan bersama dalam beternak domba dari keterlibatan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil dalam kegiatan beternak domba.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

(38)

Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur apa yang ingin diukur (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995). Validitas diperoleh dengan cara: (1) mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang diukur setelah ditulis para ahli dalam literatur, (2) mendiskusikan dengan para ahli lain, dalam hal ini komisi pembimbing, (3) menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang diukur. Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995 bahwa semua cara di atas harus dipakai agar supaya konsep yang diukur menjadi lebih tuntas. Dengan demikian validitas alat pengukur menjadi lebih tinggi.

Uji validitas instrumentasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

product moment yang rumusnya sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995):

XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dibandingkan dengan dengan tabel signifikansi r product moment. Apabila nilai korelasinya lebih besar dari tabel maka butir tersebut signifikan. Setelah diuji coba dan dilakukan perbandingan dari 29 butir pertanyaan yang dirancang dalam kuesioner, akhirnya diperoleh 27 pertanyaan yang valid (r hitung > r tabel(0,05) =

0,2407), kemudian diadakan perbaikan kuesioner yaitu dengan cara membuang satu pertanyaan dan memperbaiki satu pertanyaan yang tidak valid. Selanjutnya diadakan tes reliabilitas terhadap instrumen yang sudah valid.

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995). Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama

(39)

dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Reliabilitas dalam penelitian dapat dilakukan dengan dua cara: (1) semua pertanyaan dalam instrumen (kuesioner) diuji sebanyak dua kali (pengukuran ulang) kepada responden yang sama, dan (2) semua pertanyaan dalam instrumen dibagi dua (split half), sehingga bagian pertama terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang bernomor ganjil dan bagian kedua terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang bernomor genap; kedua bagian ini diujikan kepada responden. Rumus uji teknik belah dua atau

split half reliability test yaitu sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995):

Keterangan:

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Hasil uji didapat nilai koefisien reliabilitas rtot = 0,783. Berarti kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini telah memiliki tingkat reliabilitas atau tingkat keterandalan yang tinggi.

Analisis Data

Analisis data guna menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan dirumuskan digunakan teknik analisis sebagai berikut: (1) Data mengenai karakteristik internal dan karakteristik eksternal peternak dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu berupa tabulasi silang, persentase, tabel frekuensi dan rataan skor. Demikian juga persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba dan partisipasi peternak dalam beternak domba yang ada di desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif dan (2) Data mengenai hubungan antara peubah dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman(rs) dan Chi Square (χ2) yaitu dengan cara

mentabulasikan data, kemudian dianalisis untuk menggambarkan keadaan yang terjadi di Desa Laladon. Untuk mengetahui hubungan antara peubah dengan menghitung koefisien kontingensi (C), selanjutnya nilai koefisien kontingensi

(40)

diinterpretasikan menurut pedoman yang digunakan oleh Budi (2006), yaitu interpretasi korelasi positif dan negatif.

Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar peubah tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari KK (Koefisien Korelasi) sebagai patokan sebagai berikut (Budi, 2006):

1. 0,001 – 0,200 Korelasi sangat lemah 2. 0,201 – 0,400 Korelasi lemah 3. 0,401 – 0,600 Korelasi cukup kuat 4. 0,601 – 0,800 Korelasi kuat

5. 0,801 – 1,000 Korelasi sangat kuat

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 11.5 for windows.

a. Uji rank Spearman

Keterangan : rs = Nilai koefisien rank Spearman

d = Disparitas (X1-X2)

N = Banyaknya Pengamatan

b. Kontingensi (C), yang diturunkan dari uji Chi Square berikut ini.

∑ ∑

Oij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

Eij = Banyak kasus yang diharapkan di bawah H0 untuk dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

Adapun Rumus uji Kontigensi (C) yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Keterengan:

(41)

Definisi Istilah

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang penting dan untuk menyeragamkan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam proposal penelitian. Beberapa istilah yang diuraikan adalah sebagai berikut:

1. Persepsi adalah pandangan peternak mengenai kesesuaian dan manfaat program perguliran ternak domba yang menumbuhkan motivasi, dorongan, kekuatan dan tekanan yang menyebabkan peternak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan peternak untuk memberikan kontribusi atau sumbangan untuk mencapai tujuan bersama dalam beternak domba dari keterlibatan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil dalam kegiatan beternak domba.

3. Peternak domba adalah individu yang melakukan kegiatan beternak domba atau memelihara ternak domba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Program perguliran adalah kegiatan penyebaran ternak yang dilakukan oleh pemerintah di mana ternak yang digulirkan kepada peternak sistem pengembaliannya berupa ternak dan tidak dinilai dengan uang.

(42)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Desa Laladon

Desa Laladon secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Kota Bogor di sebelah utara, Kelurahan Padasuka di sebelah selatan, Kecamatan Dramaga di sebelah barat dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciomas Rahayu. Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan Desa Laladon 2,5 km, dengan ibukota Kabupaten Bogor 20 km dan jarak ke ibukota propinsi 120 km, lalu jarak ke ibukota Negara 75 Km.

Desa Laladon terletak pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl), dengan keadaan suhu rata-rata 20-290C dan curah hujan 200 mm/tahun. Luas wilayah Desa Laladon adalah sebesar 128,43 Ha. Komposisi pengunaan lahan di Desa Laladon hampir sebagian digunakan untuk sawah yaitu seluas 65,31 Ha, pemukiman penduduk seluas 54,58 Ha dan sisanya seluas 8,54 Ha dipergunakan untuk perkantoran, jalan, lapangan olahraga, bangunan pendidikan dan bangunan peribadatan (Tabel 3).

Tabel 3. Komposisi penggunaan lahan Desa Laladon tahun 2006

No Komposisi Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Sumber: Profil Desa Laladon 2006

Jumlah Penduduk

(43)

Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Laladon tahun 2006

Sumber: Profil Desa Laladon 2006

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang tergolong usia remaja (10 - 19 tahun) terhitung sebanyak 1.836 orang atau 18,43 persen dari jumlah penduduk seluruhnya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Adapun jumlah penduduk yang dapat dikatakan sudah tidak produktif (65 tahun – ke atas) adalah sebanyak 392 orang atau 3,93 persen.

Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Desa Laladon sebagian besar adalah sebagai pegawai swasta, pedagang, buruh pabrik, pegawai negeri, tukang bangunan, penjahit dan sopir angkutan. Sisanya bekerja sebagai petani, TNI/ Polri, Pensiunan,tukang las, tukang ojek dan di bengkel. Distribusi penduduk Desa Laladon berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Laladon tahun 2006

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1.

(44)

Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja sebagai petani hanya 74 orang atau 2,63 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sedangkan yang terbesar adalah penduduk desa Laladon bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 30,63 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja atau 861 orang.

Bila Tabel 3 dan Tabel 5 dibandingkan, ternyata jumlah lahan yang begitu luas, proporsinya cukup memprihatinkan dengan jumlah petani yang ada di desa tersebut. Hal ini dikarenakan jumlah sawah yang begitu luas (65,31 Ha), banyak dimiliki oleh penduduk luar daerah Laladon dan bukan milik petani setempat.

Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan penduduk Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor umumnya masih tergolong rendah yaitu sebanyak 2.723 orang penduduk desa Laladon tidak tamat SD/ sederajat, 2.066 orang tamat SD/ sederajat. Jumlah tamat SLTP/ sederajat sebanyak 1.142 orang, tamat SLTA/ sederajat sebanyak 1.591 orang, tamat akademi sebanyak 241 orang dan tamat perguruan tinggi sebanyak 483 orang. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Tingkat pendidikan penduduk Desa Laladon tahun 2006

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1.

Tidak tamat SD/ sederajat Tamat SD/ sederajat Tamat SLTP/ sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/ Sarmud

Tamat Perguruan Tinggi (S1-S3)

2.723

Sumber: Profil Desa Laladon 2006

Sarana dan Prasarana

(45)

Sarana pendidikan yang ada di Desa Laladon adalah tiga buah SD, satu buah SLTP, dan dua buah SMA/ SMK yang kondisinya baik. Untuk bidang transportasi, angkutan umum di daerah ini setiap harinya cukup lancar baik yang beroda dua maupun yang beroda empat. Sarana jalan di desa ini cukup baik dilalui oleh kendaraan.

Kondisi Sosial

Secara umum kondisi sosial politik serta ketenteraman dan ketertiban di wilayah Desa Laladon cukup mantap dan terkendali. Dalam hal ini, kehidupan politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai dengan aspirasinya seiring dengan bergulirnya reformasi dan banyaknya partai politik yang berkembang.

Berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban, dapat disampaikan bahwa pada tahun 2006, situasi dan kondisi Desa Laladon terbilang aman. Adapun gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi tahun 2006 antara lain: pencurian sebanyak tiga kali, penipuan sebanyak satu kali.

Kelompok Tani Mandiri

Kelompok Tani Mandiri merupakan kelompok ternak yang bergerak pada peternakan domba yang ada di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Kelompok ini resmi berdiri pada tahun 2002 dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 40 orang dengan ketua yang pertama adalah Bapak Adja.

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Internal Peternak Kelompok Tani Mandiri

Seluruh responden yang berjumlah 31 orang pada penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak domba Tani Mandiri yang berada di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Data karakteristik internal peternak yaitu umur, pendidikan, pengalaman beternak, pemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan kekosmopolitan. Karakteristik internal peternak anggota kelompok Tani Mandiri dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi karakteristik internal peternak

No Karakteristik Internal Kategori Jumlah* Persentase (n) (%) Tidak tamat SLTA - Perguruan tinggi Tinggi 7 22,58

(47)

Umur

Umur peternak berkisar antara 27 sampai 76 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hampir sebagian responden (41,94%) berumur antara 44 – 60 tahun. Umur termuda (38,71%) antara 27 sampai 43 tahun dan umur responden tertua (19,35% ) berumur antara 61 sampai 76 tahun.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa besarnya proporsi peternak yang berada dalam kategori umur sedang yaitu berumur 44 – 60 tahun menggambarkan bahwa peternak yang terlibat merupakan keturunan dari peternak sebelumnya. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa hampir sebagian (38,71%) anggota kelompok Tani Mandiri merupakan peternak berumur muda. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemuda kelompok di Desa Laladon yang ingin membangun dan mengabdikan dirinya di bidang pertanian-peternakan. Peternak yang berumur sedang dan muda selain memiliki fisik yang masih kuat dibanding yang berumur tua juga memiliki motivasi dan wawasan serta pandangan ke depan yang lebih baik sehingga mempengaruhi tingkat persepsi peternak tersebut.

Pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan keahlian peternak dalam menjalankan usahataninya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan tingkatan atau jenjang tertinggi sekolah terakhir yang pernah ditempuh oleh peternak. Sebaran tingkat pendidikan responden adalah dari tidak sekolah sampai perguruan tinggi.

Tingkat pendidikan peternak responden umumnya tergolong rendah. Separuh dari responden (64,52%) berpendidikan rendah yang berada pada kisaran tidak sekolah sampai tamat SD (lihat Tabel 7). Hal ini disebabkan pada dasarnya pada zaman dahulu tamat SD bagi peternak sudah cukup tinggi, dapat membaca dan menulis saja sudah cukup. Tingkat pendidikan inilah yang dapat menentukan persepsi mereka tentang program perguliran ternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Pengalaman Beternak

(48)

beternak diukur dari sejak di mulainya usaha ternak domba sampai dilakukannya penelitian ini. Pengalaman beternak yang dimiliki oleh peternak di Desa Laladon bervariasi yaitu mulai dari satu tahun sampai 27 tahun.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa separuh dari responden (64,51%) memiliki pengalaman beternak masih sedikit sehingga berada pada kategori pemula. Hal ini disebabkan karena mata pencaharian utama anggota kelompok peternak Tani Mandiri adalah bertani. Kegiatan memelihara ternak domba hanya dilakukan sebagai usaha sampingan, karena banyak responden yang baru memulai usahaternak domba setelah menjadi anggota kelompok Tani Mandiri. Sedangkan sisanya berada pada kategori sedang (32,26%) dan berpengalaman (3,23%) dalam berusahaternak dikarenakan peternak tersebut sudah menjalankan aktivitas usahaternak sejak responden masih muda. Pengalaman beternak akan sangat membantu peternak dalam menghadapi permasalahan yang biasa dihadapi dalam memelihara ternak. Seorang yang memiliki pengalaman yang tinggi bisa dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding peternak dengan pengalaman yang rendah.

Pemilikan Ternak Domba

Kepemilikan ternak domba peternak diukur dengan menggunakan Satuan Ternak (ST). Ternak domba jantan dewasa dan betina dewasa: 0,14 ST, sedangkan jantan muda dan betina muda: 0,07 ST dan domba anak-anak: 0,035 ST. Pemilikan ternak domba berkisar dari tidak memiliki ternak sampai 3,90 Satuan Ternak (ST). Nilai nol ST diperoleh karena pada saat penelitian dilakukan ada beberapa peternak yang baru saja menjual ternaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertepatan dengan hari raya idul kurban, dimana banyak orang yang mencari domba untuk dijadikan hewan kurban sehingga peternak menjual domba yang dimilikinya.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar peternak memiliki ternak yang rendah (87,10%), selanjutnya kategori sedang ( 9,67%), dan terakhir dalam kategori tinggi (3,23%). Keadaan ini menggambarkan bahwa peternak hanya memelihara ternak domba untuk tabungan, jika sesekali membutuhkan uang.

Jumlah Tanggungan Keluarga

(49)

responden berkisar antara satu sampai 10 orang. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga satu sampai lima orang sebanyak 80,65 persen. Jumlah tanggungan keluarga yang sedikit terjadi karena responden mempunyai anak yang sudah dewasa. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga enam sampai 10 orang yaitu sebanyak 19,35 persen. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar menyebabkan responden memerlukan tambahan penghasilan yang lebih tinggi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyaknya jumlah anggota keluarga memiliki sisi positif yakni sebagai sumber tenaga kerja pada usaha peternakannya. Keluarga yang mempunyai banyak keluarga relatif akan lebih tinggi tingkat kebutuhannya sehingga diperlukan keterlibatan semua anggota keluarga dalam mencari nafkah.

Pendapatan

Kondisi sosial ekonomi peternak salah satunya dicirikan oleh tingkat pendapatan yang dipilih dalam satu bulan terakhir. Rata-rata peternak memiliki pendapatan yang rendah dari hasil usahataninya. Hal tersebut disebabkan harga yang berlaku tidak menguntungkan pihak peternak dan juga tergantung dari jenis usahatani yang mereka lakukan.

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh responden terdiri dari pendapatan yang berasal dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang mereka usahakan. Pendapatan peternak bervariasi yaitu antara Rp 100.000 – Rp 4.000.000,- seperti yang terlihat pada Tabel 7 sebagian besar responden (90,32%) berpendapatan rendah, (6,45%) berpendapatan sedang, (3,23%) responden mempunyai pendapatan tinggi. Responden beternak hanya sebagai usaha sambilan dan pendapatan yang mereka peroleh tidak hanya dari usahatani-ternak saja tetapi juga dari usaha yang lain, seperti bekerja di pabrik, berdagang, kuli bangunan, pemberian anak-anak mereka dan lain sebagainya.

Kekosmopolitan

(50)

Pada Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar peternak (77,42%) termasuk dalam kategori memiliki tingkat kekosmopolitan yang rendah, 19,35 persen kategori sedang dan 3,23 persen peternak memiliki tingkat kekosmopolitan yang tinggi. Kekosmopolitan yang rendah terjadi karena selama sebulan pada saat penelitian ini dilakukan, responden jarang bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya. Sedangkan peternak yang memiliki kekosmopolitan tinggi merupakan Ketua RT dan bekerja di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sehingga sering bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya dan sering terdedah media massa.

Karakteristik Eksternal Peternak Kelompok Tani Mandiri

Data karakteristik eksternal peternak yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah diuraikan dalam kerangka berpikir yaitu interaksi dengan penyuluh dan interaksi dengan pasar. Karakteristik eksternal peternak anggota kelompok Tani Mandiri dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi karakteristik eksternal peternak

No Karakteristik Eksternal Kategori Jumlah*

(51)

Tabel 9. Rataan skor interaksi dengan penyuluh

No. Aspek interaksi dengan penyuluh Total skor Rataan skor* Bertemu di rumah

Bertemu di tempat umum (jalan, pasar) Bertemu di kandang

Bertemu di pertemuan kelompok

44

Seluruh Aspek 1,66

*

Keterangan: 1= rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi

Secara keseluruhan interaksi peternak bertemu dengan penyuluh berada dalam kategori sedang. Terlihat pada Tabel 9 bahwa skor interaksi bertemu penyuluh memiliki rataan skor keseluruhan yaitu 1,66. Peternak responden menyatakan bahwa mereka bertemu penyuluh hanya kadang-kadang saja dan tidak sering dalam berbagai kesempatan yang ada.

Apabila dibandingkan antar unsur bertemu dengan penyuluh di atas, pertemuan peternak dengan penyuluh yang terjadi di kandang dan pada saat pertemuan kelompok merupakan pertemuan yang masih lebih tinggi interaksinya dari bertemu penyuluh di rumah atau di tempat umum. Hal ini terjadi karena peternak sering meminta penyuluh datang ke kandang, apabila mereka membutuhkan bantuan penyuluh ketika ternaknya sakit dan mereka tidak tahu cara mengobatinya.

Interaksi dengan Pasar

Peningkatan pendapatan peternak dapat dilihat dari kemampuan peternak memanfaatkan peluang pasar dengan adanya tujuan pemasaran yang jelas. Terdapat beberapa interaksi dengan pasar untuk tujuan pemasaran pada produk usahatani-ternak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yaitu pedagang setempat, pedagang pengumpul (tengkulak) dan koperasi. Interaksi dengan pasar diukur melalui seberapa sering peternak berhubungan dengan pedagang setempat, pedagang pengumpul (tengkulak) dan koperasi.

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir persepsi dan partisipasi peternak tentang program
Tabel 2. Penanganan kejadian untuk sistem gaduhan
Gambar 2. Tata cara pengelolaan bantuan program perguliran pemerintah       (Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2006)
Tabel 3. Komposisi penggunaan lahan Desa Laladon tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) kesesuaian antara langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP dengan implementasinya di SMA Negeri Kabupaten Sleman berdasarkan hasil analisis data antara

[r]

Berhubung sangat banyak jenis-jenis elektroda yang digunakan untuk berbagai jenis proses pengelasan, maka untuk memudahkan pemilihannya atau pengidentifikasiannya agar

Dengan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari proses hidrolisis asam selulosa yang ada pada tandan kelapa telah terurai menjadi monosakarida walaupun

Kriteria pengembangan media Animasi untuk pembelajaran Analisa Dinamika Litosfer sebagi berikut :media animasi yang full color , media animasi yang ada musiknya,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diterima petani, kelayakan atau R/C ratio , dan kendala- kendala yang dihadapi petani di

[r]