• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Internal Peternak Kelompok Tani Mandiri

Seluruh responden yang berjumlah 31 orang pada penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak domba Tani Mandiri yang berada di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Data karakteristik internal peternak yaitu umur, pendidikan, pengalaman beternak, pemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan kekosmopolitan. Karakteristik internal peternak anggota kelompok Tani Mandiri dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi karakteristik internal peternak

No Karakteristik Internal Kategori Jumlah* Persentase (n) (%) 1 Umur 27 - 43 tahun Muda 12 38,71 44 - 60 tahun Sedang 13 41,94 61 - 76 tahun Tua 6 19,35 2 Pendidikan Tidak sekolah - tamat SD Rendah 20 64,52 Tidak tamat SLTP - tamat SLTP Sedang 4 12,90 Tidak tamat SLTA - Perguruan tinggi Tinggi 7 22,58

3 Pengalaman Beternak 1 - 9 tahun Pemula 20 64,51 10 - 18 tahun Sedang 10 32,26 19 - 27 tahun Berpengalaman 1 3,23 4 Pemilikan Ternak 0 - 1,30 ST Rendah 27 87,10 1,31 - 2,61 ST Sedang 3 9,67 2,62 - 3,90 ST Tinggi 1 3,23

5 Jumlah Tanggungan Keluarga

1 - 5 orang Sedikit 25 80,65 6 - 10 orang Banyak 6 19,35 6 Pendapatan/ bulan Rp 100.000 - Rp 1.400.000 Rendah 28 90,32 Rp 1.400.001 - Rp 2.700.001 Sedang 2 6,45 Rp 2.700.002 - Rp 4.000.000 Tinggi 1 3,23 7 Kekosmopolitan Rendah 24 77,42 Sedang 6 19,35 Tinggi 1 3,23 * Keterangan : n = 31 orang

Umur

Umur peternak berkisar antara 27 sampai 76 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hampir sebagian responden (41,94%) berumur antara 44 – 60 tahun. Umur termuda (38,71%) antara 27 sampai 43 tahun dan umur responden tertua (19,35% ) berumur antara 61 sampai 76 tahun.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa besarnya proporsi peternak yang berada dalam kategori umur sedang yaitu berumur 44 – 60 tahun menggambarkan bahwa peternak yang terlibat merupakan keturunan dari peternak sebelumnya. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa hampir sebagian (38,71%) anggota kelompok Tani Mandiri merupakan peternak berumur muda. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemuda kelompok di Desa Laladon yang ingin membangun dan mengabdikan dirinya di bidang pertanian-peternakan. Peternak yang berumur sedang dan muda selain memiliki fisik yang masih kuat dibanding yang berumur tua juga memiliki motivasi dan wawasan serta pandangan ke depan yang lebih baik sehingga mempengaruhi tingkat persepsi peternak tersebut.

Pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan keahlian peternak dalam menjalankan usahataninya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan tingkatan atau jenjang tertinggi sekolah terakhir yang pernah ditempuh oleh peternak. Sebaran tingkat pendidikan responden adalah dari tidak sekolah sampai perguruan tinggi.

Tingkat pendidikan peternak responden umumnya tergolong rendah. Separuh dari responden (64,52%) berpendidikan rendah yang berada pada kisaran tidak sekolah sampai tamat SD (lihat Tabel 7). Hal ini disebabkan pada dasarnya pada zaman dahulu tamat SD bagi peternak sudah cukup tinggi, dapat membaca dan menulis saja sudah cukup. Tingkat pendidikan inilah yang dapat menentukan persepsi mereka tentang program perguliran ternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Pengalaman Beternak

Dalam menjalankan usahanya, responden telah memiliki ilmu pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Selain itu, pengalaman menjadi salah satu guru dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman

beternak diukur dari sejak di mulainya usaha ternak domba sampai dilakukannya penelitian ini. Pengalaman beternak yang dimiliki oleh peternak di Desa Laladon bervariasi yaitu mulai dari satu tahun sampai 27 tahun.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa separuh dari responden (64,51%) memiliki pengalaman beternak masih sedikit sehingga berada pada kategori pemula. Hal ini disebabkan karena mata pencaharian utama anggota kelompok peternak Tani Mandiri adalah bertani. Kegiatan memelihara ternak domba hanya dilakukan sebagai usaha sampingan, karena banyak responden yang baru memulai usahaternak domba setelah menjadi anggota kelompok Tani Mandiri. Sedangkan sisanya berada pada kategori sedang (32,26%) dan berpengalaman (3,23%) dalam berusahaternak dikarenakan peternak tersebut sudah menjalankan aktivitas usahaternak sejak responden masih muda. Pengalaman beternak akan sangat membantu peternak dalam menghadapi permasalahan yang biasa dihadapi dalam memelihara ternak. Seorang yang memiliki pengalaman yang tinggi bisa dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding peternak dengan pengalaman yang rendah.

Pemilikan Ternak Domba

Kepemilikan ternak domba peternak diukur dengan menggunakan Satuan Ternak (ST). Ternak domba jantan dewasa dan betina dewasa: 0,14 ST, sedangkan jantan muda dan betina muda: 0,07 ST dan domba anak-anak: 0,035 ST. Pemilikan ternak domba berkisar dari tidak memiliki ternak sampai 3,90 Satuan Ternak (ST). Nilai nol ST diperoleh karena pada saat penelitian dilakukan ada beberapa peternak yang baru saja menjual ternaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertepatan dengan hari raya idul kurban, dimana banyak orang yang mencari domba untuk dijadikan hewan kurban sehingga peternak menjual domba yang dimilikinya.

Dari Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar peternak memiliki ternak yang rendah (87,10%), selanjutnya kategori sedang ( 9,67%), dan terakhir dalam kategori tinggi (3,23%). Keadaan ini menggambarkan bahwa peternak hanya memelihara ternak domba untuk tabungan, jika sesekali membutuhkan uang.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga diukur berdasarkan banyaknya jumlah anggota keluarga yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga yang dibiayai dan menjadi tanggungan responden. Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah tanggungan

responden berkisar antara satu sampai 10 orang. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga satu sampai lima orang sebanyak 80,65 persen. Jumlah tanggungan keluarga yang sedikit terjadi karena responden mempunyai anak yang sudah dewasa. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga enam sampai 10 orang yaitu sebanyak 19,35 persen. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar menyebabkan responden memerlukan tambahan penghasilan yang lebih tinggi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyaknya jumlah anggota keluarga memiliki sisi positif yakni sebagai sumber tenaga kerja pada usaha peternakannya. Keluarga yang mempunyai banyak keluarga relatif akan lebih tinggi tingkat kebutuhannya sehingga diperlukan keterlibatan semua anggota keluarga dalam mencari nafkah.

Pendapatan

Kondisi sosial ekonomi peternak salah satunya dicirikan oleh tingkat pendapatan yang dipilih dalam satu bulan terakhir. Rata-rata peternak memiliki pendapatan yang rendah dari hasil usahataninya. Hal tersebut disebabkan harga yang berlaku tidak menguntungkan pihak peternak dan juga tergantung dari jenis usahatani yang mereka lakukan.

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh responden terdiri dari pendapatan yang berasal dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang mereka usahakan. Pendapatan peternak bervariasi yaitu antara Rp 100.000 – Rp 4.000.000,- seperti yang terlihat pada Tabel 7 sebagian besar responden (90,32%) berpendapatan rendah, (6,45%) berpendapatan sedang, (3,23%) responden mempunyai pendapatan tinggi. Responden beternak hanya sebagai usaha sambilan dan pendapatan yang mereka peroleh tidak hanya dari usahatani-ternak saja tetapi juga dari usaha yang lain, seperti bekerja di pabrik, berdagang, kuli bangunan, pemberian anak-anak mereka dan lain sebagainya.

Kekosmopolitan

Tingkat kekosmopolitan peternak dilihat dari sikap keterbukaan peternak terhadap perubahan yang ada melalui pola hubungan peternak dari berbagai sumber informasi, yang dicirikan oleh derajat terkena media massa dan frekuensi bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya dalam satu bulan terakhir.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar peternak (77,42%) termasuk dalam kategori memiliki tingkat kekosmopolitan yang rendah, 19,35 persen kategori sedang dan 3,23 persen peternak memiliki tingkat kekosmopolitan yang tinggi. Kekosmopolitan yang rendah terjadi karena selama sebulan pada saat penelitian ini dilakukan, responden jarang bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya. Sedangkan peternak yang memiliki kekosmopolitan tinggi merupakan Ketua RT dan bekerja di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sehingga sering bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya dan sering terdedah media massa.

Karakteristik Eksternal Peternak Kelompok Tani Mandiri

Data karakteristik eksternal peternak yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah diuraikan dalam kerangka berpikir yaitu interaksi dengan penyuluh dan interaksi dengan pasar. Karakteristik eksternal peternak anggota kelompok Tani Mandiri dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi karakteristik eksternal peternak

No Karakteristik Eksternal Kategori Jumlah* (n)

Persentase (%) Interaksi dengan Penyuluh

Interaksi dengan Pasar

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 14 13 4 16 14 1 45,16 41,94 12,90 51,61 45,16 3,23 * Keterangan : n = 31 orang

Interaksi dengan Penyuluh

Hampir sebagian reponden (45,16%), interaksi dengan penyuluh berada pada kategori rendah. Hal ini terjadi karena penyuluh jarang melakukan kunjungan lapang ke desa Laladon dalam sebulan terakhir pada saat penelitian ini dilakukan. Interaksi yang dilakukan peternak tidak terjadi pada saat pertemuan kelompok, tetapi interaksi dengan penyuluh juga terjadi di rumah, di tempat umum (di jalan, pasar), dan di kandang. Rataan skor interaksi dengan penyuluh dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan skor interaksi dengan penyuluh

No. Aspek interaksi dengan penyuluh Total skor Rataan skor* Bertemu di rumah

Bertemu di tempat umum (jalan, pasar) Bertemu di kandang

Bertemu di pertemuan kelompok

44 42 63 57 1,41 1,38 2,06 1,91 Seluruh Aspek 1,66 *

Keterangan: 1= rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi

Secara keseluruhan interaksi peternak bertemu dengan penyuluh berada dalam kategori sedang. Terlihat pada Tabel 9 bahwa skor interaksi bertemu penyuluh memiliki rataan skor keseluruhan yaitu 1,66. Peternak responden menyatakan bahwa mereka bertemu penyuluh hanya kadang-kadang saja dan tidak sering dalam berbagai kesempatan yang ada.

Apabila dibandingkan antar unsur bertemu dengan penyuluh di atas, pertemuan peternak dengan penyuluh yang terjadi di kandang dan pada saat pertemuan kelompok merupakan pertemuan yang masih lebih tinggi interaksinya dari bertemu penyuluh di rumah atau di tempat umum. Hal ini terjadi karena peternak sering meminta penyuluh datang ke kandang, apabila mereka membutuhkan bantuan penyuluh ketika ternaknya sakit dan mereka tidak tahu cara mengobatinya.

Interaksi dengan Pasar

Peningkatan pendapatan peternak dapat dilihat dari kemampuan peternak memanfaatkan peluang pasar dengan adanya tujuan pemasaran yang jelas. Terdapat beberapa interaksi dengan pasar untuk tujuan pemasaran pada produk usahatani-ternak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yaitu pedagang setempat, pedagang pengumpul (tengkulak) dan koperasi. Interaksi dengan pasar diukur melalui seberapa sering peternak berhubungan dengan pedagang setempat, pedagang pengumpul (tengkulak) dan koperasi.

Interaksi antara peternak dengan pasar berada pada kategori rendah (51,61%). Hal ini disebabkan peternak sudah terbiasa memasarkan ternak domba kepada tengkulak (pedagang pengumpul) karena tidak mau repot dan berbelit-belit dalam proses memasarkan hasil ternak dombanya, namun ada juga yang menjual domba miliknya ke tetangga ataupun dikumpulkan ke kelompok, kemudian dijual ke pedagang. Interaksi dengan pasar yang dilakukan oleh peternak tidak hanya interaksi

dengan tengkulak, tetapi juga dengan pedagang setempat dan dengan koperasi. Untuk lebih jelasnya rataan skor interaksi dengan pasar disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan skor interaksi dengan pasar

No. Aspek interaksi dengan pasar Total skor Rataan skor* 1. Berhubungan dengan pedagang setempat 47 1,52 2. Berhubungan dengan tengkulak 62 2,00 3. Berhubungan dengan koperasi 34 1,09

Seluruh Aspek 1,54

* Keterangan: 1= rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi

Terlihat pada Tabel 10 bahwa interaksi berhubungan dengan pasar memiliki rataan skor keseluruhan 1,54. Dalam interaksi dengan pasar peternak termasuk kategori sedang.

Apabila dibandingkan antar unsur interaksi dengan pasar, hubungan dengan tengkulak masih lebih sering dilakukan oleh peternak dibanding berhubungan dengan pedagang setempat dan koperasi. Hal ini terjadi karena peternak lebih suka berhubungan dengan tengkulak karena menjual ternaknya ke tengkulak tidak berbelit-belit dibanding ke pedagang setempat dan koperasi yang dianggap peternak lebih merepotkan dalam hal transportasi (pengangkutan).

Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba

Persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi, yaitu faktor struktural dan faktor fungsional (Rakhmat, 2001). Faktor struktural berasal dari sifat stimuli (rangsangan) fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Faktor fungsional umumnya berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lainnya yang termasuk ke dalam faktor pribadi (karakteristik individu). Karakteristik seseorang yang memberikan respons pada sebuah stimuli menentukan persepsi. Persepsi Peternak tentang Program Perguliran Ternak Domba dilihat menurut persepsi terhadap kesesuaian program dan manfaat program perguliran ternak domba yang telah dan sedang berjalan (lihat Tabel 11).

Tabel 11. Rataan skor persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba

No. Aspek persepsi peternak Rataan skor* 1. Kesesuaian Program

Manfaat Program

2,34 2,69

Seluruh Aspek 2,51

* Keterangan: 1= tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = baik

Secara keseluruhan responden menilai “baik” tentang program perguliran ternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Terlihat pada Tabel 11 bahwa skor penilaian responden tentang program perguliran ternak domba di Desa Laladon memiliki rataan skor seluruh aspek 2,51. Namun responden menilai bahwa program yang diadakan pemerintah masih kurang baik mengenai kesesuaian program perguliran ternak domba. Program perguliran ternak domba belum dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Sedangkan persepsi responden mengenai manfaat program, responden menilai bahwa program perguliran ternak domba di tempat mereka dapat memberikan hasil yang positif dan program tersebut dinilai penting bagi mereka. Program ini cukup memberikan manfaat bagi pengembangan beternak yang telah mereka lakukan.

Data penelitian di atas mengungkapkan bahwa persepsi responden tentang program perguliran ternak domba sudah baik terhadap semua aspek program. Secara lebih rinci persepsi responden terhadap masing-masing aspek program tersebut diuraikan sebagai berikut (lihat Tabel 12):

Tabel 12. Distribusi persepsi peternak tentang program perguliran ternak domba

No Persepsi Kategori Jumlah * (n) Persentase (%) Rataan Skor Kesesuaian program Manfaat Program - Tidak Sesuai - Kurang Sesuai - Sesuai - Tidak bermanfaat - Kurang bermanfaat - Bermanfaat 4 15 12 0 8 23 12,90 48,39 38,71 0,00 25,81 74,19 2,34 2,69 * Keterangan : n = 31 orang

Persepsi mengenai Kesesuaian Program

Tabel 12 menunjukkan bahwa hampir sebagian responden (48,39%) menilai program perguliran ternak domba kurang sesuai pelaksanaannya, sebanyak 38,71% responden menilai sesuai dan beberapa responden (12,90%) menilai tidak sesuai pelaksanaannya di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Kondisi alam yang sesuai untuk beternak domba menimbulkan penilaian yang baik tentang program perguliran ternak domba. Sementara responden yang menilai kurang sesuai terutama didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah tersebut belum mampu menyediakan bahan-bahan untuk beternak domba dan memelihara domba memerlukan kandang yang relatif besar bila dibandingkan dengan beternak ayam.

Di samping itu, responden yang menilai tidak sesuai dan menilai kurang sesuai beranggapan bahwa ternak domba perguliran yang didapat dari hasil guliran peternak di Kecamatan Jasinga yang diberikan masih kecil (domba umur 3 bulan) dan tidak sesuai yang direncanakan Dinas setempat bersama peternak sebelumnya. Ternak yang kecil pada program perguliran domba sangat merugikan peternak di mana peternak harus menanggung resiko yang cukup besar yakni dalam hal pemberian pakan dan menghadapi resiko kematian yang tinggi terhadap domba yang masih anakan.

Dalam hal ini pemerintah daerah atau pengelola program seharusnya lebih memperhatikan (memantau) pelaksanaan program perguliran ternak domba. Hal ini terkait bagaimana program perguliran yang diberikan kepada peternak di Kecamatan Jasinga tidak dilaksanakan dengan baik dan peternak tidak mematuhi kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Seharusnya peternak di Kecamatan Jasinga mengembalikan ternak guliran berupa domba dewasa (domba betina umur >12 bulan dan domba jantan >8 bulan), tetapi peternak di Kecamatan Jasinga tersebut justru mengembalikan ternak yang masih anakan. Hal tersebut sangatlah merugikan peternak di Desa Laladon yang mendapat guliran dari peternak di Kecamatan Jasinga tersebut, di mana mereka harus mengembalikan ternaknya dalam jangka waktu yang telah ditentukan (3 tahun) sedangkan pemberian ternak masih anakan dan ternak yang diberikan masih belum seluruhnya diberikan (75 ekor domba dengan 15 ekor domba jantan dan 60 ekor domba betina), serta ternak yang diberikan sampai pada saat penelitian ini dilakukan masih kurang seimbang proporsi antara jantan dan

betina (proporsi 1 : 4 ). Hal ini dilihat berdasarkan adanya peternak yang baru mendapat domba betina saja.

Dalam hal ini, peternak di Desa Laladon perlu melakukan penguatan kelompok. Misalnya, peternak yang mempunyai domba jantan meminjamkan domba jantannya kepada peternak yang hanya mempunyai domba betina saja untuk dikawinkan ataupun meminjamkan kepada peternak yang jantannya sudah tidak produktif lagi. Sehingga dengan cara seperti itu dapat memberikan solusi bagi peternak yang baru mendapatkan domba betina saja dan tidak menghambat peternak tersebut untuk mengembalikan ternak domba guliran kepada pemerintah sesuai waktu yang telah ditentukan.

Program perguliran ternak domba yang dilakukan ke depannya, sebaiknya perlu mengikutsertakan peternak dalam memilih bibit ternak yang berkualitas yang akan digulirkan oleh pemerintah, sehingga peternak tidak dirugikan dan mendapatkan ternak yang diinginkan atau sesuai harapan, serta dapat memperlancar program perguliran ternak domba.

Persepsi mengenai Manfaat Program

Sebagian besar responden (74,19%) setuju bahwa program perguliran ternak domba yang diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor bermanfaat bagi peternak Desa Laladon (lihat Tabel 12). Peternak berpersepsi baik terhadap aspek manfaat program perguliran tersebut, hal ini dapat dilihat dari banyaknya peternak yang setuju terhadap persepsi tersebut (74,19%) dan sedikit peternak yang kurang setuju terhadap persepsi tersebut (25,81%). Hal ini terjadi karena masyarakat dapat mengambil manfaat dari program perguliran tersebut yaitu dapat menambah pengetahuan, meningkatkan pemanfaatan sarana kandang, menyalurkan keinginan beternak dan dapat mengembangkan potensi beternak kelompok.

Partisipasi Peternak dalam Kegiatan Beternak Domba

Partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba diukur dari segi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Slamet (2003) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikutsertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil pembangunan. Hasil

penelitian mengenai partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan skor partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba

No. Aspek Partisipasi

Rataan Skor* Peternak yang

mengikuti Program

Peternak yang tidak mengikuti program Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pemanfaatan hasil 2,09 2,00 1,78 2,73 1,91 1,67 1,89 2,86 Seluruh Aspek 2.15 2,08

* Keterangan: 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa secara umum tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba di Desa Laladon termasuk dalam kategori sedang (rataan skor 2,08). Secara keseluruhan peternak berpartisipasi dalam hal pemanfaatan hasil, sedangkan dalam hal perencanaan dan evaluasi kegiatan, partisipasi peternak cenderung sedikit dari partisipasi lainnya. Secara lebih rinci partisipasi peternak dalam kegiatan beternak domba disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi partisipasi peternak yang mengikuti program perguliran dalam kegiatan beternak domba

No Partisipasi Kategori Jumlah* (n) Persentase (%) Rataan Skor Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pemanfaatan hasil 2 9 4 3 8 4 5 5 5 1 1 13 13,33 60,00 26,67 20,00 53,33 26,67 33,33 33,33 33,33 6,67 6,67 86,67 2,09 2,00 1,78 2,73 * Keterangan : n = 15 orang

Tabel 15. Distribusi partisipasi peternak yang tidak mengikuti program perguliran dalam kegiatan beternak domba

No Partisipasi Kategori Jumlah* (n) Persentase (%) Rataan Skor Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pemanfaatan hasil inggi 4 9 3 6 9 1 3 10 3 0 0 16 25,00 56,25 18,75 37,50 56,25 6,25 18,75 62,50 18,75 0,00 0,00 100,00 1,91 1,67 1,89 2,86 * Keterangan : n = 16 orang

Partisipasi dalam Perencanaan Kegiatan Beternak Domba

Perencanaan peternak dalam kegiatan beternak domba merupakan proses kegiatan yang mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa mendatang berdasarkan kondisi saat ini yang meliputi identifikasi masalah-masalah yang dihadapi peternak dan sumberdaya yang tersedia. Perencanaan kegiatan yang melibatkan peranserta peternak biasanya terjadi pada saat rapat berlangsung atau terjadi pada suasana nonformal. Kegiatan perencanaan dalam penelitian ini diukur dari unsur perencanaan seperti: (1) Undangan pertemuan, (2) Kehadiran pertemuan, (3) Kesempatan mengajukan pertanyaan, (4) memanfaatkan kesempatan bertanya, (5) Menentukan kegiatan beternak domba kelompok.

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian responden (60%) peternak yang mengikuti program partisipasinya berada dalam kategori sedang, begitu pula dengan peternak yang tidak mengikuti program juga sebagian besar (56,25%) berada dalam kategori sedang partisipasinya (lihat Tabel 15). Hal ini dapat menggambarkan bahwa peternak yang tidak mengikuti program mempunyai partisipasi yang hampir sama dengan yang mengikuti program perguliran. Peternak yang tidak mengikuti program perguliran merasa juga ikut bertanggung jawab dalam usaha mengembangkan peternakan di Desa Laladon ke arah yang lebih maju.

Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan Beternak Domba

Demonstrasi, pemeliharaan ternak adalah bentuk lain dari partisipasi setelah atau kelanjutan dari perencanaan yang sebelumnya dicanangkan. Dibandingkan dengan perencaaan, peternak cenderung mempraktekkan apa yang telah direncanakan sebagian peternak yang ikut menyampaikan aspirasi.

Dari kelompok peternak yang mengikuti program, sebanyak 20 persen responden berada pada kategori yang rendah, 53,33 persen berada pada kategori yang sedang dan 26,67 persen berada pada kategori yang tinggi partisipasinya dalam pelaksanaan beternak domba (lihat Tabel 14). Sedangkan pada kelompok yang tidak menerima program perguliran sebanyak 37,50 persen berada dalam kategori rendah, 56,25 persen dalam kategori sedang dan 6,25 berada dalam kategori yang tinggi partisipasinya (lihat Tabel 15).

Bila dibandingkan, partisipasi peternak yang mengikuti program lebih tinggi tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan beternak domba dibanding peternak yang tidak mengikuti program perguliran. Hal ini menunjukkan bahwa peternak yang mengikuti program merasa lebih bertanggung jawab terhadap domba yang diberikan kepadanya, sehingga partisipasi dalam pelaksanaan beternak domba partisipasinya lebih tinggi dibanding peternak yang tidak mengikuti program.

Partisipasi dalam Evaluasi Kegiatan Beternak Domba

Evaluasi dapat dijadikan dasar sebagai perencanaan di masa yang akan datang. Sebagai salah satu dari bagian kegiatan penyuluhan, evaluasi juga memegang peranan sangat penting dalam mencapai keberhasilan beternak domba di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Berdasarkan Tabel 14 dan 15 dapat dilihat bahwa partisipasi peternak dalam evaluasi kegiatan beternak pada peternak yang tidak mengikuti program perguliran lebih tinggi partisipasinya dibandingkan dengan peternak yang mengikuti program. Hal ini terjadi karena ada beberapa peternak yang mengikuti program tidak datang dalam kegiatan penyuluhan. Ketidakhadiran peternak disebabkan informasi yang tidak menyebar dan mendadak.

Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Kegiatan Beternak Domba

Partisipasi dalam pemanfataan hasil beternak ini, peternak dapat merasakan bertambahnya pengetahuan yang mereka peroleh dalam berusahaternak. Berdasarkan Tabel 14 bahwa yang mendapatkan program sebagian besar (86,67) partisipasinya dalam pemanfaatan hasil berkategori tinggi, sedangkan pada Tabel 15

Dokumen terkait