• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Desa Nagrak berada diantara beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Akses ke pintu Tol terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak Desa Nagrak yang strategis belum didiukung dengan transportasi umum yang baik. Angkutan umum jarang yang menyentuh langsung ke daerah ini, sehingga warga memerlukan usaha lebih untuk mencapai akses angkutan umum terdekat. Pengumpulan data dilakukan pada bulan september–November 2013 atau selama kurang lebih tiga bulan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan kepada ketua dan anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan domba pada kelompok ternak tersebut. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan domba yang tidak didokumentasikan oleh kelompok ternak. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi kelompok ternak, jurnal peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Jurnal Badan Pusat Statistik, perpustakaan, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Lokasi pengumpulan data dilakukan di lokasi peternakan, perpustakaan IPB, dinas peternakan kabupaten Bogor, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, kantor desa Nagrak. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan anggota kelompok dan narasumber lain seperti warga sekitar, tokoh masyarakat dan pemasok perlengkapan dan peralatan peternakan. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi peternak untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi.

Sedangkan untuk datasekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing di internet.

Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang berhubungan proses pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba dan pemasarannya.

2.

Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang berkaitan lainnya.

3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori yang berkenaan dengan studi kelayakan.

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pendirian unit pengloahan limbah secaradeskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studikelayakan pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran,aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat

diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis adanya risiko investasi pada produksi pupuk organik melalui proses biogas yaitu penurunan harga output dan pasokan bahan baku yang berkurang dengan menggunakan analisis sensitivitas nilai pengganti (switching value). Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit per Cost (NetB/C) dan Payback Periode.

Analisis Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial.

1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan pemasaran di Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh Kelompok ternak ini. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar

output. Analisis aspek pasar dan pemasaran, mengkaji bauran pemasaran (Produk, harga, distribusi, promosi) yang diusahakan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Apabila aspek tersebut dapat dipenuhi oleh pihak kelompok ternak, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada aspek pasar dan pemasaran layak untuk dijalankan.

2. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi pengolahan biogas kotoran domba, skala operasi atau luas produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses produksi yang dilakukan. Mengkaji kegiatan yang akan dilakukan Kelompok Ternak Domba Teguh Mandiri dalam memproduksi pupuk organik sesuai kriteria produksi pupuk organik melalui proses biogas yang baik seperti jalur ketersediaan input berupa limbah kotoran domba dari lokasi peternakan dengan lokasi unit pengolahan biogas tidak berjauhan, tidak mengganggu pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses kegiatan produksi dan pemasaran biogas dan pupuk organik yang baik, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek teknis.

3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawabpihak yang terlibat dan bentuk organisasi dan manajemen di Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Analisis aspek manajemen digunakan untuk mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen. 4. Analisis Aspek Hukum

Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba, izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau dokumen lainnya seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kelompok ternak dalam mendukung pendirian unit bisnis baru tersebut. Jika persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum.

5. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan menganalisis dampak yang ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat dan anggota kelompok. Analisis dilakukan untuk menilai apakah pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki dampak positif atau negatif, baik untuk anggota Kelompok Ternak Teguh Mandiri sendiri maupun masyarakat luas, termasuk pemerintah (kontribusi bagi pembangunan

760 5160 NPV IRR I = Discount Rate (%) 0 10 25 30 -260

daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat apakah Kelompok Ternak Teguh Mandiri memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, jika pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba mampu memberikan dampak yang positif, maka pendirian unit usaha baru pada kelompok ternak ini layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial dan lingkungan.

Analisis Finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.Jika NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi sama dengan tingkat social opportunitycost of capital, secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al, 2009).

NPV = ∑ dimana

 

0

0     t t t t C B C B Ket :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat DR (%) n = Umur bisnis

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern

tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al,

2009)

IRR =

Ket :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negative

= NPV positif

= NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009)

NET B/C = [ ] Ket :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun

n = Tahun 4. Payback Period (PP)

Payback of Period (PP) dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al, 2009)

Payback period =

Ket :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Analisis Sensitivitas

Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value

perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak.

Analisa Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow.

1. Total Penerimaan (Total Revenue)

Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan sebagai berikut :

TR = P X Q Ket :

TR= Total Penerimaan P = Harga per unit output Q = Jumlah output

2. Biaya

Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007). Total biaya dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC – TVC Ket :

TC = Total biaya TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel 3. Penyusutan

Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap. Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line) yaitu dengan rumus :

Penyusutan =

Ket :

Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan dan semua beban yang terkait dengan pembelian aktiva tetap

Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut telah habis umur ekonomisnya

Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal 4. Laba atau Rugi bersih

Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.format paling dasar laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Penjualan – Beban = Laba bersih

Asumsi Dasar

1. Seluruh modal investasi diasumsikan berdasarkan modal sendiri.

2. Jenis Domba yang di pelihara pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Domba Garut, Sulfoks, Merinho, dan Ekor gemuk lokal.

3. Asumsi limbah kotoran yang dihasilkan setiap ekor domba adalah 3kg/hari, dengan jumlah populasi saat ini sebanyak 123 ekor maka limbah kotoran yang dihasilkan diperkirakan sekitar 369kg/hari.

4. Kapasitas produksi dihitung meningkat setiap tahun sebesar 5 persen selama umur proyek berdasarkan jumlah populasi domba yang terus meningkat. 5. Suku bunga yang digunakan berdasarkan rata-rata bunga deposito pada 35

bank umum yaitu 7 persen.

6. Satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK 7. Jumlah hari kerja dalam satu tahun adalah 360 hari.

8. Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur tabung Bio Digester. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tabung bio digester merupakan aset paling penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi terbesar.

9. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan objek penelitian selama umur ekonomis yang diperkirakan.

10. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di pasar saprotan Tani Jaya, Pasar Anyar, Bogor.

11. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga beli di Toko Bangunan Sumber Bangunan, Cimahpar, Bogor.

12. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah.

13. Nilai sisa yang ditetapkan untuk bangunan, mesin, serta beberapa peralatan lain akan habis sesuai umur ekonomis barang, penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method).

14. Persamaan 1 Kg limbah ternak domba segar setara dengan 0,1725m3 biogas. 1m3 biogas setara dengan 0,46Kg Gas Elpiji dan 1 Kg limbah ternak domba segar menghasilkan sisa rendemen pupuk organik sebesar 0,72%.

16. Harga jual produk biogas ditetapkan sebesar 1.600/m3. Harga jual Pupuk Organik Peternakan (POP) akan dijual dengan harga Rp 600,- per kilogram atau Rp. 30.000,- per karung 50 kg.

17. Biaya perawatan untuk bangunan, instalasi pipa dan infrastruktur perbulannya ditetapkan sebesar Rp 500.000 perbulan berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada Kelompok ternak.

18. Tahun ke 0 pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba adalah tahun 2014. Pendirian unit biogas pada tahun ke 0 dperkirakan memerlukan persiapan yang sangat matang dalam waktu setahun penuh, sehingga tahun pertama berjalannya unit bisnis ini adalah tahun 2015 besarnya pajak yang dikenakan pada tahun pertama dan seterusnya adalah 25 persen.

19. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu: a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010. b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun2010.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Nagrak

Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar 230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120Ha dan pemukiman 80Ha. Desa ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti.

Banyak lahan yang berada di Desa Nagrak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas, mulai dari pertanian, pendidikan, peternakan, dan berdagang. Lahan di Desa Nagrak didominasi oleh pemukiman dan lahan pertanian sederhana yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Letak topografi Desa Nagrak memiliki jenis lahan sedikit berbukit dengan ketinggian + 400m dari permukaan laut, dengan curah hujan deras yaitu 0,26-1mm/min, suhu udara berkisar 22–28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen menjadikannya daerah yang subur dan cocok untuk bertani maupun berternak.

Sejarah dan Perkembangan

Kelompok Ternak Teguh Mandiri mulai dirintis pada tahun 2009 oleh H Tatang Muchtar yang saat itu merupakan pensiunan Korlap Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Bogor. Kelompok ini merupakan sebuah perkumpulan peternak yang bergerak dalam bidang jual beli dan peternakan domba serta pemanfaatan hasil peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri berlokasi di Jl. Cibedug Pabuaran, Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya kelompok ini adalah untuk mengembangkan usaha ternak domba dan merangkul para peternak sekitar dalam bekerjasama menjalankan usahaternak domba yang berorientasi profit sehingga memiliki posisi tawar yang kuat serta mampu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.

H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini berdasarkan ketertarikan dan hoby beliau pada dunia pertanian.Berawal dari memelihara tanaman hias, ikan bawal, burung kicau, hingga saat ini membudidayakan ternak domba digelutinya secara tekun. Dana pensiun yang didapatnya tiga tahun lalu menumbuhkan ide bisnis untuk mengembangkan usaha ternak domba menjadi sebuah kelompok ternak yang dapat membantu para peternak disekitar untuk saling mendukung.Beliau memilih memelihara domba jantan yang akan dijual pada saat hari raya Idul Adha karena siklus usaha yang tidak terlalu lama dan resiko yang relatif kecil. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini dengan membeli domba lokal sebesar 20 juta rupiah, yang berasal dari berbagai daerah di sekitar kelompok ternak.domba yang dibeli adalah domba jantan yang siap untuk digemukkan dan akan dijual pada lebaran Idul Adha. Adanya peluang dan prospek kedepan yang sangat baik mengharuskan usaha ini menjadi usaha yang berorientasi profit, sehingga pada tahun tersebut usaha yang dirintis beliau ini mempekerjakan dua orang pekerja serta meningkatkan jumlah populasi yang dipelihara. Pada tahun 2010 beliau merangkul beberapa peternak dan penjual-beli hewan ternak (yang akrab disebut bandar) untuk membentuk kelompok ternak yang mampu menjadi wadah para anggotanya, untuk mempermudah usaha serta membangun jaringan pasar yang luas. Wadah tersebut kemudian terbentuk dengan diberi nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri.

Kelompok Ternak Teguh Mandiri lebih fokus berusaha ternak domba untuk memenuhi besarnya permintaan saat hari raya Iedul Adha, namun bukan berarti pada saat hari-hari biasa kandang kelompok ternak ini kosong. Permintaan domba untuk kebutuhan Akikah dan Pedaging merupakan pendapatan kelompok ternak yang diandalkan setiap bulan. Populasi ternak domba minimum pada kelompok ternak ini adalah 50 ekor, yang kebanyakan diantaranya adalah betina. pemeliharaan domba betina atau indukan selain diperuntukan mendapatkan petet bakalan dari kandang sendiri, betina juga digunakan untuk memenuhi permintaan kebutuhan domba untuk keperluan pedaging. H Tatang Muchtar sejak tahun 2013 mulai merintis usaha pertanian jagung manis untuk memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, serta pupuk kandang yang melimpah. Lahan yang digunakan untuk menanam jagung hanya seluas 2000 m2, dan menghasilkan 1,4 ton jagung manis. Meskipun baru berjalan dua kali siklus tanam, namun unit bisnis ini dirasakan sangat membantu kelompok ternak, karena umur penanaman yang hanya empat

bulan, serta sisa penanaman jagung manis yang dapat dijadikan pakan bagi ternak domba kelompok ternak.

Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban

Unit bisnis ini memiliki kegiatan penggemukan Hewan kurban secara intensif. Hewan kurban yang digemukkan pada kelompok ternak ini adalah domba jantan. Kegiatan penggemukkan secara intensif dilakukan selama kurang lebih 3 bulan menjelang Idul Adha. Kegiatan usaha pengemukkan hewan kurban meliputi pengadaan domba jantan muda, pemberian obat cacing pada seluruh hewan ternak, dan pemberian pakan secara intensif.

Domba jantan muda yang digemukkan adalah domba yang dibeli dari anggota kelompok, serta peternak disekitar kelompok ternak, serta domba jantan yang memang dibudidayakan dan lahir di kelompok ternak.

Selanjutnya setelah seluruh hewan ternak berada di kandang, keseluruh hewan tersebut diberi obat anti parasit dan obat cacing untuk menghindari adanya parasit yang berada pada ternak yang digemukkan. Selama tiga bulan penuh ternak yang digemukkan diberi pakan secara intensif agar rataan penambahan berat maksimal. Hewan ternak yang telah digemukkan dan siap dipasarkan pada musim kurban laris manis dan selalu habis terjual. Pemasaran hewan kurban ini dijual ke beberapa daerah, daerah dengan harga yang bersaing.

Penjualan hewan kurban yang dilakukan Kelompok Ternak Teguh Mandiri

Dokumen terkait