• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum, kandungan air, protein, serat kasar, lemak, abu dan karbohidrat pada semua daun relatif sama. Morus bombycis var.

lembang (A4) memiliki kandungan air terbesar dibandingkan dengan daun murbei lainnya. Kandungan protein dan abu terbesar dimiliki oleh M. cathayana (A2), sedangkan kandungan serat kasar terbesar dimiliki oleh M. multicaulis (A1). Morus alba var. kanva-2 dan M. bombycis var lembang memiliki kandungan lemak kasar yang sama dan Morus alba var. kanva-2 (A3) memiliki kandungan karbohidrat terbesar (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil analisis proksimat empat jenis daun murbei (dalam %)

Parameter Analisis

Jenis Daun Murbei

A1 A2 A3 A4 Air 72.67 71.88 72.45 73.10 Protein 20.92 24.56 21.26 22.25 Lemak 3.51 4.00 4.46 4.46 Serat 9.77 7.90 8.22 9.18 Abu 7.52 8.71 6.11 8.34 Kalsium 1.55 1.75 1.50 2.05 Fosfor 0.22 0.21 0.16 0.19 BetN 35.61 32.95 37.50 32.67 Karbohidrat 45.38 40.85 45.72 41.85

Kandungan kalsium dan fosfor pada semua daun yang diujikan secara umum relatif sama (tingkat perbedaan 0.3-0.55 % dan 0.01-0.06 %). Kandungan Ca terbesar dimiliki oleh M. bombycis var. lembang (A4) sedangkan kandungan P terbesar dimiliki oleh M. multicaulis (A1).

Umur Ulat

Berdasarkan tabel 2, umur ulat aktif selama periode ulat kecil adalah 9 hari 10 jam dengan masa dorman selama 3 hari 23 jam. Total umur periode ulat kecil sebesar 13 hari 9 jam. Sedangkan, lamanya umur ulat aktif selama fase ulat besar adalah 12 hari 4 jam dengan masa dorman selama 1 hari 4 jam. Total umur ulat selama periode ulat besar adalah 13 hari 8 jam. Umur ulat dari instar I sampai instar V, dari menetas sampai mulai mengokon adalah 26 hari 17 jam.

% Produksi = kokon

Jumlah kokon yang dihasilkan

x 100 % Jumlah ulat awal pemeliharaan ulat besar

% Kulit = kokon

bobot kulit kokon (g)

x 100 % bobot kokon berisi

pupa (g)

% Filamen =

bobot serat terurai dari 10 kokon (g)

x 100 % bobot 10 kokon berisi

pupa (g)

Tabel 2 Umur ulat pada berbagai instar

Instar

Lamanya hari aktif

Jumlah hari

dorman Total

Hari Jam Hari Jam Hari Jam

I 3 hari 10 jam 1 hari 22 jam 5 hari 8 jam

II 2 hari 23 jam 1 hari 1 jam 4 hari

III 3 hari 1 jam 1 hari 4 hari 1 jam

IV 3 hari 3 jam 1 hari 4 jam 4 hari 7 jam

V 9 hari 1jam 9 hari 1 jam

dibagi kembali menjadi dua yaitu, 10 kokon untuk uji bobot kokon dan persentase kulit kokon dan 10 kokon sisanya untuk uji filamen. Penghitungan kualitas kokon berdasarkan rumus:

% Kokon cacat = Bobot kokon cacat (g) x 100 % Bobot seluruh kokon (g) Bobot kokon = rata-rata

Bobot total kokon yang dihasilkan (g) Jumlah kokon yang

dihasilkan

Kualitas Filamen

Pengamatan kualitas filamen atau serat diukur berdasarkan persentase serat yang dinyatakan sebagai persen bobot serat terurai terhadap bobot kokon yang berisi pupa. Kokon yang diuji terdiri atas 10 kokon yang diambil secara acak dari 30 kokon yang direbus, sehingga total ulangan menjadi 4 kali untuk setiap perlakuan. Dihitung berdasarkan rumus:

HASIL

Analisis Daun Murbei

Secara umum, kandungan air, protein, serat kasar, lemak, abu dan karbohidrat pada semua daun relatif sama. Morus bombycis var.

lembang (A4) memiliki kandungan air terbesar dibandingkan dengan daun murbei lainnya. Kandungan protein dan abu terbesar dimiliki oleh M. cathayana (A2), sedangkan kandungan serat kasar terbesar dimiliki oleh M. multicaulis (A1). Morus alba var. kanva-2 dan M. bombycis var lembang memiliki kandungan lemak kasar yang sama dan Morus alba var. kanva-2 (A3) memiliki kandungan karbohidrat terbesar (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil analisis proksimat empat jenis daun murbei (dalam %)

Parameter Analisis

Jenis Daun Murbei

A1 A2 A3 A4 Air 72.67 71.88 72.45 73.10 Protein 20.92 24.56 21.26 22.25 Lemak 3.51 4.00 4.46 4.46 Serat 9.77 7.90 8.22 9.18 Abu 7.52 8.71 6.11 8.34 Kalsium 1.55 1.75 1.50 2.05 Fosfor 0.22 0.21 0.16 0.19 BetN 35.61 32.95 37.50 32.67 Karbohidrat 45.38 40.85 45.72 41.85

Kandungan kalsium dan fosfor pada semua daun yang diujikan secara umum relatif sama (tingkat perbedaan 0.3-0.55 % dan 0.01-0.06 %). Kandungan Ca terbesar dimiliki oleh M. bombycis var. lembang (A4) sedangkan kandungan P terbesar dimiliki oleh M. multicaulis (A1).

Umur Ulat

Berdasarkan tabel 2, umur ulat aktif selama periode ulat kecil adalah 9 hari 10 jam dengan masa dorman selama 3 hari 23 jam. Total umur periode ulat kecil sebesar 13 hari 9 jam. Sedangkan, lamanya umur ulat aktif selama fase ulat besar adalah 12 hari 4 jam dengan masa dorman selama 1 hari 4 jam. Total umur ulat selama periode ulat besar adalah 13 hari 8 jam. Umur ulat dari instar I sampai instar V, dari menetas sampai mulai mengokon adalah 26 hari 17 jam.

% Produksi = kokon

Jumlah kokon yang dihasilkan

x 100 % Jumlah ulat awal pemeliharaan ulat besar

% Kulit = kokon

bobot kulit kokon (g)

x 100 % bobot kokon berisi

pupa (g)

% Filamen =

bobot serat terurai dari 10 kokon (g)

x 100 % bobot 10 kokon berisi

pupa (g)

Tabel 2 Umur ulat pada berbagai instar

Instar

Lamanya hari aktif

Jumlah hari

dorman Total

Hari Jam Hari Jam Hari Jam

I 3 hari 10 jam 1 hari 22 jam 5 hari 8 jam

II 2 hari 23 jam 1 hari 1 jam 4 hari

III 3 hari 1 jam 1 hari 4 hari 1 jam

IV 3 hari 3 jam 1 hari 4 jam 4 hari 7 jam

V 9 hari 1jam 9 hari 1 jam

Tabel 3 Hubungan jumlah daun yang dikonsumsi pada ulat kecil per ekor dengan jenis murbei yang diberikan.

Jenis Murbei

Jumlah daun yang dikonsumsi/ekor (g)

Instar I Instar II Instar III

A1 0.041065±0.00519tn 0.10401± 0.01140tn 0.6331±0.06198tn

A2 0.038469±0.00189tn 0.10503±0.01625tn 0.60260±0.03453tn

A3 0.037914±0.00937tn 0.11341±0.04281tn 0.60687±0.05806tn

A4 0.04183±0.01088tn 0.11064±0.03254tn 0.60075±0.04472tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata.

Tabel 4 Hubungan jumlah daun yang dikonsumsi pada ulat besar per ekor dengan jenis murbei yang diberikan.

Jenis Murbei

Jumlah Daun yang Dikonsumsi (g)

Instar IV Instar V

A1 2.6148±0.1174a 18.687±1.2460a

A2 2.2138±0.2310b 15.669±1.0039b A3 2.4720±0.1874ab 17.447±1.0928ab A4 2.2436±0.2446b 17.576±1.31078ab Keterangan : Nilai rata-rata dalam kolom dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata pada taraf 5 % menurut uji pembanding Tukey.

22,0794 18,6288 20,6773 20,5732 16 17 18 19 20 21 22 23 A1 A2 A3 A4 Je nis M urbe i Jum lah P aka n per U lat ( g )

Gambar 2 Jumlah pakan yang dikonsumsi per ekor dari instar I-V.

Masa instar terpendek adalah instar II, kemudian instar III, instar IV, instar I dan instar V. Sedangkan masa ganti kulit terpendek adalah masa ganti kulit instar III, kemudian instar II, instar IV, dan instar I.

Jumlah Daun Murbei yang Dikonsumsi Tabel 3 menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi pakan untuk setiap ekor pada setiap instar berdasarkan jenis murbei yang diberikan. Peningkatan konsumsi pakan selama periode ulat kecil dari instar I ke instar II sebesar 153.28 %

untuk M. multicaulis, 173.03 % untuk M. cathayana, 199.12 % untuk M. alba var. kanva- 2, dan 164.49 % untuk M. bombycis var. Lembang. Peningkatan konsumsi pakan dari instar II ke instar III sebesar 508.69 % untuk M. multicaulis, 473.74 % untuk M. cathayana, 435.12 % untuk M. alba var. kanva-2, dan 442.99 % untuk M. bombycis var. lembang.

Peningkatan konsumsi pakan per ekor pada setiap instar selama periode ulat besar dari instar IV ke instar V adalah 614.64 % untuk M. multicaulis, 607.78 % untuk M. cathayana, 605.79 % untuk M. alba var. kanva-2, dan 683.40 % untuk M. bombycis var. lembang.

Berdasarkan hasil uji statistik, pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama periode ulat kecil tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap banyaknya konsumsi daun per ekor pada setiap instar (Tabel 3 & Lampiran 12-14). Namun, pemberian daun murbei yang berbeda jenis selama periode ulat besar memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap banyaknya konsumsi daun per ekor pada setiap instar (Tabel 4, Lampiran 16 & 19). Selama instar V, jenis murbei yang paling banyak dan paling sedikit dikonsumsi secara berurutan adalah M. multicaulis dan M. cathayana.

Perbedaan jenis murbei yang diberikan menunjukkan pengaruh terhadap banyaknya konsumsi daun per ekor dari instar I-V. Urutan konsumsi daun per ekor dari yang terbesar sampai terkecil adalah M. multicaulis, M. alba var. kanva-2, M.

bombycis var. lembang, dan M. cathayana. Total pakan daun yang dikonsumsi untuk setiap ekor berkisar 18.8663-22.2653 g dan rata-rata konsumsi daun murbei adalah 20.70995 g/ekor (Gambar 2).

Tabel 5 Hubungan daya tahan ulat pada akhir periode ulat kecil dan besar dengan setiap jenis murbei yang diberikan

Jenis Murbei

Daya Tahan (%) Akhir instar III Akhir instar V

A1 92.933±7.0506tn 90.333±9.3120tn

A2 96.533±3.4905tn 93.667±6.2101tn A3 93.867±5.4730tn 92.833±10.5320tn A4 97.067±4.5911tn 87.167±16.0902tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata.

Gambar 3 Pertumbuhan ulat pada instar IV yang terhambat dan tidak seragam. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 A1 A2 A3 A4 Jenis Murbei B o bot T ub uh ( g) Bobot Tubuh Instar III Bobot Tubuh Instar V

Gambar 4 Peningkatan bobot tubuh ulat dari instar III ke instar V.

Daya Tahan Hidup Ulat

Pemberian murbei yang berbeda jenis tidak memberikan perbedaan secara nyata terhadap daya tahan hidup ulat selama periode ulat kecil (Tabel 5, Lampiran 22 & 24). Urutan rata-rata daya tahan ulat pada akhir periode ulat kecil dari yang terbesar adalah ulat yang diberi pakan M. bombycis var. lembang, M. cathayana, M. alba var. kanva-2,dan M. multicaulis. Secara umum, nilai daya tahan ulat dalam melewati fase ulat kecil untuk semua perlakuan memiliki nilai rata-rata 95.1±0.0155 % dengan kisaran 90.4- 99.2 % (Tabel 5).

Berdasarkan Tabel 5, untuk semua jenis murbei yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap daya tahan ulat selama periode ulat besar. Urutan nilai daya tahan ulat dari yang terbesar adalah ulat yang diberi pakan daun M. cathayana, M. alba var. kanva-2, M. multicaulis, dan M. bombycis var. lembang. Nilai rata-rata daya tahan hidup ulat untuk mencapai akhir periode ulat besar adalah 91±0.025 % dengan kisaran antara 56-100 %. Tingginya kisaran daya tahan ulat yang dihasilkan selama periode ulat besar disebabkan oleh serangan berbagai penyakit yang muncul secara ganas pada saat periode ulat besar (Gambar 3).

Bobot Tubuh Ulat

Berdasarkan uji statistik, terdapat hubungan yang nyata antara jenis murbei yang diberikan dengan bobot tubuh ulat pada akhir instar III (Tabel 6 & Lampiran 26), artinya jenis murbei memberikan pengaruh terhadap bobot ulat selama periode ulat kecil. Urutan bobot tubuh rata- rata ulat selama periode ulat kecil dari yang terbesar adalah ulat yang diberi pakan daun M. alba var. kanva-2, M. bombycis var. lembang, M. cathayana, dan yang terkecil adalah M. multicaulis. Secara umum, nilai bobot tubuh ulat selama periode ulat kecil berkisar antara 0.1-0.25 g dengan bobot tubuh rata-rata 0.176933±0.002478 g (Tabel 6).

Pemberian murbei yang berbeda jenis selama periode ulat besar juga tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap bobot tubuh ulat (Lampiran 29). Bobot tubuh ulat rata-rata paling besar adalah ulat yang diberi pakan daun M. multicaulis sedangkan yang terkecil adalah ulat yang diberi pakan daun M. cathayana. Bobot tubuh rata-rata yang dihasilkan selama periode ulat besar adalah 4.0979±0.070649 g dengan kisaran 2.05 g- 5.27 g (Tabel 6).

Tabel 6 Hubungan bobot tubuh ulat dengan jenis murbei yang diberikan

Jenis Murbei

Bobot Tubuh (g) Akhir instar III Akhir instar V A1 0.16107±0.00753a 4.1733±0.1166tn A2 0.17667±0.00499b 4.1612±0.15065tn A3 0.18680±0.00432c 3.9828±0.10242tn A4 0.18320±0.01046bc 4.0742±0.09575tn Keterangan : Nilai rata-rata dalam kolom

dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji pembanding Tukey. tn = tidak berbeda nyata.

Peningkatan bobot tubuh dari instar III ke instar V untuk setiap perlakuan adalah: 25.91 kali untuk M. multicaulis, 23.55 kali untuk M. cathayana, 21.32 kali untuk M.alba var. kanva- 2, dan 22.24 kali untuk M. bombycis var. lembang (Gambar 4).

Kualitas Kokon

Persentase Produksi Kokon

Berdasarkan uji statistik, pemberian murbei yang berbeda jenis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap banyaknya kokon yang dihasilkan. Ulat yang diberi pakan M. cathayana dan M. alba var. kanva-2 menghasilkan produksi kokon paling banyak. Secara umum, produksi kokon rata-rata untuk semua perlakuan adalah 87.54±0.0268 % dengan kisaran 52-100 % (Tabel 7 & Lampiran 31). Tabel 7 Hubungan jenis murbei dengan

produksi kokon

Jenis

Murbei Jumlah Kokon (%)

A1 87.833±5.996tn A2 89.000±4.6135tn A3 89.000±5.432tn A4 84.333±7.849tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata.

Persentase Kokon Cacat

Pemberian murbei yang berbeda jenis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase kokon cacat. Persentase kokon cacat terbesar dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. cathayana, kemudian M. alba var. kanva-2, M. bombycis var. lembang, dan M. multicaulis. Rata-rata kokon cacat yang dihasilkan berdasarkan bobot adalah 34.28±0.0325 % dengan kisaran 9.13-57.14 % (Tabel 8 & Lampiran 33).

Tabel 8 Persentase kokon cacat

Jenis Murbei Persentase Kokon Cacat (%)

A1 31.24±7.275tn A2 37.85±5.318tn

A3 34.91±8.247tn A4 33.14±8.2026tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata.

Bobot Kokon Rata-Rata

Bobot kokon rata-rata yang dihitung berdasarkan total kokon yang dihasilkan maupun kokon normal yang diambil secara acak, keduanya menunjukkan hasil yang berbeda nyata, artinya perbedaan jenis murbei

memberikan pengaruh terhadap bobot kokon yang dihasilkan (Lampiran 35 & 38).

Bobot kokon rata-rata terbesar untuk kedua jenis sumber pengukuran tersebut adalah ulat yang diberi pakan M. cathayana. Bobot kokon rata-rata yang dihasilkan berdasarkan total kokon yang dihasilkan sebesar 2.0349±0.0092 g dengan kisaran 1.8433 g-2.6902 g sedangkan bobot kokon rata-rata berdasarkan kokon normal yang diambil secara acak sebesar 2.052688±0.026081 g dengan kisaran 1.35 g-2.83 g (Tabel 9).

Tabel 9 Hubungan bobot kokon rata-rata yang dihasilkan dengan jenis murbei yang diberikan

Jenis Murbei

Bobot Kokon Rata-Rata Total Kokon

Yang Dihasilkan Kokon Normal

A1 2.0224±0.0477a 2.0356±0.0684a

A2 2.1554±0.1212b 2.1673±0.0948b

A3 1.9755±0.0589a 1.9843±0.05547ac

A4 1.9861±0.0371a 2.0236±0.06544ac

Keterangan : Nilai rata-rata dalam kolom dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji pembanding Tukey.

Persentase Kulit Kokon

Persentase kulit kokon terbesar dan terkecil secara berurutan dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan daun M. cathayana dan M. multicaulis. Namun secara uji stastistik, pemberian pakan dengan murbei yang berbeda jenis tidak memberikan perbedaan secara nyata terhadap persentase kulit kokon (Lampiran 41). Persentase kulit kokon berkisar antara 15.6118-30.4762 % dengan nilai rata-rata 21.1023±0.00214 % (Tabel 10).

Tabel 10 Hubungan jenis murbei dengan persentase kulit kokon

Jenis

Murbei Persentase Kulit Kokon (%) A1 20.829±0.5591tn A2 21.571±0.4975tn A3 21.033±0.5922tn A4 20.976±0.4219tn Keterangan : tn = Persentase kulit kokon

untuk setiap perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

Persentase Filamen

Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2. Berdasarkan uji statistik, perbedaan jenis murbei tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase filamen (Lampiran 43). Persentase filamen yang dihasilkan berkisar antara 10.7784-18.5053 % dengan nilai rata-rata 15.0116±0.0141 % (Tabel 11).

Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen

Jenis

Murbei Persentase Filamen (%)

A1 15.703±1.338tn A2 15.886±1.191tn A3 13.833±1.6465tn A4 14.624±1.371tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

PEMBAHASAN

Kualitas Daun Murbei

Mutu daun murbei merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasilnya suatu pemeliharaan ulat sutera dan kualitas kokon yang dihasilkan disamping faktor-faktor lain seperti bibit, teknik pemeliharaan dan sarana pemeliharaan (Samsijah & Kusumaputra 1976). Kualitas daun murbei berhubungan dengan susunan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.

Pertumbuhan selama fase larva memerlukan perlakuan yang berbeda untuk setiap tahapan pertumbuhannya. Seperti pernyataan yang diungkapkan Samsijah dan Andadari (1992) bahwa ulat-ulat muda (instar I- III) memerlukan daun yang tidak begitu keras, banyak mengandung air, karbohidrat, dan protein yang akan mendorong laju pertumbuhan ulat. Sedangkan ulat besar (instar IV-V) memerlukan pakan dengan kandungan protein yang tinggi guna mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera namun dengan kadar air yang rendah. Oleh karena itu, pemilihan jenis murbei yang tepat untuk pertumbuhan ulat sutera akan menghasilkan kokon dan serat sutera yang berkualitas.

Menurut Tazima (1978), daun murbei yang memiliki kandungan air 64-83 %, protein kasar 24-36 %, serat kasar 9-11%, BetN 43-55 %, lemak kasar 2-4 % dan abu 7-9 % baik bagi pertumbuhan ulat sutera. Dalam hal ini, hasil analisis kandungan nutrisi dari keempat jenis daun murbei yang diujikan, hanya kandungan air

dan lemak kasar saja yang sesuai dengan pernyataan Tazima (1978).

Perbedaan kandungan nutrisi pada daun murbei tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknik pemeliharaan kebun. Seperti pernyataan Katsumata (1964) bahwa kualitas daun murbei dipengaruhi oleh keadaan tanah, pemupukan, pemangkasan, curah hujan, dan pengairan. Sumardjito dan Suhartati (1987) kualitas serta kuantitas daun murbei terutama ditentukan oleh jenis murbei itu sendiri disamping faktor lain seperti keadaan iklim, kondisi tanah, suhu, sistem pemeliharaan kebun dan lain-lain.

Jenis-jenis murbei yang dianggap unggul berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No. SK. 50/V-UPR/2004 adalah M. cathayana, M. multicaulis, M. kanva, dan M. alba (Dephut 2004). Hasil analisis proksimat pada penelitian ini menunjukkan bahwa M. bombycis var. lembang yang merupakan jenis murbei lokal memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan jenis-jenis murbei unggul lainnya.

Umur Ulat

Periode ulat merupakan periode yang paling lama selama siklus hidup ulat sutera. Periode ini merupakan satu-satunya fase dimana ulat makan. Selama masa larva berlangsung empat kali ganti kulit maka, terdapat lima periode makan yaitu, instar I, II, III, IV, dan V.

Total umur ulat selama periode ulat kecil yang ditunjukkan Tabel 2 sesuai dengan pernyataan Andadari (2003), bahwa umur ulat kecil (instar I-III) di daerah tropis umumnya berkisar 12-14 hari.

Memasuki instar IV dilakukan penghitungan kembali ulat sutera yang dipelihara untuk setiap perlakuan dan ulat dipindahkan ke ruang pemeliharaan ulat besar. Umur ulat besar berdasarkan Tabel 2 sesuai dengan pendapat Katsumata (1964) bahwa di daerah tropis seperti Indonesia, umur ulat besar (instar IV-V) umumnya berkisar 10-15 hari.

Menurut Andadari (2003), lamanya periode hidup ulat mulai dari menetas sampai membuat kokon sekitar satu bulan, tetapi hal tersebut tergantung pada kondisi iklim dan suhu setempat. Umur ulat yang dihasilkan pada penelitian ini cenderung lebih pendek atau kurang dari satu bulan. Perbedaan umur ulat tersebut dapat

Persentase Filamen

Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2. Berdasarkan uji statistik, perbedaan jenis murbei tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase filamen (Lampiran 43). Persentase filamen yang dihasilkan berkisar antara 10.7784-18.5053 % dengan nilai rata-rata 15.0116±0.0141 % (Tabel 11).

Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen

Jenis

Murbei Persentase Filamen (%)

A1 15.703±1.338tn A2 15.886±1.191tn A3 13.833±1.6465tn A4 14.624±1.371tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

PEMBAHASAN

Kualitas Daun Murbei

Mutu daun murbei merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasilnya suatu pemeliharaan ulat sutera dan kualitas kokon yang dihasilkan disamping faktor-faktor lain seperti bibit, teknik pemeliharaan dan sarana pemeliharaan (Samsijah & Kusumaputra 1976). Kualitas daun murbei berhubungan dengan susunan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.

Pertumbuhan selama fase larva memerlukan perlakuan yang berbeda untuk setiap tahapan pertumbuhannya. Seperti pernyataan yang diungkapkan Samsijah dan Andadari (1992) bahwa ulat-ulat muda (instar I- III) memerlukan daun yang tidak begitu keras, banyak mengandung air, karbohidrat, dan protein yang akan mendorong laju pertumbuhan ulat. Sedangkan ulat besar (instar IV-V) memerlukan pakan dengan kandungan protein yang tinggi guna mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera namun dengan kadar air yang rendah. Oleh karena itu, pemilihan jenis murbei yang tepat untuk pertumbuhan ulat sutera akan menghasilkan kokon dan serat sutera yang berkualitas.

Menurut Tazima (1978), daun murbei yang memiliki kandungan air 64-83 %, protein kasar 24-36 %, serat kasar 9-11%, BetN 43-55 %, lemak kasar 2-4 % dan abu 7-9 % baik bagi pertumbuhan ulat sutera. Dalam hal ini, hasil analisis kandungan nutrisi dari keempat jenis daun murbei yang diujikan, hanya kandungan air

dan lemak kasar saja yang sesuai dengan pernyataan Tazima (1978).

Perbedaan kandungan nutrisi pada daun murbei tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknik pemeliharaan kebun. Seperti pernyataan Katsumata (1964) bahwa kualitas daun murbei dipengaruhi oleh keadaan tanah, pemupukan, pemangkasan, curah hujan, dan pengairan. Sumardjito dan Suhartati (1987) kualitas serta kuantitas daun murbei terutama ditentukan oleh jenis murbei itu sendiri disamping faktor lain seperti keadaan iklim, kondisi tanah, suhu, sistem pemeliharaan kebun dan lain-lain.

Jenis-jenis murbei yang dianggap unggul berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No. SK. 50/V-UPR/2004 adalah M. cathayana, M. multicaulis, M. kanva, dan M. alba (Dephut 2004). Hasil analisis proksimat pada penelitian ini menunjukkan bahwa M. bombycis var. lembang yang merupakan jenis murbei lokal memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan jenis-jenis murbei unggul lainnya.

Umur Ulat

Periode ulat merupakan periode yang paling lama selama siklus hidup ulat sutera. Periode ini merupakan satu-satunya fase dimana ulat makan. Selama masa larva berlangsung empat kali ganti kulit maka, terdapat lima periode makan yaitu, instar I, II, III, IV, dan V.

Total umur ulat selama periode ulat kecil yang ditunjukkan Tabel 2 sesuai dengan pernyataan Andadari (2003), bahwa umur ulat kecil (instar I-III) di daerah tropis umumnya berkisar 12-14 hari.

Memasuki instar IV dilakukan penghitungan kembali ulat sutera yang dipelihara untuk setiap perlakuan dan ulat dipindahkan ke ruang pemeliharaan ulat besar. Umur ulat besar berdasarkan Tabel 2 sesuai dengan pendapat Katsumata (1964) bahwa di daerah tropis seperti Indonesia, umur ulat besar (instar IV-V) umumnya berkisar 10-15 hari.

Menurut Andadari (2003), lamanya periode hidup ulat mulai dari menetas sampai membuat kokon sekitar satu bulan, tetapi hal tersebut tergantung pada kondisi iklim dan suhu setempat. Umur ulat yang dihasilkan pada penelitian ini cenderung lebih pendek atau kurang dari satu bulan. Perbedaan umur ulat tersebut dapat

diakibatkan kondisi suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah. Suhu dan kelembaban selama periode ulat kecil pada penelitian ini berkisar antara 23.5-290C dan 60-83 % sedangkan selama periode ulat besar berkisar antara 21-290C dan 52-84 % (Lampiran 4 & 5).

Kisaran suhu dan kelembaban tersebut berbeda dengan pernyataan Andadari (2003) bahwa fase ulat kecil membutuhkan suhu dengan kisaran 25- 280C dan kelembaban 80-90 % sedangkan ulat besar membutuhkan suhu 24-260C dan kelembaban 70-75 %. Atmosoedarjo et al. (2000), pertumbuhan ulat biasanya lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi serta kelembaban juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Pernyataan ini sesuai juga dengan pernyataan Andadari (2003) bahwa pertumbuhan ulat akan dipersingkat dengan meningkatnya suhu.

Samsijah dan Andadari (1995) menyatakan bahwa masa instar terpendek adalah instar II, I, III, IV kemudian V, sedangkan masa ganti kulit terpendek adalah masa ganti kulit instar II kemudian instar I, instar III, dan instar IV. Hal tersebut berbeda dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Hal ini

Dokumen terkait