• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai dan Luas

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2020 (Halaman 61-116)

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

2.2 Pencapaian Kegiatan dan Dokumentasi

2.2.5 Hasil Analisis Perubahan Garis Pantai dan Luas

Pulau Cemara Besar merupakan pulau berpasir putih yang ditumbuhi oleh vegetasi khas berupa pohon cemara. Garis pantai Pulau Cemara besar cenderung berubah seiring waktu akibat angin dan gelombang. Pada bulan Maret, ujung timur laut pantai akan

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 62

berada pada posisi utara, namun setelah memasuki bulan September akan berubah dan bergerak memanjang kearah timur. Daya tarik dari pulau ini adalah wisatawan dapat bermain di pantai pasir dangkal yang menjorok hingga beberapa puluh meter ke arah laut, menikmati ikan bakar, dan bersantai di gazebo – gazebo yang tersedia.

a) Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Adapun data primer yang akan digunakan antara lain: ukuran butir sedimen (d50) yang berasal dari sampel sedimen dasar, kelerengan pantai, garis pantai hasil survey, dan karakteristik gelombang (tinggi dan periode gelombang). Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dan data pelengkap penelitian yang berasal dari pengukuran yang sudah dilakukan oleh pihak lain. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini di antaranya: citra satelit Sentinel 2A rentang tahun 2016 - 2020, data pasang surut

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 63

BIG, dan data angin dari hasil model reanalysis ERA-5 rentang tahun 2015 – 2019.

b) Alat dan Bahan

Penelitian membutuhkan peralatan dan bahan yang akan menunjang keberhasilan penelitian. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 2.2 Sedangkan untuk bahan yang digunakan tercantum dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Kegunaan Keterangan

1. Sediment Grab Mengambil sampel sedimen dasar - 2. GPS Geodetik CHCNav

tipe i50

Mengetahui posisi garis pantai in situ dan lokasi sampling.

Akurasi h 1.5 cm, v 2.3 cm 3. Sieve shaker Memisahkan ukuran butir sedimen

berdasarkan mesh tertentu

-

4. Botol sampel Wadah sampel -

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 64

gr 6. Corong Membantu mengalirkan air sampel -

7. Cawan Wadah sampel sedimen -

8. Beaker gelas Menampung sedimen yang disaring -

9. Kuas Membantu memisahkan sedimen saat

diayak

-

10. Plastic ziplock Wadah sedimen hasil ayakan -

11. Kertas label Penanda sampel -

12. Laptop spesifikasi Intel Core i7, RAM 16 GB

Pengolahan data garis pantai dan transport sedimen

-

13. Software ArcMap 10.3

dan DSASTools

Membuat peta dan menganalisis perubahan garis pantai

-

14. Microsoft Office Excel Mengolah data - 15. Software bahasa

pemrograman

Filtering data, pengolahan data, dan menampilkan grafik

-

15. SNAP Desktop Melakukan koreksi terhadap citra dan filtering NDWI

-

16. Kamera Mendokumentasikan penelitian -

17. Sendok sampel Mengambil sampel -

Tabel 2.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 65

1. Sampel Sedimen Mendapatkan ukuran butir sedimen d50 setiap segmen - 2. Citra Sentinel 2A

Tahun 2016 - 2020

Mendapatkan garis pantai tahun 2016 – 2020

Resolusi spasial 10 m 3. Data Pasang Surut

Stasiun BIG

Melakukan koreksi pasang surut

Resolusi temporal 1 jam

4. Data Angin reanalysis

ERA-5 Tahun 2015 - 2019 Melakukan peramalan gelombang Resolusi spasial 0.250x0.250 Resolusi temporal 6 jam c) Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode yang memenuhi kaidah ilmiah konkret, objektif, dan terukur. Metode kuantitatif menggunakan analisis statistik dan model untuk memperoleh gambaran pada daerah penelitian. Dalam rangka membangun statistik dan model, diperlukan data-data hasil pengambilan data yang berupa angka-angka.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 66

Tahapan pertama yang dilakukan adalah mempelajari dan memahami permasalahan yang akan dianalisis dan diselesaikan dengan menentukan tujuan, ruang lingkup, dan manfaat penelitian. Dalam proses memahami suatu permasalahan yang terjadi di lapangan dan upaya mendapatkan gambaran secara umum mengenai objek penelitian, maka diperlukan studi literatur. Dengan demikian, referensi pengetahuan serta pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukan menjadi semakin baik. Studi literatur juga dimaksudkan untuk memahami berbagai penelitian yang serupa baik secara objek penelitian, lokasi, maupun metode. Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis penelitian dan penelitian terdahulu.

e) Pengumpulan Data Garis Pantai

Data garis pantai diperoleh dari deliniasi citra sentinel 2A dan pengukuran langsung di lapangan. Penentuan tanggal

perekaman citra berdasarkan musim barat, serta

mempertimbangkan elevasi muka air berdasarkan pasang surut. Citra yang digunakan berjumlah 5 citra yang terdiri dari citra tahun

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 67

2016 – 2020 pada perekaman musim barat. Citra tersebut kemudian akan diproses untuk mendapatkan garis pantai. Citra dikoreksi dengan koreksi radiometri dan geometri dengan bantuan tools reyleigh correction pada aplikasi SNAP desktop serta dilakukan koreksi terhadap TOA reflectance. Sehingga, citra hasil koreksi akan mendekati kebenaran sesuai di lapangan. Citra hasil koreksi dilakukan filtering dengan metode NDWI seperti pada Persamaan 2 yang dikembangkan oleh McFeeters (1996) untuk memperoleh perbedaan rona antara daratan dan perairan. Tahapan berikutnya yakni deliniasi garis pantai menggunakan metode digitasi on-screen (Chand, 2010). Metode tersebut digunakan dengan mempertimbangkan lokasi penelitian yang memiliki cakupan kecil.

Kedudukan garis pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Pada penelitian ini garis pantai hasil deliniasi dikoreksi menggunakan data pasang surut. Elevasi yang digunakan yakni elevasi MSL bulan Maret 2020. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa perubahan garis pantai yang dihitung dalam validasi data tidak disebabkan oleh variasi pasang surut. Koreksi

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 68

pasang surut dilakukan mengacu pada teori segitiga siku-siku mengacu pada penelitian (Wicaksono et al., 2018)

Garis pantai hasil survey lapangan diperoleh dengan metode tracking menggunakan GPS Geodetik CHCNav tipe i50. Menurut (Guariglia et al., 2006) tujuan survey garis pantai menggunakan GPS antara lain : memetakan garis pantai terbaru, memverifikasi keakuratan citra, dan membuat jaringan referensi survey berikutnya. Survey dilakukan dengan mempertimbangan pasang surut. Panjang garis pantai yang akan di survey sepanjang 1528 meter. Dengan demikian hasil survey akan digunakan sebagai acuan verifikasi untuk citra tahun 2020.

Kelerengan Pantai

Kelerengan pantai diperlukan sebagai inputan menghitung transport sedimen sejajar pantai. Pengambilan data kelerengan pantai terdiri dari 14 stasiun. Dasar penentuan stasiun berdasarkan purposive sampling dengan pertimbangan kesamaan lokasi yang mengalami abrasi dan akresi.

Pengambilan data dilakukan dengan bantuan alat GPS Geodetik CHCNav tipe i50 yang mampu merekam ketinggian

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 69

hingga ketelitian 0.023 m. Pada setiap stasiun, kelerengan diukur setiap 3 ± 0.023meter x 2 transek. Sehingga diperoleh titik perekaman dengan nilai ketinggian masing-masing. Dari data tersebut diperoleh selisih tinggi setiap titik yang kemudian digunakan untuk menghitung derajat kemiringan lereng. Setiap stasiun diperoleh 2 segmen sepanjang 6 ± 0.023 meter. Data setiap segmen dirata-rata, sehingga diperoleh kelerengan pantai pada setiap stasiun.

Pasang Surut

Data pasang surut digunakan untuk melihat kesamaan elevasi muka air laut saat perekaman citra Sentinel 2A dan digunakan untuk melakukan koreksi garis pantai hasil deliniasi citra dengan garis pantai hasil survey lapangan. Data pasang surut diperoleh dari stasiun pengamatan pasang surut Karimun Jawa dengan nomor StationID: 0137KRJW01 milik Badan Informasi Geospasial pada tanggal dan waktu yang sama dengan perkaman citra dan pengukuran garis pantai lapangan.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 70

Ukuran Butir Sedimen

Ukuran butir sedimen diperoleh dari hasil analisis granulometri sampel sedimen dasar. Pengambilan sampel sedimen dasar dilakukan di sepanjang pantai Pulau Cemara Besar berdasarkan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pada penentuan titik sampling ini berdasarkan pertimbangan lokasi yang diduga mengalami abrasi dan akresi. Jumlah stasiun berjumlah 14 stasiun yang diharapkan dapat mewakili setiap segmen. Penentuan titik sampling didasarkan pada pengamatan awal garis pantai melalui google earth pro.

Sampel sedimen hasil pengambilan di lapangan, selanjutnya akan dilakukan analisis granulometri. Sieve shaker yang akan digunakan memiliki 5 ayakan dengan ukuran 2 mm, 0.5 mm, 0.3 mm, 0.125 mm, dan 0.0625 mm. Bila terdapat sisa hasil ayakan (ukuran < 0.0625 mm) maka dilakukan penentuan ukuran butir menggunakan metode pipetting. Ukuran butir yang akan diperoleh menggunakan metode pipetting yakni 0.0312 mm, 0.0156 mm, 0.0078 mm, dan 0.0039 mm. Hasil penentuan ukuran butir sedimen

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 71

selanjutnya di plot dalam sieve graph. Dengan grafik tersebut dapat ditentukan besar ukuran d50 dari sampel sedimen. Selanjutnya ukuran butir akan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi skala Wentworth berdasarkan Tabel 2.4 (CEM, 2002).

Tabel 2.4. Klasifikasi ukuran butir sedimen

Ukuran dalam mm Phi Size

Wentworth Classification 256 – 4096 -8.0 - -12.0 Boulder 64 – 256 -6.0 - -8.0 Cobble 4.00 – 64.00 -2.0 - -6.0 Pebble 2.00 – 4.00 -1.0 - -2.0 Granule

1.00 – 2.00 0.0 - -1.0 Pasir Sangat Kasar

0.50 – 1.00 1.0 – 0.0 Pasir Kasar

0.250 – 0.50 2.0 – 1.0 Pasir Sedang

0.125 – 0.250 3.0 – 2.0 Pasir Halus

0.0625 – 0.125 4.0 – 3.0 Pasir Sangat Halus

0.0039 – 0.0625 8.0 – 4.0 Silt

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 72

<0.00049 >11.0 Colloids

Data Angin Harian

Data angin yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data reanalysis dari ERA-5. Data model angin ini telah tervalidasi oleh data lapangan untuk mendapatkan data beresolusi 0.250 x 0.250. Lokasi yang diambil yakni pada koordinat 110.3750 BT; 5.8750

LS. Data dapat diunduh pada https://cds.climate.

copernicus.eu/cdsapp#!/dataset/reanalysis-era5-single-levels-monthlymeans?tab= form berupa data selama 5 tahun (2015-2019).

Data Gelombang

Data gelombang berupa Hs (meter) dan Ts (detik) didapatkan dengan peramalan gelombang menggunakan metode SMB (Svedrup Munk Bretschneider). Tahapan peramalan gelombang terdiri dari filterisasi data angin, penentuan panjang fetch efektif, dan perhitungan periode dan tinggi gelombang laut (CERC, 1984). Data angin diperoleh dari website penyedia data angin hasil model reanalysis ERA-5 untuk tahun 2015 – 2019. Penentuan panjang

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 73

didasarkan pada arah dominan angin yang kemudian dihitung menggunakan persamaan 11.

(11)

Dimana X: panjang fetch efektif (m) dan α: sudut antara garis fetch sebesar 60.

Nilai tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T) dapat ditentukan bila dalam kondisi fully developed sea dan fetch- limited condition. Pada kondisi fully developed sea persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(12)

(13)

Sedangkan kondisi fetch- limited condition terjadi bila duration limited lebih besar dari tmin. Maka persamaan yang digunakan untuk mendapatkan Hm ditulis dalam (CERC, 1984) :

(14)

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 74

Dimana Hm: tinggi gelombang model (m), Tm: periode gelombang model (s), UA: kecepatan angin terkoreksi (m/s), F: panjang fetch efektif (m), dan g: percepatan gravitasi (9.81 m/s2).

Hasil perolehan data Hm dan Tm digunakan untuk menentukan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan (Ts). Metode yang digunakan dengan statistik, yakni menghitung 33,3% data tertinggi dari seluruh data untuk Hm dan Tm.

f) Metode Analisis Data

Analisis Perubahan Garis Pantai

Digital Shoreline Analysis System (DSAS) adalah suatu perangkat lunak yang dalam penggunaannya dilakukan bersamaan dengan perangkat lunak ArcGIS yang di kembangkan oleh ESRI. DSAS menggunakan titik base sebagai acuan pengukuran, dimana titik dihasilkan dari perpotongan antara garis transek dengan garis-garis pantai berdasarkan waktu (Esmail, Mahmod and Fath, 2019; Salmon, Duvat and Laurent, 2019).

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 75

Pada penelitian ini akan menggunakan perhitungan Linear Regression Rate (LRR) menunjukan nilai koefisien regresi berdasarkan jarak dan waktu garis pantai, End Point Rate (EPR) menunjukan laju perubahan garis pantai dalam meter/tahun, dan

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 76

Net Shoreline Movement (NSM) menunjukan jarak perubahan garis pantai dalam meter secara skema ditunjukan pada Gambar 2.17 (Himmelstoss et al., 2018). Penentuan daerah abrasi ditentukan jika LRR dan NSM < 0 serta daerah akresi jika LRR, dan NSM > 0. Hasil pengolahan DSAS ditampilkan dalam grafik berdasarkan nilai maksimum – minimum dari transek setiap segmen. Selain itu hasil analisis DSAS berupa abrasi dan akresi ditampilkan pada peta.

Analisis Transport Sedimen Sejajar Pantai

Sebelum menghitung nilai transport sedimen sejajar pantai (LST) terlebih dahulu perlu memenuhi kebutuhan data yang perlu diinputkan. Data tinggi gelombang pecah (Hb) diperoleh dengan menghitung Hs sebagai Ho menjadi Hb berdasarkan perhitungan gelombang representatif menggunakan Gambar 2.18 (Triatmodjo, 1999).

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 77

Gambar 2. 18. Konversi parameter gelombang representatif untuk

penentuan tinggi dan kedalaman gelombang pecah

Sedimen sejajar pantai diperoleh dari perhitungan menggunakan persamaan dari CERC (persamaan 7), Walton Jr and Bruno (persamaan 8), dan Kamphuis (persamaan 10). Hasil perhitungan dari ketiga persamaan didapatkan besarnya angkutan sedimen (m3/tahun) di setiap segmennya dan arah diperoleh dari hasil hitungan Q pada musim barat dan timur. Besarnya transport sedimen sejajar pantai dianalisis menggunakan bantuan grafik LSTR (Longshore Sediment Transport Rate) dalam m3/tahun untuk semua persamaan.

Analisis regresi linier digunakan untuk menunjukkan pengaruh LST terhadap laju perubahan garis pantai dengan menggunakan koefisien determinasi. Sedangkan arah dari transport

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 78

sedimen sejajar pantai di gambarkan pada peta dengan menunjukan arah transport di setiap segmennya.

g) Metode Validasi Data

Validasi data diperlukan untuk memastikan keakuratan data yang digunakan dalam analisis data. Metode yang digunakan yakni dengan menghitung nilai root mean square error (RMSE) menggunakan rumus sebagai berikut (Willmott and Matsuura, 2005) :

(16)

Dimana RSME: root mean square error, n : banyaknya data, e = nilai error dua vector. Nilai error diperoleh dengan mencari selisih antara 2 nilai yang memiliki kesamaan waktu, dalam hal ini adalah data hasil model/analisis dengan data pengukuran lapangan.

Pengujian Akurasi Geometri Garis Pantai

Pengujian akurasi geometri garis pantai dilakukan dengan menguji garis pantai hasil deliniasi citra dengan pengukuran

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 79

lapangan. Garis pantai hasil deliniasi citra pada tanggal 13 Maret 2020 divalidasi dengan hasil pengukuran lapangan tanggal 17 Maret 2020. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai RMSE.

Pada DSAS dengan statistik shoreline change envelope (SCE) digunakan untuk menghitung besar perbedaan posisi garis pantai hasil deliniasi dan garis pantai pengukuran lapangan. Perhitungan SCE diperoleh dengan menggunakan rumus berikut (Wicaksono and Wicaksono, 2019):

(17)

Dimana, SCE: shoreline change envelope, X,Ymap : koordinat x,y citra, dan X,Ychek : koordinat x,y lapangan. Sehingga informasi yang dihasilkan berupa jarak antara kedua garis pantai tersebut dalam setiap transek seperti ditunjukan pada Gambar 2.19.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 80

Verifikasi Data Peramalan Gelombang

Data gelombang hasil peramalan diverifikasi dengan data lapangan. Data lapangan diperoleh dari data Pusat Riset Kelautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan dimana pengambilan data didapatkan dengan metode recording waverider menggunakan alat ADCP Sontex Argonaut XR pada tanggal 13-28 Mei 2016. Hasil perekaman di lapangan digunakan untuk verifikasi data peramalan

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 81

gelombang menggunakan persamaan 16. Sehingga diperoleh nilai RMSE yang menunjukan keakuratan hasil peramalan gelombang.

h) Hasil Perubahan Garis Pantai

Hasil uji akurasi geometri diperoleh nilai RMSE sebesar 0.04 dengan nilai kebenaran 96%. Sehingga garis pantai hasil intepretasi dari indeks air NDWI dapat digunakan untuk analisis perubahan garis pantai. Kondisi tersebut sesuai dengan syarat akurasi geometri menurut (Wicaksono dan Wicaksono, 2019). Garis pantai dari tahun 2016 – 2020 ditunjukan pada Gambar 2.20. Disepanjang pantai Pulau Cemara Besar dibagi menjadi 14. Segmen 1 – 4 berada di sebelah timur pulau, segmen 5 – 7 berada di selatan yang kemudian disebut pangkal pulau, 8 – 11 di sebelah barat pulau dan segmen 12 – 14 di utara pulau yang kemudian disebut ekor pulau.

Garis pantai pada rentang waktu tersebut terlihat dinamis disepanjang pantai. Mengingat Cemara Besar merupakan pulau hasil endapan sedimen maka dinamika garis pantai sangat dipengaruhi proses litoral dan kegiatan wisatawan yang berkunjung ke pulau. Dinamika sangat tinggi nampak pada ekor pulau. Secara

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 82

umum garis pantai pada ekor pulau sejak 2016 - 2020 bergerak ke utara. Sehingga terdapat area abrasi dan akresi di lokasi tersebut.

Pada sisi timur secara umum terjadi pergerakan ke arah laut dari 2016 hingga 2018 dan kembali menyusut hingga 2020. Sedangkan pada sisi barat dinamika yang terjadi cenderung tetap, dan tampak garis pantai menuju laut pada tahun 2019. Sedangkan pada pangkal pulau tampak ada trend abrasi terutama di segmen 7 yang ditandai dengan pergerakan garis pantai menuju darat.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 83

Gambar 2. 20. Garis pantai Pulau Cemara Besar 2016 – 2020

Berdasarkan analisis perubahan garis pantai tahun 2016 – 2020 menggunakan DSAS, diperoleh segmen-segmen yang mengalami abrasi dan akresi. Parameter yang menunjukan adanya abrasi dan akresi yakni NSM, EPR, dan LRR. Seperti pada Gambar

2.21 bahwa abrasi dan akresi terjadi di sepanjang pantai. Luasan

abrasi sebesar 0.41 ha dan akresi sebesar 0.33 ha. Abrasi terjadi di ekor pulau sebelah timur, sepanjang sisi timur, pangkal hingga sebagian sisi barat, dan sebagian sisi barat pulau. Sedangkan akresi terjadi di ekor pulau dengan bentuk yang memanjang ke utara, pangkal pulau sisi timur, dan sebagian kecil di sisi barat dan timur pulau.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 84

Gambar 2. 21. Luasan Abrasi Akresi Cemara Besar

Hasil model DSAS ditampilkan secara mendatar berdasarkan segmen dan menggunakan metode EPR dan LRR, seperti pada

Gambar 2.22a Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 85

perubahan garis pantai berdasarkan jarak antara garis pantai terlama dan terbaru pada rentang waktu tersebut. Sedangkan metode LRR menghitung nilai regresi linier antara posisi garis pantai setiap tahun. Dengan demikian EPR menunjukan laju perubahan garis pantai dan LRR menunjukkan kecenderungan garis pantai bergerak. Pada Gambar 22b tampak di segmen-segmen dengan abrasi dan akresi besar terdapat kemiripan hasil EPR dan LRR.

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 86

b)

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 87

Laju perubahan garis pantai pada segmen 1 hingga 3

menunjukan abrasi dengan laju terbesar pada segmen 1 sebesar -8.45 m/tahun. Pada segmen tersebut nilai LRR menunjukan abrasi dengan nilai terbesar di segmen 1 sebesar 8.31 m/tahun. Tiga segmen ini menurut Gambar 2.22c menunjukkan kecenderungan abrasi, terkuat pada segmen 1 diikuti segmen 3 dan 2. Abrasi terbesarpun terjadi di segmen 1 (Gambar 2.22a) dengan pergeseran garis pantai maksimum sejauh 32.39 meter.

Bergeser ke segmen 4 hingga 10, menunjukkan kecocokan yang rendah antara EPR dan LRR. Seperti pada segmen 4 dan 5, LRR menunjukkan abrasi, namun laju EPR menunjukan akresi. Pada segmen 4-10 ini terjadi abrasi dan akresi yang cukup rendah

d)

Gambar 2. 22. Hasil model DSAS, a) EPR dan LRR sepanjang pantai; b)

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 88

dibandingkan segmen lainnya. Hal ini pun ditandai dengan laju abrasi dan akresi yang cenderung lebih rendah dibandingkan segmen lain seperti pada Gambar 2.22c. Begitu juga untuk nilai LRR seperti pada Gambar 2.22d cenderung lebih rendah.

Pada segmen 5 baik EPR dan LRR menunjukkan akresi diikuti segmen selanjutnya 6 dan 7 menunjukkan abrasi. Keunikan pola ini terjadi di pangkal pulau. Bergerak ke segmen 8-10 menunjukkan abrasi dan akresi yang silih berganti hingga menjelang segmen 11. Kesesuaian EPR dan LRR ditunjukan pada awal segmen 9 saat terjadi akresi. Kemudian diikuti abrasi dan akresi yang lebih kecil menuju segmen 10.

Akresi yang lebih kuat dan cepat terjadi di segmen 13 dan 14. Akresi pun terjadi di segmen 11 dan 12. Dengan demikian ekor pulau cemara besar mengalami akresi. Hasil pada Gambar

2.22a-2.22d, menunjukkan seluruh transek pada segmen 11-12

menunjukkan akresi. Ditandai dengan rentang nilai minimum dan maksimum untuk ketiga metode bernilai lebih dari nol. Perubahan garis pantai terjauh terjadi di segmen 14, mengalami akresi sejauh 68.74 meter. Namun demikian secara rata-rata antara 13 dan 14

LAPORAN AKHIR “REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOEDUWISATA BAHARI DI PULAU CEMARA BESAR, KARIMUNJAWA” TAHUN 2020 89

bernilai sama sebesar 55.9 meter. Bila ditinjau berdasarkan LRR seperti pada Gambar 2.22d menunjukkan segmen 14 memiliki nilai rata-rata LRR lebih rendah dibanding 13. Hal ini menunjukkan segmen 13 memiliki kecenderungan akresi lebih kuat dibanding 14 berdasarkan pola dan dinamika perubahan garis pantainya.

i) Hasil Karakteristik Sedimen dan Kelerengan Pantai

Hasil analisis granulometri dari sampel sedimen Cemara Besar dan slope pantai disajikan pada Tabel 2.5. Ukuran butir di sepanjang pantai Cemara Besar ditunjukan berdasarkan distribusi percentile ke-50 dinyatakan dalam ukuran butir d50. Berdasarkan ukuran tersebut sedimen dasar di pantai Pulau Cemara Besar berjenis pasir dengan ukuran yang bervariasi dengan mayoritas berukuran pasir kasar. Distribusi ukuran sedimen dasar di pantai

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2020 (Halaman 61-116)

Dokumen terkait