• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap morfologi sperma

baik untuk volume semen domba. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya penambahan kation dalam bentuk Na dan K yang merupakan kation utama dalam cairan tubuh sehingga dengan demikian dapat membantu terbentuknya semen yang merupakan salah satu bentuk cairan tubuh.

Nilai pH semen yang berkisar antara 6.4 - 6.7 pada penelitian ini merupakan nilai pH yang baik (Salisbury&Vandemark 1985). Nilai pH yang baik lebih cenderung kearah asam, yaitu sekitar 6.5 – 6.9, sedangkan pH normal semen berkisar antara 6 – 8. Nilai pH dipengaruhi oleh komposisi cairan yang terdapat dalam semen yang sebagian besar berasal dari kelenjar pelengkap. Semakin banyak cairan dari kelenjar pelengkap, maka semakin tinggi pH semen.

Warna semen normal adalah seperti susu atau krem keputihan dan keruh. Derajat kekeruhan tergantung pada konsentrasi sperma. Semen dengan konsentrasi sperma yang tinggi cenderung berwarna krem (Toelihere 1993). Warna semen domba yang diuji secara umum berwarna krem dan normal.

Ransum perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsistensi semen domba. Konsistensi semen sangat dipengaruhi oleh konsentrasi sperma yang terkandung didalam semen, semakin banyak jumlah sperma didalam semen, maka konsistensi semen akan semakin kental. Penambahan ransum dalam bentuk suplementasi mineral maupun DCAD ternyata tidak berpengaruh terhadap konsistensi semen, konsistensi semen yang dihasilkan masih dalam kisaran yang normal dan baik untuk reproduksi.

Pengamatan gerakan massa diperlukan untuk menilai motilitas sperma (Salisbury&Vandemark 1985). Semakin besar pergerakan gelombang yang terjadi, semakin tinggi motilitas sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap gerakan massa sperma. Hal ini dapat dilihat dari semua ransum perlakuan pada umumnya menunjukkan gerakan massa yang baik.

31

Gambar 5. Gerakan massa spermatozoa domba dengan nilai +++ (Terimakasih kepada Dr. drh. Iman Supriatna atas izin penggunaan foto gerakan massa

spermatozoa domba)

Dengan demikian hal yang menentukan dalam menghasilkan kualitas sperma yang baik untuk dijadikan pejantan tangguh adalah kualitas makanan yang dapat dirombak tubuh untuk menjadi sperma yang berasal dari kelenjar kelamin. Sehingga diperlukan adanya suatu ilmu nutrisi yang dapat memperbaiki kualitas sperma sebagai upaya untuk menjadikan pejantan yang dapat menghasilkan bibit unggul. Manipulasi nilai DCAB ransum yang diberikan pada penelitian ini tidak akan mengganggu kualitas semen domba.

Kualitas Mikroskopis Semen Domba

Kualitas mikroskopis semen domba yang diamati meliputi motilitas, viabilitas (persentase hidup mati sperma), konsentrasi dan morfologi. Rataan semua peubah disajikan pada Tabel 11.

32 Tabel 11. Kualitas mikroskopis semen domba penelitian

Perlakuan Peubah Basal RN RB RA Gerakan massa Awal +++ +++ +++ ++ Akhir +++ +++ +++ +++ Motilitas (%) Awal 60 ± 8 45 ± 7 73 ± 7 56 ± 15 Akhir 61 ± 18 70 ± 14 73 ± 7 71 ± 6 Viabilitas (%) Awal 71 ± 4 62 ± 15 80 ± 7 76 ± 16 Akhir 74 ± 17 88 ± 1 86 ± 8 88 ± 2 Konsentrasi (106) Awal 3563 ± 371 3463 ± 1326 2500 ± 726 3625 ± 1226 Akhir 3275 ± 283 3037 ± 407 3113 ± 18 2958 ± 756 Morfologi normal (%) Awal 88 ± 1 88 ± 4 88 ± 1 87 ± 2 Akhir 87 ± 3 92 ± 1 88 ± 1 88 ± 2

Semua ransum perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah kualitas mikroskopis sperma. Hal ini menandakan bahwa ransum perlakuan yang diberikan pada penelitian ini tidak memberikan efek terhadap kualitas mikroskopis spermatozoa.

Motilitas atau daya gerak sperma menjadi salah satu patokan atau cara yang paling sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan. Hal ini karena motilitas atau pergerakan sperma memegang peranan penting sewaktu pertemuan dengan ovum. Motilitas juga digunakan sebagai ukuran kesanggupan spermatozoa untuk membuahi (Toelihere 1993). Motilitas semen domba yang baik berkisar antara 60 – 80%.

Penambahan DCAD pada ransum baik yang bernilai positif (RB) maupun negatif (RA) mempunyai pengaruh yang baik untuk motilitas sperma. Dengan nilai motilitas berturut-turut 73 ± 7; 71 ± 6. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya penambahan kation dan anion dalam ransum yang merupakan kation anion utama yang terdapat dalam sperma dapat merangsang spermatozoa untuk bergerak lebih cepat karena tersedianya bahan pembentuk yang cukup untuk kebutuhan hidup sperma.

33 Pergerakan spermatozoa memerlukan energi yang berasal dari perombakan adenosin triphosphat (ATP) di dalam selubung mitokondria melalui reaksi-reaksi penguraiannya menjadi adenosin diphosphat (ADP) dan adenosin monophosphat (AMP). Selain itu pergerakan ini juga melibatkan berbagai proses fosforilasi protein yang bergantung mobilisasi ion kalsium.

Viabilitas atau persentase hidup mati sperma menggambarkan spermatozoa yang hidup pada saat semen dicampur dengan zat warna yang menyebabkan perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel spermatozoa yang mati dan hidup (Hafez 1993). Spermatozoa yang mati akan menyerap warna sedangkan yang hidup tidak menyerap warna, hal ini dikarenakan pada spermatozoa yang hidup permeabilitas selnya masih aktif sehingga tidak akan menyerap warna yang masuk.

Sama dengan hasil yang didapatkan pada motilitas, viabilitas menunjukkan pengaruh yang baik dengan adanya penambahan DCAD positif maupun negatif, dengan nilai berturut-turut 86 ± 8; 88 ± 2. Dengan nilai motilitas dan viabilitas yang tinggi maka dapat dipastikan konsentrasi sperma yang didapatkan untuk RB dan RA juga akan tinggi.

Viabilitas spermatozoa sangat ditentukan oleh keutuhan membran plasma dan kemampuan sistem transpor membran. Dengan adanya penambahan kation anion dalam ransum mungkin dapat menjaga keutuhan membran plasma sehingga viabilitas sperma terjaga dengan baik.

Konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozoa yang terkandung dalam setiap mililiter semen. Konsentrasi sperma merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk diukur. Hal ini karena konsentrasi spermatozoa menggambarkan kualitas semen yang menentukan berapa betina yang dapat diinseminasikan dengan ejakulat yang diperoleh (Hafez 1993). Pada domba konsentrasi sperma normal berkisar 2000 – 3000 x 106/ml semen (Hafez 1993).

Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 11, untuk semua ransum perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi sperma, namun demikian semua ransum perlakuan tidak memberikan efek negatif terhadap konsentrasi sperma. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konsentrasi sperma yang masih dalam kisaran normal untuk domba.

34 Untuk data morfologi didapatkan untuk semua ransum perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap morfologi sperma. Abnormalitas adalah persentase kerusakan spermatozoa yang ditandai dengan adanya kelainan pada kepala dan ekor, dihitung dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran objektif 40 kali. Standar persentase abnormalitas spermatozoa kambing yang layak digunakan untuk inseminasi buatan tidak boleh lebih dari 15% (Evans&Maxwell 1987).

Bila dilihat morfologi untuk ransum perlakuan pada penelitian ini terlihat bahwa persentase abnormalitas tidak lebih dari 15%, yang menandakan bahwa ransum perlakuan yang diberikan tidak memberikan efek negatif terhadap morfologi sperma, terbukti dengan didapatkannya nilai morfologi yang layak digunakan untuk inseminasi buatan.

Motilitas, viabilitas, konsentrasi dan morfologi semen domba yang dikaji tidak dipengaruhi nilai DCAB ransum. Manipulasi ransum melalui perubahan nilai DCAB tidak mempengaruhi kualitas mikroskopis semen domba Garut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Neraca kation anion yang berbeda dalam ransum domba garut tidak memberikan efek yang negatif terhadap konsumsi, kecernaan, absorbsi mineral dan pertumbuhan. Ransum dengan neraca kation anion hanya akan menganggu absorpsi Ca pada nilai DCAB negatif. Volume semen meningkat jika domba diberi ransum dengan nilai DCAB positif.

Saran

Ratio kation anion yang diberikan perlu diperhatikan untuk ransum domba. Untuk ratio kation anion yang terlalu basa domba akan membutuhkan banyak air minum sehingga konsumsinya akan berkurang. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang dapat mengetahui pada level kation anion positif berapa yang mulai dapat mengganggu daya konsumsi domba. Daya adaptasi domba yang digunakan untuk penelitian perlu diketahui terlebih dahulu, sehingga pada awal masa penelitian domba dapat beradaptasi dengan lingkungannya terlebih dulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia

Annekov BN. 1982. Kinetic of mineral metabolism in blood. In : Georgievskii, Annekov BN, Samkhin VT (editor). Mineral Nutrition of Animal. Washington, DC:Butterworths. P : 257.

Annison EF. 1965. Absorbtion from the Ruminant Stomatch. In : R. W. Dougherty (editor). Physiology of Digestion of Ruminant. Washington, DC:Butterworths

Arora SP. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Arthur GH, Noakes DE, Paerson H, Parkinson TJ. 1996. Veterinary Reproduction and Obstetrics. Ed. Ke-7. London : WB Saunders Company Limited. P 621-630 ; 634-647.

Ax et al. 2000. Semen Evaluation. Di dalam : Hafez B dan Hafez ESE.

Reproduction in Farm Animals. Ed. ke-7. Philadelphia : Lea and Febiger. P 365-375.

Bearden HJ, Fuquay JW. 1997. Applied Animal Reproduction. Ed. ke-4. New Jersey : Prentice Hall, Upper Saddle. P 133-177.

Caple IW. 1987. Unravelling mineral and metabolic problems in dairy herds. In:

Australian Advance in Veterinary Science Proc. 64th Annu. Conf. Aus. Vet. Assoc. P 19 – 21.

Castro BSI, Phillip LE, Girard V, Tremblay A. 2004. Altering dietary cation- anion difference in lactating dairy cows to reduce phosphorus excretion to the environment. J Dairy Sci 87: 1751-1757.

Church DC, Pond WG. 1988. Basic Animal Nutrition of Feeding. 3th Ed. New York:John Wiley and Son.

Dersjant-Li Y et al. 1999. The influence of dietary cation-anion differences on acid-base balance, food intake, growth and nutrient utilisation of juvenile African catfish Clarias gariepinus (Burchell). Fish Physiology and Biochemistry 20:305-311.

Devendra C. 1989. Comparativeaspecs of digestive physiology and nutrition in goats and sheep. Proceeding Satelit Symposium on Ruminant Physiology and Nutrition in Asia. The VII International Symposium on Ruminant

37 Escobosa A et al. 1984. Effect of dietary sodium bicarbonate and calcium chloride on physiological responses of lactating dairy cows in hot weather.

J Dairy Sci 67:574-584.

Evans G, Maxwell MWC. 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Australia:Butterworths

Forbes JM, France. 1993. Quantitative Aspects of Ruminant Digestion and Metabolism. CAB International

Freeden AH, DePeters EJ, Baldwin RL. 1988. Characterization of acid-base differences of dietary fixed ion in pregnant or lactating does. J Anim Sci

66:159-173.

Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Di dalam : Hafez B dan Hafez ESE. Reproduction in Farm Animals. Ed. Ke-7. Philadelphia : Lea and Febiger. 96-109

Georgievskii VI. 1982. The physiological role of micro element. In : Georgievskii VI, Annekov BN and Samokin KT. Mineral Nutrition of Animal. London:Butterworths

Hafez ESE. 1993. Reproduction in Farm Animals 6th Edition. Philadelphia:Lea and Febiger.

Hartati E. 1998. Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke Dalam Ransum yang Mengandung Silase Pod Coklat dan Urea Untuk Memacu Pertumbuhan Sapi Holstein Jantan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hu W, Murphy MR. 2004. Dietary cation-anion difference effects on performance and acid-base status of lactating dairy cows: a meta-analysis.

J Dairy Sci 87:2222-2229.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

Jackson JA, Akay V, Franklin ST, Aaron DK. 2001. The effect of cation-anion difference on calcium requirement, feed intake, body weight gain, and blood gasses and mineral concentration of dairy calves. J Dairy Sci 84:147- 153.

Jones ML. 2006. The Use of Dietary Cation Anion Difference For The Reduction of Urine PH in Goats [tesis]. Oklahoma: Oklahoma State University.

38 Kronfeld DS. 1976. Metabolic and respiratory adjustment of acid-base balance and the burden of exogenous acid in ruminants. In: Weinberg MS and Sheffner Al, editor. Buffer in Ruminants Physiology and Metabolism. Port City Press. Baltimore. Maryland.

Lindsay DB, Pethick DW. 1983. Adaptation of metabolism to various conditions: metabolis disorders. In: Neimann-Sorensen, Tribe DE, editor. Dynamic Biochemistry of Animal Production. World Animal Science. Series A, Basic Information.

Little DA. 1986. The mineral content of ruminant feed and the potensial for mineral suplementationin south-east. Asia With Particular Reference to Indonesia. In : Dixon RM, editor. Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous AgricultureResianes-1986. Canberra : IDP.

Lutgate J, Inuquez L. 1990. Importance of Sheep and Goats. SR. CRSP P 5-6, Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.

Mason IL. 1996. A World Dictionary of Livestock Breeds, Typesand Varietas.

Fourth Edition. Walling Ford. Oxon : CAB. International.

Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1993. Biokomia, Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Jilid 1. Ismadi M, penerjemah; Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

McDougall S. 2001. Effects of periparturient diseases and condition on the reproductive performance of New Zealand dairy cows. N Z Vet J 49:60-67. McDowell LR. 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. Departement of

Animal Science. Florida:University of Florida.

Memon MA, Ott RS. 1981. Methods of Semen Preservation and Artificial Insemination in Sheep and Goats. World Rep Anim Prod 17 : 19-25.

Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Ed. Washington, D.C : National Academy Press.

Parakkasi A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Piliang WG, Soewondo Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume I Edisi Revisi. Bogor:IPB Press.

Ramberg CF et al. 1984. Calcium homeostasis in cows, with special reference to parturient hypocacaemia. Am J Phys 246:698-704.

39 Roche JR et al. 2003a .Dietary cation-anion difference and the health and production of pasture-fed dairy cows. 1. Dairy cows in early lactation. J Dairy Sci 86:970-978.

Roche JR et al. 2003b .Dietary cation-anion difference and the health and production of pasture-fed dairy cows. 2. Dairy cows in early lactation. J Dairy Sci 86:979-987.

Salisbury GW, Vandemark NL. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Alih bahasa : R. Djanuar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sarwono B. 1999. Beternak Kambing Unggul. Jakarta :Penerbit Swadaya. Siregar S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta:Penebar Swadaya. Sosroamidjojo S, Soeradji. 1986. Peternakan Umum. Jakarta : CV Yasaguna. Stewart PA. 1983. Modern quantitative acid-base chemistry. Can J Physiol

Pharmacol 61:1444-1461.

Suarti M. 2001. Pengaruh Amoniasi, Penambahan Tepung Bulu Ayam, Tepung Daun Singkong, Lisin-Zn-PUFA dalam Ransum terhadap Kecernaan Zat- zat Makanan Kambing Peranakan Ettawa. [skripsi]. Lampung:Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Sudarmono AS, Sugeng BY. 2003. Beternak Domba. Jakarta : Penebar Swadaya.

Supriyati. 2000. Teknologi Pembuatan Mineral Organik dan Suplementasinya dalam Upaya Meningkatkan Sintesa Protein Mikroba. [laporan penelitian]. Ciawi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Peternakan.

Sutardi T. 1976. Metabolism of Some Essential Amino Acids by Rumen Microbes with Special Reference to Alpha-Keto Acids. [tesis]. University of Wisconsin. Madison.

Tillman AD et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Toelihere MR. 1993. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.

40 Tucker WB et al. 1992. Sulfur should be included when calculating the dietary cation-anion balance of diets for lactating dairy cows. Anim Sci Res Rep

141:150

Underwood EJ. 1997. Trace elements in human and Animal Nutrition. 4thEdition. New York : Academic Press.

Williams HLI. 1995. Sheep breeding and fertility. In : Meredith MJ (ed). Animal Breeding and Infertility. Cornwall:Hartnolls Ltd.

41 Lampiran 1 Data konsumsi ransum domba penelitian

Kode Domba Konsumsi Ransum RO A 517.684 RO B 790.348 RO C 982.594 R1 A 735.583 R1 B 744.355 R1 C 706.761 R2 A 823.709 R2 B 321.781 R2 C 800.104 R3 A 966.107 R3 B 835.652 R3 C 882.419

Lampiran 2 Data produksi feses, KCBK dan KCBO domba penelitian

Kode Domba Produksi Feses KCBK KCBO RO A 336.548 65.74 71.34 RO B 491.300 66.30 71.51 RO C 596.023 66.93 71.38 R1 A 482.853 69.74 74.62 R1 B 455.211 67.32 72.66 R1 C 414.871 65.29 70.74 R2 A 605.656 67.13 71.67 R2 B 164.494 73.65 78.12 R2 C 570.478 67.92 73.45 R3 A 584.667 70.12 75.97 R3 B 430.043 72.14 78.02 R3 C 557.809 65.25 72.57

42 Lampiran 3 Data absorpsi Ca domba penelitian

Kode

Domba Konsumsi % Ca Kons Ca Feses % Ca Ca Feses

Absorbsi Ca RO A 517.684 0.166 86.07467 36.83 0.473 17.42064 79.76 R0 B 790.348 131.4102 53.51 0.449 24.02871 81.71 RO C 982.594 163.3747 64.68 0.409 26.4259 83.82 R1 A 735.583 0.141 103.452 52.73 0.426 22.46678 78.28 R1 B 744.355 104.6857 49.95 0.479 23.94756 77.12 R1 C 706.761 99.39849 44.90 0.498 22.37725 77.49 R2 A 823.709 0.161 132.6171 66.05 0.331 21.84194 83.53 R2 B 321.781 51.80674 17.98 0.606 10.88815 78.98 R2 C 800.104 128.8167 62.17 0.417 25.91555 79.88 R3 A 966.107 0.401 387.3895 63.78 2.307 147.1144 62.02 R3 B 835.652 335.0796 47.03 2.546 119.7567 64.26 R3 C 882.419 353.8323 60.89 2.857 173.9623 50.83

Lampiran 4 Data absorpsi P domba penelitian

Kode

Domba Konsumsi % P Kons P Feses % P P Feses

Absorbsi P RO A 517.684 0.142 73.52119 36.83 1.064 0.391936 99.47 R0 B 790.348 112.2448 53.51 0.846 0.452731 99.60 RO C 982.594 139.5474 64.68 0.494 0.31954 99.77 R1 A 735.583 0.126 92.50086 52.73 0.880 0.463929 99.50 R1 B 744.355 93.60395 49.95 0.886 0.442571 99.53 R1 C 706.761 88.87644 44.90 0.903 0.40532 99.54 R2 A 823.709 0.144 118.6301 66.05 0.336 0.22165 99.81 R2 B 321.781 46.34271 17.98 0.950 0.170806 99.63 R2 C 800.104 115.2305 62.17 0.920 0.571733 99.50 R3 A 966.107 0.129 124.8832 63.78 0.908 0.579004 99.54 R3 B 835.652 108.02 47.03 1.180 0.554855 99.49 R3 C 882.419 114.0653 60.89 1.290 0.785273 99.31

43 Lampiran 5 Data absorpsi Mg domba penelitian

Kode Domba Konsumsi % Mg Kons Mg Feses % Mg Mg Feses Absorbsi Mg RO A 517.684 0.119 61.8048 36.83 0.238 8.756693 85.83 R0 B 790.348 94.35737 53.51 0.171 9.127789 90.33 RO C 982.594 117.3091 64.68 0.268 17.31868 85.24 R1 A 735.583 0.109 80.29616 52.73 0.171 9.043657 88.74 R1 B 744.355 81.25371 49.95 0.219 10.96134 86.51 R1 C 706.761 77.14996 44.90 0.231 10.37209 86.56 R2 A 823.709 0.121 99.92817 66.05 0.251 16.61004 83.38 R2 B 321.781 39.03683 17.98 0.323 5.805773 85.13 R2 C 800.104 97.06453 62.17 0.257 15.98658 83.53 R3 A 966.107 0.120 115.9752 63.78 0.242 15.46142 86.67 R3 B 835.652 100.3149 47.03 0.255 11.99134 88.05 R3 C 882.419 105.9289 60.89 0.255 15.5436 85.33

Lampiran 6 Data absorpsi Zn domba penelitian

Kode Domba Konsumsi ppm Zn Kons Zn Feses ppm Zn Zn Feses Absorbsi Zn RO A 517.684 25.84 13378.8 36.83 228.20 8405.119 37.18 R0 B 790.348 20425.41 53.51 147.62 7899.825 61.32 RO C 982.594 25393.74 64.68 150.49 9734.23 61.67 R1 A 735.583 26.55 19530.64 52.73 136.02 7172.891 63.27 R1 B 744.355 19763.55 49.95 162.39 8111.019 58.96 R1 C 706.761 18765.38 44.90 117.70 5285.196 71.84 R2 A 823.709 29.60 24383 66.05 138.17 9125.655 62.57 R2 B 321.781 9525.192 17.98 264.67 4758.477 50.04 R2 C 800.104 23684.26 62.17 152.05 9453.005 60.09 R3 A 966.107 31.02 29965.14 63.78 184.93 11794.97 60.64 R3 B 835.652 25918.9 47.03 179.84 8458.37 67.37 R3 C 882.419 27369.44 60.89 165.40 10071.94 63.20

44 Lampiran 7 Data pH urine dan produksi urine domba penelitian

Kode Domba pH urine produksi urine RO A 8.88 1414 RO B 8.98 1290 RO C 8.00 1110 R1 A 9.01 1234 R1 B 9.15 388 R1 C 9.01 568 R2 A 8.40 873 R2 B 8.60 1481 R2 C 9.08 843 R3 A 8.12 337 R3 B 7.43 684 R3 C 8.41 1149

Lampiran 8 Data bobot badan domba selama penelitian

Kode Domba

Bobot awal

Awal

Perlakuan Bobot akhir

RO A 43 42 44 RO B 48 44 50 RO C 53 51.5 57 R1 A 42 38 45 R1 B 44 42 45 R1 C 52 50 52 R2 A 40 37 R2 B 50 49 52 R2 C 54 55 60 R3 A 41 40 44 R3 B 44 43 47 R3 C 53 53 55

45

Lampiran 9 Data kualitas semen domba penelitian pada awal perlakuan

Kode

Domba Volume pH warna konsistensi

gerakan massa motilitas (%) Viabilitas (%) konsentrasi 109 Morfologi RO A 1.2 6.2 Krem pucat Kental +++ 50-55% 66.86 3300 87.62 RO B 0.7 6.5 Putih susu sedang +++ 65-70% 74.68 1775 88.52 RO C 1.04 6.2 Krem kental +++ 60% 71.51 3825 88.89 R1 A 0.55 6.2 Krem pucat kental +++ 40% 73.19 2525 84.77 R1 B 0.8 6.4 Krem kental +++ 50% 51.8 4400 90.72 R1 C 0.73 7.5 Bening berwarna encer - 5-10% 17.24 400 24.03 R2 A 0.72 6.7 Putih susu sedang ++ 25-30% 41.18 1750 89.14 R2 B 1.1 6.2 Krem pucat kental +++ 65-70% 75.31 3200 86.57 R2 C 1.1 6.5 Krem pucat kental +++ 75-80% 85.62 2550 88.89 R3 A 0.5 6.2 Putih susu sedang ++(+) 50-55% 75.24 2425 89.13 R3 B 1.05 6.2 Krem kental +++ 70-75% 91.94 4875 86.67 R3 C 0.87 6.2 Krem kental ++ 40-45% 60.71 3575 86.09

46

Lampiran 10 Data kualitas semen domba penelitian pada akhir perlakuan

Kode

Domba Volume pH warna konsistensi

gerakan massa motilitas (%) Viabilitas (%) Konsentrasi (109) Morfologi

RO A 1.2 6.4 Krem pucat Kental +++ 40-45% 55.06 3075 85.85

RO B 0.8 7.5 Putih susu Kental ++ 60-65% 76.47 1000 85.52

RO C 1.1 6.2 Krem pucat Kental +++ 75-80% 89.19 3475 90.15

R1 A 0.72 6.4 Krem pucat Kental +++ 80% 88.61 3325 91.77

R1 B 0.5 6.4 Krem pucat Encer/Sedang +++ 60% 87.67 2750 92.72

R1 C 1 7.5

Bening

berwarna Encer - 5-10% 16.23 300 21.57

R2 A - - - - - - -

R2 B 1.5 6.4 Krem pucat Kental +++ 65-70% 80.33 3125 88.82

R2 C 1.1 6.4 Krem pucat Kental +++ 75-80% 91.33 3100 87.36

R3 A 0.6 6.7 Putih susu Kental +++ 75-80% 85.53 2125 88.82

R3 B 0.3 6.2 Krem pucat Kental/Sedang ++ 65-70% 89.82 3150 89.08

47 Lampiran 11 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi BK

The GLM Procedure Dependent Variable: konsumsi BK

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 152431.1263 30486.2253 0.83 0.5735 Error 6 221309.2721 36884.8787

Corrected Total 11 373740.3985

R-Square Coeff Var Root MSE ransum Mean 0.407853 25.30611 192.0544 758.9248

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 94654.53171 31551.51057 0.86 0.5129 blok 2 57776.59462 28888.29731 0.78 0.4986

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 94654.53171 31551.51057 0.86 0.5129 blok 2 57776.59462 28888.29731 0.78 0.4986

Lampiran 12 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi BO

The GLM Procedure Dependent Variable: konsumsi BO

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 60864.9138 12172.9828 0.60 0.7013 Error 6 120782.9860 20130.4977

Corrected Total 11 181647.8998

R-Square Coeff Var Root MSE feces Mean 0.335071 29.92263 141.8820 474.1628

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 11349.96435 3783.32145 0.19 0.9009 blok 2 49514.94946 24757.47473 1.23 0.3568

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 11349.96435 3783.32145 0.19 0.9009 blok 2 49514.94946 24757.47473 1.23 0.3568

48 Lampiran 13 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap KCBK

The GLM Procedure Dependent Variable: kcbk

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 45.27156517 9.05431303 1.49 0.3177 Error 6 36.41197950 6.06866325

Corrected Total 11 81.68354467

R-Square Coeff Var Root MSE kcbk Mean 0.554231 3.615920 2.463466 68.12833

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 20.63816200 6.87938733 1.13 0.4079 blok 2 24.63340317 12.31670158 2.03 0.2122

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 20.63816200 6.87938733 1.13 0.4079 blok 2 24.63340317 12.31670158 2.03 0.2122

Lampiran 14 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap KCBO

The GLM Procedure

Dependent Variable: kcbo

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 48.43325167 9.68665033 2.20 0.1819 Error 6 26.36819733 4.39469956

Corrected Total 11 74.80144900

R-Square Coeff Var Root MSE kcbo Mean 0.647491 2.852008 2.096354 73.50450

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 29.89605967 9.96535322 2.27 0.1809 blok 2 18.53719200 9.26859600 2.11 0.2025

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 29.89605967 9.96535322 2.27 0.1809 blok 2 18.53719200 9.26859600 2.11 0.2025

49 Lampiran 15 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap absorpsi Ca

The GLM Procedure

Dependent Variable: persen_ca

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 10.13304383 2.02660877 89.02 <.0001 Error 6 0.13658783 0.02276464

Corrected Total 11 10.26963167

R-Square Coeff Var Root MSE persen_ca Mean 0.986700 15.34628 0.150880 0.983167

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 10.07306167 3.35768722 147.50 <.0001 blok 2 0.05998217 0.02999108 1.32 0.3355

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 10.07306167 3.35768722 147.50 <.0001 blok 2 0.05998217 0.02999108 1.32 0.3355

Hasil Analisis Ragam The GLM Procedure t Tests (LSD) for persen_ca

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 6 Error Mean Square 0.022765 Critical Value of t 2.44691 Least Significant Difference 0.3014

Means with the same letter are not significantly different.

t Grouping Mean N domba A 2.5700 3 R3 B 0.4677 3 R1 B 0.4513 3 R2 B 0.4437 3 RO

50 Lampiran 16 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap absorpsi P

The GLM Procedure Dependent Variable: persen_p

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.32030008 0.06406002 0.90 0.5339 Error 6 0.42480883 0.07080147

Corrected Total 11 0.74510892

R-Square Coeff Var Root MSE persen_p Mean 0.429870 29.96177 0.266085 0.888083

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.26239492 0.08746497 1.24 0.3762 blok 2 0.05790517 0.02895258 0.41 0.6816

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.26239492 0.08746497 1.24 0.3762 blok 2 0.05790517 0.02895258 0.41 0.6816

Lampiran 17 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap absorpsi Mg

The GLM Procedure

Dependent Variable: persen_mg

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.00983875 0.00196775 1.35 0.3586 Error 6 0.00874617 0.00145769

Corrected Total 11 0.01858492

R-Square Coeff Var Root MSE persen_mg Mean 0.529394 15.90271 0.038180 0.240083

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.00833158 0.00277719 1.91 0.2299 blok 2 0.00150717 0.00075358 0.52 0.6207

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.00833158 0.00277719 1.91 0.2299 blok 2 0.00150717 0.00075358 0.52 0.6207

51 Lampiran 18 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap absorpsi Zn

The GLM Procedure Dependent Variable: persen_zn

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.00983875 0.00196775 1.35 0.3586 Error 6 0.00874617 0.00145769

Corrected Total 11 0.01858492

R-Square Coeff Var Root MSE persen_mg Mean 0.529394 15.90271 0.038180 0.240083

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.00833158 0.00277719 1.91 0.2299 blok 2 0.00150717 0.00075358 0.52 0.6207

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 0.00833158 0.00277719 1.91 0.2299 blok 2 0.00150717 0.00075358 0.52 0.6207

Lampiran 19 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pH urine

The GLM Procedure

Dependent Variable: pH_urine

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 1.76575000 0.35315000 1.60 0.2915 Error 6 1.32835000 0.22139167

Corrected Total 11 3.09410000

R-Square Coeff Var Root MSE pH_urine Mean 0.570683 5.480754 0.470523 8.585000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 1.74950000 0.58316667 2.63 0.1444 blok 2 0.01625000 0.00812500 0.04 0.9642

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 1.74950000 0.58316667 2.63 0.1444 blok 2 0.01625000 0.00812500 0.04 0.9642

52 Lampiran 20 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi urine

The GLM Procedure Dependent Variable: prod_urine

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 1354683.583 270936.717 2.92 0.1124 Error 6 557107.333 92851.222

Corrected Total 11 1911790.917

R-Square Coeff Var Root MSE prod_urine Mean 0.708594 34.92769 304.7150 872.4167

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 1244498.917 414832.972 4.47 0.0566 blok 2 110184.667 55092.333 0.59 0.5819

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 1244498.917 414832.972 4.47 0.0566 blok 2 110184.667 55092.333 0.59 0.5819

Lampiran 21 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap PBB

The GLM Procedure

Dependent Variable: pbb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 1082.897839 216.579568 0.25 0.9203 Error 5 4254.368815 850.873763

Corrected Total 10 5337.266655

R-Square Coeff Var Root MSE pbb Mean 0.202894 52.89513 29.16974 55.14636

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 689.6057212 229.8685737 0.27 0.8448 blok 2 393.2921181 196.6460590 0.23 0.8017

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F domba 3 782.0811264 260.6937088 0.31 0.8205 blok 2 393.2921181 196.6460590 0.23 0.8017

53 Lampiran 22 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap volume semen

Dokumen terkait