• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam dokumen FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTI (Halaman 94-108)

VII. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUH

7.2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Pada model regresi awal terlihat adanya masalah multikolinier antara variabel usia (X1) dan variabel masa kerja (X4). Masalah multikolinieritas tersebut diatasi dengan mengeluarkan variabel X1 sehingga diperoleh model regresi akhir yang tidak mengalami masalah multikolineritas. Hasil analisis model regresi akhir selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Persamaan model regresi akhir yang dihasilkan :

Y = 50.7 - 5.07 D2 - 2.39 D3 - 0.233 X4 - 4.70 X5 + 7.84 D6 - 0.000001 X7 - 0.25 X8 - 1.41 D9 + 2.28 D10 - 0.55 D11 - 5.06 X12 + 10.7 D13 + 1.75 X14 + 0.000022 X15 - 0.899 X16 - 3.54 X17 - 7.79 X18 + 0.892 X19 - 0.540 X20 + 0.391 X21 + 0.673 X22 - 0.361 X23 - 0.657 X24

Keterandalan dari model regresi akhir yang diperoleh dapat dilihat dari koefisien determinasi (R-Sq) yang diperoleh sebesar 85.9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variasi nilai produktivitas kerja dapat dijelaskan 85.9 persen oleh variasi dari nilai faktor- faktor produktivitas kerja dalam model regresi akhir, sedangkan 14.1 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi akhir ini.

Dari hasil analisis regresi akhir, nilai F-hitung dapat digunakan untuk menguji pengaruh faktor- faktor produktivitas kerja terhadap produktivitas kerja secara simultan. Nilai F-hitung (9.27) jauh lebih besar dari pada nilai F5%(23,35)

(1.8425) dengan tingkat signifikan 0.000 jauh lebih kecil dari pada 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa dari 23 faktor- faktor produktivitas kerja yang dilibatkan dalam model regresi akhir ini terdapat paling sedikit satu faktor produktivitas kerja yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Pengaruh variabel bebas secara parsial dapat diuji dengan menggunakan uji t-hitung dan nilai P dari masing- masing variabel bebas. Nilai kritis distribusi t- tabel (t5%(35)) sebesar 2.0315. Jika nilai t-hitung suatu variabel bebas lebih besar dari t-tabel dan nilai P variabel bebas tersebut lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis nol akan ditolak artinya variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas pada selang kepercayaan 95 persen. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen adalah status pernikahan, ijin sakit, pelatihan kerja di luar PT. Intirub, persepsi tugas pekerjaan, pendapatan tambahan dari luar, peringatan tertulis, ketidakhadiran tanpa keterangan, kendala ketersediaan bahan baku, dan kendala kelancaran mesin. Dari sembilan variabel bebas yang berpengaruh nyata tersebut hanya tiga variabel bebas yang nyata pada selang kepercayaan 99 persen yaitu pelatihan kerja di luar, ketidakhadiran tanpa keterangan dan kendala ketersediaan bahan baku. Hal ini dapat dilihat dari nilai P yang lebih kecil dari 0.01 dan nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (t1%(35)) sebesar 2.724.

7.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja 7.3.1.Faktor Ketrampilan

Faktor ketrampilan diukur oleh variabel usia (X1), jenjang pendidikan (D2), masa kerja (X4), pengalaman kerja di industri ban (X5), dan pelatihan kerja di luar PT. Intirub (D13). Dari kelima variabel ini, hanya variabel pelatihan kerja di luar PT. Intirub yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini dapat dilihat dari nilai T-hitung (2.86) yang lebih besar dari T- tabel (2.72) dan nilai P (0.007) yang lebih kecil dari 1 persen.

Variabel usia (X1) memiliki masalah multikolinieritas dengan variabel masa kerja (X4) sehingga variabel usia dikeluarkan dari model untuk mengatasi masalah multikolinieritas. Berdasarkan hasil analisis regresi awal, nilai koefisien regresi variabel usia bertanda positif artinya semakin bertambah usia seorang pekerja maka produktivitas kerja semakin tinggi. Hal ini dikarenakan usia responden tidak ada yang lebih dari 50 tahun sehingga masih dapat dikatakan produktif.

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Ketrampilan

Variabel Koefisien T-hitung P D2 (Pendidikan) -5.07 -0.92 0.364 X4 (Masa kerja) -0.233 -0.80 0.431 X5 (Pengalaman kerja) -4.703 -1.13 0.266 D13 (Pelatihan kerja) 10.651 2.86 *0.007

Keterangan : * nyata pada taraf kepercayaan 99 persen

Variabel usia memiliki korelasi yang tinggi terhadap variabel masa kerja. Hal ini dikarenakan pekerja yang usianya tua memiliki masa kerja yang lama, begitu pula dengan pekerja yang masih muda juga memiliki masa kerja yang masih singkat. Hal ini berarti semakin tinggi usia seorang pekerja menunjukkan masa kerja yang semakin lama. Besarnya pengaruh usia pekerja terhadap

produktivitas kerja sebetulnya sudah dapat diwakili oleh variabel masa kerja. Akan tetapi, masa kerja ternyata juga tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Pengaruh negatif koefisien X4 tidak sesuai dengan hipotesis awal. Masa kerja yang lama memang meningkatkan produktivitas kerja karena didukung pengalaman pekerjaan. Akan tetapi masa kerja yang terlalu lama akan menurunkan produktivitas kerja karena rutinitas pekerjaan yang sudah menimbulkan kejenuhan. Hal ini menyebabkan masa kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja.

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah responden yang tamat SLTP dan tamat SMU tidak sebanding. Pengaruh negatif koefisien D2 tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini dikarenakan karakteristik pekerjaan di bagian Tire Building khususnya operator merupakan pekerjaan kasar yang lebih memerlukan tenaga fisik dan ketrampilan dari pada ilmu pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, perusahaan lebih mementingkan pengalaman kerja dan pengabdian yang tinggi terhadap perusahaan sehingga kriteria tingkat pendidikan bukan menjadi kriteria awal dalam perekrutan pekerja lini bawah (khususnya pekerja pabrik). Oleh karena itu, perusahaan masih mempekerjakan pekerja lulusan SLTP yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun.

Pengalaman kerja di industri ban tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hal ini dikarenakan dari 18 orang pekerja yang pernah bekerja di industri ban sebelumnya hanya satu orang yang memiliki pengalaman kerja paling lama dua tahun, sedangkan beberapa diantaranya kurang dari satu tahun/ Pengalaman kerja yang relatif singkat belum dapat mengukur pengaruh

ketrampilan pekerja tersebut sehingga pengaruhnya tidak nyata terhadap produktivitas kerja.

Pelatihan kerja di luar PT. Intirub lebih berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Pengaruh positif pelatihan kerja di luar terlihat dari perbedaan produktivitas kerja antara seorang pekerja yang pernah menerima pelatihan di luar dan pekerja yang belum pernah sebesar 10.65 persen dengan asumsi ceteris paribus dimana produktivitas pekerja yang pernah menerima pelatihan kerja di luar lebih tinggi dari produktivitas pekerja yang belum pernah menerima. PT. Intirub juga memberikan pelatihan kerja pada awal masa kerja. Akan tetapi, produktivitas pekerja yang sebelumnya pernah mengikuti pelatihan kerja di luar ternyata lebih tinggi dari pada produktivitas pekerja yang belum pernah mengikuti pelatihan kerja di luar. Pelatihan kerja di luar yang pernah diterima responden antara lain berasal dari perusahaan atau organisasi tempat bekerja sebelumnya, praktek lapangan dari sekolah (SMK/STM), atau dari pekerjaan sampingan.

7.3.2.Faktor Dorongan Keluarga

Faktor dorongan keluarga diukur oleh variabel status pernikahan, pendapatan istri, dan jumlah tanggungan keluarga. Dari ketiga variabel tersebut, hanya variabel status pernikahan yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini ditunjukkan dari nilai T- hitung (2.07) yang lebih besar dari T-tabel (2.032) dan nilai P (0.046) lebih kecil dari 5 persen (Tabel 17). Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Dorongan Keluarga

Variabel Koefisien T-hitung P D6 (Status pernikahan) 7.845 2.07 **0.046 X7 (Pendapatan istri) -1.18E-06 -0.22 0.830 X8 (Tanggungan keluarga) -0.246 -0.17 0.868

Perbedaan produktivitas kerja antara seorang pekerja yang telah menikah dan pekerja yang belum menikah sebesar 7.84 persen dengan asumsi ceteris paribus dimana produktivitas pekerja yang telah menikah lebih tinggi dari produktivitas pekerja yang belum menikah. Pengaruh positif ini karena adanya dorongan dari keluarga untuk terus bekerja lebih tekun, dimana pekerja berperan sebagai kepala rumah tangga. Hal ini berbeda dengan pekerja yang belum menikah dimana tanggung jawabnya lebih kecil dari pekerja yang telah menikah.

Berdasarkan hasil kuisioner dari 38 responden yang telah menikah, hanya 15 pekerja yang memiliki istri bekerja. Besarnya pendapatan istri pekerja ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hubungan negatif dari pendapatan istri pekerja dan produktivitas pekerja menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan istri pekerja maka tanggungan keluarga yang ditanggung pekerja tersebut semakin berkurang. Akibatnya, produktivitas kerjanya akan lebih rendah dari pekerja yang tidak memiliki istri yang bekerja atau pekerja yang belum menikah.

Jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hubungan negatifnya terhadap produktivitas kerja juga tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini dikarenakan jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga empat orang hanya tiga responden, sedangkan responden yang memiliki tanggungan keluarga tiga orang hanya lima responden. Jumlah ini tidak sebanding dengan responden yang memiliki tanggungan di bawah dua orang dan tidak memiliki tanggungan yaitu sebanyak 51 responden.

7.3.3.Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan diukur oleh variabel Indeks Massa Tubuh, frekunsi penyakit ringan, penyakit berat, dan banyaknya ijin sakit. Dari keempat variabel ini, hanya variabel banyaknya ijin sakit yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini dilihat dari nilai T- hitung (-2.68) yang lebih besar dari T-tabel (2.032) dan nilai P (0.011) yang lebih kecil dari 5 persen.

Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Kesehatan

Variabel Koefisien T-hitung P D9 (Indeks Massa Tubuh) -1.415 -0.41 0.683 D10 (Penyakit ringan) 2.284 0.67 0.507 D11 (Penyakit berat) -0.554 -0.15 0.880 X12 (Ijin sakit) -5.059 -2.68 **0.011

Keterangan : ** nyata pada taraf kepercayaan 95 persen

Pengaruh negatif koefisien X12 menunjukkan bahwa peningkatan absensi sakit seorang pekerja sebesar satu hari akan menurunkan produktivitas kerjanya sebesar 5.06 persen (Tabel 18). Berdasarkan data absensi, 19 responden pernah tidak masuk kerja karena sakit. Oleh karena itu, data absensi dapat digunakan untuk mengontrol tingkat kesehatan pekerja sehingga penurunan produktivitas kerja dapat segera dihindari.

Konsep kesehatan juga diukur dengan variabel IMT, penyakit ringan, dan penyakit berat. Akan tetapi hanya variabel ijin sakit yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hal ini disebabkan variabel ijin sakit diukur berdasarkan jumlah absensi sakit seorang pekerja selama bulan Mei 2006, sedangkan variabel IMT, penyakit ringan, dan penyakit berat diukur dengan kuisioner. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden berpendapat bahwa penyakit ringan yang sering dialaminya belum menjadi hambatan yang

berarti dalam melakukan tugas pekerjaan, begitu juga dengan penyakit berat. Oleh karena itu, pengukuran faktor kesehatan yang lebih akurat dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan bantuan tenaga medis.

7.3.4.Faktor Sistem Kerja

Faktor sistem kerja diukur oleh variabel status kerja (D3) dan persepsi pekerja terhadap tugas pekerjaannya sebagai operator Tire Building (X14). Dari kedua variabel tersebut, hanya faktor persepsi pekerja terhadap tugas pekerjaan yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini dilihat dari nilai T-hitung (2.25) yang lebih besar dari T-tabel (2.302) dan nilai P (0.03) yang lebih kecil dari 5 persen.

Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Sistem Kerja

Variabel Koefisien T-hitung P D3 (status kerja) -2.394 -0.67 0.506 X14 (persepsi tugas pekerjaan) 1.7542 2.25 **0.031

Keterangan : ** nyata pada taraf kepercayaan 95 persen

Pengaruh positif koefisien X14 telah sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi kepuasan seorang pekerja terhadap tugas pekerjaannya maka produktivitas kerjanya akan meningkat. Peningkatan kepuasan pekerja terhadap tugas pekerjaannya (bertambahnya satu skor dari total skor tugas pekerjaan) akan meningkatkan produktivitas kerjanya sebesar 1.75 persen dengan asumsi ceteris paribus. Karakteristik tugas pekerjaan yang diukur meliputi kebanggaan pekerja terhadap status pekerjaanya sebagai operator, tingkat kejenuhan yang dihadapi, tantangan dalam pekerjaan, dan urutan (tahap kerja) dalam pabrik.

Status kerja tidak berpenga ruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hal ini dikarenakan selisih rata-rata produktivitas kerja pekerja tetap dan pekerja kontrak

yang tidak terlalu besar. Produktivitas kerja operator tetap dipengaruhi oleh lamanya masa kerja dan perbedaan tunjangan yang diperoleh, sedangkan produktivitas kerja operator kontrak dipengaruhi oleh usia pekerja yang masih muda, tingkat kejenuhan yang masih rendah, dan semangat kerja yang masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa status kerja tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja.

7.3.5.Faktor Pendapatan

Faktor pendapatan diukur oleh variabel pendapatan tambahan dari luar (X15) dan persepsi pekerja terhadap kepuasan pendapatan yang diterimanya dari PT. Intirub (X16). Dari kedua variabel ini, hanya X15 yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini ditunjukkan dari nilai T- hitung (2.14) yang lebih besar dari T-tabel (2.032) dan nilai P (0.04) yang lebih kecil dari 5 persen.

Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Akhir terhadap Faktor Pendapatan

Variabel Koefisien T-hitung P X15 (Pendapatan tambahan) 0.000022 2.14 **0.040 X16 (Kepuasan pendapatan) -0.8985 -0.92 0.364

Keterangan : ** nyata pada taraf kepercayaan 95 persen

Peningkatan pendapatan tambahan seorang pekerja sebesar satu rupiah akan meningkatkan produktivitas kerjanya sebesar 0.000022 persen dengan asumsi

ceteris paribus. Dengan kata lain, jika pendapatan tambahannya meningkat sebesar Rp 100,000 maka produktivitas kerja seorang pekerja akan meningkat sebesar 2.20 persen. Pengaruh positif tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan maka semakin rendah produktivitas kerjanya. Besarnya pendapatan tambahan yang diterima seorang pekerja dari pekerjaan sampingan dapat

menunjukkan bahwa pekerja tersebut memiliki jiwa dan semangat kerja yang tinggi sehingga pendapatan tambahan dapat berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Berdasarkan hasil wawancara, pekerjaan sampingan yang dikerjakan beberapa responden antara lain buruh bangunan, ojek motor, bengkel, jual beli motor, tukang service AC, dan pekerjaan lainnya yang tidak full time dan pendapatannya tidak menentu setiap bulannya.

Kepuasan pekerja terhadap pendapatan yang diterimanya dari PT. Intirub tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karena sebagian besar responden telah puas terhadap pendapatan yang diterimanya. Selain itu, pengaruh kepuasan pendapatan sangat dipengaruhi oleh faktor dorongan keluarga, status kerja, dan masa kerja sehingga kepuasan pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja.

7.3.6.Faktor Disiplin Kerja

Faktor disiplin kerja diukur oleh variabel peringatan tertulis (X17), ketidakhadiran tanpa keterangan (X18), dan persepsi pekerja terhadap disiplin kerja (X19). Dari ketiga variabel ini, variabel peringatan tertulis dan ketidakhadiran tanpa keterangan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja. Hal ini dapat dilihat dari Tabel, hanya nilai ¦ T- hitung¦ variabel X19 yang lebih kecil dari T-tabel (2.032) dan nilai P (0.28) yang lebih besar dari 5 persen, artinya persepsi pekerja terhadap disiplin kerja (X19) tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja.

Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Disiplin Kerja

Variabel Koefisien T-hitung T-tabel P X17 (Peringatan tertulis) -3.536 -2.37 2.032 **0.024 X18 (Ketidakhadiran tanpa keterangan) -7.791 -3.34 2.724 *0.002 X19 (Persepsi disiplin kerja) 0.8925 1.10 2.032 0.280

Keterangan : ** nyata pada taraf kepercayaan 95 persen * nyata pada taraf kepercayaan 99 persen

Peningkatan jenis peringatan tertulis yang diterima seorang pekerja sebesar satu tingkat akan menurunkan produktivitas kerjanya sebesar 3.54 persen dengan asumsi ceteris paribus. Pengaruh negatif ini telah sesuai dengan hipotesis awal. Pemberian peringatan tertulis (PT) memiliki jangka waktu enam bulan. Jika seorang pekerja menerima PT I maka pekerja tersebut akan dikontrol tugas pekerjaannya selama enam bulan sejak PT I diberikan. Dalam waktu enam bulan, seorang pekerja tidak boleh melakukan pelanggaran, jika terjadi pelanggaran maka pekerja tersebut akan diberi PT II, jika masih melakukan pelanggaran kembali maka dikenakan PT III. Pekerja yang tidak melakukan kesalahan kembali dalam waktu enam bulan maka pada perode enam bulan berikutnya pekerja tersebut akan menerima PT I (bukan PT II) jika melakukan pelanggaran.

Peningkatan ketidakhadiran seorang pekerja sebesar satu hari akan menurunkan produktivitas kerjanya sebesar 7.79 persen dengan asumsi ceteris paribus (Tabel 21). Pengaruh negatif ini telah sesuai dengan hipotesis awal. Ketidakhadiran tanpa keterangan dilihat dari data absensi pekerja. Pekerja yang tidak hadir satu shift kerja penuh menunjukkan rendahnya jiwa disiplin pekerja. Selain rendahnya jiwa disiplin pekerja, pekerja yang tidak hadir setengah shift menunjukkan kondisi pabrik yang tidak tertib dan kurangnya pengawasan shift foreman terhadap operator. Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan pengawasan terhadap pekerja untuk mencegah meningkatnya kemangkiran kerja.

Persepsi pekerja terhadap disiplin kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karena sebagian besar responden berpendapat bahwa disiplin kerja perusahaan sudah memuaskan. Hal ini menunjukkan disiplin kerja suatu perusahaan belum dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja jika menggunakan kuisioner denngan pengukuran skala Lkert tiga.

7.3.7.Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja diukur oleh variabel persepsi pekerja terhadap kondisi fisik kerja (X20), hubungan sesama rekan kerja (X21), dan hubungan kepemimpinan (X22). Ketiga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 22 yang menunjukkan nilai T- hitung yang lebih kecil dari T-tabel (2.032) dan nilai P yang lebih besar dari 5 persen.

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Lingkungan Kerja

Variabel Koefisien T-hitung P X20 (Kondisi fisik) -0.5402 -0.94 0.352 X21 (Hubungan rekan kerja) 0.391 0.48 0.634 X22 (Hubungan kepemimpinan) 0.6731 1.34 0.188

Kondisi fisik tempat kerja (X20) tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building karena kondisi fisik pabrik sudah cukup memuaskan responden, hanya tiga orang yang tidak puas. Kondisi kenyamanan, ketenangan, kebersihan, keamanan, dan fasilitas keselamatan kerja ternyata tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja.

Hubungan sesama rekan kerja (X21) juga tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building karena karakteristik tugas pekerjaan operator Tire Building yang berbeda dengan operator lainnya. Meskipun tidak ada satupun responden yang berpendapat hubungan sesama rekan terjalin tidak erat,

produktivitas kerja mereka tidak dipengaruhi oleh hubungan rekan kerja. Operator pada seksi-seksi lain bekerja secara tim (kelompok) dalam mengoperasikan mesin sehingga adanya konflik dalam hubungan rekan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sedangkan operator Tire Building merakit komponen- komponen ban mentah secara individu sehingga dekat atau tidaknya hubungan rekan kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.

Sebagian besar responden berpendapat bahwa hubungan kepemimpinan di Seksi Tire Building bersifat netral artinya tidak terlalu otoriter dan tidak terlalu demokratis. Karakteristik tugas pekerjaan pada manajemen lini bawah mengharuskan hubungan kepemimpinan yang bersifat netral atau otoriter sehingga hubungan kepemimpinan yang bersifat demokratis tidak dapat meningkatkan produktivitas kerja operator.

Faktor lingkungan kerja tidak mampu menunjukkan atau menjelaskan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran faktor lingkungan kerja dengan menggunakan kuisoner berskala Likert tiga belum dapat mengukur faktor lingkungan kerja secara akurat.

7.3.8.Faktor Sarana Produksi

Faktor sarana produksi diukur oleh variabel kendala ketersediaan bahan baku (X23) dan kendala kelancaran mesin (X24). Kedua variabel ini berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja Seksi Tire Building. Hal ini dapat dilihat dari Tabel yang menunjukkan nilai ¦ T-hitung¦ yang lebih besar dari T-tabel dan nilai P yang lebih kecil dari a.

Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Sarana Produksi

Variabel Koefisien T-hitung T-tabel P a X23 (Kendala bahan baku) -0.3606 -2.89 2.724 *0.007 1 persen X24 (Kendala mesin) -0.6572 -2.65 2.032 **0.012 5 persen

Keterangan : ** nyata pada taraf kepercayaan 95 persen * nyata pada taraf kepercayaan 99 persen

Nilai negatif dari koefisien variabel X23 telah sesuai dengan hipotesis awal. Peningkatan kendala ketersediaan bahan baku yang dihadapi seorang pekerja sebesar satu persen akan menurunkan produktivitas kerjanya sebesar 0.36 persen dengan asumsi ceteris paribus. Untuk mengatasi penurunan produktivitas kerja, PT. Intirub hendaknya segera mengatasi hambatan dalam penyediaan bahan baku. Berdasarkan hasil wawancara, ketersediaan bahan baku merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas perusahaan. Bila dilihat dari laporan produksi harian, jumlah hari kerja selama bulan Mei 2006 hanya 17 hari, sedangkan hari kerja pabrik seharusnya 25 hari pada bulan Mei 2006. Pabrik diliburkan selama delapan hari tersebut karena bahan baku yang tidak tersedia terutama karet. Oleh karena itu, pengendalian persediaan bahan baku merupakan masalah yang sangat berkaitan dengan produktivitas kerja.

Nilai negatif dari koefisien variabel X24 telah sesuai dengan hipotesis awal. Peningkatan kendala kelancaran mesin yang dihadapi seorang pekerja sebesar satu persen dapat menurunkan produktivitas kerjanya sebesar 0.66 persen dengan asumsi ceteris paribus. Berdasarkan laporan produksi harian, kendala kelancaran mesin yang sering terjadi antara lain komponen-komponen mesin yang sering lepas, mesin berputar lambat (tidak kuat berputar), dan mesin yang sering macet. Penggantian mesin- mesin yang sudah tidak produktif hendaknya menjadi salah satu pertimbangan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja.

Dalam dokumen FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTI (Halaman 94-108)

Dokumen terkait