• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTI"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT. INTIRUB, JAKARTA

Oleh :

ISMAIDA HERNALYTA SORMIN A14102003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

ISMAIDA HERNALYTA SORMIN. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Seksi Tire Building Di Departemen Produksi PT. Intirub, Jakarta. Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI.

Memasuki era globalisasi dan persaingan pasar yang semakin ketat, perlu adanya pengembangan agroindustri yang berdaya saing kuat. Suatu perusahaan agroindustri dapat bersaing dan bertahan jika perusahaan mampu mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya. PT. Intirub sebagai salah satu perusahaan agroindustri yang bergerak dalam bidang industri ban ternyata mengalami masalah penurunan produktivitas tenaga kerja. Selama lima tahun terakhir, produktivitas tenaga kerjanya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2001 – 2004, namun pada tahun 2005 produktivitas tenaga kerjanya mengalami penurunan. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dari tahun 2001-2002 sebesar 2.5 persen, dari tahun 2002-2003 sebesar 13 persen, dari tahun 2003-2004 sebesar 3.6 persen. Penurunan produktivitas kerja dari tahun 2004-2005 sebesar enam persen. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Intirub perlu mencermati masalah produktivas kerja yang mengalami penurunan pada setahun terakhir ini. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub, dan 2) Menganalisis pengaruh faktor-faktor produktivitas kerja terhadap tingkat produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Intirub dengan pertimbangan bahwa PT. Intirub merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor agroindustri yang di dalam kegiatan operasionalnya berorientasi pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan pada operator seksi Tire Building di Departemen Produksi. Data sekunder diperoleh dari komposisi tenaga kerja, formasi kerja Departemen Produksi, laporan hasil produksi seksi Tire Building, absensi operator Tire Building, laporan hasil penjualan, produksi, persediaan ban, dan berbagai literatur perusahaan lainnya, data dari BPS, Depnakertrans, DPN, APINDO, Asian Productivity Organization (APO), serta berbagai situs website

terkait lainnya. Sampel dalam penelitian ini adalah operator Tire Building yang terdiri dari operatorGPC (radial), operatorU2 (truk/bus), dan operatorCeko (mini light truk, ultra light truk, light truk, dan passanger). Jumlah operator Tire Building yang bertugas merakit ban mentah di PT. Intirub sebanyak 59 orang.

(3)

Analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel berpengaruh (X) yaitu faktor- faktor produktivitas pekerja dengan variabel terpengaruh (Y) yaitu tingkat produktivitas pekerja per individu.

Karakteristik responden menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kerja operator Tire Building mencapai 64.06 persen. Rata-rata usia operator adalah 29.7 tahun dengan masa kerja rata-rata 6.6 tahun, dan sebagian besar telah menikah dengan tanggungan keluarga terbanyak 1-2 orang. Sebagian besar operator Tire Building berpendidikan SMU, berstatus pekerja tetap, dan memiliki status gizi (IMT) normal. Sebagian besar operator pernah mendapat pelatihan kerja di luar PT. Intirub, tetapi hanya 18 operator yang pernah bekerja di industri ban sebelumnya. Sebagian besar operator Tire Building berpendapat bahwa tugas pekerjaannya memuaskan, pendapatan yang diterima memuaskan, disiplin kerja perusahaan memuaskan, kondisi fisik PT. Intirub memuaskan, hubungan rekan kerja terjalin erat, dan hubungan kepemimpinan bersifat demokratis. Operator Tire Building menghadapi rata-rata kendala ketersediaan bahan baku mencapai 17.88 persen dan rata-rata kendala kelancaran mesin mencapai 2.64 persen.

Hasil analisis model regresi awal menga lami masalah multikolinieritas yang ditunjukkan pada nilai VIF variabel usia dan masa kerja yang lebih besar dari sepuluh sehingga variabel usia dihilangkan pada analisis model regresi akhir untuk mengatasi masalah multikolinieritas. Keterandalan dari model regresi akhir sebesar 85.9 persen yang menunjukkan bahwa variasi nilai produktivitas kerja dapat dijelaskan 85.9 persen oleh variasi dari nilai faktor-faktor produktivitas kerja dalam model regresi akhir, sedangkan 14.1 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi akhir ini. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, faktor- faktor yang berpengaruh positif dan nyata adalah pelatihan kerja di luar PT. Intirub, status pernikahan, persepsi terhadap tugas pekerjaan, dan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh negatif dan nyata adalah banyaknya ijin sakit, jenis peringatan tertulis, banyaknya ketidakhadiran tanpa keterangan, kendala ketersediaan bahan baku, dan kendala kelancaran mesin. Dari sembilan faktor-faktor yang berpengaruh nyata tersebut hanya tiga faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen yaitu pelatihan kerja di luar PT. Intirub, banyaknya ketidakhadiran tanpa keterangan, dan kendala ketersediaan bahan baku.

(4)

kerja, hubungan kepemimpinan, kendala ketersediaan bahan baku, dan kendala kelancaran mesin.

(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKTIVITAS KERJA SEKSI TIRE BUILDING

DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT. INTIRUB, JAKARTA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Ismaida Hernalyta Sormin A14102003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI ADALAH BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN, KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 20 Agustus 1984, dari pasangan Parsaoran Marjoka Sormin dan Rufty Heryna Sianipar. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar PIUS Pekalongan pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PIUS Pekalongan pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Pekalongan pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Seksi Tire Building Di Departemen Produksi PT. Intirub, Jakarta" ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan topik skripsi ini didasarkan pada kondisi tenaga kerja PT. Intirub yang mulai mengalami penurunan produktivitas kerja. Melalui penelitian ini diharapkan perusahaan dapat lebih memperhatikan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga produktivitas perusahaan dapat lebih ditingkatkan.

Karya ilmiah ini merupakan upaya terbaik penulis, namun penulis menyadari skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan, penelitian selanjutnya, dan semua pihak-pihak yang membut uhkan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis, serta memberikan banyak pengetahuan yang berharga kepada penulis.

(9)

ii

4. Pihak manajemen PT. Intirub, Bapak Suwondo selaku Manajer bagian SDM, Bapak Sri Hadi, staf-staf bagian SDM, staf-staf bagian produksi, dan seluruh operator Tire Building atas kesediaannya meluangkan waktu dan memberikan informasi- informasi yang mendukung penulisan skripsi ini.

5. P.M. Sormin Siregar dan R.H. Sianipar selaku orangtua tercinta yang selalu memberikan doa restu dan kasih sayang, kakakku Fitryda H.S.I. Sormin, SE, dan adik-adikku Simon, Martthauly, Yohanes, yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menjadi yang lebih baik.

6. Seluruh keluarga besar Ompung Patiar Sormin dan Ompung Parlaungan Sianipar yang selalu mendoakan, mendukung, serta membantu selama proses belajar di IPB.

7. Sahabat-sahabat yang selalu bersamaku dalam suka dan duka : Murni, Demak, Disney, dan Asyanna, yang telah memberikan banyak pengalaman-pengalaman berharga selama di IPB. Itan, Kak Anna, Maurin, Grace, Adit, Yugo, Eko, dan Pamungkas yang selalu memberikan semangat.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, September 2006

(10)

iii

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Produktivitas Kerja ... 10

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Motivasi ... 13

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Hubungan Kompensasi, Motivasi, dan Produktivitas Kerja ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Pengertian Produktivitas ... 18

3.2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 20

3.2.1. Pengertian Produktivitas Tenaga Kerja ... 20

3.2.2. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja ... 21

3.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 29

4.4. Metode Pengambilan Sampel ... 30

4.5. Metode Pengolahan Data ... 32

(11)

iv

4.6.3. Analisis Regresi Komponen Utama ... 40

4.7. Definisi Operasional ... 41

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 48

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 48

5.2. Lokasi Perusahaan dan Fasilitas Penunjang ... 51

5.3. Struktur Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia ... 52

5.3.1. Kuantitas Sumber Daya Manusia ... 53

5.3.2. Kualitas Sumber Daya Manusia ... 54

5.3.3. Kesejahteraan Sumber Daya Manusia ... 56

5.4. Produksi ... 57

5.5. Pemasaran ... 59

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 61

6.1. Tingkat Produktivitas Kerja ... 61

6.2. Faktor Ketrampilan ... 62

6.3. Faktor Dorongan Keluarga ... 65

6.4. Faktor Kesehatan ... 66

6.5. Faktor Sistem Kerja ... 68

6.6. Faktor Pendapatan ... 69

6.7. Faktor Disiplin Kerja ... 71

6.8. Faktor Lingkungan Kerja ... 73

6.9. Faktor Sarana Produksi ... 74

VII. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA SEKSI TIRE BUILDING ... 76

7.1. Pengujian Asumsi Utama Analisis Regresi Linier Berganda ... 76

7.2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 78

7.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 80

7.3.1. Faktor Ketrampilan ... 80

7.3.2. Faktor Dorongan Keluarga ... 82

(12)

v

7.3.6. Faktor Disiplin Kerja ... 87

7.3.7. Faktor Lingkungan Kerja ... 89

7.3.8. Faktor Sarana Produksi ... 90

7.4. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama ... 92

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

8.1. Kesimpulan ... 96

8.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(13)

vi

Nomor Halaman

1. Kontribusi dari Pertumbuhan TFP terhadap Pertumbuhan GDP

(dalam satuan persen) ... 2

2. Jumlah Produksi, Penjualan, dan Persediaan PT. Intirub tahun 1999- 2005 (dalam satuan unit) ... 5

3. Komposisi Tenaga Kerja Langsung di Departemen Produksi PT. Intirub ... 30

4. Komposisi Operator Seksi Tire Building di Departemen Produksi PT. Intirub ... 31

5. Komposisi Tenaga Kerja PT. Intirub Berdasarkan Jabatan ... 54

6. Komposisi Tenaga Kerja PT. Intirub Berdasarkan Jenjang Pendidikan (tidak termasuk manajemen lini atas) ... 55

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Produktivitas Kerja ... 61

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Ketrampilan ... 63

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Dorongan Keluarga ... 65

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Kesehatan ... 67

11. Karakteristik Responden Be rdasarkan Faktor Sistem Kerja ... 69

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pendapatan ... 70

13. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Disiplin Kerja ... 71

14. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Kerja ... 73

15. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Sarana Produksi ... 75

16. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Ketrampilan ... 80

17. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Dorongan Keluarga ... 82

18. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Kesehatan ... 84

19. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Sistem Kerja ... 85

20. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Pendapatan ... 86

21. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Disiplin Kerja ... 88

22. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Lingkungan Kerja ... 89

23. Hasil Analisis Regresi Akhir dari Faktor Sarana Produksi ... 91

(14)

vii

(15)

viii

Nomor Halaman

1. Produktivitas Tenaga Kerja di Industri Pengolahan pada Negara-Negara

Perekonomian di Asia tahun 1980-2001 (dalam 1,000 US$)... 3

2. Perkembangan Volume Produksi PT. Intirub tahun 1999-2005 (dalam satuan unit) ... 5

3. Produktivitas Kerja Operator dan Tenaga Kerja PT. Intirub ... 7

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja ... 27

5. Plot antara Standardized Residual dengan Fitted Value (Y) ... 76

(16)

ix

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT. Intirub, Jakarta ... 103

2. Kuisioner ... 104

3. Data Produktivitas Kerja dan Faktor-Faktor Produktivitas Kerja ... 109

4. Hasil Nilai Korelasi Pearson ... 113

5. Hasil Analisis Model Regresi Awal (masalah multikolinieritas) ... 115

6. Hasil Analisis Model Regresi Akhir ... 116

7. Hasil Analisis Komponen Utama ... 117

8. Scree Plot Eigenvalue dari Correlation Matrix dan Covariance Matrix ... 118

9. Skor Tiga Komponen Utama ... 119

10. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama ... 121

11. Hasil Analisis Regresi PCR dengan Variabel Asal ... 121

(17)

1.1. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan persaingan pasar yang semakin ketat, perlu adanya pengembangan agroindustri yang berdaya saing kuat. Beberapa keunggulan sektor agroindustri adalah menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif, dan dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah yang banyak sehingga dapat memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan sistem ekonomi yang semakin terbuka, suatu perusahaan agroindustri dapat bersaing dan bertahan jika perusahaan mampu mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya.

Secara makro ekonomi, produktivitas terkait dengan Gross Domestic Product (GDP) dari sebuah negara. GDP dapat digunakan untuk menghitung seberapa besar Total Factor Productivity (TFP) dari sebuah negara. TFP menggambarkan sejauh mana modal dan tenaga kerja dapat bersinergi sehingga menghasilkan output yang lebih besar. Berdasarkan data Asian Productivity Organization (2004) dalam Nugroho (2005), bagi negara- negara yang telah maju seperti Jepang dan Cina, peran TFP (produktivitas) terhadap pertumbuhan GDP menunjukkan nilai positif. Hal ini berarti pertumbuhan TFP merupakan faktor utama dalam penyumbangan nilai terhadap pertumbuhan GDP (Tabel 1).

(18)

dari pertumbuhan TFP terhadap pertumbuhan GDP sebesar -14.80 persen (Tabel 1). Sebelum tahun 1998, GDP ternyata lebih didominasi oleh faktor modal dan tenaga kerja yang justru tidak produktif sehingga me nyebabkan tidak adanya ketahanan yang baik ketika krisis ekonomi menimpa Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai kontribusi dari pertumbuhan TFP terhadap pertumbuhan GDP Indonesia pada tahun 1995-1999 sebesar -255.49 persen (Tabel 1). Oleh karena itu, banyak perusahaan yang tutup, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke negara lain karena tidak kompetitif, dan semakin banyak tenaga kerja yang menganggur, serta pertumbuhan ekonomi negara semakin berjalan lambat.

Tabel 1. Kontribusi dari Pertumbuhan TFP terhadap Pertumbuhan GDP (dalam satuan persen)

Negara 1980-1984 1985-1989 1990-1994 1995-1999 1980-2001

Cina 3.06 31.79 39.88 26.01 25.24

Sumber : Asian Productivity Organization (2004) dalam Nugroho (2005)

(19)

Gambar 1. Produktivitas Tenaga Kerja di Industri Pengolahan pada Negara-Negara Perekonomian di Asia tahun 1980-2001 (dalam 1,000 US$) Sumber : World Economic Forums dalam Nugroho (2005)

Perusahaan-perusahaan internasional kini melihat negara berkembang tidak hanya sebagai penyedia upah buruh yang murah tetapi juga harus mampu menawarkan teknologi dan pekerja ahli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan International Labour Organization (2005) dalam Joseph (2005), produktivitas pekerja Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas pekerja dari negara ASEAN lainnya. Dalam sebuah pengerjaan tugas yang sama, pekerja Indonesia menyelesaikan tugas selama delapan jam. Pekerja Thailand dapat menyelesaikan tugas yang sama dalam waktu 2 jam 45 menit, pekerja Malaysia hanya satu jam lima menit, dan pekerja Singapura hanya sebelas menit. Melihat perbandingan produktivitas pekerja Indonesia yang sangat jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN, pemerintah, perusahaan, dan segala pihak yang terkait

GDP per tenaga kerja

10 20 30 40 50 60

0

80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 00

Jepang

Indonesia

India Korea

(20)

perlu kiranya memahami secara mendalam faktor-faktor produktivitas tenaga kerja agar dapat melakukan segala upaya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

PT. Intirub adalah salah satu perusahaan agroindustri yang bergerak dalam bidang industri ban. Perusahaan ini menjual produknya ke pasar dalam negeri dan sebagian produknya diekspor ke mancanegara. Dalam proses produksinya, perusahaan selalu memperhatikan atau memprioritaskan mutu dan inovasi, serta mempertahankan kepercayaan pelanggan dan para pemegang saham. Perusahaan sangat mengutamakan kualitas produk, berusaha memberikan kepuasan kepada pelanggan, menciptakan proses kerja berkualitas untuk menjamin mutu, dan terus melakukan inovasi menjadi salah satu kunci keberhasilan PT. Intirub dalam menghadapi para pesaing di pasar domestik maupun internasional.

(21)

0

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Radial Passanger Mini Light Truck

Ultra Light Truck Light Truck Truck/Bus

Gambar 2. Perkembangan Volume Produksi PT. Intirub tahun 1999-2005 (dalam satuan unit)

Sumber : PT. Intirub (2006)

Sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang, produksi PT. Intirub terus mengalami fluktuasi. Hal ini diikuti dengan volume penjuala n baik pasar dalam negeri maupun ekspor yang juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada Tabel 2, peningkatan produksi terjadi pada tahun 2000 sebesar 10.2 persen, pada tahun 2001 sebesar 0.8 persen, dan pada tahun 2004 sebesar 4.6 persen. Sedangkan penurunan produksi terjadi pada tahun 2002 sebesar 3.3 persen, pada tahun 2003 sebesar 8.5 persen, dan pada tahun 2005 sebesar 6.7 persen. Atau secara sederhana dapat disimpulkan bahwa PT. Intirub mengalami penurunan produksi sebesar 4.2 persen dari tahun 1999-2005.

Tabel 2. Jumlah produksi, penjualan, dan persediaan PT. Intirub tahun 1999-2005 (dalam satuan unit)

(22)

n

6 6 6 0 8 1 7

Persediaan 51,623 55,092 78,494 31,945 46,167 54,826 39,526

Sumber : PT. Intirub (2006, data diolah)

Penurunan jumlah produksi diperkirakan karena menurunnya jumlah permintaan ban terhadap PT. Intirub. Hal ini dapat dilihat dari besarnya penjualan ban PT. Intirub yang mengalami fluktuasi. Berdasarkan data perusahaan, peningkatan penjualan terjadi pada tahun 2000 sebesar 13.7 persen, pada tahun 2002 sebesar 9.9 persen, dan pada tahun 2004 sebesar 6 persen. Sedangkan penurunan penjualan terjadi pada tahun 2001 sebesar 2.8 persen, pada tahun 2003 sebesar 18.3 persen, dan pada tahun 2005 sebesar 2.3 persen (Tabel 2).

Selain itu, penurunan produksi ban PT. Intirub juga diperkirakan karena menurunnya produktivitas tenaga kerja. Peran tenaga kerja khususnya tenaga kerja bagian produksi di sektor industri pengolahan sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan. Berdasarkan data BPS (2003), jumlah tenaga kerja produksi pada industri ban sebesar 24.853 orang atau 82.3 persen dari jumlah tenaga kerja keseluruhan, dimana 90.2 persen merupakan tenaga kerja laki- laki. Hal ini menunjukkan bahwa peranan tenaga kerja bagian produksi sangat penting dalam proses produksi.

(23)

PT. Intirub adalah operator pabrik. Oleh karena itu, produktivitas operator pabrik sangat berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan.

Selama tahun 2001-2004, produktivitas tenaga kerja PT. Intirub terus mengalami peningkatan. Peningkatan produktivitas tenaga kerja total ini diikut i pula dengan peningkatan produktivitas kerja operator. Berdasarkan Gambar 3, peningkatan produktivitas tenaga kerja terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 13 persen. Peningkatan produktivitas tenaga kerja terjadi pula pada tahun 2004 sebesar 3.6 persen dan pada tahun 2002 sebesar 2.5 persen. Begitu pula halnya dengan produktivitas operator juga mengalami peningkatan produktivitas kerja sebesar 13.6 persen pada tahun 2003, 6.9 persen pada tahun 2002, 0.6 persen pada tahun 2004.

Gambar 3. Produktivitas kerja operator dan tenaga kerja PT. Intirub Sumber : PT. Intirub (2006, data diolah)

Pada tahun 2005, produktivitas operator PT. Intirub mengalami penurunan sebesar delapan persen, sedangkan produktivitas tenaga kerja total mengalami penurunan sebesar enam persen. Selama lima tahun terakhir, produktivitas tenaga

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2001 2002 2003 2004 2005

(24)

kerja selalu mengalami peningkatan. Penurunan produktivitas kerja hanya terjadi pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Intirub perlu mencermati masalah produktivas kerja yang mengalami penurunan pada setahun terakhir ini.

Upaya peningkatan kualitas produk, kuantitas produk, dan peningkatan kepuasan pelanggan, tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia terutama tenaga kerja produksi karena tenaga kerja produksi merupakan motor penggerak utama dalam proses produksi sehingga memiliki peran yang vital dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja produksi.

Produktivitas kerja dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang baik terhadap karakter dan perilaku yang dimiliki pekerja. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, maka dapat disusun suatu strategi dalam manajemen produksi agar produktivitas kerja dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produktivitas kerja terhadap tingkat produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub?

1.3. Tujuan Penelitian

(25)

1. Mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub.

2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produktivitas kerja terhadap tingkat produktivitas kerja seksi Tire Building khususnya operator di Departemen Produksi PT. Intirub.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Perusahaan, sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan yang sudah diterapkan agar dapat mengambil langkah- langkah yang tepat dalam upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja.

2. Penelitian selanjutnya, sebagai tambahan informasi yang bermanfaat untuk menelaah lebih mendalam tentang sumber daya manusia khususnya produktivitas tenaga kerja.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Produktivitas Kerja

Mashuri (2004) mengkaji produktivitas tenaga kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di PT. Muhara Dwitunggal Laju, Citereup Bogor. Metode pengambilan sampel yang digunakan secara tidak acak dengan metode purposive sampling dan model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman. Mashuri melakukan pengukuran produktivitas kerja tenaga operasional dengan menggunakan metode waktu kerja henti, sedangkan untuk karyawan level manajemen lini menengah dan puncak menggunakan kuisioner.

(27)

lini menengah dan puncak, semua faktor-faktor yang diteliti di atas berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan.

Puspitaloka (2005) melakukan penelitian mengenai analisis faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pemetik teh di Perkebunan Goalpara, Sukabumi. Model analisis yang digunakan untuk menganalisis produktivitas kerja pemetik teh adalah analisis Regresi Linier Berganda, dilanjutkan dengan metode

backward untuk mengeluarkan variabel- variabel bebas yang tidak nyata dengan menggunakan program Minitab 13. Faktor-faktor produktivitas yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, status kerja, tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja, pendapatan dari usaha pemetikan, jarak ke tempat pemetikan, jumlah tanggungan keluarga, hubungan atasan dengan bawahan, dan hubungan dengan sesama pemetik. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa usia dan pendapatan dari hasil memetik berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 5 persen, sedangkan status kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 10 persen. Faktor- faktor yang tidak berpengaruh nyata adalah jenis kelamin, pengalaman kerja, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, jarak ke tempat pemetikan, hubungan atasan dengan bawahan, dan hubungan dengan sesama pemetik.

(28)

pokok, pendapatan di luar, jumlah pengeluaran, tunjangan gaji, bonus akhir tahun, cuti, kepuasan kompensasi, hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama karyawan, jenis kelamin, status kerja, dan sistem kerja.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor usia berpengaruh negatif dan nyata pada taraf 1 persen. Faktor masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan pokok, bonus akhir tahun, dan status kerja berpengaruh positif dan nyata pada taraf 5 persen. Faktor kepuasan kompensasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf 10 persen. Faktor hubungan atasan dan bawahan berpengaruh positif dan nyata pada taraf 15 persen. Sedangkan pada taraf 20 persen, faktor tunjangan gaji berpengaruh negatif dan nyata, dan faktor sistem kerja berpengaruh positif dan nyata.

(29)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Motivasi

Handayani (2004) melakukan penelitian tentang analisis hubungan faktor-faktor motivasi dengan motivasi kerja dan produktivitas kerja karyawan. Penelitian ini dilakukan di departemen produksi PT. Goodyear Indonesi Tbk. dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dari populasi sebanyak 750 orang. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, faktor eksternal motivasi kerja karyawan yang memiliki hubungan paling kuat terhadap motivasi kerja karyawan adalah peraturan dan kebijakan perusahaan. Selanjutnya diikuti oleh variabel kompensasi, kondisi kerja, hubungan antara atasan dan bawahan, serta hubungan antara sesama rekan kerja. Selain itu, hasil uji korelasi Rank Spearman

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara motivasi kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan karena menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,585. Hal ini berarti semakin meningkat motivasi kerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Sultika (2005) menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sample atau dengan pertimbangan pribadi sebanyak 33 responden. Penelitian ini menggunakan metode uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square.

(30)

ini belum pada kondisi optimal dimana masih dimungkinkannya peningkatan tingkat motivasi kerja karyawan menjadi sangat termotivasi.

Faktor yang berhubungan nyata dan positif dengan motivasi kerja untuk bertanggungjawab adalah peraturan dan kebijakan instansi (faktor eksternal), sedangkan faktor internal tidak ada yang berhubungan nyata. Faktor yang berhubungan nyata dan positif dengan motivasi kerja untuk bekerjasama adalah hubungan atasan dengan bawahan dan kondisi kerja (faktor eksternal), sedangkan faktor yang berhubungan nyata dan negatif adalah usia dan masa kerja karyawan (faktor internal). Faktor yang berhubungan nyata dan positif dengan motivasi kerja untuk bekerja secara sukarela adalah hubungan atasan dengan bawahan dan kondisi kerja (faktor eksternal), sedangkan faktor internal tidak ada yang berhubungan nyata.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Handayani dan Sultika, penelitian yang dilakukan penulis mengukur motivasi kerja dengan menggunakan faaktor kompensasi, kondisi kerja, hubungan antara atasan dan bawahan (kepemimpinan), hubungan antara sesama rekan kerja. Faktor-faktor tersebut digunakan secara langsung untuk mengukur pengaruhnya terhadap produktivitas kerja operator dan tidak digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap motivasi kerja..

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Hubungan Kompensasi, Motivasi, dan Produktivitas Kerja

(31)

terdiri dari 10 orang juru masak dan 35 orang pramusaji. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menyebar kuisioner dan model analisis yang digunakan adalah model uji korelasi Rank Spearman.

Dalam penelitian yang dilakukan Fahmi, variabel kompensasi yang diteliti meliputi kompensasi finansial (gaji atau uph, upah lembur, bonus, tunjangan, dan jaminan asuransi) dan kompensasi non finansial (sistem penggajian, ijin khusus dan cuti, kondisi fisik atau fasilitas kerja, dan fasilitas bangunan). Variabel motivasi yang diteliti meliputi unsur ekstrinsik yaitu komponen kompensasi finansial dan non finansial, hubungan dengan teman kerja, hubungan dengan atasan, penghargaan atasan atas prestasi kerja, dan peluang pekerjaan. Variabel kinerja karyawan yang diteliti meliputi efisiensi kinerja, efektivitas kinerja, tanggung jawab, disiplin, kemampuan komunikasi, kerjasama karyawan, loyalitas, dan suasana kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja dan memiliki hubungan agak kuat. Sedangkan motivasi kerja juga berpengaruh nyata terhadap kinerja karyawan dan memiliki hubungan agak kuat.

(32)

regresi untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja pemetik teh.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kondisi kerja, peraturan kerja, dan upah pokok berkorelasi positif secara nyata terhadap kepuasan artinya perbaikan dan peningkatan faktor kondisi kerja, peraturan kerja, dan upah pokok akan meningkatkan kepuasan secara signifikan. Faktor benefit berkorelasi negatif secara nyata terhadap kepuasan kompensasi artinya semakin baik penyelenggaraan benefit maka kepuasan kompensasi akan menurun. Sedangkan faktor hubungan dengan teman, hubungan dengan atasan, dan upah kulir tidak berpengaruh nyata terhadap kepuasan. Jadi, faktor kondisi kerja, peraturan kerja, dan upah pokok dapat menjadi motivator bagi pemetik tetap.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor tinggi badan merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pemetik teh. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tinggi badan, pengalaman kerja, jarak rumah ke lokasi kerja, kondisi perjalanan ke lokasi kerja, jumlah anggota keluarga yang bekerja, serta kepuasan kompensasi dan non kompensasi ternyata tidak ada yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas kerja pemetik teh.

(33)

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan cukup memuaskan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan status pegawai, motivasi kerja dan produktivitas kerja tergolong tinggi serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan status pegawai.

Pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan tidak signifikan antara kompensasi dan motivasi kerja, dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi dan produktivitas kerja. Hal ini berarti perbaikan dalam pemberian kompensasi tidak menyebabkan perubahan terhadap motivasi kerja, tetapi peningkatan motivasi kerja berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja.

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Pengertian Produktivitas

Menurut Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2001), produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil- hasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas mengandung pengertian yang berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis, dan sistem yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya (Anoraga dan Suyati, 1995). Atau dengan kata lain, menurut Kussriyanto (1986), produktivitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut.

(35)

3. Sebagai konsep sistem, produktivitas memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerjasama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem (Anoraga dan Suyati, 1995). Artinya, produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan modal, ketrampilan, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber daya lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang produktivitas, secara sederhana produktivitas merupakan hub ungan yang ada antara barang yang diproduksi atau jasa-jasa yang diberikan (output/keluaran) dan sumber daya yang dikonsumsi dalam melakukan kegiatan produksi (input/masukan) yang biasanya dinyatakan sebagai berikut :

Produktivitas tidak hanya dilihat sebagai hasil bagi antara keluaran dan masukan, tetapi juga dapat dilihat sebagai hasil penjumlahan antara efektivitas dan efisiensi. Bettignies dalam Atmosoeprapto (2001) menjabarkan produktivitas dalam persamaan lain yang cukup sederhana pula yaitu :

Produktivitas = Efisiensi + Efektivitas

(36)

disimpulkan efisiensi menggambarkan tingkat penggunaan sumber daya (manusia, modal, material) atau bagaimana melakukan sesuatu sebaik mungkin.

Menurut Umar (2001), efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai atau menunjukkan apakah persoalan tertentu dapat diselesaikan dengan baik. Jadi, efektivitas berhubungan dengan hasil guna dan efisiensi berhubungan dengan daya guna.

Efisiensi dan efektivitas yang tinggi menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi efektivitas yang tinggi dan efisiensi yang rendah mengakibatkan terjadinya pemborosan. Sedangkan efisiensi yang tinggi dan effektivitas yang rendah artinya tidak mencapai sasaran (lebih rendah dari target atau menyimpang dari target). Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas, meskipun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu terjadi peningkatan efisiensi, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas, produktivitas dapat pula dirumuskan sebagai berikut :

Produktivitas = Efektivitas menghasilkan output Efisiensi menggunakan input

3.2. Produktivitas Tenaga Kerja

3.2.1. Pengertian Produktivitas Tenaga Kerja

(37)

sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaaan produk dan jasa. Selain itu, masukan pada sumber daya manusia lebih mudah dihitung dari pada masukan pada faktor- faktor lain seperti modal.

Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu atau lazimnya per jam orang (Kussriyanto, 1986). Sedangkan Dewan Produktivitas Nasional dalam Ravianto (1995) memberi batasan produktivitas tenaga kerja sebagai kemampuan seorang tenaga kerja atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang atau jasa.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang produktivitas tenaga kerja, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah jumlah yang dapat dikerjakan oleh setiap pekerja dalam jangka waktu tertentu.

3.2.2. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat menarik karena mengukur hasil- hasil tenaga kerja manusia dengan segala masalah yang bervariasi. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk. Seorang tenaga kerja dinilai produktif bila ia mampu menghasilkan keluaran yang lebih banyak dibanding tenaga kerja lain dalam satuan waktu yang sama, atau apabila ia menghasilkan keluaran yang sama dengan memakai sumber daya yang sedikit. Pengukuran produktivitas tenaga kerja secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

Produktivitas Tenaga Kerja =

tu satuan wak

produksi hasil

(38)

Pengukuran lain produktivitas pekerja antara lain dengan membandingkan jumlah hasil produksi dan target produksi. Semakin tinggi seorang pekerja mampu mencapai target produksi maka semakin tinggi produktivitas kerjanya. Produktivitas pekerja dapat diukur dengan produktivitas rata-rata pekerja, yang menyatakan rasio antara nilai tambah yang dihasilkan dan jumlah pekerja. Produktivitas pekerja juga dapat diukur dengan ukuran yang lebih baik, yaitu produktivitas marginal pekerja, yang menyatakan besarnya balas jasa terhadap kenaikan produktivitas pekerja.

3.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pro duktivitas Tenaga Kerja

Analisis tingkat produktivitas kerja bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tingkat produktivitas. Hasil analisis dapat dijadikan pedoman dalam memperbaiki tingkat produktivitas melalui pengalokasian sumber daya dan perbaikan metode kerja serta penggunaan input terhadap produksi yang lebih efisien guna menghasilkan output yang berkualitas. Dengan demikian faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja itu sendiri perlu diketahui untuk menentukan kondisi tenaga kerja dan perusahaan.

(39)

Pendidikan menjadi tolak ukur kualitas seorang pekerja karena pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik (Simanjuntak, 1985). Dengan demikian pendidikan ternyata merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan produktivitas pekerja karena tanpa bekal pendidikan mustahil pekerja akan mudah dalam mempelajari hal- hal yang bersifat baru di dalam cara atau sistem kerja (Anoraga dan Suyati, 1995).

Pengalaman kerja berkaitan dengan masa kerja seorang pekerja di dalam suatu perusahaan dan masa kerja seorang pekerja di perusahaan-perusahaan sebelumnya yang masih berkaitan. Semakin tinggi pengalaman kerja seorang pekerja maka kualitas dan kemampuan pekerja akan semakin meningkat. Selain itu, ketrampilan pekerja dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui berbagai macam pelatihan atau kursus-kursus (Anoraga dan Suyati, 1995). Pada dasarnya, pelatihan kerja melengkapi pendidikan seorang pekerja, dimana pendidikan formal biasanya bersifat umum, sedangkan pelatihan lebih bersifat khusus dan teknis operasional (Simanjuntak, 1985).

Faktor kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan fisik pekerja atau daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh asupan gizi dan makanan yang didapat. Hal itu akan mempengaruhi kesehatan pekerja yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas pekerja. Status gizi dan kesehatan pada orang dewasa dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Baliwati dkk (2004), IMT dapat dihitung dengan rumus :

(40)

Kategori IMT dapat dibedakan menjadi lima kategori yaitu IMT < 17.0 termasuk kategori kurus sekali, 17.0 < IMT < 18.4 termasuk kategori kurus, 18.5 < IMT < 25.0 termasuk kategori normal, 25.1 < IMT < 27.0 termasuk kategori normal, dan IMT > 27.0 termasuk kategori gemuk sekali. Seorang pekerja yang sering mengambil ijin sakit menunjukkan tingkat kesehatan yang lebih rendah baik disebabkan adanya penyakit berat maupun penyakit ringan.

Faktor motivasi atau dorongan dapat meningkatkan produktivitas pekerja (Nugroho, 2005). Motivasi kerja merupakan besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya (Ravianto, 1985). Jika motivasi kerja rendah maka sulit diharapkan produktivitas kerja yang tinggi. Salah satu faktor pendorongnya adalah dorongan dari keluarga. Dorongan dari keluarga mempengaruhi seorang pekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar. Besarnya dorongan dari keluarga dapat dilihat dari banyaknya anggota keluarga yang harus ditanggung seorang pekerja.

(41)

Faktor pendapatan berkaitan dengan tingkat penghasilan dan kesejahteraan pekerja. Penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja akan memberikan semangat kerja bagi tiap pekerja untuk memacu prestasi sehingga produktivitas pekerja akan tercapai (Anoraga dan Suyati, 1995). Kesejahteraan karyawan juga tercermin dalam sistem penggajian dan jaminan sosial yang diberikan perusahaan, serta jaminan kelangsungan kerja (Simanjuntak, 1985). Selain itu, adanya pekerjaan sampingan dapat mempengaruhi produktivitas pekerja.

Faktor disiplin kerja merupakan sikap kejiwaan seorang pekerja yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan (Anoraga dan Suyati, 1985). Kedisiplinan kerja dapat dilihat dari ketaatan pekerja unt uk selalu hadir bekerja dan tepat waktu, serta ketaatan untuk tidak melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan. Seorang pekerja yang bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja (Anoraga dan Suyati, 1985).

Faktor lingkungan kerja dan iklim kerja merupakan sarana pendukung untuk peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak, 1985). Menurut Anoraga dan Suyati (1985), lingkungan dan iklim kerja meliputi hubungan kerja antar karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan kerja, penerangan, tingkat keselamatan, dan kesehatan tempat kerja. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena pekerja sering enggan bekerja karena tidak adanya kekompakan dalam bekerja atau ruang kerja yang tidak memberikan kenyamanan.

(42)

banyak diterapkan pada manajemen lini bawah, sedangkan hubungan kepemimpinan yang berpusat pada bawahan (demokratis) lebih banyak diterapkan pada manajemen lini atas. Berdasarkan Stoner (1994), kepemimpinan yang berpusat pada atasan lebih banyak meletakkan wewenang pada manajer, dimana manajer mengambil keputusan dan mengumumkannya. Kepemimpinan yang berpusat pada bawahan lebih banyak memberikan kebebasan kepada bawahan, dimana manajer membolehkan bawahan berfungsi dalam batas yang ditetapkan perusahaan.

Faktor sarana produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi. Sarana produksi meliputi ketersediaan baha n baku, mesin- mesin, perlengkapan kerja, dan fasilitas penunjang lainnya. Adanya hambatan dalam ketersediaan sarana produksi dapat memberikan pengaruh negatif terhadap produktivitas kerja. Sarana produksi termasuk salah satu faktor produksi sehingga perana nnya sangat ditentukan oleh kebijakan perusahaan.

(43)

Gambar 4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja

PRODUKTIVITAS KERJA

Ketrampilan

Dorongan Keluarga Kesehatan

Peraturan dan Disiplin Kerja

Sistem Kerja

Teknologi dan Sarana Produksi Pendapatan

Lingkungan Kerja

Faktor dari Tenaga

Kerja

Faktor dari Perusahaan Kondisi Fisik

(44)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Intirub yang berlokasi di Jalan Cililitan Besar No.454 Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Intirub merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor agroindustri yang di dalam kegiatan operasionalnya berorientasi pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Selain itu, PT. Intirub merupakan perusahaan yang cukup besar dengan kapasitas sumber daya manusia yang cukup besar pula dan sistem manajemen yang terstruktur. Pengumpulan data ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2006.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan pada operator seksi Tire Building di Departemen Produksi. Selain penyebaran kuisioner, data lainnya diperoleh dari hasil wawancara sebagai pelengkap data dari beberapa karyawan di bagian perusahaan.

2. Data Sekunder

(45)

struktur organisasi, gambaran umum proses produksi, komposisi tenaga kerja, formasi kerja Departemen Produksi, laporan hasil produksi seksi Tire Building absensi operator Tire Building, proses produksi, laporan hasil penjualan, produksi, dan persediaan ban, kapasitas mesin, kapasitas tenaga kerja untuk tiap mesin, dan berbagai literatur perusahaan lainnya, data dari BPS, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), Dewan Produktivitas Nasional (DPN), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Asian Productivity Organization (APO), serta berbagai situs website terkait lainnya.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode yaitu : 1. Observasi

Pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian dan pengamatan secara langsung ke lokasi perusahaan PT. Intirub. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur yang telah dirancang secara sistematis dengan menggunakan pedoman kuisioner tertutup dan mengetahui dengan pasti variabel yang akan diamati.

2. Wawancara

(46)

3. Kuisioner

Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pernyataan atau pertanyaan tertutup yang tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapat sesuai dengan keinginan mereka sehingga responden hanya dapat memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Dengan penyebaran kuisioner kepada para responden yang bersangkutan diharapkan data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat terkumpul.

4. Studi Kepustakaan

Penyusun akan mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengutip pendapat dari laporan, arsip perusahaan, data BPS, Depnakertrans, DPN APINDO, APO, laporan buku, diktat, skripsi, dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampel atau metode pengambilan sampel secara sengaja, dimana sampel dipilih menurut pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian dilakukan.

Tabel 3. Komposis i Tenaga Kerja Langsung Departemen Produksi PT. Intirub

Kelompok seksi Jumlah (orang)

Seksi Mixing dan Extruder 58 Seksi Extruder dan Rubber Good 26

Seksi TRC / Bead 41

Seksi Bias Cutting I dan SQG / II / III / IV 63 Seksi Tire Bulding 140

Seksi Tire Curing 61

Jumlah 389

(47)

Jumlah tenaga kerja langsung di Departemen Produksi PT. Intirub sebanyak 389 orang yang terbagi ke dalam enam seksi yaitu Seksi Mixing dan Extruder, Seksi Extruder dan Rubber Good, Seksi TRC / Bead, Seksi Bias Cutting I dan SQG / II / III / IV, Seksi Tire Bulding, Seksi Tire Curing (Tabel 3). Seksi Tire Building dipilih sebagai populasi dalam penelitian ini karena seksi Tire Building menyerap banyak tenaga kerja langsung dari pada seksi lain dalam Departemen Produksi PT. Intirub.

Proses pembentukan ban mentah yang dikerjakan dalam bagian Tire Building sangat ditentukan oleh produktivitas masing- masing operator Tire Building sehingga mempermudah pengukuran produktivitas kerja per individu. Sedangkan produktivitas kerja operator pada tahap produksi sebelumdan sesudah Tire Building sangat tergantung pada mesin dan produktivitas masing- masing tim kerja untuk setiap mesin sehingga pengukuran produktivitas kerja per individu sulit dilakukan. Oleh karena itu, sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh operator Tire Building.

Sampel dalam penelitian ini adalah operator Tire Building yang terdiri dari operatorGPC (radial), operatorU2 (truk/bus ), dan operatorCeko (mini light truk, ultra light truk, light truk, dan passanger). Jumlah operator Tire Building yang bertugas merakit ban mentah di PT. Intirub sebanyak 59 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Komposisi Operator Seksi Tire Building Departemen Produksi PT. Intirub

Komposisi operator Tire Building Jumlah (orang)

Operator GPC (radial) 20

Operator U2 (truk/bus) 10

Operator Ceko (mini light truk, ultra light truk, light truk, dan passanger)

29

Jumlah 59

(48)

Pemilihan operator sebagai sampel dalam penelitian ini karena peran penting operator dalam merakit komponen-komponen yang telah dihasikan pada tahap sebelumnya seperti tread, base, sidewall, ply, breaker, chafer, bead, dan

obal menjadi green tire (ban mentah). Dalam tahap ini, tiap operator Tire Building menghasilkan ban mentah sesuai dengan jadwal produksi masing-masing jenis ban. Oleh karena itu, pengambilan sampel operator tetap representatif bagi pekerja seksi Tire Building di Departemen Produksi PT. Intirub.

4.5. Metode Pengolahan Data

Data produktivitas kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi seksi Tire Building bulan Mei 2006. Tahapan kerja dalam pengolahan data produktivitas kerja adalah dengan membandingkan jumlah ban mentah yang berhasil dirakit dengan target (jadwal) jumlah ban mentah yang seharusnya berhasil dirakit, kemudian hasil baginya dinyatakan dalam bentuk persentase. Setelah itu, persentase produktivitas kerja tiap individu dirata-rata selama sebulan dengan tidak memperhitungkan hari cuti/cuti sosial/cuti besar sehingga diperoleh produktivitas kerja rata-rata per individu selama bulan Mei 2006.

(49)

individu dan kendala kelancaran mesin rata-rata per individu selama bulan Mei 2006.

Tahapan kerja dalam pengolahan data dari kuisioner untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja adalah sebagai berikut : 1.Memberikan skor pada masing- masing jawaban responden berdasarkan bobot

tertentu pada setiap jawaban.

2.Memindahkan data dari lembaran kuisioner ke lembar tabulasi. 3.Memeriksa data hasil tabulasi.

4.Memindahkan data ke lembar kerja untuk diolah dan dianalisis.

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur pendapat pekerja mengenai tugas pekerjaan, kepuasan pendapatan, disiplin kerja, kondisi fisik tempat kerja, hubungan sesama rekan kerja, dan kepemimpinan adalah skala Likert dengan ukuran ordinal atau bobot tertentu pada setiap jawaban pertanyaan. Skala likert adalah suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks (Nazir, 1988). Skor yang digunakan adalah skor berskala satu sampai tiga dengan jawaban seperti setuju/sering/erat, biasa saja/kadang-kadang, dan tidak setuju/jarang/tidak erat. Skala likert satu sampai tiga dipilih karena latar belakang pendidikan responden adalah SLTP dan SMU. Pengukuran tidak menggunakan skala likert satu sampai lima atau satu sampai tujuh karena menuntut kelompok responden yang terdidik sehingga mampu membedakan pendapatnya secara jelas dan lebih bisa menyesuaikan denga n jawaban yang cocok menurut pendapatnya.

4.6. Metode Analisis Data

(50)

statistika dekripsi dan statistika kuantitatif. Statistika deskripsi digunakan untuk mengumpulkan, menyederhanakan, dan menyajikan data sehingga dapat memberikan informasi mengenai produktivitas kerja operator Tire Building dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, belum sampai pada upaya menarik suatu kesimpulan.

Analisis data secara statistika kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda yang dilanjutkan dengan analisis regresi komponen utama (Principal Component Regresson atau PCR) dan menggunakan bantuan program komputer MINITAB 14. Analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel berpengaruh (X) yaitu faktor-faktor produktivitas pekerja dengan variabel terpengaruh (Y) yaitu tingkat produktivitas pekerja per individu.

Model regresi linier berganda adalah model regresi yang digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas.

Produktivitas = f (X1, ... Xn) ; dengan n = 24

Model produktivitas pekerja dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y = a + ß1X1 + ß2D2 + ß3D3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6D6 + ß7X7 + ß8X8 + ß9D9 +

ß10D10 + ß11D11 + ß12X12 + ß13D13 + ß14X14 + ß15X15 + ß16X16 + ß17X17 +

ß18X18 + ß19X19 + ß20X20 + ß21X21 + ß22X22 + ß23X23 + ß24X24

Keterangan :

Y = Produktivitas kerja rata-rata per individu (dalam satuan persen) X1 = Usia (dalam satuan tahun)

D2 = Tingkat pendidikan (SMU = 1, SLTP = 0)

D3 = Status kerja (pekerja tetap =1, pekerja kontrak = 0)

X4 = Masa kerja (dalam satuan tahun)

(51)

D6 = Status pernikahan (menikah = 1, belum menikah = 0)

X7 = Pendapatan istri (dalam satuan rupiah)

X8 = Jumlah tanggungan keluarga (dalam satuan orang)

D9 = Indeks Massa Tubuh (IMT normal = 1, IMT di atas/di bawah normal = 0)

D10 = Penyakit ringan (sering menderita penyakit ringan = 1, jarang = 0)

D11 = Penyakit berat (memiliki penyakit berat = 1, tidak memiliki = 0)

X15 = Pendapatan tambahan dari luar (dalam satuan rupiah)

X16 = Persepsi kepuasan pendapatan (total skor)

5 – 8 = tidak memuaskan 9 – 11 = biasa saja

12 – 15 = memuaskan

X17 = Peringatan tertulis (jenis PT I = 1, jenis PT II = 2, jenis PT III = 3)

X18 = Ketidakhadiran tanpa keterangan (dalam satuan hari)

X19 = Persepsi disiplin kerja

4 – 6 = tidak memuaskan 7 – 9 = biasa saja

10 – 12 = memuaskan

X20 = Persepsi kondisi fisik tempat kerja (total skor)

6 – 9 = tidak memuaskan 10 – 14 = biasa saja

15 – 18 = memuaskan

X21 = Persepsi hubungan sesama rekan kerja (total skor)

5 – 8 = tidak terjalin erat 9 – 11 = biasa saja

12 – 15 = terjalin erat

X22 = Persepsi hubungan kepemimpinan (total skor)

7 – 11 = otoriter 12 – 16 = netral 17 – 21 = demokratis

X23 = Kendala ketersediaan bahan baku (dalam satuan persen)

(52)

Berdasarkan perumusan model produktivitas kerja tersebut, hipotesis kerja yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Dari seluruh faktor-faktor yang akan diuji, setidaknya terdapat salah satu faktor yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja.

2.Faktor-faktor yang diduga berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja adalah faktor ketrampilan (meliputi usia, pendidikan, masa kerja, pengalaman kerja di industri ban dan pelatihan kerja di luar), jumlah tanggungan keluarga, status gizi pekerja (IMT), faktor sistem kerja (status kerja dan persepsi seorang pekerja terhadap tugas pekerjaannya), kepuasan pendapatan, persepsi disiplin kerja, dan faktor lingkungan kerja (kondisi fisik kerja, hubungan rekan kerja, dan hubungan kepemimpinan).

3.Faktor-faktor yang diduga berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerja adalah besarnya pendapatan istri, faktor kesehatan (frekuensi penyakit ringan dan penyakit berat, banyaknya ijin sakit), banyaknya pendapatan tambahan, faktor kedisiplinan (jenis peringatan tertulis dan banyaknya ketidakhadiran tanpa keterangan), dan faktor sarana produksi (kendala ketersediaan bahan baku dan kendala kelancaran mesin).

4.6.1. Pengujian Asumsi Utama Analisis Regresi

Menurut Santoso (2001), analisis regresi mengandung empat asumsi utama yaitu asumsi multikolinieritas, homoskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. 1. Multikolinieritas

(53)

adalah melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai korelasi Pearson diantara variabel- variabel bebas. Model yang memiliki masalah multikolinieritas adalah model yang memiliki nilai VIF lebih besar dari sepuluh dan nilai korelasi Pearson yang hampir mendekati satu. Salah satu cara untuk menghilangkan atau menguranginya adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi dengan variabel bebas lainnya karena pengaruh variabel bebas tersebut sebenarnya sudah diwakili oleh variabel bebas lainnya. 2. Homoskedastisitas

Asumsi homoskedastisitas pada dasarnya menyatakan bahwa nilai- nilai Y (variabel tak bebas) bervariasi dalam satuan yang sama, baik untuk residual yang tinggi maupun residual yang rendah. Dengan kata lain, jika keragaman (varians) dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji asumsi homoskedastisitas adalah dengan membuat plot antara

standardized residual dengan Y. Asumsi homoskedastisitas dapat terpenuhi jika dalam analisis plot tidak membentuk pola-pola tertentu yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu y (titik-titik menyebar secara acak)

3. Normalitas

(54)

normal. Menurut Santoso (2001), salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot of the residual. Asumsi normalitas dapat terpenuhi jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut.

4. Autokorelasi

Pengujian asumsi autokorelasi pada dasarnya untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terdapat korelasi maka model regresi tersebut memiliki masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari masalah autokorelasi. Menur ut Supranto (2001), salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat adanya autokorelasi adalah dengan melihat nilai

Durbin-Watson statistic (D-W) dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : tidak ada autokorelasi yang positif

H1 : ada korelasi yang positif

Jika nilai durbin-watson < nilai dL maka tolak H0 artinya model regresi tersebut

memiliki autokorelasi. Jika nilai durbin-watson > nilai dU maka H0 tidak dapat

ditolak artinya model regresi tersebut tidak memiliki autokorelasi. Akan tetapi, jika nilai dL (lower bound) < nilai durbin-watson < nilai dU (upper bound) maka

(55)

4.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil regresi berganda dianalisis dengan melihat keterandalan model, analisis keragaman, dan pengujian hipotesis parameter regresi.

1. Keterandalan model

Menurut Mattjik (2002), keterandalan dari model regresi yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan model tersebut menerangkan keragaman nilai variabel tak bebas. Ukuran ini sering disebut dengan koefisien determinasi dilambangkan dengan R-sq (R2) yang dapat memperlihatkan kemampuan variabel bebas secara bersama-sama menjelaskan keragaman variabel tak bebas. Semakin besar nilai R-sq berarti model regresi semakin mampu menerangkan perilaku variabel tak bebas. Kisaran dari nilai R-sq mulai dari 0% sampai 100%.

Analisis ragam digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara simultan (Mattjik, 2002). Pengujiannya dengan menggunakan uji F. Pengujian secara simultan dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas. Bentuk hipotesis yang diuji dari ana lisis ragam adalah :

(56)

Jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fa(k,(n -k-1))) atau jika peluang

nyata (P) lebih kecil dari nilai taraf nyata (a) maka H0 ditolak artinya dari

banyaknya variabel bebas (k) yang dilibatkan dalam model regresi linier berganda tersebut diharapkan terdapat paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh langsung terhadap variabel tak bebas.

3. Pengujian hipotesis parameter regresi

Pengujian hipotesis parameter regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara parsial. Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas sehingga pengujian t-hitung akan sangat bermanfaat untuk menunjukkan variabel bebas mana yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Bentuk hipotesis parsialnya dapat dituliskan sebagai berikut :

H0 : ßi = k H1 : ßi ? k

T-hitung = Se(bi)

bi

Keterangan : bi = koefisien regresi

Se(bi) = simpangan baku untuk koefisien regresi ke- i

Jika nilai t- hitung lebih besar dari nilai t-tabel (ta(n-k-1)) maka H0 ditolak artinya

variabel bebas yang diuji tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

4.6.3. Analisis Regresi Komponen Utama

(57)

utama ditetapkan bila dalam pembentukan model pendugaan variabel bebas yang digunakan banyak dan terdapat hubungan yang erat antar variabel bebasnya (Timm, 2002). Misalkan matriks variabel asal dilambangkan dengan X(nxk). Dari

pendugaan dengan regresi komponen utama akan diperoleh p komponen utama yang diturunkan dari matriks korelasi R. Dari tiap-tiap komponen utama dihitung skor komponen utama (PC-Score).

PC-Score = ai x zi

zi = vektor skor baku peubah yang diamati dari unit ke- i.

Kriteria menentukan banyaknya komponen utama dilihat dari nilai eigenvalue yang lebih besar dari satu, adanya patahan pada scree plot, atau dengan melihat persentase keragaman yang lebih besar dari satu. Setelah diperoleh skor komponen utama, variabel tak bebas (Y) diregresikan dengan skor komponen utama untuk menghasilkan penduga koefisien regresi untuk p komponen utama. Semakin besar loading komponen tersebut maka semakin besar variabel bebas tersebut berkorelasi dengan komponen utama. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi Pearson antara komponen-komponen utama tersebut dengan masing-masing variabel bebas.

4.7. Definisi Operasional

(58)

1. Operator Tire Building adalah pekerja seksi Tire Building di Departemen Produksi PT. Intirub yang bertugas merakit komponen-komponen ban mentah menjadi ban mentah.

2. Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukkan seberapa baik kemampuan seorang pekerja mencapai schedule (jadwal produksi) yang telah ditargetkan perusahaan. Pengukuran produktivitas kerja operator dilakukan dengan cara membandingkan hasil realisasi ban mentah yang berhasil dibuat dengan jadwal produksi yang dinyatakan dalam satuan persen (%).

3. Usia adalah lama hidup yang dijalani seseorang sejak dilahirkan hingga waktu tertentu. Dalam penelitian ini besaran usia dihitung sampai dengan bulan Juni 2006 karena produktivitas kerja yang diukur adalah produktivitas kerja rata-rata per individu selama bulan Mei 2006.

4. Jenjang pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani seseorang dan dibuktikan dengan ijasah sebagai tanda kelulusan. Dalam penelitian ini, jenjang pendidikan hanya dibedakan menjadi dua yaitu lulusan SMU dan lulusan dibawah SMU karena sebagian besar operator telah lulus SMU.

5. Status kerja adalah status seorang pekerja dalam suatu perusahaan yang telah terikat dalam jangka waktu tertentu. Status kerja dibedakan menjadi dua yaitu pekerja tetap dan pekerja kontrak. Variabel status kerja diukur dengan menggunakan dummy, artinya status kerja tetap diberi nilai satu dan status kerja kontrak diberi nilai nol.

(59)

7. Pengalaman kerja di industri ban terkait adalah lama waktu yang telah dijalani seorang pekerja ketika bekerja di suatu tempat kerja (diluar PT. Intirub) yang masih berkaitan dengan industri ban yang dinyatakan dalam satuan tahun. 8. Status pernikahan adalah status seseorang apakah telah menikah atau belum

menikah. Variabel status pernikahan diukur dengan menggunakan variabel

dummy, artinya jika statusnya menikah maka bernilai satu, jika belum menikah maka bernilai nol.

9. Pendapatan istri adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dari istri seorang pekerja yang juga bekerja dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

10.Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi kewajiban pekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya yang dinyatakan dalam satuan orang.

11.Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran status gizi seorang pekerja dengan membandingkan berat badan dengan kuadrat tinggi badan. Dalam penelitian ini, IMT dinyatakan dengan variabel dummy dan hanya dibedakan menjadi dua yaitu IMT yang berada pada status gizi normal diberi nilai satu dan IMT yang berada di bawah atau di atas status gizi normal diberi nilai nol. 12.Penyakit ringan adalah penyakit yang masih berada pada kategori ringan yang

(60)

13.Penyakit berat adalah penyakit yang sudah berada pada kategori berat seperti tipes, demam berdarah, diabetes, asma, TBC, gangguan ginjal, kanker, dan lain- lain. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy artinya seorang pekerja yang memiliki penyakit berat diberi nilai satu dan pekerja yang tidak memiliki penyakit berat diberi nilai nol.

14.Banyaknya surat ijin sakit adalah tingkat kesehatan fisik seorang pekerja yang dilihat dari banyaknya ijin yang diambil seorang pekerja dengan menggunakan surat ijin dokter, rumah sakit, ataupun surat keterangan sakit. Pengukuran surat ijin sakit terhitung selama bulan Mei 2006 yang diambil dari laporan absensi dan dinyatakan dalam satuan hari.

15.Pelatihan kerja dari luar PT. Intirub adalah pelatihan kerja formal maupun informal yang pernah diterima seorang pekerja dari luar PT. Intirub yang masih berkaitan dengan industri ban. Dalam penelitian ini, variabel pelatihan kerja dari luar PT. Intirub diukur dengan menggunakan variabel dummy, artinya jika pernah menjalani pelatihan maka bernilai satu, jika tidak pernah menjalani pelatihan maka bernilai nol.

16.Persepsi tugas pekerjaan adalah persepsi seorang pekerja terhadap tugas pekerjaaan yang dilakukannya seperti kebanggaan melakukan pekerjaan, kesulitan dalam melakukan pekerjaan, kejenuhan atau kebosanan, tantangan dalam pekerjaan, dan urutan arus kerja dalam perusahaan.

(61)

18.Persepsi kepuasan pendapatan adalah persepsi seorang pekerja terhadap pendapatan dan sistem kompensasi yang diterimanya seperti kesesuaian pendapatan dengan masa kerja dan bagian kerja, kesepakatan besarnya pendapatan, kecukupan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, kejelasan tunjangan yang diterima, dan ketepatan waktu sistem penggajian. 19.Peringatan tertulis adalah peringatan yang disampaikan pihak perusahaan

secara tertulis kepada seorang pekerja yang dinilai telah melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan. Jenis peringatan tertulis dibedakan menjadi tiga yaitu peringatan tertulis I, peringatan tertulis II, dan peringatan tertulis III. 20.Ketidakhadiran tanpa keterangan adalah ketidakhadiran seorang pekerja

dalam jadwal kerja yang tidak disertai keterangan apapun. Pengukuran variabel ketidakhadiran tanpa keterangan terhitung selama bulan Mei 2006 yang tercatat dalam laporan absensi dan dinyatakan dalam satuan hari.

21.Persepsi displin kerja adalah persepsi seorang pekerja terhadap ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan dan berlaku bagi semua pekerja seperti setuju dengan peraturan yang berlaku, keterlambatan kerja, kesesuaian pemberian sanksi dan peringatan tertulis terhadap kesalahan yang dilakukan, dan kedisiplinan perusahaan menerapkan peraturan.

Gambar

Tabel 1. Kontribusi dari Pertumbuhan TFP terhadap Pertumbuhan GDP (dalam satuan persen)
Gambar 1. Produktivitas Tenaga Kerja di Industri Pengolahan pada Negara-Negara Perekonomian di Asia tahun 1980-2001 (dalam 1,000 US$) Sumber :  World Economic Forums dalam Nugroho (2005)
Tabel 2. Jumlah produksi, penjualan, dan persediaan PT. Intirub tahun 1999-2005 (dalam satuan unit)
Gambar 3. Produktivitas kerja operator dan tenaga kerja PT. Intirub Sumber : PT. Intirub (2006, data diolah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Menurut DeLone dan McLean (1992) kualitas sistem informasi yang baik, kualitas informasi yang akurat dan relevan, serta kepuasan pemakai setelah menggunakan suatu