• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.3 Hasil Analisis Statistik

5.1.3.1 Pengaruh Durasi Menonton TV dengan Prestasi Akademik

Sebanyak 60 responden yang telah mengisi kuesioner dan diwawancarai apabila telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis melalui uji hipotesis Korelasi Pearson yang dilanjutkan dengan Regresi Linier.

Untuk mengetahui pengaruh Durasi Menonton TV dengan Prestasi Akademik, diawali dengan membuat suatu diagram tebar (scatter plot). Data Durasi Menonton TV ditampilkan pada sumbu X (axis), sementara data Prestasi Akademik disajikan pada sumbu Y (ordinat). Setiap pengamatan diwakili oleh satu titik. Dari hasil diagram tebar (scatter plot) didapatkan pola hubungan yang linear. Dengan demikian data tersebut memungkinkan untuk dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji Korelasi Pearson guna mengetahui kekuatan hubungan diantara kedua variabel tersebut.

Hasil ini dapat dilihat dari diagram 5.1.

Gambar 5.1. Diagram tebar (Scatter plot) dari pengaruh Durasi Menonton TV dan Prestasi Akademik

Dari hasil uji korelasi pearson pengaruh Durasi Menonton TV terhadap Prestasi Akademik yaitu (p =0,655) dan nilai p diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan derajat sangat rendah yaitu Ho ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Durasi Menonton TV terhadap Prestasi Akademik.

Setelah memperoleh nilai r = 0,059 p = 0,655dengan interval kepecayaan 95%, analisis dilanjutkan dengan uji Regresi Linier guna mendapat pola persamaan linier yang mencerminkan ketergantungan antara Durasi Menonton TV terhadap Prestasi Akademik. Untuk nilai r = 0,059, maka didapati persamaan sebagai berikut:

y = 82,301 + 0,213x dimana:

y = Prestasi Akademik x = Durasi Menonton TV

sedemikian sehingga diperoleh persamaan:

Prestasi Akademik = 82,301 + (0,213 x Durasi Menonton TV) 5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada remaja SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan 2013 diperoleh data melalui kuesioner dan mengumpulkan nilai rata-rata ujian semester untuk melihat durasi menonton televisi dengan prestasi akademik siswa-siswi kelas 2 SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah. Data tersebut dijadikan dasar dalam pembahasan dan dijabarkan sebagai berikut.

Menurut American Academy of Pediatrics menyatakan keprihatinan tentang jumlah waktu anak-anak dan remaja menghabiskan menonton televisi dan siaran yang mereka tonton. Menurut Nielsen pada data penelitian menyatakan bahwa rata-rata anak dan remaja menghabiskan untuk menonton TV yaitu 3 jam per hari (AAP, 2003). Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa waktu total menonton tv pada siswa-siswi YPSA paling banyak 3 jam per hari yaitu 18 orang (30%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh D. Borzekowski et al (2005) dari Johns Bloombert School of Public Health menunjukkan bahwa pada siswa kelas 3 SD dengan usia rata-rata 8 tahun yang memiliki televisi sendiri di kamarnya lebih

rendah hasil ujiannya setelah diuji dengan ujian terstandarisasi, jika dibanding dengan teman sekelasnya yang tidak memiliki televisi sendiri di kamarnya.

Dari hasil penelitian pada gambar 5.1 dapat dilihat bahwa yang mempunyai tv di kamar tidurnya lebih banyak yaitu 35 orang (58,3%) dibandingkan yang tidak mempunyai tv dikamar tidur dan pada tabel 5.12 menyatakan bahwa siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA juga mempunyai nilai rata-rata ujian yang sangat tinggi yaitu 90. Hal ini dinyatakan bahwa penelitian ini berlawanan dikarenakan yang mempunyai tv dikamar tidur tidak berpengaruh dengan nilai ujian yang diperoleh pada siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA.

Menurut Certain LK et al (2003) menyatakan anak yang mempunyai televisi dikamar tidur cenderung menonton televisi lebih dari 5 jam sehari dibandingkan anak yang tidak mempunyai televisi dikamarnya. Pada gambar 5.2 dapat dilihat bahwa siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA yang mempunyai tv dikamar lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton TV yaitu 1 jam 63 menit dalam satu hari. Hal ini menyatakan bahwa siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk menonton tv terutama dikamar tidur yang disebabkan sekolah SMP YPSA yaitu sekolah yang pulang sore jadi berkurangnya waktu anak-anak untuk menonton tv.

Hawkins & Pingree dalam Marissa, M (2007) mengkaji tentang bagaimana jenis program mempengaruhi persepsi terhadap kekerasan dalam masyarakat. Mereka menemukan bahwa film-film dan kartun yang bermuatan kekerasan berkorelasi secara signifikan dengan persepsi kekerasan dalam masyarakat, sedangkan berita, acara olahraga, dan drama tidak berkorelasi dengan persepsi tersebut.

Dari penelitian ini didapatkan jenis tontonan yang terbanyak adalah film kartun yang mencapai 24 orang ( 40.0%) dapat dilihat pada tabel 5.5. Karena itu saat menonton televisi sebaiknya anak didampingi atau dipantaui oleh orangtua untuk menghindari pengaruh negatif pada anak akibat menonton TV.

Pada gambar 5.10 dapat dilihat bahwa siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA rata-rata sangat mudah berkonsentrasi untuk memahami pelajaran yaitu 34 orang (56,7%).

Hal ini berlawanan dalam penelitian menurut Landhuis CE et al (2007) menonton televisi juga berhubungan dengan masalah memusatkan perhatian pada masa remaja (12 sampai 15 tahun) disebabkan konsentrasi berkurang, tidak perhatian dengan ucapan guru kelas, pikiran mudah terpecah saat ingin berkonsentrasi.

Pada siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA banyak yang melakukan aktivitas atau ekstrakulikuler di luar kegiatan sekolah selain menonton tv yaitu olahraga, les tari, music dan nyanyi. Menurut Fox et al (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keterlibatan ekstrakulikuler dengan prestasi akademik.

Hasil Penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara durasi menonton tv dengan prestasi akademik, namun dijumpai korelasi yang rendah antara durasi menonton tv dengan prestasi akademik (r = 0,059). Hal ini berarti semakin banyak durasi menonton tv responden tetapi tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik di sekolah. Tidak berpengaruhnya terhadap prestasi akademik ini berhubungan dengan siswa-siswi yang mudah berkonsentrasi dalam memahami pelajaran di sekolah dan dikarenakan sekolah SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah sudah belajar sampai sore disekolah sehingga prestasi akademik baik meskipun durasi menonton tv lebih lama.

Menurut Potter (2003) menyatakan bahwa televisi dapat membantu siswa untuk meningkatkan tingkat pembelajaran dan juga sebagai faktor kontribusi terhadap menurunkan prestasi akademik.

Hancox et al (2005) menemukan bahwa waktu total siswa menghabiskan menonton televisi adalah salah satu dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Siaran televisi dan jenis prestasi juga dapat dikaitkan dengan keberhasilan akademik siswa. Meskipun faktor-faktor tambahan, sebagian besar temuan menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara keduanya, dengan beberapa penelitian menunjukkan televisi dapat berdampak positif terhadap prestasi akademik. Dengan demikian menonton acara pendidikan dapat meningkatkan kesiapan sekolah antara anak dan meningkatkan kinerja akademis di sekolah.

Pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa siswa-siswi yang durasi menonton TV lebih lama yaitu diatas 2 jam dalam satu hari dapat mempunyai nilai ujian yang baik yaitu diatas 70. Dengan demikian tidak ada pengaruh durasi menonton tv terlalu lama terhadap prestasi akademik pada siswa-siswi kelas 2 SMP YPSA .

Hal ini berlawanan dengan penelitian Potter (2003) menyimpulkan bahwa semakin banyak siswa menonton televisi semakin besar dampak pada prestasi akademik mereka. Menemukan bahwa siswa di kelas 8 sampai 12 yang menyaksikan lebih dari 30 jam seminggu menunjukkan kemampuan yang lebih rendah (IQ) dan ilmu pengetahuan dan rendah pencapaian ilmu social. Hubungan ini adalah yang paling umum ketika siswa menonton sinetron, film, kartun dan video musik memiliki efek negatif yang sangat kuat.

Penelitian Shirvani (2007) menyatakan bahwa siswa yang mempunyai akademik yang lebih baik ketika orang tua mereka terlibat dan peduli dalam kehidupan akademik anaknya. Dalam situasi ini orang tua peduli terhadap tontonan anak dirumah yaitu siaran televisi yang diperkuat sikap positif tentang pendidikan.

Pada penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement (IEA) pada tahun 2005, menyatakan bahwa siswa-siswi SMP hanya 5,5% anak yang tidak menonton televisi, 20% menonton kurang dari 1 jam per hari, 15% antara 1-3 jam dan 23% menonton lebih dari 3 jam. Didapatkan secara umum ada kecenderungan makin lama anak menonton televisi, makin tinggi prestasi akademik dan kebiasaan membacanya.

Penelitian di Amerika Serikat dan Inggris ditemukan bahwa pengaruh kehadiran televisi tidak begitu berarti pada aktifitas belajar anak sekolah. Saat kecerdasan menjadi ukuran, terdapat hubungan sangat kecil antara banyaknya menonton televisi dan prestasi belajar, jadi tidak ada pengaruh bagi waktu luang atau pekerjaan rumah anak. Anak yang menonton televisi malahan bisa melengkapi pekerjaan rumahnya dan melakukan pekerjaan lain (Lowery, S.A et al 2004).

BAB 6

Dokumen terkait