• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DN PEMBAHASAN

2. Hasil Analisis Statistik Sudut Lumbosakral pada HNP

Dari tabel 9 diatas dapat diliat sebagian besar diskus intervertebralis penderita HNP mengalami degenerasi diskus.

Tabel 10. Statistik diskriptif penekanan radiks saraf penderita HNP Diskus n ∑ Diskus Minimum Maximum Rerata SB L1-2 50 1 ( 3%) 0 2 0,03 0,24

L2-3 50 8 ( 16 %) 0 3 0,23 0,65

L3-4 50 28 ( 56 %) 0 3 0,62 0,82

L4-5 50 47 ( 94 %) 0 3 1,40 1,07

L5-S1 50 32 ( 62 %) 0 3 0,78 1,00

Dari tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa HNP paling banyak terjadi pada diskus vertebralis L4-5 dan L5-S1.

2. Hasil Analisis Statistik Sudut Lumbosakral pada HNP

Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis diskriptif dan uji statistik.

Analisis diskriptif dilakukan dengan melakukan perhitungan nilai rerata, simpang baku dan perhitungan sebaran frekuensi. Uji statistik dilakukan

dengan menggunakan uji Chi Square, Likelihood Ratio, Anova,Fisher exact dan t-Independent.

Tabel 11. Hubungan sudut LS dengan derajat penekanan radiks saraf

Variabel Derajat Penekanan Radiks Saraf hubungan signifikan sudut LS dengan derajat penekanan radiks saraf.

Tabel 12. Hubungan sudut lumbosakral dengan penekanan radiks saraf Kelompok Penekanan penekanan radiks (p>0,05). Namun terlihat kecenderungan bahwa derajat penekanan radiks semakin berat dengan semakin kecilnya sudut LS.

Tabel 13. Hubungan derajat penekanan radiks saraf dengan HNP

Variabel HNP

Ada hubungan signfikan antara derajat penekanan radiks saraf dengan kejadianHNP berdasarkan uji chi square (p=0,000).

Tabel 14. Hubungan umur dan IMT dengan derajat penekanan Radiks Derajat Penekanan radiks radiks (p<0,001). Derajat penekanan radiks semakin berat dengan semakin tuanya umur. Tidak ada hubungan signifikan antara indeks massa tubuh dengan derajat penekanan radiks saraf.

Tabel 15. Hubungan jenis kelamin dengan penekanan radiks saraf

Tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kategori derajat penekanan radiks (p>0,05). Namun terlihat kecenderungan penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.

Tabel 16. Hubungan jenis kelamin dengan degenerasi diskus

Variabel Degenerasi diskus degenerasi disk (p>0,05). Namun terlihat kecenderungan bahwa degenerasi disk lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki

Tabel 17. Hubungan IMT dengan penekanan radiks saraf

Varibel Kategori Penekanan Radiks penekanan radiks (p>0,05). Terdapat kecenderungan bahwa penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada penderita obesitas .

Tabel 18. Hubungan Obesitas dengan derajat penekanan radiks saraf

Variabel Derajat penekanan radiks saraf kan hasil tidak ada hubungan signifikan hubungan obesitas dan tidak obese dengan derajat penekanan radiks saraf

Tabel 19.Hubungan kategori IMT dengan degenerasi disk penderita HNP

Kategori Degenerasi diskus

Tabel 20. Hubungan sudut lumbosakral dengan penekanan radiks saraf Variabel Kategori penekanan radiks signifikan antara sudut LS dengan derajat penekanan radiks (p>0,05)

Tabel 21. Hubungan Sudut Lumbosakral dengan Degenerasi Diskus

Variabel Degenerasi Diskus Total

Ada Tidak ada signifikan antara kategori sudut LS dengan degenerasi diskus (p>0,05).

Namun terlihat kecenderungan bahwa degenerasi disk paling banyak terjadi pada sudut LS kurang dari 35o.

Tabel 22. Hubungan umur, IMT dengan penekanan radiks saraf Penekanan Radiks n Rerata Simpang Baku P

Tabel 23. Hubungan umur dan IMT dengan degenerasi diskus antara umur dan degenerasi disk (p<0,001). Degenerasi disk terjadi terjadi pada umur yang lebih tua dibanding yang tidak ada degenerasi disk.Tidak ada hubungan signifikan antara IMT dan degenerasi disk (p>0,05).

Tabel 24. Hubungan degenerasi diskus dengan HNP

Variabel HNP signifikan antara HNP dengan degenerasi diskus. HNP banyak terjadi pada penderita dengan degenerasi diskus.

Tabel 25. Hubungan sudut lumbosakral dengan degenerasi diskus

Degenerasi disk n rerata sudut LS Simpang Baku penekanan radiks (p>0,05). Namun terlihat kecenderungan bahwa pada degenerasi diskus maka sudut LS lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak ada degenerasi diskus.

Tabel 26. Hubungan kategori penekanan radiks dengan gegenerasi disk

Variabel hubungan signifikan antara derajat penekanan radiks dengan degenerasi diskus (p<0,01). Degenerasi diskus lebih banyak terjadi pada adanya penekanan radiks, khususnya pada derajat sedang.

Tabel 27. Hubungan umur dan IMT dengan degenerasi diskus Tidak ada hubungan signifikan antara IMT dan degenerasi disk (p>0,05)

Tabel 28. Hubungan kategori penekanan radiks dengan degenerasi disk Degenerasi Diskus degenerasi disk (p<0,01). Degenerasi disk lebih banyak terjadi pada adanya penekanan radiks, khususnya pada derajat sedang.

Tabel 29. Hubungan hipolordosis hiperlordosis dengan penekanan radiks sedang dan berat pada penderita HNP.

Penekanan radiks

Variabel Sedang Berat Total

Tidak terdapat hubungan bermakna antara kategori sudut lumbosakral (hipolordosis dan hiperlordosis) dengan penekanan radiks sedang dan berat (p>0,05).

Tabel 30. Hubungan obesitas dengan hipolordosis hiperlordosis pada penderita HNP. obesitas dengan sudut hipolordosis dan hiperlordosis pada penderita HNP (p>0,05).

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada penderita HNP yang telah menjalani pemeriksaan MRI Lumbosakral. Setiap penderita HNP dinilai sudut lumbosakral dan derajat penekanan radiks saraf berdasarkan Pfirmann.

Sampel sebanyak 65 orang yang terdiri dari 50 penderita HNP penekanan radiks saraf derajat 1, 2, 3 dan 15 orang tanpa penekanan radiks saraf (derajat 0).

Sebaran umur termuda adalah 25 tahun dan tertua 73 tahun dengan rata-rata umur 44,9 tahun. Penderita HNP terbanyak berada pada kelompok umur 41-60 tahun (52,3%), laki-laki (58,5%) lebih predominan dari perempuan (41,5%). Pada penelitian ini kejadian HNP lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan, hasil ini sesuai dengan Survey Finnish di Inggris. HNP paling sering terjadi pada laki-laki dewasa dengan insiden puncak pada umur 40 dan 50 tahunan. Namun tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan derajat penekanan radiks (p>0,05), Chi Square (p=0,218). Namun terlihat kecenderungan penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada laki-laki (18,4%) dibandingkan perempuan (3,7%).

Sudut lumbosakral rata-rata adalah 39,3o dengan Simpang Baku ± 6,1o . Nilai sudut lumbosakral terendah 26,6 o dan tertinggi 52o. Frekuensi kejadian HNP pada kelompok hipolordosis 93,3 %, kelompok hiperlordosis 66,7% dan kelompok normolordosis adalah 61,9 %.

Rerata Sudut lumbosakral pada laki-laki yang mengalami penekanan radiks saraf HNP adalah 37,49o dan pada perempuan 39,22o . Nilai sudut lumbosakral ini lebih rendah dari yang tidak mengalami penekanan radiks saraf, yaitu 41,3o pada laki-laki dan 42,01o pada perempuan . Nilai sudut

lumbosakral ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Naido (2008) bahwa rata-rata sudut lumbosakral adalah 40-42 derajat.

HNP yang terbanyak ditemukan pada diskus intervertebra L4-5 (94%), kemudian L5-S1 (62%), L3-4 (58 %), jarang pada L2-3 (16%) dan L1-2 (3%). Hal ini sesuai dengan Olmakers dan Han TS bahwa HNP yang paling sering (90%) ditemukan pada diskus L4-5,L5-S1. Insiden HNP lumbalis p a d a p e n d e r i t a d e n g a n n y e r i p u n g g u n g b a w a h p a d a s e b u a h s u r v e i b e s a r o l e h Finnish di Inggris adalah 5%

pada Laki-laki dan 4% pada Perempuan. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1.(Faiz et al., 2002) Terdapat perbedaan sudut LS berdasarkan derajat penekanan radiks.

Rerata sudut LS pada penderita yang tidak ada penekanan adalah 36,3o , pada kelompok penekanan ringan sudutnya 44,9o, pada kelompok penekanan sedang sudutnya 53,1 o dan kelompok penekanan radiks saraf berat sudutnya 51,7o.

Derajat penekanan radiks saraf pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan grading menurut Pfirmann et.all. Berdasarkan kriteria ini penekanan radiks saraf terdiri dari derajat 0 sampai dengan derajat 3.

Kemudian penekanan radiks saraf pada masing-masing penderita dijumlahkan dan dikelompokkan berdasarkan sebaran penekanan radiksnya yaitu kelompok penekanan radiks saraf ringan sebanyak 24, sedang 18, berat 8 orang, tanpa penekanan radiks saraf ada 15 orang.

Tidak ada hubungan signifikan antara kategori sudut LS dengan derajat penekanan radiks (p>0,05) dengan Likelihood Ratio (p=0,619).

Tidak ada hubungan signifikan antara kategori sudut LS dengan degenerasi disk (p>0,05) Likelihood Ratio (p=0,188). Namun terlihat kecenderungan bahwa degenerasi diskus paling banyak terjadi pada sudut LS kurang dari 35o .

Sudut lumbosakral meningkat mengindikasikan kemungkinan dan kekuatan tekanan pada aspek posterior lumbal (facies articularis) dan diskus menyebabkan perubahan degenerative awal. Sudut menurun dapat mempengaruhi transfer berat bantalan dan memberikan konstribusi awal ke diskus dan degenerasi vertebra.(Chalian et al., 2012)

Peningkatan sudut lumbosakral akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan terjadi kontraksi otot-otot punggung bawah untuk mempertahankan postur tubuh normal, akibatnya akan terjadi sprain pada ligamen atau strain pada otot punggung sehingga timbul nyeri.(Terk, 2001)

Berdasarkan uji Anova ada hubungan yang signifikan antara umur dengan derajat penekanan radiks (p<0,001). Derajat penekanan radiks semakin berat dengan semakin tuanya umur penderita. Kemampuan menahan air dari nukleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia.

Tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan degenerasi diskus (p>0,05). Chi Square (p=0,378) Namun terlihat

kecenderungan bahwa degenerasi diskus lebih banyak terjadi pada perempuan (85,2%) dibandingkan laki-laki (76,3%).

Tidak ada hubungan signifikan antara kategori IMT dengan derajat penekanan radiks (p>0,05). Likelihood Ratio (p=0,278). Namun terlihat kecenderungan bahwa penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada penderita obesitas dibandingkan yang tidak obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan lebih memiliki risiko nyeri punggung lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat sehingga dapat menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra.(Chalian et al., 2012; Vismara et al., 2010)

Besarnya sudut lumbosakral optimal adalah 30 derajat. Pada sudut 30 derajat shearing stress sebesar 50 % dari beban diatasnya, pada sudut 40 derajat sebesar 65 % danpada sudut 50 derajat, shearing stress sebesar 75% dari beban diatasnya. Jika semakin besar sudut lumbosakral akan menambah shearing stress dan mempengaruhi kurve lordotik lumbalis.

Vertebra lumbali s lebih banyak menyangga berat tubuh dan stress biomekanik yang terkait tulang belakang. Diperkirakan hampir 75 % berat badan disangga oleh sendi L5-S1. (Cailliet, 1981;

Lee et al., 2009)

Pada orang obesitas ditemukan kelemahan otot abdominal yang akan menyebabkan beban aksial hanya dikolumna vertebra saja, sementara centre of gravity bergeser ke depan akibat gaya

moment meningkat sehingga mendorong kurva lumbalis lebih lordosis pada bidang frontal, untuk mencegah meluncur ke depan.

Hiperlordosis akan meningkatkan iritasi pada lumbal L5 -S1 sehingga akan terjadi nyeri lumbal pada 43% populasi. (Vismara et al., 2010; Cailliet, 1981)

Tidak ada hubungan signifikan antara kategori IMT dengan degenerasi disk (p>0,05), likelihood ratio (p=0,284) . Tidak ada hubungan signifikan antara Indeks Massa Tubuh dengan derajat penekanan radiks (p>0,05) Tidak ada hubungan signifikan antara sudut LS dengan derajat penekanan radiks (p>0,05). Namun terlihat kecenderungan bahwa derajat penekanan radiks semakin berat dengan semakin kecilnya sudut LS . Sudut menurun dapat mempengaruhi transfer berat bantalan dan memberikan konstribusi awal ke diskus dan degenerasi vertebra.2 Sementara degenerasi diskus merupakan proses awal terjadinya herniasi nukleus pulposus. (Hellems et al.,1985; Vismara et al.,2010) Tidak ada hubungan signifikan antara sudut LS dengan derajat penekanan radiks (t Independent, p>0,05). Namun terlihat kecenderungan bahwa pada degenerasi diskus maka sudut LS lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak ada degenerasi diskus.

Ada hubungan signifikan antara umur dengan degenerasi diskus (p<0,001). Degenerasi diskus terjadi terjadi pada umur yang lebih tua dibandingkan yang tidak ada degenerasi diskus. Tidak ada hubungan signifikan antara IMT dengan degenerasi diskus (p>0,05) .

Ada hubungan signifikan antara derajat penekanan radiks dengan degenerasi diskus (p<0,01). Likelihood Ratio (p=0,006). Degenerasi diskus lebih banyak terjadi pada adanya penekanan radiks, khususnya pada derajat sedang.

Tidak terdapat hubungan bermakna antara kategori sudut lumbosakral (hipolordosis ddan hiperlordosis) dengan kategori penekanan radiks sedang dan berat (p>0,05).

Tidak ada hubungan bermakna antara kategori tidak obesitas dan obesitas dengan sudut hipolordosis dan hiperlordosis pada penderita HNP (p>0,05). Kategori penekanan radiks sedang dan berat hanya ditemukan pada pasien HNP positif.

BAB VI

P E N U T U P

A. Kesimpulan

1. Secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara sudut lumbosakral dengan derajat penekanan radiks syaraf.

Terdapat kecenderungan semakin besar sudut lumbosakral, derajat penekanan radiks akan semakin berat. Penekanan radiks saraf pada penderita HNP lebih banyak ditemukan pada kelompok sudut lumbosakral kurang dari 35o.

2. Terdapat perbedaan sudut lumbosakral berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan berat badan.

3. Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan derajat penekanan radiks, umur dengan degenerasi diskus, serta antara derajat penekanan radiks saraf dengan kejadian HNP.

4. Terdapat kecenderungan penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan, namun tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan derajat penekanan radiks.

5. Penekanan radiks derajat berat lebih banyak ditemukan pada penderita obesitas. Namun tidak ada hubungan bermakna antara kategori indeks massa tubuh dengan derajat penekanan radiks.

B. Saran

1. Perlu evaluasi dan penangangan lebih penderita HNP dengan faktor risiko umur tua, obesitas dan sudut lumbosakral yang menurun dan degenerative diskus untuk menurunkan risiko kekambuhan HNP.

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kesesuaian hasil pemeriksaan sudut lumbosakral berdasarkan plain foto lumbosakral lateral tegak dengan foto lumbosakral berbaring.

3. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan sudut lumbosakral kategori hiperlordosis dan hipolordosis terhadap kejadian herniasi diskus pada populasi penelitian yang lebih besar.

Dokumen terkait