• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

2. Hasil Belajar Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukkan kepada “suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan yang menjadi hasil belajar.”19

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. “Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektif), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa pengetahuan.”20

“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”21

Menurut Briggs hasil belajar adalah “sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.”22

19

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, Jurnal Teknologi (Ciputat: 2005), h. 155

20

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 154

21

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 147

22

Badan Peneitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, Jurnal Dosenan dan Kebudayaan, (Jakarta: 1995), h. 130

Menurut Gronlund hasil belajar adalah “suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan prilaku tertentu.”23

Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari:

1)Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu : 1)Pengetahuan atau ingatan, 2) Pemahaman, 3) Aplikasi, 4) Analisis, 5) Sintesis dan 6) Evaluasi

2) Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu : 1) Penerimaan, 2) Jawaban, 3) Penilaian, 4) Organisasi dan 5) Interaksi.

3) Ranah Psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.24

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa dalam waktu tertentu.”25

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor dan juga merupakan wujud perubahan perilaku yang terjadi atas suatu objek tertentu sebagai akibat dari proses balajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas

23

Badan Peneitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, h. 130

24

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, h. 130

25

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

b. Pengertian Akidah Akhlak 1) Pengertian Aqidah

Secara etimologi, aqidah berakar dari kata „aqada-ya’qidu-aqdan, „aqidatan. „aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.26

Beberapa tokoh lain memberikan pengertian seperti berikut, dimana pengertian itu tidak jauh berbeda seperti:

Mahmud al-Khalidi, lafaz al-„aqidah, berarti al-ma’qudah, yaitu sesuatu yang diikat. Sementara menurut Lu’ayyi Safi, mengikat dan mengokokohkan perjanjian, yang juga berarti pembenaran (al-tasdik), keyakinan (al-taykin) dan kepastian (al-jazm).27

Menurur, Hamzah Ya’qub memberikan definisi aqidah menurut bahasa artinya: simpulan atau ikatan.28 Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali, aqidah adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan. Akidah Islam (Akidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.29

Sedangkan secara terminologis diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan.30 Dan menurut Fathi Salim, kata “aqidah” berarti qolbu yang dibenarkan akal. Maksud keyakinan qolbu adalah keyakinan wijdan (hati).

26

Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 1995), Cet. 3 h. 1

27

Muhammad Maghfur, Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bagil-Jatim: Al-Izzah, 2002), Cet. 1, h. 244.

28Hamzah Ya’qub, Pemurnian Aqidah dan Syari’ah Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 46

29

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 199

Hati (qolbu) dinyatakan yakin jika pembenaran (tasdik), tanpa ada sedikitpun penefian (nafy). Inilah yang oleh Mahmud Syaltut disebut al-I’tiqad al-jazim (keyakinan bulat).31

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami aqidah merupakan sesuatu yang sangat mendasar, karena bahasanya mengenai pokok-pokok dalam ajaran Islam dalam hal keimanan, seperti: iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada Qada dan Qadar. Kesemuanya itu menyangkut masalah keyakinan yang tidak boleh bercampur dengan keraguan.

2) Pengertian Akhlak

Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologis adalah perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khulukun” yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti: kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti: yang diciptakan.32

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khalik dengan makhluk.

Secara terminologi, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, di antaranya:

a. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).”33

31

Muhammad Maghfur, Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam……., h. 244

32Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakulkarimah (Suatu Pengentar), (Bandung: CV. Diponegoro: 1988), Cet. 4 h. 11

33

b. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”34

c. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak ialah:

“Kebiasaan kehendak”. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Dan bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak ini ialah akhlak dermawan.35

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia kemudian muncul secara spontan apabila diperlukan untuk melakukan perbuatan atau berkehendak tanpa adanya dorongan dari luar.

c. Fungsi Studi Pembelajaran Akidah Akhlak fungsi mempelajari Akidah Akhlak yaitu:

a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai akidah Islam. b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada

Allah.

c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT

d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik.36

34

Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 1999), Cet. 1 h. 2

35

Ahmad Amin, Ethika “Ilmu Akhlak”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. 1 h. 74

36

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Motodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984/1985), Cet. 2, h. 135

B. Kerangkan Berpikir

Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang keyakinan dan tingkah laku manusia. Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang berurutan dan berjenjang. Untuk mempelajari ilmu akidah akhlak harus menggunakan disiplin dan cara-cara atau metode yang tepat. Langkah-langkahnya yaitu menemukan masalah, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, dan menyusun teori.

Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas harus diupayakan mampu menuntut siswa untuk dapat berpikir, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahkan masalah, merangsang dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, berpikir secara mendiri serta bekerja secara koopertaif untuk mengembangkan kemampuan.

Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui penerapan kooperatif tipe STAD. Dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya bersama dengan teman-temannya dan bekerja sama dalam proses pembelajaran. Melalui model ini siswa bukan saja diberi kesempatan belajar tetapi mengajarkan satu sama lain sehingga diharapkan siswa mampu mengungkapkan kemampuannya dan berpikir sendiri untuk memberikan ilmu kepada yang lain yang belum mengerti. Disamping itu siswa dapat mengembangkan kepekaan sosial tanpa menghambat dirinya sendiri karena siswa lebih leluasa untuk menghargai pendapat orang lain, memotivasi, sikap positif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frida Maryati H. yusuf dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi untuk Miningkatkan Hasil Belajar Siswa SLTP Negeri 2 KOTA Gorontalo”. Didapatkan,

hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes pada akhir siklus, terlihat pada siklus I, dari 40 siswa yang mengikuti tes, 9 orang siswa (22,5%) masih memperoleh nilai di bawah 6, dan 31 orang siswa (77,5) memperoleh nilai 6,5 ke atas. Dari hasil ini nilai rata-rata kelas adalah 7,06 dan daya serap rata-rata secara klasikal 70,6%. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yaitu dari 40 siswa yang dikenai tindakan, 38 orang (95%) memperoleh nilai 6,5 keatas dan 2 orang (5%) memperoleh nilai di bawah 6,5 dan perolehan nilai rata-rata kelas 8,0 atau daya serap rata-rata secara klasikal 80%.

Pada akhir siklus II, Nampak adanya beberapa peningkatan yang mengarah pada penyempurnaan aspek-aspek dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, misalnya dengan meningkatkan interaksi antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, demikian pula pembimbingan guru terhadap kelompok menjadi lebih baik yang didukung dengan pelaksanaan pembelajaran pada suasana kelas yang baik dan meningkatnya respon siswa dalam menerima materi pelajaran, yang pada akhirnya memberi efek pada hasil belajar siswa yang meningkat dari 77,5% menjadi 88%. Hal ini sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum yaitu minimal 85% dari seluruh siswa yang di kenai tindakan memperoleh nilai 6,5 ke atas. 100% menyatakan senang (member tanggapan positif).37

Dewi marhelly dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai. Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2009, menyatakan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai pada konsep redoks lebih efektif karena dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memahami konsep materi, belajar bersama, dan berdiskusi, sehingga lebih

37

Frida Maryati H. Yusuf, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SLTP Negeri 2 Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo

memudahkan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.38

Perdy Karuru dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.39

Dari penelitian yang relevan di atas tentunya mempunyai perbedaan dengan skripsi ini dimana semua peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap mata pelajaran sains yaitu pelajarn IPA Kimia dan Biologi dll. Disini peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terhadap pelajaran agama yang lebih tepatnya pelajaran akidah akhlak.

D. Hipotesis

Dari penyusunan kerangka teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa.

38

Dewi Marhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai, (Skipsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h.74

39

Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.045, Tahun IX, November 2003, h.804

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait