• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh:

RIZKI FAUZAN HASAN NIM: 109011000016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak di MA Nihayatul Amal Karawang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa MA Nihayatul Amal dan mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPS MA Nihayatul Amal Karawang tahun ajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pengumpulan data dilakukan melalui pretes dan posttes, observasi, catatan lapangan, dan wawancara.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasil posttes yang meningkat dibandingkan pretes dan juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan wawancara kepada beberapa siswa, respon siswa setelah belajar akidah akhlak dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagian besar baik. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sangat efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa. Siswa berharap agar model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat digunakan pada materi lainnya.

Kata Kunci: Model Student Teams Achievement Divisions (STAD), Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah

Akhlak”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, pejuang agama Islam dan teladan yang terbaik yaitu Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia kejalan yang benar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya. 3. Bapak Bahrissalim, MA sebagai dosen pembimbing skripsi sekaligus

penasehat akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan sabar dan ikhlas demi keberhasilan penulis.

4. Segenap bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Ir. Fitri Gumulya, M.M, selaku kepala sekolah MA Nihayatul Amal

(7)

6. Bapak Nanang Ali Nawawi, S,Ag, sebagai guru Akidah Akhlak kelas XI IPS MA Nihayatul Amal Karawang, terima kasih atas bantuan dan waktunya selama penulis melakukan penelitian di madrasah tersebut.

7. Kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Bapak Hasan Padili M.Pd, dan ibunda tersayang Ibu N.Nurbaeti, M.Pd.I, adik-adik ku tercinta Fikri Humaedi Hasan, Fakhri Husaeni Hasan dan Lulu Nurfadilah. Serta keluarga besar yang telah menunggu penyelesaian skripsi ini. Tidak ada kata yang pantas lagi ananda ucapkan selain ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan dan do’a kalian serta kesabaran yang tak terhingga.

8. Kepada yang tercinta Siti Patimah, S. Keb yang telah membantu dan menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas dan memudahkan dalam semua urusannya.

9. Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2009 terkhusus kelas peminatan Sejarah dan kelas A PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengisi buku hati penulis dengan kenangan yang tiada pernah terhapus selama mengikuti perkuliahan dan semoga tali silaturahim kita tetap terjalin. 10.Kepada Adi Jaya, S.Sains yang telah membantu dalam pembuatan skripsi. 11.Kepada segenap keluarga besar jacopend yang telah meluangkan waktu untuk

menyemangati pembuatan skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.

Akhir kata, besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin Jazakumullah Khairan Katsiro ...

Jakarta, Juli 2014

(8)

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik ... 8

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 8

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif... 13

c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 13

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 14

e. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16

2. Hasil Belajar Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah ... 18

a. Pengertian Hasil Belajar ... 18

b. Pengertian Akidah Akhlak ... 20

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

C. Pihak yang Terkait dalam Penelitian ... 27

D. Desain Penelitian Tindakan ... 27

E. Tahapan Intervensi ... 29

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 31

G. Jenis Sumber dan Data... 31

H. Instrumen Penelitian ... 31

I. Teknik Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 35

1. Validitas ... 35

2. Reliabilitas ... 36

3. Daya Pembeda ... 37

4. Tingkat Kesukaran ... 38

K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis Data ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42

1. Siklus I ... 42

2. Siklus II ... 49

B. Analisis Data ... 55

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpilan ... 60

B. Saran ... 61

(10)
[image:10.612.111.513.158.546.2]

DAFTAR TABEL-TABEL

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data ... 31

Tabel 3.2 Lembar Catatan Lapangan ... 33

Tabel 3.3 Tingkat Hasil Belajar ... 39

Tabel 4.1 Presentase Kemampuan Psikomotorik Siswa Siklus I ... 45

Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Presentase Kemampuan Psikomotorik Siswa Siklus II ... 52

Tabel 4.4 Nilai Siklus II ... 53

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen ... 82

Tabel 5 Catatan Lapangan ... 115

Tabel 6 Skor Kemajuan Siswa ... 122

(11)
[image:11.612.161.452.242.533.2]

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus 1 Pertemuan Pertama ... 65

Lampiran 2 RPP Siklus 1 Pertemuan kedua ... 69

Lampiran 3 RPP Siklus 2 Pertemuan Pertama ... 74

Lampiran 4 RPP Siklus 2 Pertemuan kedua ... 77

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 81

Lampiran 6 Soal Pretest dan Posttes ... 94

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa ... 109

Lampiran 8 Pedoman Wawancara ... 113

Lampiran 9 Catatan Lapangan ... 115

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewarnai dunia pendidikan dewasa ini dan menjadi bagian utama dalam isi pengajaran. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa di masa depan. Malalui pendidikan, manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina serta dikembangkan potensi-potensinya. Sehingga dalam menunjang kamajuan pendidikan, pemerintah pun memberikan perhatian besar terhadap pelaksanaan program pendidikan di Indonesia. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Dasar No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 4 yang berbunyi:

(14)

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.1

Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menjadi tantangan termasuk peningkatan mutu, relevansi dan efektifitas pendidikan sebagai tuntunan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Oleh sebab itu proses pembelajaran yang diselenggarakan dalam lembaga pendidikan haruslah berjalan secara komprehensif serta memperhatikan berbagai aspek yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan sistem pembelajaran yang baik guna mendapatkan hasil yang baik pula, baik dalam tenaga kependidikan maupun sistem pendidikan yang berlangsung.

Modal menjadi guru di sekolah berbeda dengan modal profesi sopir angkot di kota, yaitu: bermodal keahlian menyopir, memiliki surat izin mengemudi (SIM), mengetahui rambu-rambu lalu lintas dan menghafal rute jalan. Sedangkan bagi seorang guru, dia harus mempu mengajar dan mendidik siswanya dengan menguasai materi pelajaran, memiliki wawasan pendidikan, memiliki pengalaman mengajar, dan lain-lain. Guru tidak saja bermodal pengalaman, pengetahuan akademis, akan tetapi juga keterampilan (skill).2

Peran seorang guru yang merupakan pusat utama yang mengatur seluruh pembelajaran didalam kelas, baik dalam menyiapkan dan mengatur pembelajaran dan sekaligus menjadi fasilitator atau sumber utama pengetahuan bagi para siswa serta mengatur berjalannya proses pembelajaran dalam menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran menggunakan metode maupun strategi pembelajaran yang disiapkan dengan baik.

Banyak penyebab pasifnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: banyaknya guru yang menggunakan metode “tradisional” dalam mengajar,

1

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 36

2

(15)

banyaknya guru yang belum menguasai secara penuh metode dan strategi pembelajaran, banyak juga yang menjadi guru padahal tidak mempunyai kompetensi di bidangnya, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya guru telah membuat dan merencanakan metode dan strategi yang akan digunakan dalam mengajar, namun kenyataannya di lapangan sangat berbeda dengan yang diharapkan. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, mungkin metode dan strategi yang diterapkan belumlah maksimal, atau justru metode dan strategi yang direncanakan tidak sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi.

Guru harus memiliki kopentensi dalam mengajar agar dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif. Terlebih dahulu guru harus mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau siswa yang diajarkannya, kemudian cakap dalam menyampaikan materi sehingga memudahkan siswa untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya dibantu dengan mengembangkan dan mempergunakan metode-metode mengajar yang tepat sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.

Seiring berkembangnya zaman dan pemikiran manusia semakin maju, metode-metode dan strategi-strategi baru terus dikembangkan, banyak bermunculan teori-teori baru yang dibuat dengan tujuan mengefektifkan kegiatan belajar mengajar yang saat ini sering disebut dengan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Karena pada saat ini pemahaman para pelaku pendidikan, guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu, banyak sumber bisa dimanfaatkan anak didik untuk memperoleh ilmu. Hal tersebut merekonstruksi pemikiran para pelaku pendidikan bahwa siswa juga merupakan subyek dalam kegiatan pendidikan.

(16)

bahwa siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.3

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD adalah satu pendekatan yang mengutamakan siswa untuk aktif melalui tim tertentu. STAD mewajibkan individu untuk memberikan yang terbaik untuk timnya. Pada pendekatan ini terdapat beberapa komponen yakni presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor kemajuan individual dan penghargaan tim.4

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi langsung ke lingkungan sekolah MA Nihayatul Amal dan mengamati proses belajar mengajar di kelas dan data nilai yang akan diteliti yaitu XI-IPS. Dari hasil pengamatan, ternyata siswa di kelas XI IPS ini terdapat banyak permasalahan dalam pendidikan, misalnya rendahnya hasil belajar siswa pada suatu bidang tertentu yaitu akidah akhlak yang terjadi di MA Nihayatul Amal. Hal ini terlihat dari data nilai ulangan harian kelas yang rata-rata siswanya masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Selain itu, masih banyak masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran akidah akhlak. Diantaranya adalah motivasi belajar siswa yang rendah, interaksi antar siswa tidak ada karena guru masih mendominasi sehingga proses belajar yang berlangsung masih monoton, kemampuan menghafal juga rendah, dan tidak ada dukungan dari orang tua untuk belajar. Dalam melakukan pendekatan kepada siswa maupun guru bidang studi, peneliti melakukan wawancara supaya lebih mengetahui seluk beluk dan problema apa saja yang dirasakan guru maupun siswa. Setelah melakukan wawancara kepada siswa maupun guru, peneliti bisa lebih mendalami atau bahkan menemukan permasalahan-permasalahan yang sebelumnya tidak diketahui. Setelah data-data yang

3

Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Prakti, Penerjemah: Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2005), hal .5

4

(17)

diperoleh dari lapangan kemudian berusaha untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kelas tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang ada di MA Nihayatul Amal Karawang, siswa perlu diberi suatu strategi belajar mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan mereka di dalam proses belajar mengajar. Dari informasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa dalam mengajarkan konsep-konsep akidah akhlak, guru membutuhkan suatu model atau strategi pembelajaran yang disusun secara sistematis. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba untuk menggunakan Model pembelajaran kooperatif, lebih khususnya adalah metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) karena strategi pembelajaran ini dirasakan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada di MA Nihayatul Amal. Dengan menggunakan STAD,aktivitas siswa terfokus kepada suatu tim dan saling membantu satu sama lain dalam memahami materi memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut, sehingga dapat mencapai suatu tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah

Akhlak”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar akidah akhlak pada siswa kelas XI IPS 2. Kurangnya variasi model pembelajaran dalam proses belajar mengajar 3. Proses pembelajaran yang berlangsung masih monoton

4. Kurangnya kerja sama antara sesama siswa saat belajar

(18)

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan ini dibatasi pada penerapan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar akidah akhlak. Sedangkan tipe yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif dibatasi pada tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil belajar akidah akhlak yang menjadi penelitian ini adalah hasil pembelajaran akidah akhlak kelas XI IPS semerter II (genap).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi sebagaimana di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar akidah akhlak pada pokok bahasan akhlak menghindari perilaku tercela?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan psikomotorik siswa dalam pelajaran akidah akhlak pada pokok bahasan menghindari perilaku tercela?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar akidah akhlak pada pokok pembahasan menghindari perilaku tercela menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

(19)

F. Manfaat Penalitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Siswa lebih aktif, berani dalam mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam belajarnya

2. Bagi guru

Membantu guru untuk memperbaiki kinerjanya, mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan proses belajar mengajar dengan hasil belajar yang lebih maksimal.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.

4. Bagi peneliti

(20)

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Mills dalam Agus Suprijono berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.5

Model pembelajaran merupakan landasan praktis pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat oprasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

5

(21)

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.6 Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaborasi.

Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Siswa bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha mengemukakan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentu-bentuk

assesment oleh sesama siswa digunakan untuk melihat hasil prosesnya.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

6

(22)

Menurut Lie, pembelajaran kooperatif adalah “sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”.7

Made Wena menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah “sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lainnya”.8

Slavin dalam Isjoni mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat membuat siswa lebih bergairah dalam belajar.9

Sedangkan Johnson mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.10 Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok dengan pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.

Kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpula disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur, groupness. Interaksi adalah saling memengaruhi individu satu dengan individu lain. Interaksi dapat berlangsung sacara fisik, non-verbal, emosional dan sebagainya. Tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok perasaan menjadi senang. Tujuan ekstrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai

7

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2010), Cet.IV, h. 190

8 Ibid 9

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabet, 2009), h. 15. 10Isjoni, Cooperative……, h. 15

(23)

secara sendiri, melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama. Sruktur kelompok menunjukkan bahwa dalam kelompok ada peran. Peran dari tiap-tiap anggota kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran masing-masing anggota kelompok akan bergantung pada posisi maupun kemampuan individu masing-masing. Setiap anggota kelompok berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagai norma yang mengatur perilaku anggota kelompok. Groupness menunjukkan bahwa kelompok merupakan satu kesatuan. Kelompok bukanlah semata-mata kumpulan orang yang saling berdekatan. Kelompok adalah kesatuan yang bulat di antara anggotanya.

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Sehingga pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Dalam menjalankan metode kooperatif ini guru sering kali tidak memahami langkah yang benar dan prosedur model pembelajaran yang harusnya diterapkan, sehingga metode kooperatif ini tidak berjalan dengan baik. Pembagian kerja yang kurang adil dalam kelompok dan memberikan tugas kepada kelompok tanpa memberikan pedoman yang perlu dikerjakan, membuat siswa tidak tahu harus bekerja sama dan membuat kondisi kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu;

(24)

menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Sejumlah emen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok merupakan tujuan kelompok, setiap anggota memiliki peran demi kelompoknya masing-masing. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan.pada tahap ini, guru harus meengarahkan, memberikan petunjuk dan membimbing siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik.11

Dalam semua kelompok berkesempatan memperoleh sertifikat atau penghargaan jika mereka mencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tanggung jawab perseorangan yaitu bahwa dalam semua kelompok belajar siswa, keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran perseorangan dari semua anggota kelompok. Ini memfokuskan kepada aktivitas anggota kelompok pada pengajaran tutorial satu sama lain dan memastikan bahwa siapa saja yang ada dalam kelompok itu siap untuk menjawab kuis atau ujian lain yang akan dijalani para siswa tanpa bantuan teman sekelompoknya.

Kesempatan yang sama untuk berhasil berarti bahwa apa yang disumbangkan siswa untuk kelompok mereka berdasarkan pada kemajuan mereka atas kemanpuan mereka sendiri yang sebelumnya. Hal ini menjamin bahwa anak-anak yang pintar, sedang dan kurang pintar sama-sama

11

(25)

tertantang untuk melakukan yang terbaik, dan peran serta dari semua anggota kelompok akan dinilai.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Stahl dalam Tukiran Taniredja, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:

1) Belajar bersama dengan teman

2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman 3) Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok 4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5) Belajar dalam kelompok kecil

6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat 7) Keputusan tergantung pada siswa sendiri

8) Siswa aktif (Stahl, 1994).12

c. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.13

Ide utama dari STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru. Jika siswa-siswa mengizinkan agar team memperoleh penghargaan (reward) maka mereka harus membantu teman-teman mereka mempelajari bahan yang disajikan guru. Mereka harus saling mendorong satu sama lain agar belajar dan bekerja secara

12

Tukiran Taniredja, dkk., Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: ALFABETA, 2011), h. 59

13

(26)

sungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang amat penting, bermanfaat dan menyenangkan.14

Siswa bekerja sama setelah guru menyajikan bahan ajar. Mereka dapat bekerja secara berpasangan dan saling membandingkan jawaban, membahas tiap perbedaan, dan saling menolong manakala terdapat kesalahan pengertian. Mereka dapat membahas strategi atau pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah, atau mereka dapat saling mengajukan soal atau kuis mengenai materi yang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman-teman sekelompok, coba menilai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri sehingga dapat membantu mereka berhasil baik dalam kuis.15

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah/pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:16

a. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat atau lima orang yang beragam kemampuan jenis kelamin dan sukunya.

b. Guru memberikan pelajaran.

c. Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

d. Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang meteri tersebut. Mereka tidak dapat membantu satu sama lain.

e. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang sebelumnya.

f. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka yang sebelumnya.

14

Robert E. Slavin, Op Cit, h.12 15

Isjoni, Op Cit, h.70-71 16

(27)

STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.17

a. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah harus benar-benar berfokos pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selam persentasi kelas, kerena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis, dan skor kuis mereka membantu skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling

17

(28)

membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individu untuk memahami materinya

d. Skor kemajuan individual

Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan ini didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang mereka capai pada kuis yang lalu. Jika guru menggunakan STAD setelah guru melakukan tiga kuis atau lebih, gunakanlah skor rata-rata sebagai skor awal. Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukan skor peningkatan/perkembangan. Rata-rata skor peningkatan/perkembangan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Pedoman untuk memberikan skor perkembangan individu disajikan pada Tabel 2 berikut.

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kelebihan pembelajaran koperatif menurut Jarolimek & Parker (1993) adalah sebagai berikut:18

1) Adanya saling ketergantungan yang positif antar siswa 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

4) Tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehingga membuat siswa merasa rileks

5) Terjalinnya hubungan hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru 6) Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang menyenangkan.

18

(29)

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.

1) Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

(30)

Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.

2. Hasil Belajar Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukkan kepada “suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan yang menjadi hasil belajar.”19

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. “Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektif), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa pengetahuan.”20

“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”21

Menurut Briggs hasil belajar adalah “sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.”22

19

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, Jurnal Teknologi (Ciputat: 2005), h. 155

20

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 154 21

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 147 22

(31)

Menurut Gronlund hasil belajar adalah “suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan prilaku tertentu.”23

Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari:

1)Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu : 1)Pengetahuan atau ingatan, 2) Pemahaman, 3) Aplikasi, 4) Analisis, 5) Sintesis dan 6) Evaluasi

2) Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu : 1) Penerimaan, 2) Jawaban, 3) Penilaian, 4) Organisasi dan 5) Interaksi.

3) Ranah Psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.24

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa dalam waktu tertentu.”25

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor dan juga merupakan wujud perubahan perilaku yang terjadi atas suatu objek tertentu sebagai akibat dari proses balajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas

23

Badan Peneitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, h. 130 24

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, h. 130 25

(32)

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

b. Pengertian Akidah Akhlak 1) Pengertian Aqidah

Secara etimologi, aqidah berakar dari kata „aqada-ya’qidu-aqdan, „aqidatan. „aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.26

Beberapa tokoh lain memberikan pengertian seperti berikut, dimana pengertian itu tidak jauh berbeda seperti:

Mahmud al-Khalidi, lafaz al-„aqidah, berarti al-ma’qudah, yaitu

sesuatu yang diikat. Sementara menurut Lu’ayyi Safi, mengikat dan mengokokohkan perjanjian, yang juga berarti pembenaran (al-tasdik), keyakinan (al-taykin) dan kepastian (al-jazm).27

Menurur, Hamzah Ya’qub memberikan definisi aqidah menurut bahasa artinya: simpulan atau ikatan.28 Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali, aqidah adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan. Akidah Islam (Akidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.29

Sedangkan secara terminologis diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan.30 Dan menurut Fathi Salim, kata “aqidah” berarti qolbu yang dibenarkan akal. Maksud keyakinan qolbu adalah keyakinan wijdan (hati).

26

Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 1995), Cet. 3 h. 1

27

Muhammad Maghfur, Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bagil-Jatim: Al-Izzah, 2002), Cet. 1, h. 244.

28Hamzah Ya’qub, Pemurnian Aqidah dan Syari’ah Islam

, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 46

29

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 199

(33)

Hati (qolbu) dinyatakan yakin jika pembenaran (tasdik), tanpa ada sedikitpun penefian (nafy). Inilah yang oleh Mahmud Syaltut disebut

al-I’tiqad al-jazim (keyakinan bulat).31

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami aqidah merupakan sesuatu yang sangat mendasar, karena bahasanya mengenai pokok-pokok dalam ajaran Islam dalam hal keimanan, seperti: iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada Qada dan Qadar. Kesemuanya itu menyangkut masalah keyakinan yang tidak boleh bercampur dengan keraguan.

2) Pengertian Akhlak

Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologis adalah perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khulukun” yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti: kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti: yang diciptakan.32

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khalik dengan makhluk.

Secara terminologi, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, di antaranya:

a. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).”33

31

Muhammad Maghfur, Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam……., h. 244 32Hamzah Ya’qub,

Etika Islam Pembinaan Akhlakulkarimah (Suatu Pengentar), (Bandung: CV. Diponegoro: 1988), Cet. 4 h. 11

33

(34)

b. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”34

c. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak ialah:

“Kebiasaan kehendak”. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Dan bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak ini ialah akhlak dermawan.35

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia kemudian muncul secara spontan apabila diperlukan untuk melakukan perbuatan atau berkehendak tanpa adanya dorongan dari luar.

c. Fungsi Studi Pembelajaran Akidah Akhlak fungsi mempelajari Akidah Akhlak yaitu:

a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai akidah Islam. b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada

Allah.

c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT

d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik.36

34

Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 1999), Cet. 1 h. 2

35

Ahmad Amin, Ethika “Ilmu Akhlak”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. 1 h. 74 36

(35)

B. Kerangkan Berpikir

Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang keyakinan dan tingkah laku manusia. Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang berurutan dan berjenjang. Untuk mempelajari ilmu akidah akhlak harus menggunakan disiplin dan cara-cara atau metode yang tepat. Langkah-langkahnya yaitu menemukan masalah, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, dan menyusun teori.

Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas harus diupayakan mampu menuntut siswa untuk dapat berpikir, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahkan masalah, merangsang dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, berpikir secara mendiri serta bekerja secara koopertaif untuk mengembangkan kemampuan.

Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui penerapan kooperatif tipe STAD. Dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya bersama dengan teman-temannya dan bekerja sama dalam proses pembelajaran. Melalui model ini siswa bukan saja diberi kesempatan belajar tetapi mengajarkan satu sama lain sehingga diharapkan siswa mampu mengungkapkan kemampuannya dan berpikir sendiri untuk memberikan ilmu kepada yang lain yang belum mengerti. Disamping itu siswa dapat mengembangkan kepekaan sosial tanpa menghambat dirinya sendiri karena siswa lebih leluasa untuk menghargai pendapat orang lain, memotivasi, sikap positif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

(36)

hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes pada akhir siklus, terlihat pada siklus I, dari 40 siswa yang mengikuti tes, 9 orang siswa (22,5%) masih memperoleh nilai di bawah 6, dan 31 orang siswa (77,5) memperoleh nilai 6,5 ke atas. Dari hasil ini nilai rata-rata kelas adalah 7,06 dan daya serap rata-rata secara klasikal 70,6%. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yaitu dari 40 siswa yang dikenai tindakan, 38 orang (95%) memperoleh nilai 6,5 keatas dan 2 orang (5%) memperoleh nilai di bawah 6,5 dan perolehan nilai rata-rata kelas 8,0 atau daya serap rata-rata secara klasikal 80%.

Pada akhir siklus II, Nampak adanya beberapa peningkatan yang mengarah pada penyempurnaan aspek-aspek dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, misalnya dengan meningkatkan interaksi antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, demikian pula pembimbingan guru terhadap kelompok menjadi lebih baik yang didukung dengan pelaksanaan pembelajaran pada suasana kelas yang baik dan meningkatnya respon siswa dalam menerima materi pelajaran, yang pada akhirnya memberi efek pada hasil belajar siswa yang meningkat dari 77,5% menjadi 88%. Hal ini sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum yaitu minimal 85% dari seluruh siswa yang di kenai tindakan memperoleh nilai 6,5 ke atas. 100% menyatakan senang (member tanggapan positif).37

Dewi marhelly dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai. Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2009, menyatakan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai pada konsep redoks lebih efektif karena dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memahami konsep materi, belajar bersama, dan berdiskusi, sehingga lebih

37

(37)

memudahkan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.38

Perdy Karuru dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.39

Dari penelitian yang relevan di atas tentunya mempunyai perbedaan dengan skripsi ini dimana semua peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap mata pelajaran sains yaitu pelajarn IPA Kimia dan Biologi dll. Disini peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terhadap pelajaran agama yang lebih tepatnya pelajaran akidah akhlak.

D. Hipotesis

Dari penyusunan kerangka teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa.

38

Dewi Marhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai, (Skipsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h.74

39

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Yang menjadi target untuk dijadikan subjek penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu siswa kelas XI IPS Nihayatul Amal Rawamerta Karawang tahun pelajaran 2013-2014. Siswa kelas XI IPS berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan karakteristik yang heterogen.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian dan sebagainya.40 Dalam hal ini guru yang mengajar perlu

40

(39)

berkolaborasi dengan seseorang atau tim peneliti, baik peneliti maupun guru secara bersama-sama membuat rancangan penelitiannya.

C. Pihak yang Terkait dalam penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pengamat kegiatan. Peneliti bekerja melakukan pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru. Guru ini adalah guru kelas yang memegang kelas penelitian.

D. Desain Penelitian Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) dan revisi.

Langkah-langkah:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan awal peneliti dan guru berkolaborasi bersama-sama menelaah terhadap mata pelajaran akidah akhlak di kelas XI IPS kemudian peneliti menyusun rencana pembelajaran (RPP) materi pokok menghindari perilaku tercela.

(40)

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasi dari perencanaan yang telah dipersiapkan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode STAD.

3. Pengamatan (observing)

Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi(reflecting)

Hasil dari tahap observasi selama kegiatan pembelajaran dikumpulkan serta dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah dilakukan. 5. Revisi

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.41

41

(41)

SIKLUS I

[image:41.612.165.517.137.542.2]

SIKLUS II

Gambar 3.1 Siklus Kegiatan PTK

E. Tahapan Intervensi 1. Perencanaan (Planning)

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis dan merumuskan masalah

c. Menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD

d. Menyiapkan LKS

Pelaksanaan Tindakan-II Perencanaan

Tindakan-II Permasalahan

baru, hasil berefleksi

Refleksi-I Pengamatan/pe-ngumpulan

Data-I Pelaksanaan

Tindakan-I Perencanaan

Tindakan-I permasalahan

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya Bila

Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi-II Pengamatan/pe-ngumpulan

(42)

e. Menyiapkan instrumen (tes dan lembar observasi) f. Menyusun kelompok belajar siswa

2. Tindakan (Acting)

Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun

a. Melakukan tes awal pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa

b. Memberi perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe STAD c. Ketika proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi mengenai

kinerja guru dan siswa

d. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD

3. Pengamatan (Observing)

a. Mengumpulkan data penelitian

b. Melakukan diskusi dengan guru akidah akhlak untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan 4. Refleksi (Reflecting)

a. Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya

b. Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan

(43)

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar akidah akhlak siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi meningkat. Adapun keberhasilan ketuntasan belajar yang diharapkan mencapai presentase 80% dengan nilai KKM 75.

G. Jenis dan Sumber Data

1. Sumber data: sumber data penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti

[image:43.612.132.530.258.546.2]

2. Jenis data: kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif terdiri dari hasil wawancara, lembar catatan lapangan, dan hasil observasi. Sedangkan kuantitatif berasal dari lembar kerja siswa dan lembar soal tiap siklus.

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data

SUMBAR DATA INSTRUMEN

Siswa

Catatan Lapangan Lembar Observasi Pretest dan posttest Lembar Kerja Siswa Guru dan Siswa Wawancara

H. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk mengetahui kualitas pemunculan kejadian/aspek psikomotor siswa selama proses pembelajaran. Aspek psikomotor yang diamati adalah:

a. Bergerak (Moving)

(44)

2) Menyiapkan perlengkapan belajar 3) Merapihkan perlengkapan belajar b. Memanipulasi (Manupulating)

1) Membaca LKS

2) Menuliskan jawaban LKS c. Komunikasi (Communicating)

1) Mengajukan pertanyaan 2) Menjawab pertanyaan 3) Mengajukan pendapat

4) Menyimak pendapat orang lain 5) Mendiskusikan masalah

2. Lembar soal

Lembar soal digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Soal yang dimaksud adalah tes dalam bentuk pilihan ganda yang memiliki lima pilihan jawaban.

3. Lembar kerja siswa

Lembar kerja siswa berisi contoh soal dan penjelasannya, dan soal-soal yang dirancang untuk diselesaikan siswa secara berkelompok.

4. Lembar catatan lapangan

Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua hal yang dianggap penting untuk dicatat dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek peneliti tindakan kelas.42 Catatan lapangan ini menurut proses pembelajaran dikelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa.

42

(45)
[image:45.612.131.536.192.561.2]

Tabel 3.2 Lembar Catatan Lapangan

No Kegiatan Pengamatan

1 2 3 4 5

6

Kegiatan siswa Kegiatan guru Interaksi antar siswa

Interaksi siswa dengan guru

Antusias siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Lain-lain

5. Lembar wawancara

Menurut Hopkins, wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai bisa termasuk beberapa siswa, kepala sekolah, guru, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, dan orang tua siswa.

Ada beberapa bentuk wawancara, antara lain wawancara terstruktur, wawancara setengan terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur.43

a. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang sudah dipersiapkan wawancaranya terlebih dahulu oleh pewawancara

b. Wawancara setengah terstruktur adalah wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk menerangkan agak panjang yang mungkin tidak langsung terfokus pertanyaan atau mungkin melanjutkan topik bahasan sendiri selama wawancara berlangsung.

43

(46)

c. Wawancara tidak terstruktur adalah bentuk wawancara yang dipilih oleh orang yang diwawancarai. Jika wawancara berlangsung, pewawancara dapat mengarahkan agar yang diwawancarai dapat menerangkan, mengelaborasikan, atau mengklasifikasi jawaban yang kurang jelas.

Menurut Denzin dalam Rochiati, wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.

Wawancara awal kepada siswa dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami dan mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep akidah akhlak, sarana dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan bagaimana guru menanamkan nilai-nilai dalam pembelajaran.

Wawancara awal terhadap guru bidang studi akidah akhlak dimaksudkan untuk menggali permasalahan, kemauan, persepsi, sikap, keterampilan serta kreativitas guru dalam menyelenggarakan nilai melalui pelajaran akidah akhlak serta pemanfaatan media dalam upaya meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai kepada siswa.

Wawancara akhir kepada siswa dimaksudkan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran akidah akhlak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(47)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: A. Mewawancarai guru dan beberapa siswa.

B. Siswa menyelesaikan soal tes tiap akhir siklus serta

C. Observasi yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil setiap pengamatan di diskusikan pada saat menganalisis data dan sangat berguna untuk menentukan tindakan pada siklus selanjutnya.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Untuk menganalisis butir soal yang diujicobakan, peneliti melakukan beberapa tahap diantaranya:

1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validaty, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.44

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menghitung validitas soal pilihan ganda menggunakan ANATES.

Untuk mengukur validitas soal dilakukan dengan uji Point Biseral, yaitu:45

44

Ibid, h.105 45

(48)

pbi=

pbi =koefisien korelasi biserial

M

p = rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item

yang dicari validitasnya

M

t = rerata skor total

S

t

=

standar deviasi dari skor total proporsi

P

= proporsi siswa yang menjawab benar

q

= proporsi siswa yang menjawab salah

2. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas bermakna kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.46 Untuk mengetahui reliabilitas instrument tes hasil belajar siswa digunakan ANATES dan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai berikut:47

r

11 =

keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan

n = jumlah butir soal dalam perangkat tes S = standar deviasi skor-skor tes

p = proporsi subjek yang menjawab item benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

46

Ibid, h.105 47

(49)

Adapun kriteria pengujiannya:

r11 = 0,91 – 1,00 = sangat tinggi

r11 = 0,71 – 0,90 = tinggi

r11 = 0,41 – 0,70 = cukup

r11 = 0,21 – 0,40 = rendah

r11 = < 0,21 = sangat rendah

Berdasarkan pengujuan reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan ANATES didapatkan reliabilitas pada konsep perhitungan akidah akhlak

3. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan ANATES dan rumus:

D =

-

Keterangan:

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar48

48

(50)

4. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan ANATES dan rumus:

I =

Keterangan:

I = indeks kesulitan/kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar N = jumlah seluruh siswa

Criteria indeks kesulitan soal adalah: 0 – 0,30 = soal ketegori sukar 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah49

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan nilai presentase. Rumus presentase yang digunakan adalah:50

P = X 100%

Keterangan:

P = Angka presentase

F = frekuensi yang sedang dicari presentasinya

N = Number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan di dalam memperoleh data dari hasil tindakan yang penulis lakukan terhadap siswa kelas

49 Ibid 50

(51)

XI IPS MTs Nihayatul Amal kota Karawang dalam pembelajaran Akidah Akhlak adalah tes tulis, dianalisis dengan membuat rata-rata nilai tes formatif yang kemudian dibuat presentasinya.

X 100%

[image:51.612.127.534.234.575.2]

Hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses belajar mengajar memiliki tingkatan. Indikator keberhasilan hasil belajar akidah akhlak siswa jika mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 75 sebagai nilai KKM disekolah dalam mata pelajaran akidah akhlak sebesar 75%. Sehubungan dengan itu terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:51

Tabel 3.3 Tingkat Hasil Belajar

Tingkatan Keterangan

Istimewa/maksimal Apabila seluruh bahan pelajaran diajarkan dapat dikuasai siswa

Baik sekali/optimal Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa

Baik/minimal Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% dikuasai oleh siswa

Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan < 60% dikuasai oleh siswa

Adapun analisis kemampuan psikomotorik siswa yang diperoleh dari hasil observasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:52

51

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. Ke-3, hal. 107

52

(52)

Nilai =

X 100

Hasil presentase yang diperoleh diketegorikan: 33-56 : Kurang

57-78 : Cukup 79-100 : Baik

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Tindakan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, dilakukan berdasarkan analisis reflektif pada siklus yang telah dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan yang terjadi, selanjutnya disusun strategi-strategi dalam upaya perbaikan pada siklus beerikutnya.

Tahapan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya yaitu: 1. Perencanaan Tindakan

Identifikasi permasalahan yang dijumpai pada siklus yang telah dilaksanakan. Kemudian melakukan perbaiakan tindakan dan perencanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran. 3. Observasi

(53)

4. Refleksi

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Daskripsi Data

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini guru membuat: 1). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2). Merancang pembentukan kelompok 3). Menyusun kuis

4). Menggunakan media gambar 5). Menggunakan media audio visual 6). Menyiapkan lembar observasi b. Tindakan

Dalam tindakan siklus I ini materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah mengenai pengertian, nilai negatif dari perbuatan Israf, tabdzir dan fitnah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penerapan model pembelajaran tersebut terdiri atas:

(55)

Sebelum menyampaikan materi guru memberikan pretest terlebih dahulu kemudian guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai mengenai pengertian, dan nilai-nilai negatif perbuatan israf, tabdzir dan fitnah dan sebelum memberikan materi dan memberikan motivasi siswa untuk belajar

2) Penyajian informasi

Guru menyampaikan atau menyajikan materi pelajaran yang akan di ajarkan secara singkat dan padat.

3) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru membagi semua siswa kedalam 5 kelompok yang perkelompoknya terdiri atas 5 orang siswa dan siswi secara acak dan heterogen.

4) Mengarahkan dan membimbing setiap kelompok

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar untuk bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 5) Evaluasi hasil belajar

Guru mengevalusi hasil belajar masing-masing kelompok secara keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan oleh guru merupakan evaluasi hasil belajar semua kelompok tentang materi tersebut.

6) Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok terhadap nilai tertinggi dan upaya yang telah dicapai oleh siswa.

c. Pengamatan

1) Catatan Lapangan

(56)

bahkan bisa disebut pertama kali mendapatkan tipe pembelajaran kooperatif seperti ini. Hal ini merupakan tuntutan guru untuk lebih bisa menguasai kelas secara keseluruhan

Pada pertemuan pertama dalam siklus 1, guru memberikan soal pretest kepada semua siswa dan menjelaskan materi tentang pengertian, dan nilai negatif perbuatan israf, tabdzir

dan fitnah secara singkat dan global. Siswa menyimak penjelasan guru. Setelah itu siswa diberikan soal untuk dikerjakan secara berkelompok. Dalam proses mengerjakan lembar kerja kelompok ini hampir semua dalam semua kelompok tampak siswa yang mendominasi kelompok tersebut adalah siswa yang pandai atau yang biasa mengeluarkan pendapat dan berbicara dalam kelas saja sedangkan siswa yang lainnya hanya mendengarkan pendapat siswa tersebut bahkan ada yang hanya menyalin jawabannya saja tanpa ikut andil dan menyampaikan pendapatnya dalam menjawab dan mendiskusikan soal yang dikerjakan tersebut. Guru tampak kesulitan dan kewalahan dalam menanganinya karena banyak siswa yang belum mengerti cara kerja metode ini dan bertanya meminta kembali penjelasan materi dan cara penyelesaiannya. Sehingga menyebabkan diskusi kelompok pertemuan pertama ini masih terlihat belum optimal kerena masih banyak yang meminta bantuan kepada guru.

(57)

siswa masih ada yang malu dan kurang memahami materi yang sudah dibahas, namun ada beberapa siswa yang antusias untuk menyimak dan mempresantasikan hasil kerja kelompoknya. setelah itu siswa duduk kembali kepada tempat semula sebelum berkelompok dan diberi soal posttest.

2) Lembar Observasi

[image:57.595.155.516.242.577.2]

Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran akidah akhlak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh presentase kemampuan psikomotorik siswa sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Siklus Kegiatan PTK  ..................................................................
Gambar 3.1 Siklus Kegiatan PTK
Tabel 3.1 Data dan Sumber Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

ke lapangan (Gudang Produsen/Distributor) terhadap ketersedian barang yang ditawarkan dengan Jadwal Pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian, jiika saudara tidak

Mahmudi (Pedagang Bandeng), Umi Komsiyah (Pedagang Kios), Setiawan (Pedagang Kelontong), Suroso (Pedagang Sembako), Sri Maryati (Pedagang sembako), Jumiyem

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai