• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikanitu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya untuk mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

13 Hisyam Zaini, Bermawy Muntthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h. 41

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge),

atau a body of knowledge.”14

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar.Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.Banyak sekali macam kegiatan yang dapat digolongkan kepada belajar seperti mencari sebuah kata dalam kamus, mengingat dan menghapal puisi, berdiskusi dengan teman, membaca buku pelajaran, mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru.Tingkah laku belajar dilakukan di atas dapat di lihat ada kegiatan pshikis dan fisis yang saling kerjasama secara terpadu. Menurut Lester D.Crow dan Alice Crow sebagaimana yang dikutip oleh Aminudin Rosyad “Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.15

Pengertian belajar di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bower and Hilgar dalam Rudi Susilana sebagaimana yang dikutip oleh Asep Herry Hermawan.”Belajar adalah sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.Belajar adalah usaha memperoleh pengetahuan melalui pengalaman”.16

Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono.“Belajar merupakan kegiatan yang kompleks.Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari a)stimulus yang berasal dari lingkungan, dan b) proses kognitif

14 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9

15 Aminudin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), h. 30

16 Asep Herry Hermawan, Asra dan Laksmi Dewi,Belajar dan Pembelajaran Sekola Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 2

yang dilakukan oleh pembelajaran”.17

Menurut W.S Winkel sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto.“Belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas”.18

Dari beberapa paparan teori dan konsep belajar di atas, maka dapat di simpulkan bahwa di dalam belajar terjadi proses perubahan-perubahan dalam tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menganalisis, mendengar, meniru, dan sebagainya.

Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatife menetap, yang dapat diperoleh diantaranya melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak. Belajar merupakan proses untuk memperoleh interaksi hasil belajar, belajar juga merupakan prilaku aktif dalam menghadapi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan makna.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam pelakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) menetap dalam waktu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman (proses belajar yang mengakibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik).

b. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan urain tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan pskomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.Pengertian tentang hasil belajar sebagai mana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “hasil belajar dapat diartikan

17 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 10 18 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 4

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang di peroleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.19

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono hasil belajar berupa:

a. informasiverbalkapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan sepesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan

mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis, sintetis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampil-an intelektual merupakankemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.”20

19Ibid, h. 5

20

Sedangkan menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan:

a. Kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

b. Afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), vauling (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c. Psikomotorik, domain psikomotorik meliputi initiatory,

pre-routine dan rountinized . Psikomotorik juga mencakup keterampil-an produktif, teknik, fisik, sosisl, manejerial, dan intelektual.”21

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah skemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap. Dari paparan beberapa teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan sikap, informasi dan strategi kognitif yang baru diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana atau kondisi pembelajaran.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar, proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam kontek demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi tujuan yang potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajar. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai adanya tujuan pengajaran yang diharapkan.

21Ibid., h. 6-7

Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode, sedangkan hasil yang diinginkan adalah tujuan-tujuan yang umumnya berpengaruh terhadap pemilihan suatu metode.Ini berarti hasil belajar sangat erat kaitannya dengan metode yang digunakan pada kondisi pembelajaran tertentu.Semakin tepat pemilihan metode pembelajaran pada suatu kondisi, hasil belajar semakin baik.Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurutteori Gestalt sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya.Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.Faktor pertama yang mempegaruhi hasil belajar adalah dari siswa itu sendiri yang meliputi kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Faktor kedua yang mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,keluarga dan lingkungan.”22

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto, “hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antar berbagi factor yang memengaruhi, baik factor internal maupun eksternal.”23

Melihat dari teori dan pendapat di atas faktor-faktor yang mempengarhi hasil belajar diantaranya adalah:

1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal

22 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 12

ini meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi syaraf pengontrol kesadaran dan kondisi pancaindera dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, serta kognitif serta daya nalar.

2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal ini meliputi: faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkunga fisik atau alam seperti keadaan suhu, kepengapan udara, sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya. Faktor instrument ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, serta guru.

d. Pengukuran Hasil Belajar

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara oprasional dari kompentesi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) penguasaan materi akademik (kognitif), 2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), 3) aplikasi produktif (psikomotorik).

1.Pengukuran hasil belajar kognitif

Dalam proses pembelajaran ada empat langkah utama yang menjadi tugas guru yaitu perumusan tujuan pembelajaran, metode, alat dan evaluasi pembelajaran. Keempat langkah ini saling terkait satu sama lain, dalam hal ini akan dibahas tentang evaluasi khususnya evaluasi formatif yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Rana kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual atau penguasaan materi, evaluasi formatif sangat penting peranannya dalam peningkatan proses pembelajaran, pelaksanaan

evaluasi yang teratur akan akan mengarahkan guru untuk merumuskan secara jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ranah kognitif ini ranah yang banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Kemampuan-kemampuan ranah kognitif menurut Benyamin S. Bloom dikategorikan lebih rinci sebagaimana yang dikutif oleh Zainal Arifin yakni:”pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).”24

Dalam prakteknya mengukur hasil belajar siswa yang berdimensi kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tulisan, sedangkan tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk jawaban langsung melalui lisan.

2.Pengukuran hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, berorentasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan lain sebagainya.

Untuk melakukan pengukuran sikap seseorang terhadap objek tertentu digunakan skala sikap. Dalam skala sikap peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memili juga pernyataan-pernyataan yang negatif.”25

Pengukuran rana afektif memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mendapatkan umpan balik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai.

c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

24

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23 25

d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.26

3. Pengukuran hasil belajar psikomotorik

Pengukuran rana psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks.Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai”.27

e. Pengertian Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku keidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.Dengan pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik.

Menurut seorang ahli bernama Chresore (1886) sebagaimana yang dikutip oleh Dasmin Budiamansyah”Civics atau ilmu kewarganegaraan, yang isinya mempelajari hubungan antara individu dan antara individu dengan negara. Menurut Gross dan Zeleny “Civics pada dasarnya berkenaan dengan pembahasan mengenai pemerintahan demokrasi dalam teori dan praktek,

26

Suarsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 178 27ibid., h. 182

sedangkan Citizenship education berkenana dengan keterlibatan dan partisi pasi warganegara dalam masyarakat”28

Perkembangan PKn Indonesia sejak kemerdekaan telah melalui satu perjalanan sejarah yang panjang yang pada dasarnya diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebangsaan/nasionalisme yang kuat.Namun perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah diwarnai dengan berbagai perubahan dan gejolak politik yang pada dasarnya menuntut satu bentuk pendidikan bagi warganegara atau PKn agar setiap individu dan pribadi dalam masyarakat Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa yang majemuk yang hanya mungkin terbentuk karena adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang berdaulat yang dinamakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional bukanlah hal baru di Indonesia.Beragam model dan nama pendidikan kewarganegaraan yang mengemban pendidikan telah banyak dilakukan pemerintah. Di antara nama-nama tersebut adalah: pelajaran Civics (1957/1962), Pendidikan moral Pancasila atau PMP (1975/1984), dan PPKn.

Menurut Aryumardi Azra sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi,

rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi”.29

Menurut Zamroni sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis”.30

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

28 Dasmin Budiansyah dan Karim Suryadi. PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung: UPI, 2008), h. 2

29 Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 226

Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.

Tujuan pendidikan kewarganegaran pada dasarnya adalah menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara.Upaya mewarganegarakan individu atau orang-orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara.Konsep warga negara yang cerdas dan baik tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan system politik negara yang bersangkutan.Tetapi, hal yang patut disayangkan di masa lalu adalah pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan tersebut tak perna lepas dari kepentingan pemerintah yang berkuasa.

f. Pembelajaran kewarganegaraan

PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karekter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat .

Pembelajaran Pkn pada anak adalah bahwa secara kodrat maupun social cultural dan yuridis pormal, keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai, moral, dan norma. Dalam kehidupannya, manusia memiliki keinginan, kehendak dan kemauan yang berbeda untuk selalu membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka potensinya berikut segala perangkat spendukungmya, sehingga manusia

dapat mengarahkan dan mengendalikan dunia kehidupan ini baik secara fisik maupun nonfisik kearah yang lebih baik dan bermakna.

Dokumen terkait