• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar PKN melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa Kelas IV MI Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar PKN melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa Kelas IV MI Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh : UMIYATI NIM : 1811018300092

PROGRAM PGMI DUAL MODE SISTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

panjatkan kehadirat Allah swt, karena rahmat dan hidaya-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan

kapada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya

yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun

untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada program pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah

Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini.

Hal ini dikarena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat

terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i MA.Ph. D. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

( PGMI ).

3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI )

4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Dosen pembimbing yang dengan kesabaran

dan keikhlasannya, telah membimbing, memberikan saran, masukan,

serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

(8)

6. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

7. Teristimewa untuk suamiku Suyadi, dan anak-anakku M. Naufal, M.

Alif, M. Halim yang selalu memberikan dorongan agar selalu tetap

sabar dan semangat.

8. H. M. Getong, S.Pd.I kepala sekolah MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan di bangku kulia yang selalu memberikan

semangat dan do,a kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran membangun

demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya.

Pamulang, September 2014

Penulis

Umiyati

(9)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umiyati

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 15 Mei 1971

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status : Kawin

Alamat : Jl. H. Rean Rt 01/02 No. 78. Benda Baru Pamulang

Tangerang Selatan.

Hp : 087784095242 – 087774261396

Riwayat Pendidikan : 1. MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru 1987

2. MTSN Tangerang II 1990

3. MAN 2 Serang 1993

4. IAIN SUNAN GUNUNG DJATI 2001

(10)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……….

.i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..iv

D

AFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………..

viii

DAFTAR GAMBAR………..ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian………...5

C. Pembatasan Masalah/ Fokus Penelitian………...5

D. Perumusan Masalah Penelitian………....5

E. Tujuan dan kegunaan Hasil Penelitian………6

F. Manfaat Penelitian………..6

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……….7

1. Pengertian Pembelajaran………...7

a. Pembelajaran kooperatif………..8

b. Metode Pembelajaran point counter point………..11

2. Hasil Belajar………..14

(11)

c. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar…..19

d. Pengukuran Hasil Belajar……….20

e. Pengertian Kewarganegaraan………...22

f. Pembelajaran Kewarganegaraan………..24

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………24

C. Kerangka Pikir……….25

D. Hipotesis………..26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….27

B. Metode dan Disain Penelitian……….27

C. Subyek Penelitian………29

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian………..29

E. Tahapan Intervensi Tindakan………..29

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan………...32

G. Data dan Sumber Data………32

H. Instrumen Pengumpulan Data……….32

I. Teknik Pengumpulan Data………..38

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan………..39

K. Analisis Data dan Interpretasi Data………41

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………...41

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Analisis Data……….42

1. Deskripsi Sekolah………...42

2. Penelitian Pendahuluan………..43

3. Pelaksanaan Pra Siklus………...44

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..63

B. Saran –saran………63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan……… 29

Tabel 3.3 Kisi –kisi Instrumen Lembar Observasi………... 32

Tabel 3.4 Kisi –kisi Insteumen Lembar Wawancar………. 34

Tabel 3.5 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I………... 37

Tabel 3.6 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II……….. 37

Tabel 3.7 Teknik Pengunpulan Data………. 38

Tabel 4.1 Daftar Perolehan Nilai Prasiklus………... 45

Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus I………... 51

Tabel 4.3 Daftar Nilai Siklus II………. 56

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa………61

(14)

Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran……….28 Gambar 4.4 Grafik Hasil Evaluasi………51

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat sangat penting dalam

kehidupan manusia,demi mengangkat harkat martabat manusia itu

sendiri.Pendidikan adalah hak dan kewajiban,oleh karenanya setiap individu

mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan berkewajiban untuk

menuntut ilmu dan belajar. Didalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh Danasuparta, menjelaskan bahwa

pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang tertera dalam pasal 31

ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.1

Dari pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap warga negara

Indonesia memiliki hak untuk dapat merasakan pendidikan di bangku

sekolah.Tidak ada satu orang pun yang boleh melarang atau menghalangi

seseorang untuk dapat menikmati pendidikan.

Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, dan dimana

pun. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka

yang menjadi siswa pada suatu sekolah. Dalam Dictionary of psychologysebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin,” pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk

menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,

kebiasaan, sikap, dan sebagainya.”2Pendidikan dapat berlangsung secara

informal dan nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, dan

institut-institut lainnya.

Pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam mengembangkan

potensi yang ada pada setiap diri individu. Dalam konteks pendidikan anak

usia Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) perlu mendapat

1 Danasuparta, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1959), h.201

(16)

perhatian khusus karena merupakan peletak pendidikan dasar anak pada jejang

pendidikan selanjutnya.

Permasalaan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia secara umum

memang masih membutuhkan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh

semua pelaku pendidikan. Begitu juga dengan permasalahan proses

pembelajaran yang dialami oleh MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

khususnya pada kelas IV. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang yang dilakukan pada tanggal 14 April 2014, terdapat masalah dengan kurangnya fasilitas pendukung yang

seharusnya dimiliki sekolah.Seperti tidak terdapat perpustakaan, kurangnya

media pembelajaran pendukung seperti LCD yang masih terbatas jumlahnya.

Kurangnya fasilitas tersebut yang seharusnya dapat digunakan siswa dan guru

dalam melaksanakan pembelajaran menjadikan kegiatan pembelajaran itu

sediri kurang maksimal.

Guru memberikan materi ajar dalam proses pembelajaran, masih

terbatas pada metode ceramah, tanya jawab dan sesekali menggunakan metode

diskusi. Kurangnya kreativitas guru dalam menerapkan berbagai macam

strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga

pembelajaran berpusat pada guru, guru kurang mengoptimalkan kegiatan yang

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, media yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran hanya sebatas penggunaan papan tulis.

Permasalahan selanjutnya adalah siswa kurang memiliki semangat

dalam belajar hal ini dapat dilihat dari keaktifan kelas yang masih dinilai

kurang, hanya beberapa orang yang terlihat menjawab pertanyaan guru dan

mengajukan pertanyaan. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima materi

pelajaran yang disampaikan guru, siswa cenderung melakukan keaktifan lain

yang dapat mengganggu proses pembelajaran, selain itu tidak adanya

persiapan dari siswa ketika akan memulai pelajaran. Pendidikan yang

berlangsung di sekolah banyak memberikan manfaat bagi para siswanya atau

pun warga sekolah, namun tidak sedikit masalah yang timbul disekolah

(17)

terlambat, kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru,

kurangnya kebersamaan terhadap sesama guru. Kurangnya sarana dan

prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga pendidikan di

sekolah serimg tidak optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar, peristiwa yang sering terjadi adalah

rendahnya hasil belajar siswa, kurang aktif, kurang berpartisipasi, kurang

terlibat dan tidak punya insiatif, pertanyaan, gagasan maupun pendapat sering

tidak muncul. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran,

guru yang bersifat otoriter, penyampaian ilmu secara searah, menganggap

siswa sebagai penerima, pencatat dan pengingat saja.Oleh karena itu semua

menjadikan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan(PKn) siswa rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah KKM yaitu

rara-rata 60.

Dengan demikian perlunya pemecahan masalah yang dapat dilakukan

guru untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat, salah satu caranya

adalah dengan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Peningkatan tersebut

dapat dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat.

Ada beberapamodel-model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam

kegiatan pembelajaran di antaranya adalah: a) model pembelajaran langsung,

adalah gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi

pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung; b) model pembelajaran

kooperatif, adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan

dan berbasis sosial: c) model pembelajaran berbasis masalah, adalah belajar

penemuan atau discovery learning. Dengan menerapkan salah satu dari tiga model pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat diberikan kesempatan

untuk menggunakan semua potensi yang dimiliki.

Model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diduga dapat diterapkan pada proses pembelajaran sebagai solusi terhadap masalah

(18)

mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang

berbeda. Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu

komponen tugas kooperatif (cooperative task ) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure).Tugas kooperatifberkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang

membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan

kelompok. Struktur intensif menjadikan setiap anggota kelompok bekerja

keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai

materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Dengan pembelajaran

kooperatif adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa

peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meningkat dan

peran aktif siswapun meningkat dalam pembelajaran, selain itu juga

mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik

yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap

waktu, dan suka memberi pertolongan kepada yang lain. Pembelajaran

kooperatif metode point-couter-pointyang tepat dapat mengoptimalkan peningkatan hasil belajar PKn siswa, kemampuan dan keberhasilan siswa,

memberikan siswa untuk bertukar pendapat,pemikiran siswa yang lain, dengan

menggunakan media yang ada, akan dapat mengingat lebih lama mengenai

suatu fakta, prosedur,definisi dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn), dan

memberikan pengalaman belajar yang tidak semata-mata hanya pengalaman

belajar PKn.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa perlu untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan peningkatan

(19)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas,objek penelitian ini

mengangkat masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraa (PKn) yang berhubungan dengan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point yang digunakan dalam pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) agar lebih meningkatkan

hasil belajar dan meningkatkan aktivitas siswa.Adapun identifikasi masalah

yang menjadi permasalahan peneliti yaitu :

1. Banyak siswa kelas IV MI.Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang,yang

kurang aktif, kurang berparitisipasi, dan kurang insiatif untuk bertanya

dalam pembelajaran PKn.

2. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn.

3. Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, seperti

Perpustakaan, dan media pendukung pembelajaran seperti LCD.

4. Banyak siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, yang

hasil belajar PKn nya rendah.

C. Pembatasan Masalah / Fokus Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, agar

penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup dibatasi yaitu:

1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

yang sangat luas atau banyak bahasannya.

2. Banyaknya siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru pamulang

yang kurang aktif, kurang berpartisifasi, dan kurang insiatif untuk bertanya

dalam pembelajaran PKn.

3. Peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif metode

point-counter-point diterapkan pada materi globalisasi.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka

masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana

(20)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point pada materi globalisasi kelas IV.

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini,

antara lain:

1. Meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas.

2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam

melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya yang berhubungan

dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pembelajaran kooperatif

metode point counter point.

3. Bagi pembaca, dapat menjadi reperensi tambahan mengenai PTK

khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.

4. Bagi rekan-rekan guru, dapat dijadikan inspirasi PTK khususnya yang

berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan

pembelajar-an kooperatif metode point-conter-point.

(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning.Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari,

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog

interaktif. Secara makro, pembelajaran yaitu mencakup siapa peserta didik

yang kita hadapi, apa sasaran program kita, dan kompetensi apa yang

diperlukan pada ujung program tersebut.

Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”3

Di dalam kata pembelajaran diletakan pada kegiatan belajar siswa

melalui usaha yang terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar

terjadi proses belajar, yang terpenting adanya komunikasi timbal balik

diantara keduanya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau

melalui media.Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi

transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat

timbal balik, proses transaksionl juga terjadi antara siswa dengan

siswa.Komunikasi transaksional bentuk komunikasi yang dapat diterima,

dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses

pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh Asep

Herry Hernawan ”pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh

oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

(22)

melakukan kegiatan belajar secara aktif dengan rangka mencapai tujuan pembelajaran.”4

Pembelajaran penekanan pada kegiatan belajar siswa yang telah

dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau

metode tertentu agar terjadi proses perubahan secara komperhensif.

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran di mana

siswa bekerja secara bersama-sama atau kelompok, pada jam pelajaran

tertentu selama beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran

bersama dengan memastikan bahwa siswa dengan siswa satu kelompoknya

berhasil menyelesaikan tugas belajar yang diberikan dengan baik.

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pembelajaran berbasis sosial atau kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.5

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam

setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan

beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas

minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang

kemampuan, pengelompokan yang didasari atas campuran baik campuran

ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan

apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan

utama.Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan

semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagia peserta didik, maupun siswa

4 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran SD. (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 3

(23)

sebagai anggota kelompok.Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap

anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan

kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,

baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan.Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya “pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan

sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan

harga diri.Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa

dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan.”6

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistim pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orangyang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap

kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif dianggap sebagai keunuikan dari pembelajaran kooperatif.Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya ada empat tahap,yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.7

Penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama dalam

tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.Setelah

6

Ibid., h. 242 7

(24)

guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,

selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing

yang telah dibentuk sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan tes atau

kuis.Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun kelompok. Pengakuan

tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling

berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.

Pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guruakan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kaata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Merupakan suatu tsrategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.

Di samping keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki

keterbatasan, diantaranya:

a. Untuk memahami pilosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kyarang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

(25)

dibanding-kan dengan pengajaran langsung dari guru, terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c. Penilain yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juag harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.8

Metode-metode pembelajaran kooperatif beragam jenisnya,

diantaranya: a) metode jigsaw; b) metode think-pair-share; c) metode

point-counter-point, dan lain sebaginya.

b. Metode Pembelajaran Point Caunter Point

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar diperlukan hubungan yang saling

mendukung antara unsur-unsur pendukung agar pencapaian tujuan

pembelajaran dapat terwujud secara optimal. Guru dengan sadar berusaha

mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi siswa. Salah satu usaha

yang tidak boleh ditinggalkan guru adalah bagaimana memahami

kedudukan metode sebagai salah satu komponen pendukung yang ikut

ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode yang

sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan siswa akan efektif dalam

pencapaian tujuan.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan

(26)

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.9 Metode merupakan

realisasi kegiatan guru dalam rangka membantu siswa dalam menguasai

bahan ajar baik itu pengetahuan sikap, ataupun keterampilan.

Menurut Miftahul Huda,” Metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistim untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistimatis”.10

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, “Metode pembelajaran

didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.11

Berdasarkan uraian di atas ditarik kesimpulan bahwa metode

adalah cara-cara efektif yang digunakan guru dalam pembelajaran sebagai

upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan yaitu berupa penguasaan

bahan ajar yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Jika metode

ini dikembangkan, maka yang harus diperhatikan adalah materi

pembelajaran. Di dalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontroversi.

Langkah pertama metode pembelajaran point-counter-point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi

mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan

kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan

argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.”12

Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah

mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik suatu kelompok

menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan

kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok

lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang

9 Syaipul Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 46

10 Miftahul Huda, Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 111

11 Hamzah B. Uno,Model Pembelajaran : menciptakan Proses Pembelajaran yang kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 2

(27)

memungkinkan. Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga

peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari

argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode point cauter point

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan

begitu juga dengan metode point counter point kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari metode point counter point yaitu :

a. Siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.

b. Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep.

c. Memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin

tahu dari para siswa.

d. Guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan siswa.

e. Siswa lebih mampuh menstrasfer pengetahuannya keberbagai

konteks.

f. Siswa dapat termotivasi untuk menganalisis masalah di dalam

kelompok.

g. Terjadi pembicaraan aktif antara penyanggah maka akan

membangkitkan daya tarik untuk siswa berbicara, turut aktif aktif

berpartisipasi untuk mengeluarkan pendapat.

Selain kelebihan yang dimiliki, metode point counter point juga

memiliki kelemahan yaitu :

a. Metode ini banyak memakan waktu.

b. Setiap siswa tidak dapat diharapkan menjadi penemu.

c. Kurang efektif apabila dilakukan di kelas yang berkapasitas besar.

d. Diantara anggota kelompok mendapat kesan yang salah tentang berdebat.

e. Dengan teknik berdebat membatasi partisipasi kelompok. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Metode point counter point

Metode point-counter-point ini sangat baik dipakai untuk melibatkan peserta didik dalam mendiskusikan isu-isu komplek secara

(28)

suasana yang tidak terlalu formal. Adapun langkah-langkah pembelajaran

metode ini adalah:

1. Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.

2. Bagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektip yang sudah ditentukan.

3. Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.

4. Kumpulkan kembali peserta didik untuk duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.

5. Mulai debat dengan mempersilakan kelompok mana saja yang akan memulai.

6. Setelah salah seorang peserta didik menyampaikan satu argumen sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.

7. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.

8. Rangkum debat yang baru dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul.13

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikanitu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik

ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya

sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar

dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya untuk mutlak diperlukan

oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan

persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan

mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta

didik.

(29)

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses

memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak

manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge),

atau a body of knowledge.”14

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

adalah penentu terjadinya proses belajar.Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.Banyak sekali macam

kegiatan yang dapat digolongkan kepada belajar seperti mencari sebuah kata

dalam kamus, mengingat dan menghapal puisi, berdiskusi dengan teman,

membaca buku pelajaran, mendengarkan penjelasan yang disampaikan

guru.Tingkah laku belajar dilakukan di atas dapat di lihat ada kegiatan

pshikis dan fisis yang saling kerjasama secara terpadu. Menurut Lester

D.Crow dan Alice Crow sebagaimana yang dikutip oleh Aminudin Rosyad “Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.15

Pengertian belajar di atas senada dengan apa yang diungkapkan

oleh Bower and Hilgar dalam Rudi Susilana sebagaimana yang dikutip oleh

Asep Herry Hermawan.”Belajar adalah sebagai usaha memperoleh dan

mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.Belajar adalah usaha memperoleh pengetahuan melalui pengalaman”.16

Menurut Gagne

sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono.“Belajar merupakan

kegiatan yang kompleks.Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar

orang memiliki keterampilan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut

adalah dari a)stimulus yang berasal dari lingkungan, dan b) proses kognitif

14 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9

15 Aminudin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), h. 30

(30)

yang dilakukan oleh pembelajaran”.17

Menurut W.S Winkel sebagaimana

dikutip oleh Ahmad Susanto.“Belajar adalah suatu aktifitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas”.18

Dari beberapa paparan teori dan konsep belajar di atas, maka dapat di

simpulkan bahwa di dalam belajar terjadi proses perubahan-perubahan dalam

tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menganalisis,

mendengar, meniru, dan sebagainya.

Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatife

menetap, yang dapat diperoleh diantaranya melalui pengalaman. Pengalaman

dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses

yang tidak nampak. Belajar merupakan proses untuk memperoleh interaksi

hasil belajar, belajar juga merupakan prilaku aktif dalam menghadapi

lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan

makna.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam pelakunya.

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) menetap

dalam waktu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman (proses

belajar yang mengakibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik).

b. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan urain tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami

tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan pskomotorik

sebagai hasil dari kegiatan belajar.Pengertian tentang hasil belajar sebagai

mana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “hasil belajar dapat diartikan

(31)

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang di peroleh dari hasil tes mengenal

sejumlah materi pelajaran tertentu”.19

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses

dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil

dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau

tujuan intruksional.

Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono hasil

belajar berupa:

a. informasiverbalkapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan sepesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan

mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis, sintetis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampil-an intelektual merupakankemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.”20

19Ibid, h. 5

20

(32)

Sedangkan menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus

Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan:

a. Kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

b. Afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), vauling (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c. Psikomotorik, domain psikomotorik meliputi initiatory,

pre-routine dan rountinized . Psikomotorik juga mencakup keterampil-an produktif, teknik, fisik, sosisl, manejerial, dan intelektual.”21

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

skemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap.

Dari paparan beberapa teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perilaku berupa

pengetahuan, keterampilan sikap, informasi dan strategi kognitif yang baru

diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana atau

kondisi pembelajaran.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat

siswa belajar, proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran

merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan

pengajaran. Dalam kontek demikian maka hasil belajar merupakan perolehan

dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran

menjadi tujuan yang potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan

belajar. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa

memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai adanya tujuan pengajaran yang

diharapkan.

(33)

Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan

suatu ukuran nilai dari metode, sedangkan hasil yang diinginkan adalah

tujuan-tujuan yang umumnya berpengaruh terhadap pemilihan suatu

metode.Ini berarti hasil belajar sangat erat kaitannya dengan metode yang

digunakan pada kondisi pembelajaran tertentu.Semakin tepat pemilihan

metode pembelajaran pada suatu kondisi, hasil belajar semakin baik.Secara

spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurutteori Gestalt sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto,

belajar merupakan suatu proses perkembangan. Perkembangan sendiri

memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun

pengaruh dari lingkungannya.Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.Faktor pertama

yang mempegaruhi hasil belajar adalah dari siswa itu sendiri yang meliputi

kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan

kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Faktor kedua yang

mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan, yaitu sarana dan prasarana,

kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta

dukungan lingkungan,keluarga dan lingkungan.”22

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman sebagaimana

yang dikutip oleh Ahmad Susanto, “hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik merupakan hasil interaksi antar berbagi factor yang memengaruhi, baik

factor internal maupun eksternal.”23

Melihat dari teori dan pendapat di atas faktor-faktor yang

mempengarhi hasil belajar diantaranya adalah:

1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal

22 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 12

(34)

ini meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor

fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah

dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani semuanya akan

membantu dalam proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi

syaraf pengontrol kesadaran dan kondisi pancaindera dapat

berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Faktor psikologis

meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan

motivasi, serta kognitif serta daya nalar.

2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal ini meliputi: faktor

lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini dapat

berupa lingkunga fisik atau alam seperti keadaan suhu, kepengapan

udara, sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya.

Faktor instrument ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas,

serta guru.

d. Pengukuran Hasil Belajar

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara

oprasional dari kompentesi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek

kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian

kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) penguasaan materi

akademik (kognitif), 2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),

3) aplikasi produktif (psikomotorik).

1.Pengukuran hasil belajar kognitif

Dalam proses pembelajaran ada empat langkah utama yang menjadi

tugas guru yaitu perumusan tujuan pembelajaran, metode, alat dan evaluasi

pembelajaran. Keempat langkah ini saling terkait satu sama lain, dalam hal

ini akan dibahas tentang evaluasi khususnya evaluasi formatif yang

dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Rana kognitif berkenaan dengan

hasil belajar intelektual atau penguasaan materi, evaluasi formatif sangat

(35)

evaluasi yang teratur akan akan mengarahkan guru untuk merumuskan

secara jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ranah kognitif ini ranah

yang banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Kemampuan-kemampuan

ranah kognitif menurut Benyamin S. Bloom dikategorikan lebih rinci sebagaimana yang dikutif oleh Zainal Arifin yakni:”pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).”24

Dalam prakteknya mengukur hasil belajar siswa yang berdimensi

kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis

maupun tes lisan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari

peserta didik dalam bentuk tulisan, sedangkan tes lisan adalah tes yang

menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk jawaban langsung

melalui lisan.

2.Pengukuran hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, berorentasi

pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri

hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah

laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar,

rasa hormat kepada guru, dan lain sebagainya.

Untuk melakukan pengukuran sikap seseorang terhadap objek tertentu

digunakan skala sikap. Dalam skala sikap peserta didik tidak disuruh

memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memili juga

pernyataan-pernyataan yang negatif.”25

Pengukuran rana afektif memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mendapatkan umpan balik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai.

c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

24

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23 25

(36)

d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.26

3. Pengukuran hasil belajar psikomotorik

Pengukuran rana psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil

belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran

ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif

sekaligus.Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya

berupa matriks.Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian

keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor

yang dapat dicapai”.27

e. Pengertian Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan

sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan

moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur ini diharapkan

dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku keidupan siswa sehari-hari, baik

sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara

warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi

warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.Dengan

pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu membina dan

mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik.

Menurut seorang ahli bernama Chresore (1886) sebagaimana yang

dikutip oleh Dasmin Budiamansyah”Civics atau ilmu kewarganegaraan, yang

isinya mempelajari hubungan antara individu dan antara individu dengan negara. Menurut Gross dan Zeleny “Civics pada dasarnya berkenaan dengan pembahasan mengenai pemerintahan demokrasi dalam teori dan praktek,

26

(37)

sedangkan Citizenship education berkenana dengan keterlibatan dan partisi pasi warganegara dalam masyarakat”28

Perkembangan PKn Indonesia sejak kemerdekaan telah melalui satu

perjalanan sejarah yang panjang yang pada dasarnya diharapkan dapat

menumbuhkan rasa kebangsaan/nasionalisme yang kuat.Namun perjalanan

sejarah bangsa Indonesia telah diwarnai dengan berbagai perubahan dan

gejolak politik yang pada dasarnya menuntut satu bentuk pendidikan bagi

warganegara atau PKn agar setiap individu dan pribadi dalam masyarakat

Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa yang majemuk yang

hanya mungkin terbentuk karena adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang

berdaulat yang dinamakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional

bukanlah hal baru di Indonesia.Beragam model dan nama pendidikan

kewarganegaraan yang mengemban pendidikan telah banyak dilakukan

pemerintah. Di antara nama-nama tersebut adalah: pelajaran Civics

(1957/1962), Pendidikan moral Pancasila atau PMP (1975/1984), dan PPKn.

Menurut Aryumardi Azra sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi,

rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi”.29

Menurut Zamroni sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad

Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis”.30

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang

demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

28 Dasmin Budiansyah dan Karim Suryadi. PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung: UPI, 2008), h. 2

29 Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 226

(38)

Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang

hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak

asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,

kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,

serta ikut berperan dalam percaturan global.

Tujuan pendidikan kewarganegaran pada dasarnya adalah menjadikan

warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung

keberlangsungan bangsa dan negara.Upaya mewarganegarakan individu atau

orang-orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok

negara.Konsep warga negara yang cerdas dan baik tentunya amat tergantung

dari pandangan hidup dan system politik negara yang bersangkutan.Tetapi,

hal yang patut disayangkan di masa lalu adalah pelaksanaan pendidikan

kewarganegaraan tersebut tak perna lepas dari kepentingan pemerintah yang

berkuasa.

f. Pembelajaran kewarganegaraan

PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar

mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan

karekter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu

masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang

berlaku di masyarakat .

Pembelajaran Pkn pada anak adalah bahwa secara kodrat maupun

social cultural dan yuridis pormal, keberadaan dan kehidupan manusia selalu

membutuhkan nilai, moral, dan norma. Dalam kehidupannya, manusia

memiliki keinginan, kehendak dan kemauan yang berbeda untuk selalu

membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka

(39)

dapat mengarahkan dan mengendalikan dunia kehidupan ini baik secara fisik

maupun nonfisik kearah yang lebih baik dan bermakna.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistimatis,

kritis, ilmiah dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan

dengan menggunakan logika, proses berpikir secara terbuka dan informasinya

secara sistimatis dan objektif

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, pada kegiatan belajar mengajar di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, khususnya pada siswa kelas IV, keaktifannya, dan hasil

belajar PKn serta minat belajarnya meningkat dibandingkan dengan sebelum

menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point counter point. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata hasil tes yang cukup

signifikan. Tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif

metode point-counter-point cukup baik, siswa merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru dari pembelajaran sebelumnya, menurut siswa penerapan

pembelajaran kooperatif metode poin-counter-point dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, dan

lebih insiatif dalam pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari keadaan awal

objek yaitu kurang aktif, kurang berpartisipasi, dan kurang insiatif untuk

bertanya dalam pembelajaran, kurang tepatnya metode yang digunakan dalam

pembelajaran hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar PKn siswa masih

di bawah KKM yaitu 70, pada mata pelajaran PKn khususnya pada materi

globalisasi.

Selanjutnya peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif metode

(40)

tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran

yaitu peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif

metode point caunter point.

D. Hipotesis

Dalam pembelajaran PKn materi globalisasi dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diharapkan hasil belajar dapat meningkat dan siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru

Pamulang akan semakin tertarik dan senang belajajar PKn.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah “ terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif

metode point counter point pada siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang”.

Sesuai hipotesis di atas maka hipotesis statistic dalam penelitian ini

adalah :

Ho = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajara

Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV MI.

Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang.

Ha = Terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran

Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, yang berlokasi di Benda Baru RT 03/01 Kecamatan Pamulang

Tangerang Selatan. Adapun waktu Penelitian Tindakan Kelas ini akan

dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, pada siswa kelas

IV (empat) yang berjumlah 37 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini

dilaksanakan untuk peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.

B. Metode dan Disain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitan

tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dikelas.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”31 Dengan kata lain penelitian

tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang dikembangkan

berdasarkan permasalahan yang muncul yang bertujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.Penelitian tindakan kelas

ini menggunakan siklus. Siklus meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Apabila kriteria keberhasilan belum

tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus akan berhenti apabila criteria keberhasilan telah tercapai.

(42)

2. Disain Penelitian

Adapun disain penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui

gambar berikut:

Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Penelitian32

Rancangan penelitian akan dilaksanakan meliputi 4 tahapan utama dalam

tiap siklusnya, yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan

32ibid., h. 16

SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

1

2 3

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

4

5

6 7

(43)

sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahapan

pelaksanaan dimana proses penelitian dilaksanakan dengan penerapan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil-hasil temuan dari proses pelaksanaan sebelumnya,

selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk menentukan

apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I atau dilanjutkan pada siklus II

begitu seterusnya.

C. Subyek Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV (empat) di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang yang berjumlah tiga puluh tujuh siswa, dengan jumlah laki-laki dua puluh dan

perempuan tujuh belas siswa.

D. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru.Selain mengajarkan

materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta

mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali

pertemuan.Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada

table 1.2.

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan Keterangan

Penelitian Pendahuluan

Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:

Melakukan observasi

terhadap sekolah

Kurangnya fasilitas yang seharusnya dimiliki sekolah

seperti perpustakaan, dan media pendukung

(44)

Melakukan observasi

kegiatan pembelajaran

Metode yang diterapkan guru masih terbatas pada

metode ceramah, Tanya jawab sesekali diskusi.

Wawancara dengan guru

mata pelajaran

1. Hasil belajar PKn siswa kelas IV MI. Mathla’ul

Anwar Benda Baru Pamulang rendah, hanya

55% siswa yang mencapai KKM dengan

standar KKM 70.

2. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Wawancara dengan siswa 1. Keaktifan siswa masih dinilai kurang, hanya

beberapa siswa yang terlihat menjawab

pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan.

2. Siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan

eksporasi dalam proses pembelajaran.

3. Siswa belum mampuh mengungkapkan

pemahamannya menggunakan kata-kata sendiri

sehingga siswa menjadikan guru sebagai

satu-satunya sumber informasi dalam membangun

pengetahuannya.

4. Siswa kesulitan mengkaitkan materi pelajaran

dengan aplikasi di kehidupan nyata, sehingga

menyebabkan pembelajaran kurang bermakna.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami

konsep pembelajaran PKn seperti pada konsep

globalisasi.

Diagnosa Peningkatan hasil belajar Pkn siswa dengan

pembelajaran kooperatif metode point-counter-point

Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Tahap perencanaan 1. Direncanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam KBM dengan pembelajaran

(45)

2. Ditentukan pokok bahasan

3. Dibuat instrument penelitian

4. Dibuat lembar kerja siswa

5. Dibuat lembat kerja tahap elaborasi

6. Dibuat lembar observasi proses pembelajara

7. Disiapkan sumber belajar

Tahap Pelaksanaan 1. Dilakukan kegiatan belajar mengajar (KBM)

diawali dengan pemberian pretest.

2. Disampaikan tujuan pembelajaran khusus.

3. Dilaksanakan KBM dengan menerapkan

pembelajarn kooperatif metode point-counter-point.

Pengamatan 1. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan

siswa.

2. Mengumpulkan data hasil pretest dan post test

Refleksi

1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah

dilakukan berupaposttest.

2. Menganalisis temuan-temuan untuk

dilakukanperbaikan yang dilaksanakan pada

siklus selanjutnya bila tujuan penelitian belum

tercapai.

3. Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah

tercapai dan yang belum tercapai serta

kekurangan atau permasalahan yang muncul

pada siklus I.

(46)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Harapan intervensi tindakan adalah pencapaian 80% siswa dengan nilai

KKM 70 pada konsep globalisai.Selain itu dengan diterapkan pembelajaran

kooperatif metode point-counter-point, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pkn siswa.Selain nilai hasil pretets siswa yang diberikan tes berupa latihan soal tahap evaluasi untuk setiap pertemuan.

G. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang

mencakup ranahkognitif.Data hasil belajar diperoleh dari pretest dan posttest, dan nilai latihan soal pada tahap evaluasi. Sedangkan data untuk menilai proses

pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi

Lembar obsevasi yang digunakan ada dua jenis, yaitu lembar

observasi penelitian pendahuluan, yang bertujuan untuk mengetahui

keadaan sekolah secara umum seperti sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan pembelajaran, serta untuk mengetahui kegiatan

pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan disekolah tersebut.

Lembar observasi yang kedua digunakan saat berlangsungnya

proses pembelajaran yang menerapkan kooperatif metode point-counter-point. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai tindakan sasaran, selain itu lembar observasi ini bertujuan

untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang sesuai Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi

Variabel Indikator Item

Sarana prasarana Fasilitas penunjang

kegiatan belajar mengajar

-perpustakaa

(47)

-LCD

Pengajar Persiapan mengajar

Metode pembelajaran

Media pembelajaran

Sumber ajar

-Menyiapkan perangkat pem-

Belajaran.

-Masuk kelas tepat waktu.

-Membawa sumber belajar.

-Metode yang digunakan

bervariasi.

-Model yang digunakan

Sesuai dengan materi

-Media yang digunakan

menarik

-Buku

-LKS

Siswa Minat siswa dalam belaja

Belajar

Hasil belajar siswa

-Siswa masuk kelas tepat

waktu

-Siswa antusias dalam

belajar

-Siswa memiliki buku

sumber belajar

-Siswa mengikuti pelajaran

dengan baik

-Siswa mengerjakan tugas

(48)

Kesulitan belajar

Sumber belajar

-Kriteria Ketuntasan

minimum (KKM) siswa

-Memahami konsep PKn

-Buku paket

-Lingkungan

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non-tes

yang dilakukan melalui percakapan atau pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat

memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang perlu dan memiliki

relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.”33Wawancara

dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di

sekolah.Wawancara diajukan kepada guru PKn dan siswa pada penelitian

pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Selain

itu juga dilakukan untuk mengungkap kebiasaan yang dilakukan oleh guru

selama pembelajaran PKn dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta

cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru

Variabel Indikator Item

Sarana dan

prasarana

Fasilitas pendukung

kegiatan belajar

mengajar

-Terdapat ruang

perpustakaan

-Terdapat kegiatan

ekstrakurikuler

Pengajaran Penunjang pengajaran -Pembuatan RPP

-Pembuatan silabus

33

Gambar

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan…………………………………… 29
Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran……………………….28
gambar berikut:
table 1.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

- jika banyak data ganjil , setelah data disusun menurut nilainya dari kecil ke besar, maka median merupakan data yang paling tengah. - jika banyak data

3DGD WDKXQ WHUMDGL SHUXEDKDQ DWDV IDVLOLWDV SLQMDPDQ \DLWX SHUXEDKDQ '/ ,, ,,, GDQ ,9 GDUL MXPODK PDNVLPXP VHEHVDU 86PHQMDGLIDVLOLWDV7/,,VHEHVDU 86 GHQJDQ PDNVLPXP WHQRU

Hasil yang digunakan untuk presentasi berupa Game Centeng Robot (Level 1) dengan Robot sebagai karakter utama menembaki pesawat musuh. Selanjutnya jika robot tertabrak oleh

* Ordering Services Framework for Earth Observation Products Interface Standard / 1.0. OGC

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

PRODUKSI METIL ESTER (BIODIESEL) DARI BAHAN BAKU BIJI SAGA POHON (Adenthera Pavonina L)v. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

The Directorate of High Schools Development of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia is honoured to be hosting the World Schools Debating

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah