SKRIPSI
Disusun Oleh : UMIYATI NIM : 1811018300092
PROGRAM PGMI DUAL MODE SISTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
panjatkan kehadirat Allah swt, karena rahmat dan hidaya-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan
kapada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun
untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada program pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah
Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Kota Tangerang Selatan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini.
Hal ini dikarena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat
terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i MA.Ph. D. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
( PGMI ).
3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI )
4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Dosen pembimbing yang dengan kesabaran
dan keikhlasannya, telah membimbing, memberikan saran, masukan,
serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.
7. Teristimewa untuk suamiku Suyadi, dan anak-anakku M. Naufal, M.
Alif, M. Halim yang selalu memberikan dorongan agar selalu tetap
sabar dan semangat.
8. H. M. Getong, S.Pd.I kepala sekolah MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan di bangku kulia yang selalu memberikan
semangat dan do,a kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran membangun
demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Pamulang, September 2014
Penulis
Umiyati
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umiyati
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 15 Mei 1971
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Kawin
Alamat : Jl. H. Rean Rt 01/02 No. 78. Benda Baru Pamulang
Tangerang Selatan.
Hp : 087784095242 – 087774261396
Riwayat Pendidikan : 1. MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru 1987
2. MTSN Tangerang II 1990
3. MAN 2 Serang 1993
4. IAIN SUNAN GUNUNG DJATI 2001
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……….
.i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..iv
D
AFTAR ISI………v
DAFTAR TABEL………..
viii
DAFTAR GAMBAR………..ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………..1B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian………...5
C. Pembatasan Masalah/ Fokus Penelitian………...5
D. Perumusan Masalah Penelitian………....5
E. Tujuan dan kegunaan Hasil Penelitian………6
F. Manfaat Penelitian………..6
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A.
Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……….7
1. Pengertian Pembelajaran………...7
a. Pembelajaran kooperatif………..8
b. Metode Pembelajaran point counter point………..11
2. Hasil Belajar………..14
c. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar…..19
d. Pengukuran Hasil Belajar……….20
e. Pengertian Kewarganegaraan………...22
f. Pembelajaran Kewarganegaraan………..24
B. Hasil Penelitian Yang Relevan………24
C. Kerangka Pikir……….25
D. Hipotesis………..26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……….27B. Metode dan Disain Penelitian……….27
C. Subyek Penelitian………29
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian………..29
E. Tahapan Intervensi Tindakan………..29
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan………...32
G. Data dan Sumber Data………32
H. Instrumen Pengumpulan Data……….32
I. Teknik Pengumpulan Data………..38
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan………..39
K. Analisis Data dan Interpretasi Data………41
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………...41
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data……….421. Deskripsi Sekolah………...42
2. Penelitian Pendahuluan………..43
3. Pelaksanaan Pra Siklus………...44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..63
B. Saran –saran………63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan……… 29
Tabel 3.3 Kisi –kisi Instrumen Lembar Observasi………... 32
Tabel 3.4 Kisi –kisi Insteumen Lembar Wawancar………. 34
Tabel 3.5 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I………... 37
Tabel 3.6 Kisi –kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II……….. 37
Tabel 3.7 Teknik Pengunpulan Data………. 38
Tabel 4.1 Daftar Perolehan Nilai Prasiklus………... 45
Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus I………... 51
Tabel 4.3 Daftar Nilai Siklus II………. 56
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa………61
Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran……….28 Gambar 4.4 Grafik Hasil Evaluasi………51
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat sangat penting dalam
kehidupan manusia,demi mengangkat harkat martabat manusia itu
sendiri.Pendidikan adalah hak dan kewajiban,oleh karenanya setiap individu
mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan berkewajiban untuk
menuntut ilmu dan belajar. Didalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh Danasuparta, menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang tertera dalam pasal 31
ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.1
Dari pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk dapat merasakan pendidikan di bangku
sekolah.Tidak ada satu orang pun yang boleh melarang atau menghalangi
seseorang untuk dapat menikmati pendidikan.
Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, dan dimana
pun. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka
yang menjadi siswa pada suatu sekolah. Dalam Dictionary of psychologysebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin,” pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,
kebiasaan, sikap, dan sebagainya.”2Pendidikan dapat berlangsung secara
informal dan nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, dan
institut-institut lainnya.
Pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam mengembangkan
potensi yang ada pada setiap diri individu. Dalam konteks pendidikan anak
usia Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) perlu mendapat
1 Danasuparta, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1959), h.201
perhatian khusus karena merupakan peletak pendidikan dasar anak pada jejang
pendidikan selanjutnya.
Permasalaan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia secara umum
memang masih membutuhkan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh
semua pelaku pendidikan. Begitu juga dengan permasalahan proses
pembelajaran yang dialami oleh MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang
khususnya pada kelas IV. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang yang dilakukan pada tanggal 14 April 2014, terdapat masalah dengan kurangnya fasilitas pendukung yang
seharusnya dimiliki sekolah.Seperti tidak terdapat perpustakaan, kurangnya
media pembelajaran pendukung seperti LCD yang masih terbatas jumlahnya.
Kurangnya fasilitas tersebut yang seharusnya dapat digunakan siswa dan guru
dalam melaksanakan pembelajaran menjadikan kegiatan pembelajaran itu
sediri kurang maksimal.
Guru memberikan materi ajar dalam proses pembelajaran, masih
terbatas pada metode ceramah, tanya jawab dan sesekali menggunakan metode
diskusi. Kurangnya kreativitas guru dalam menerapkan berbagai macam
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga
pembelajaran berpusat pada guru, guru kurang mengoptimalkan kegiatan yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, media yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran hanya sebatas penggunaan papan tulis.
Permasalahan selanjutnya adalah siswa kurang memiliki semangat
dalam belajar hal ini dapat dilihat dari keaktifan kelas yang masih dinilai
kurang, hanya beberapa orang yang terlihat menjawab pertanyaan guru dan
mengajukan pertanyaan. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima materi
pelajaran yang disampaikan guru, siswa cenderung melakukan keaktifan lain
yang dapat mengganggu proses pembelajaran, selain itu tidak adanya
persiapan dari siswa ketika akan memulai pelajaran. Pendidikan yang
berlangsung di sekolah banyak memberikan manfaat bagi para siswanya atau
pun warga sekolah, namun tidak sedikit masalah yang timbul disekolah
terlambat, kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru,
kurangnya kebersamaan terhadap sesama guru. Kurangnya sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga pendidikan di
sekolah serimg tidak optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peristiwa yang sering terjadi adalah
rendahnya hasil belajar siswa, kurang aktif, kurang berpartisipasi, kurang
terlibat dan tidak punya insiatif, pertanyaan, gagasan maupun pendapat sering
tidak muncul. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran,
guru yang bersifat otoriter, penyampaian ilmu secara searah, menganggap
siswa sebagai penerima, pencatat dan pengingat saja.Oleh karena itu semua
menjadikan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan(PKn) siswa rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah KKM yaitu
rara-rata 60.
Dengan demikian perlunya pemecahan masalah yang dapat dilakukan
guru untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat, salah satu caranya
adalah dengan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Peningkatan tersebut
dapat dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat.
Ada beberapamodel-model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam
kegiatan pembelajaran di antaranya adalah: a) model pembelajaran langsung,
adalah gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung; b) model pembelajaran
kooperatif, adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan
dan berbasis sosial: c) model pembelajaran berbasis masalah, adalah belajar
penemuan atau discovery learning. Dengan menerapkan salah satu dari tiga model pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat diberikan kesempatan
untuk menggunakan semua potensi yang dimiliki.
Model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diduga dapat diterapkan pada proses pembelajaran sebagai solusi terhadap masalah
mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang
berbeda. Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu
komponen tugas kooperatif (cooperative task ) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure).Tugas kooperatifberkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur intensif menjadikan setiap anggota kelompok bekerja
keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai
materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Dengan pembelajaran
kooperatif adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meningkat dan
peran aktif siswapun meningkat dalam pembelajaran, selain itu juga
mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan peserta didik
yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap
waktu, dan suka memberi pertolongan kepada yang lain. Pembelajaran
kooperatif metode point-couter-pointyang tepat dapat mengoptimalkan peningkatan hasil belajar PKn siswa, kemampuan dan keberhasilan siswa,
memberikan siswa untuk bertukar pendapat,pemikiran siswa yang lain, dengan
menggunakan media yang ada, akan dapat mengingat lebih lama mengenai
suatu fakta, prosedur,definisi dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn), dan
memberikan pengalaman belajar yang tidak semata-mata hanya pengalaman
belajar PKn.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa perlu untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan peningkatan
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas,objek penelitian ini
mengangkat masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraa (PKn) yang berhubungan dengan
pembelajaran kooperatif metode point-counter-point yang digunakan dalam pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) agar lebih meningkatkan
hasil belajar dan meningkatkan aktivitas siswa.Adapun identifikasi masalah
yang menjadi permasalahan peneliti yaitu :
1. Banyak siswa kelas IV MI.Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang,yang
kurang aktif, kurang berparitisipasi, dan kurang insiatif untuk bertanya
dalam pembelajaran PKn.
2. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn.
3. Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, seperti
Perpustakaan, dan media pendukung pembelajaran seperti LCD.
4. Banyak siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, yang
hasil belajar PKn nya rendah.
C. Pembatasan Masalah / Fokus Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, agar
penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup dibatasi yaitu:
1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
yang sangat luas atau banyak bahasannya.
2. Banyaknya siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru pamulang
yang kurang aktif, kurang berpartisifasi, dan kurang insiatif untuk bertanya
dalam pembelajaran PKn.
3. Peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif metode
point-counter-point diterapkan pada materi globalisasi.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point pada materi globalisasi kelas IV.
F. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini,
antara lain:
1. Meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas.
2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam
melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya yang berhubungan
dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan pembelajaran kooperatif
metode point counter point.
3. Bagi pembaca, dapat menjadi reperensi tambahan mengenai PTK
khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dan pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.
4. Bagi rekan-rekan guru, dapat dijadikan inspirasi PTK khususnya yang
berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan
pembelajar-an kooperatif metode point-conter-point.
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A.
Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian PembelajaranPembelajaran merupakan terjemahan dari learning.Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari,
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog
interaktif. Secara makro, pembelajaran yaitu mencakup siapa peserta didik
yang kita hadapi, apa sasaran program kita, dan kompetensi apa yang
diperlukan pada ujung program tersebut.
Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”3
Di dalam kata pembelajaran diletakan pada kegiatan belajar siswa
melalui usaha yang terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar, yang terpenting adanya komunikasi timbal balik
diantara keduanya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau
melalui media.Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi
transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat
timbal balik, proses transaksionl juga terjadi antara siswa dengan
siswa.Komunikasi transaksional bentuk komunikasi yang dapat diterima,
dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh Asep
Herry Hernawan ”pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh
oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar secara aktif dengan rangka mencapai tujuan pembelajaran.”4
Pembelajaran penekanan pada kegiatan belajar siswa yang telah
dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau
metode tertentu agar terjadi proses perubahan secara komperhensif.
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran di mana
siswa bekerja secara bersama-sama atau kelompok, pada jam pelajaran
tertentu selama beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran
bersama dengan memastikan bahwa siswa dengan siswa satu kelompoknya
berhasil menyelesaikan tugas belajar yang diberikan dengan baik.
Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pembelajaran berbasis sosial atau kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.5
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam
setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan
beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas
minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang
kemampuan, pengelompokan yang didasari atas campuran baik campuran
ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan
apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan
utama.Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagia peserta didik, maupun siswa
4 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran SD. (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 3
sebagai anggota kelompok.Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap
anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru,
baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan.Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya “pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan
harga diri.Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.”6
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistim pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orangyang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda.Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif dianggap sebagai keunuikan dari pembelajaran kooperatif.Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya ada empat tahap,yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.7
Penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama dalam
tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.Setelah
6
Ibid., h. 242 7
guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing
yang telah dibentuk sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan tes atau
kuis.Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun kelompok. Pengakuan
tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
Pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guruakan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kaata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Merupakan suatu tsrategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
Di samping keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki
keterbatasan, diantaranya:
a. Untuk memahami pilosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kyarang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
dibanding-kan dengan pengajaran langsung dari guru, terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.
c. Penilain yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juag harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.8
Metode-metode pembelajaran kooperatif beragam jenisnya,
diantaranya: a) metode jigsaw; b) metode think-pair-share; c) metode
point-counter-point, dan lain sebaginya.
b. Metode Pembelajaran Point Caunter Point
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar diperlukan hubungan yang saling
mendukung antara unsur-unsur pendukung agar pencapaian tujuan
pembelajaran dapat terwujud secara optimal. Guru dengan sadar berusaha
mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi siswa. Salah satu usaha
yang tidak boleh ditinggalkan guru adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen pendukung yang ikut
ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode yang
sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan siswa akan efektif dalam
pencapaian tujuan.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.9 Metode merupakan
realisasi kegiatan guru dalam rangka membantu siswa dalam menguasai
bahan ajar baik itu pengetahuan sikap, ataupun keterampilan.
Menurut Miftahul Huda,” Metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistim untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistimatis”.10
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, “Metode pembelajaran
didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.11
Berdasarkan uraian di atas ditarik kesimpulan bahwa metode
adalah cara-cara efektif yang digunakan guru dalam pembelajaran sebagai
upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan yaitu berupa penguasaan
bahan ajar yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Jika metode
ini dikembangkan, maka yang harus diperhatikan adalah materi
pembelajaran. Di dalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontroversi.
Langkah pertama metode pembelajaran point-counter-point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi
mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan
kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan
argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.”12
Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah
mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik suatu kelompok
menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan
kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok
lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang
9 Syaipul Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 46
10 Miftahul Huda, Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 111
11 Hamzah B. Uno,Model Pembelajaran : menciptakan Proses Pembelajaran yang kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 2
memungkinkan. Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga
peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari
argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode point cauter point
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan
begitu juga dengan metode point counter point kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari metode point counter point yaitu :
a. Siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
b. Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep.
c. Memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin
tahu dari para siswa.
d. Guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan siswa.
e. Siswa lebih mampuh menstrasfer pengetahuannya keberbagai
konteks.
f. Siswa dapat termotivasi untuk menganalisis masalah di dalam
kelompok.
g. Terjadi pembicaraan aktif antara penyanggah maka akan
membangkitkan daya tarik untuk siswa berbicara, turut aktif aktif
berpartisipasi untuk mengeluarkan pendapat.
Selain kelebihan yang dimiliki, metode point counter point juga
memiliki kelemahan yaitu :
a. Metode ini banyak memakan waktu.
b. Setiap siswa tidak dapat diharapkan menjadi penemu.
c. Kurang efektif apabila dilakukan di kelas yang berkapasitas besar.
d. Diantara anggota kelompok mendapat kesan yang salah tentang berdebat.
e. Dengan teknik berdebat membatasi partisipasi kelompok. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Metode point counter point
Metode point-counter-point ini sangat baik dipakai untuk melibatkan peserta didik dalam mendiskusikan isu-isu komplek secara
suasana yang tidak terlalu formal. Adapun langkah-langkah pembelajaran
metode ini adalah:
1. Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.
2. Bagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah perspektip yang sudah ditentukan.
3. Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.
4. Kumpulkan kembali peserta didik untuk duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.
5. Mulai debat dengan mempersilakan kelompok mana saja yang akan memulai.
6. Setelah salah seorang peserta didik menyampaikan satu argumen sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
7. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
8. Rangkum debat yang baru dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul.13
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikanitu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar
dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya untuk mutlak diperlukan
oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan
persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta
didik.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak
manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge),
atau a body of knowledge.”14
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya proses belajar.Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.Banyak sekali macam
kegiatan yang dapat digolongkan kepada belajar seperti mencari sebuah kata
dalam kamus, mengingat dan menghapal puisi, berdiskusi dengan teman,
membaca buku pelajaran, mendengarkan penjelasan yang disampaikan
guru.Tingkah laku belajar dilakukan di atas dapat di lihat ada kegiatan
pshikis dan fisis yang saling kerjasama secara terpadu. Menurut Lester
D.Crow dan Alice Crow sebagaimana yang dikutip oleh Aminudin Rosyad “Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.15
Pengertian belajar di atas senada dengan apa yang diungkapkan
oleh Bower and Hilgar dalam Rudi Susilana sebagaimana yang dikutip oleh
Asep Herry Hermawan.”Belajar adalah sebagai usaha memperoleh dan
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.Belajar adalah usaha memperoleh pengetahuan melalui pengalaman”.16
Menurut Gagne
sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono.“Belajar merupakan
kegiatan yang kompleks.Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut
adalah dari a)stimulus yang berasal dari lingkungan, dan b) proses kognitif
14 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9
15 Aminudin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), h. 30
yang dilakukan oleh pembelajaran”.17
Menurut W.S Winkel sebagaimana
dikutip oleh Ahmad Susanto.“Belajar adalah suatu aktifitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas”.18
Dari beberapa paparan teori dan konsep belajar di atas, maka dapat di
simpulkan bahwa di dalam belajar terjadi proses perubahan-perubahan dalam
tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menganalisis,
mendengar, meniru, dan sebagainya.
Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatife
menetap, yang dapat diperoleh diantaranya melalui pengalaman. Pengalaman
dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses
yang tidak nampak. Belajar merupakan proses untuk memperoleh interaksi
hasil belajar, belajar juga merupakan prilaku aktif dalam menghadapi
lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan
makna.
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam pelakunya.
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) menetap
dalam waktu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman (proses
belajar yang mengakibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik).
b. Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan urain tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami
tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan pskomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar.Pengertian tentang hasil belajar sebagai
mana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto “hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang di peroleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu”.19
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.Anak yang berhasil
dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan intruksional.
Menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono hasil
belajar berupa:
a. informasiverbalkapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan sepesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan
mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis, sintetis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampil-an intelektual merupakankemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.”20
19Ibid, h. 5
20
Sedangkan menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus
Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan:
a. Kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
b. Afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), vauling (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c. Psikomotorik, domain psikomotorik meliputi initiatory,
pre-routine dan rountinized . Psikomotorik juga mencakup keterampil-an produktif, teknik, fisik, sosisl, manejerial, dan intelektual.”21
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
skemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap.
Dari paparan beberapa teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perilaku berupa
pengetahuan, keterampilan sikap, informasi dan strategi kognitif yang baru
diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana atau
kondisi pembelajaran.
Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
siswa belajar, proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran
merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam kontek demikian maka hasil belajar merupakan perolehan
dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran
menjadi tujuan yang potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan
belajar. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa
memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai adanya tujuan pengajaran yang
diharapkan.
Hasil belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan
suatu ukuran nilai dari metode, sedangkan hasil yang diinginkan adalah
tujuan-tujuan yang umumnya berpengaruh terhadap pemilihan suatu
metode.Ini berarti hasil belajar sangat erat kaitannya dengan metode yang
digunakan pada kondisi pembelajaran tertentu.Semakin tepat pemilihan
metode pembelajaran pada suatu kondisi, hasil belajar semakin baik.Secara
spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurutteori Gestalt sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto,
belajar merupakan suatu proses perkembangan. Perkembangan sendiri
memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun
pengaruh dari lingkungannya.Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.Faktor pertama
yang mempegaruhi hasil belajar adalah dari siswa itu sendiri yang meliputi
kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Faktor kedua yang
mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan, yaitu sarana dan prasarana,
kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta
dukungan lingkungan,keluarga dan lingkungan.”22
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman sebagaimana
yang dikutip oleh Ahmad Susanto, “hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik merupakan hasil interaksi antar berbagi factor yang memengaruhi, baik
factor internal maupun eksternal.”23
Melihat dari teori dan pendapat di atas faktor-faktor yang
mempengarhi hasil belajar diantaranya adalah:
1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang memengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal
22 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 12
ini meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor
fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah
dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani semuanya akan
membantu dalam proses dan hasil belajar. Demikian juga kondisi
syaraf pengontrol kesadaran dan kondisi pancaindera dapat
berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Faktor psikologis
meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan
motivasi, serta kognitif serta daya nalar.
2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal ini meliputi: faktor
lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini dapat
berupa lingkunga fisik atau alam seperti keadaan suhu, kepengapan
udara, sosial yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya.
Faktor instrument ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas,
serta guru.
d. Pengukuran Hasil Belajar
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara
oprasional dari kompentesi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek
kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian
kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) penguasaan materi
akademik (kognitif), 2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),
3) aplikasi produktif (psikomotorik).
1.Pengukuran hasil belajar kognitif
Dalam proses pembelajaran ada empat langkah utama yang menjadi
tugas guru yaitu perumusan tujuan pembelajaran, metode, alat dan evaluasi
pembelajaran. Keempat langkah ini saling terkait satu sama lain, dalam hal
ini akan dibahas tentang evaluasi khususnya evaluasi formatif yang
dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Rana kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual atau penguasaan materi, evaluasi formatif sangat
evaluasi yang teratur akan akan mengarahkan guru untuk merumuskan
secara jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ranah kognitif ini ranah
yang banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Kemampuan-kemampuan
ranah kognitif menurut Benyamin S. Bloom dikategorikan lebih rinci sebagaimana yang dikutif oleh Zainal Arifin yakni:”pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).”24
Dalam prakteknya mengukur hasil belajar siswa yang berdimensi
kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis
maupun tes lisan. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari
peserta didik dalam bentuk tulisan, sedangkan tes lisan adalah tes yang
menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk jawaban langsung
melalui lisan.
2.Pengukuran hasil belajar afektif
Hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, berorentasi
pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri
hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar,
rasa hormat kepada guru, dan lain sebagainya.
Untuk melakukan pengukuran sikap seseorang terhadap objek tertentu
digunakan skala sikap. Dalam skala sikap peserta didik tidak disuruh
memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memili juga
pernyataan-pernyataan yang negatif.”25
Pengukuran rana afektif memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Untuk mendapatkan umpan balik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.
b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai.
c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
24
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23 25
d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.26
3. Pengukuran hasil belajar psikomotorik
Pengukuran rana psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran
ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif
sekaligus.Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya
berupa matriks.Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian
keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor
yang dapat dicapai”.27
e. Pengertian Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur ini diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku keidupan siswa sehari-hari, baik
sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara
warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.Dengan
pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu membina dan
mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik.
Menurut seorang ahli bernama Chresore (1886) sebagaimana yang
dikutip oleh Dasmin Budiamansyah”Civics atau ilmu kewarganegaraan, yang
isinya mempelajari hubungan antara individu dan antara individu dengan negara. Menurut Gross dan Zeleny “Civics pada dasarnya berkenaan dengan pembahasan mengenai pemerintahan demokrasi dalam teori dan praktek,
26
sedangkan Citizenship education berkenana dengan keterlibatan dan partisi pasi warganegara dalam masyarakat”28
Perkembangan PKn Indonesia sejak kemerdekaan telah melalui satu
perjalanan sejarah yang panjang yang pada dasarnya diharapkan dapat
menumbuhkan rasa kebangsaan/nasionalisme yang kuat.Namun perjalanan
sejarah bangsa Indonesia telah diwarnai dengan berbagai perubahan dan
gejolak politik yang pada dasarnya menuntut satu bentuk pendidikan bagi
warganegara atau PKn agar setiap individu dan pribadi dalam masyarakat
Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa yang majemuk yang
hanya mungkin terbentuk karena adanya rasa persatuan sebagai bangsa yang
berdaulat yang dinamakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional
bukanlah hal baru di Indonesia.Beragam model dan nama pendidikan
kewarganegaraan yang mengemban pendidikan telah banyak dilakukan
pemerintah. Di antara nama-nama tersebut adalah: pelajaran Civics
(1957/1962), Pendidikan moral Pancasila atau PMP (1975/1984), dan PPKn.
Menurut Aryumardi Azra sebagaimana dikutip oleh Ahmad Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi,
rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi”.29
Menurut Zamroni sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Susanto “pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis”.30
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.
28 Dasmin Budiansyah dan Karim Suryadi. PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung: UPI, 2008), h. 2
29 Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: KENCANA, 2013), h. 226
Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang
hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
serta ikut berperan dalam percaturan global.
Tujuan pendidikan kewarganegaran pada dasarnya adalah menjadikan
warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung
keberlangsungan bangsa dan negara.Upaya mewarganegarakan individu atau
orang-orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok
negara.Konsep warga negara yang cerdas dan baik tentunya amat tergantung
dari pandangan hidup dan system politik negara yang bersangkutan.Tetapi,
hal yang patut disayangkan di masa lalu adalah pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan tersebut tak perna lepas dari kepentingan pemerintah yang
berkuasa.
f. Pembelajaran kewarganegaraan
PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar
mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan
karekter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu
masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat .
Pembelajaran Pkn pada anak adalah bahwa secara kodrat maupun
social cultural dan yuridis pormal, keberadaan dan kehidupan manusia selalu
membutuhkan nilai, moral, dan norma. Dalam kehidupannya, manusia
memiliki keinginan, kehendak dan kemauan yang berbeda untuk selalu
membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka
dapat mengarahkan dan mengendalikan dunia kehidupan ini baik secara fisik
maupun nonfisik kearah yang lebih baik dan bermakna.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistimatis,
kritis, ilmiah dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan menggunakan logika, proses berpikir secara terbuka dan informasinya
secara sistimatis dan objektif
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, pada kegiatan belajar mengajar di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, khususnya pada siswa kelas IV, keaktifannya, dan hasil
belajar PKn serta minat belajarnya meningkat dibandingkan dengan sebelum
menerapkan model pembelajaran kooperatif metode point counter point. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata hasil tes yang cukup
signifikan. Tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
metode point-counter-point cukup baik, siswa merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru dari pembelajaran sebelumnya, menurut siswa penerapan
pembelajaran kooperatif metode poin-counter-point dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, dan
lebih insiatif dalam pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari keadaan awal
objek yaitu kurang aktif, kurang berpartisipasi, dan kurang insiatif untuk
bertanya dalam pembelajaran, kurang tepatnya metode yang digunakan dalam
pembelajaran hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar PKn siswa masih
di bawah KKM yaitu 70, pada mata pelajaran PKn khususnya pada materi
globalisasi.
Selanjutnya peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif metode
tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran
yaitu peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan pembelajaran kooperatif
metode point caunter point.
D. Hipotesis
Dalam pembelajaran PKn materi globalisasi dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif metode point-counter-point diharapkan hasil belajar dapat meningkat dan siswa kelas IV MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru
Pamulang akan semakin tertarik dan senang belajajar PKn.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah “ terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kooperatif
metode point counter point pada siswa kelas IV MI. Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang”.
Sesuai hipotesis di atas maka hipotesis statistic dalam penelitian ini
adalah :
Ho = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajara
Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV MI.
Mathlaul Anwar Benda Baru Pamulang.
Ha = Terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui pembelajaran
Kooperatif metode point counter point pada siswa kelas IV
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang, yang berlokasi di Benda Baru RT 03/01 Kecamatan Pamulang
Tangerang Selatan. Adapun waktu Penelitian Tindakan Kelas ini akan
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, pada siswa kelas
IV (empat) yang berjumlah 37 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan untuk peningkatan hasil belajar PKn siswa dengan
pembelajaran kooperatif metode point-counter-point.
B. Metode dan Disain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitan
tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dikelas.Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”31 Dengan kata lain penelitian
tindakan kelas dapat diartikan sebagai penelitian yang dikembangkan
berdasarkan permasalahan yang muncul yang bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.Penelitian tindakan kelas
ini menggunakan siklus. Siklus meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Apabila kriteria keberhasilan belum
tercapai maka proses pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Siklus akan berhenti apabila criteria keberhasilan telah tercapai.
2. Disain Penelitian
Adapun disain penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui
gambar berikut:
Gambar 3.1 Rancangan Pelaksanaan Penelitian32
Rancangan penelitian akan dilaksanakan meliputi 4 tahapan utama dalam
tiap siklusnya, yaitu: tahap perencanaan yang merencanakan semua persiapan
32ibid., h. 16
SIKLUS I
PerencanaanPelaksanaan
Pengamatan Refleksi
1
2 3
SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
4
5
6 7
sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutkan pada tahapan
pelaksanaan dimana proses penelitian dilaksanakan dengan penerapan
pembelajaran kooperatif metode point-counter-point, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil-hasil temuan dari proses pelaksanaan sebelumnya,
selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk menentukan
apakah penelitian akan dihentikan pada siklus I atau dilanjutkan pada siklus II
begitu seterusnya.
C. Subyek Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV (empat) di MI. Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang yang berjumlah tiga puluh tujuh siswa, dengan jumlah laki-laki dua puluh dan
perempuan tujuh belas siswa.
D. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru.Selain mengajarkan
materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta
mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan.Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan, ditunjukan pada
table 1.2.
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan Keterangan
Penelitian Pendahuluan
Terdapat masalah yang teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:
Melakukan observasi
terhadap sekolah
Kurangnya fasilitas yang seharusnya dimiliki sekolah
seperti perpustakaan, dan media pendukung
Melakukan observasi
kegiatan pembelajaran
Metode yang diterapkan guru masih terbatas pada
metode ceramah, Tanya jawab sesekali diskusi.
Wawancara dengan guru
mata pelajaran
1. Hasil belajar PKn siswa kelas IV MI. Mathla’ul
Anwar Benda Baru Pamulang rendah, hanya
55% siswa yang mencapai KKM dengan
standar KKM 70.
2. Kurangnya perhatian siswa dalam menerima
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Wawancara dengan siswa 1. Keaktifan siswa masih dinilai kurang, hanya
beberapa siswa yang terlihat menjawab
pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan.
2. Siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan
eksporasi dalam proses pembelajaran.
3. Siswa belum mampuh mengungkapkan
pemahamannya menggunakan kata-kata sendiri
sehingga siswa menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam membangun
pengetahuannya.
4. Siswa kesulitan mengkaitkan materi pelajaran
dengan aplikasi di kehidupan nyata, sehingga
menyebabkan pembelajaran kurang bermakna.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep pembelajaran PKn seperti pada konsep
globalisasi.
Diagnosa Peningkatan hasil belajar Pkn siswa dengan
pembelajaran kooperatif metode point-counter-point
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Tahap perencanaan 1. Direncanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam KBM dengan pembelajaran
2. Ditentukan pokok bahasan
3. Dibuat instrument penelitian
4. Dibuat lembar kerja siswa
5. Dibuat lembat kerja tahap elaborasi
6. Dibuat lembar observasi proses pembelajara
7. Disiapkan sumber belajar
Tahap Pelaksanaan 1. Dilakukan kegiatan belajar mengajar (KBM)
diawali dengan pemberian pretest.
2. Disampaikan tujuan pembelajaran khusus.
3. Dilaksanakan KBM dengan menerapkan
pembelajarn kooperatif metode point-counter-point.
Pengamatan 1. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan
siswa.
2. Mengumpulkan data hasil pretest dan post test
Refleksi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan berupaposttest.
2. Menganalisis temuan-temuan untuk
dilakukanperbaikan yang dilaksanakan pada
siklus selanjutnya bila tujuan penelitian belum
tercapai.
3. Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah
tercapai dan yang belum tercapai serta
kekurangan atau permasalahan yang muncul
pada siklus I.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Harapan intervensi tindakan adalah pencapaian 80% siswa dengan nilai
KKM 70 pada konsep globalisai.Selain itu dengan diterapkan pembelajaran
kooperatif metode point-counter-point, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pkn siswa.Selain nilai hasil pretets siswa yang diberikan tes berupa latihan soal tahap evaluasi untuk setiap pertemuan.
G. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar yang
mencakup ranahkognitif.Data hasil belajar diperoleh dari pretest dan posttest, dan nilai latihan soal pada tahap evaluasi. Sedangkan data untuk menilai proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar observasi
Lembar obsevasi yang digunakan ada dua jenis, yaitu lembar
observasi penelitian pendahuluan, yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan sekolah secara umum seperti sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pembelajaran, serta untuk mengetahui kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan disekolah tersebut.
Lembar observasi yang kedua digunakan saat berlangsungnya
proses pembelajaran yang menerapkan kooperatif metode point-counter-point. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai tindakan sasaran, selain itu lembar observasi ini bertujuan
untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran yang sesuai Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi
Variabel Indikator Item
Sarana prasarana Fasilitas penunjang
kegiatan belajar mengajar
-perpustakaa
-LCD
Pengajar Persiapan mengajar
Metode pembelajaran
Media pembelajaran
Sumber ajar
-Menyiapkan perangkat pem-
Belajaran.
-Masuk kelas tepat waktu.
-Membawa sumber belajar.
-Metode yang digunakan
bervariasi.
-Model yang digunakan
Sesuai dengan materi
-Media yang digunakan
menarik
-Buku
-LKS
Siswa Minat siswa dalam belaja
Belajar
Hasil belajar siswa
-Siswa masuk kelas tepat
waktu
-Siswa antusias dalam
belajar
-Siswa memiliki buku
sumber belajar
-Siswa mengikuti pelajaran
dengan baik
-Siswa mengerjakan tugas
Kesulitan belajar
Sumber belajar
-Kriteria Ketuntasan
minimum (KKM) siswa
-Memahami konsep PKn
-Buku paket
-Lingkungan
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non-tes
yang dilakukan melalui percakapan atau pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang perlu dan memiliki
relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.”33Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di
sekolah.Wawancara diajukan kepada guru PKn dan siswa pada penelitian
pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Selain
itu juga dilakukan untuk mengungkap kebiasaan yang dilakukan oleh guru
selama pembelajaran PKn dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta
cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Wawancara Guru
Variabel Indikator Item
Sarana dan
prasarana
Fasilitas pendukung
kegiatan belajar
mengajar
-Terdapat ruang
perpustakaan
-Terdapat kegiatan
ekstrakurikuler
Pengajaran Penunjang pengajaran -Pembuatan RPP
-Pembuatan silabus
33