• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Hasil Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Siregar dan Nara, 2011: 3).

Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (dalam Suparno, 1997: 53) ada dua jenis belajar yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh

informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah ia ketahui.

Menurut Ausubel dalam proses belajar ini siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori belajar Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya belajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya menekankan andaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.

Beberapa tokoh lain juga mendefinisikan pengertian belajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai pada situasi tertentu (Singer 1968, dalam Siregar dan Nara 2011: 4). Menurut James O. Whittaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (dalam Annurrahman, 2010: 35). Pendapat Whittaker didukung oleh pendapat Hilgard (1962) yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) (dalam Susanto, 2015: 3). Holgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, dan pengalaman.

Menurut Herman Hudojo (1988: 1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Herman Hudojo mengungkapkan bahwa pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang

disebabkan oleh proses belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar apabila diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Menurut Gagne (1989, dalam Susanto 2015: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Paul Suparno (2013: 19) mendefinisikan belajar sebagai proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswalah yang mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi suatu perkembangan berfikir dengan membuat kerangka pengertian yang baru. Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, meramalkan, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, dan mengadakan refleksi.

Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (dalam Aunurrahman, 2012: 35). Dengan demikian, secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang akibat pengalaman dan interaksi

individu dengan lingkungannya, dimana perubahan tersebut melaui pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

2. Ciri–ciri Belajar

Dalam pengertian yang umum, belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis mahluk yang lain (Gredler 1994 dalam Aunurrahman, 2011: 38). Menurut Surjadi seseorang dikatakan belajar apabila perubahan-perubahan berikut ini terjadi (2012: 3):

1) Penambahan informasi;

2) Pengembangan atau peningkatan pengertian; 3) Penerimaan sikap-sikap baru;

4) Perolehan penghargaan baru;

5) Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari; 6) Mengganti informasi lama.

Keenam jenis perubahan ini dapat dimasukan dalam tiga kategori yaitu: pengetahuan (Cognitive), perasaan (Affective), dan perubahan (Behavioral). Siregar dan Nara (2011: 5) menjelaskan ada 4 ciri belajar yaitu:

1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2) Perubahan belajar tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan akan terjadi bila ada interaksi dengan lingkungan.

4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri belajar yaitu membawa perubahan pada seseorang yang mengalami proses belajar.

3. Prinsip Belajar dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. Agar aktivitas guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus sesuai dengan prinsi-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Prinsip belajar ini menunjuk kepada hal- hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Berikut ini diuraikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran (Davies 1991, dalam Aunurrahman, 2012: 114):

1) Hal apapun yang dipelajari peserta didik, ia harus mempelajarinnya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuk seseorang.

2) Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3) Peserta didik akan belajar lebih banyak apabila setiap langkah segera diberikan penguatan.

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah pembelajaran, memungkinkan peserta didik belajar secara lebih berarti.

5) Apabila peserta didik diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.

4. Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran secara formal guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan- tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman 1999 dalam Jihad dan Haris, 2013: 14). Menurut Benyamin S. Bloom terdapat tiga ranah (domain) dari hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dari ranah kognitif ini merupakan hasil dari proses berfikir atau perilaku dari hasil kerja otak. Hasil belajar untuk ranah afektif merupakan perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda untuk

membuat pilihan atau keputusan akan sesuatu hal. Sedangkan untuk hasil belajar pada ranah psikomotorik yaitu dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.

Selanjutnya Benyamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan (dalam Jihad dan Haris, 2013: 14)

1) Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: a) Pengetahuan tentang fakta;

b) Pengetahuan tentang prosedural; c) Pengetahuan tentang konsep; d) Pengetahuan tentang prinsip.

2) Keterampilan juga terdiri dari empat prinsip, yaitu:

a) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif; b) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; c) Keterampilan bereaksi atau bersikap;

d) Keterampilan berinteraksi.

Menurut A.J. Romizowski (dalam Jihad dan Haris, 2013: 14) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Sudjana (2012) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2015: 5). Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Nawawi (dalam Brahim, 2007 dalam Susanto 2015: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Djamarah dan Zain (2002:120, dalam dalam Susanto 2015: 3) menetapkan bahwa hasil belajar tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok;

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012: 3). Penilaian proses belajar merupakan upaya untuk memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam penilaian dapat dilihat sejauh mana keefektifan dan efisien dalam mencapai tujuan pengajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa. Tujuan penilaian menurut Sudjana (2012: 4) terbagi menjadi empat, yaitu:

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran

yang ditempuh, selain itu dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lain.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yaitu seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau membudayakan manusia.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapai hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa, tetapi bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut.

4) Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan orang tua siswa. Untuk mempertanggungjawabkan hasil yang telah dicapai, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan dan pengajaran serta kendala yang dihadapi.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar secara khusus adalah suatu perolehan suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan yang akan memungkinkan terjadi perubahan sikap seseorang atau peserta didik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah ia menerima

pengalaman belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk nilai. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi. Selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran maka hasil belajar yang diperoleh akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dokumen terkait