• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

C. Pembahasan

1. Peningkatan Hasil Belajar

Dari analisa statistik dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Bahkan metode eksperimen lebih meningkatkan hasil belajar dari pada metode ceramah. hal ini dibuktikan dengan perubahan yang signifikan antara post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dari kedua kelas menunjukan bahwa siswa dari kedua kelas telah mengalami proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang ditimbulkan melalui latihan atau pengalaman yang membawa perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar yang diperoleh siswa ditunjukan adanya perubahan nilai dan pemahaman. Karena dalam proses belajar siswa akan mengkontruksi pengetahuan baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa dan akan dikontruksikan menjadi suatu pemaham yang utuh.

Dari Analisa ditunjukan bahwa metode eksperimen lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini dikarenakan dalam metode eksperimen siswa dibantu dengan lembar kegiatan, sehingga siswa sudah tau secara keseluruhan materi yang diajarkan pada hari itu. Dalam pembelajaran dengan metode

eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk menemukan suatu fakta atau membangun konsep secara aktif dengan bantuan alat-alat laboratorium serta dapat berhadapan langsung dengan proses perubahan wujud. Dengan siswa dapat belajar aktif maka siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya lebih baik. Pengetahuan itu merupakan kontruksi siswa yang sedang berfikir maka pengetahuan tidak dapat ditransfer. Sehingga pembelajaran yang mengacu pada keaktifan siswa untuk melakukan akan lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar bila dibandingkan dengan metode ceramah yang membuat siswa menerima informasi dari satu arah. Semakin baik proses pembelajaran maka hasil belajar akan semakin tinggi. Penelitian ini sesuai dengan teori konstruktivisme yang menjelaskan siswa aktif melakukan sendiri.

2. Keterampilan Proses Sains

Dari analisa statistik dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan proses sains siswa. Pada awalnya keterampilan proses sains siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa belajar dengan menggunakan metode ceramah. Sedangkan pembelajaran dengan metode ceramah tidak sepenuhnya dapat mengasah keterampilan proses sains siswa. Sedangkan untuk mengasah keterampilan proses sains siswa perlu dilatih dengan pengalaman langsung baik secara kognitif maupun psikomotorik. sedangkan pembelajaran dengan menggunkan metode ceramah hanya melatih siswa pada keterampilan kognitifnya serta siswa hanya diajak untuk menghafal suatu teori atau konsep. Dengan demikian keterampilan poses sains siswa kurang berkembang secara optimal.

Untuk dapat mengoptimalkan keterampilan proses sains siswa maka perlu dilatih dengan menggunakan metode eksperimen.

Setelah siswa melakukan pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi post-test. Pre-test dan post-test kemudian di skor berdasarkan panduan penskoran yang telah dibuat. Panduan penskoran ini untuk mengurangi unsur subyetifitas dalam penskoran. Nilai pre-test dan post-test kemudian dianalisa menggunakan SPSS. Dengan menggunakan uji T-Independen, hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ada peningkatan keterampilan proses sains. Secara keseluruhan hasil dari post-test siswa dapat diklasifikasikan dalam kategori “Baik”. Peningkatan ini terlihat dari hasil klasifikasi yang sebelumnya kurang dan meningkat menjadi baik.

Adanya peningkatan keterampilan proses sains ini dikarenakan pembelajaran dengan metode eksperimen dapat membantu siswa untuk melatih keterampilan proses sains seperti menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara oprasional, merencanakan penyelidikan serta mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian atau pengecekan bahwa teori tentang berubahann wujud yang ada di buku memang benar. Berdasarkan teori pembelajaran, siswa yang belajar dengan memaksimalkan penggunaan indera akan lebih memudahkan siswa untuk mengkontruksi, sehingga pengetahuan yang dibentuk akan lebih baik. Pembelajaran dengan metode eksperimen ini membantu siswa untuk menggunakan semua inderannya dalam proses belajar.

Dari hasil klasifikasi setiap aspek keterampilan pada pre-test dan post-test dapat dilihat juga peningkatannya dalam aspek merancang percobaan yang semula ‘kurang’ kemudian meningkat menjadi ‘baik’, menentukan variabel yang semula ‘kurang’ meningkat menjadi ‘baik’, membuat grafik dari klasifikasi ‘kurang’ menjadi ‘baik’ dan untuk aspek penganalisaan penyelidikan ada peningkatan klasifikasi dari ‘kurang’ menjadi ‘baik’ untuk perumusan hipotesa tidak mengalami peningkatan.

Selain dari hasil pre-test dan post-test keterampilan proses sains siswa juga dapat dilihat dari observasi dan laporan percobaan. Dari hasil laporan percobaan siswa dapat dilihat juga tingkat keterampilan proses sains siswa ada pada kategori ‘Baik’. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu mengembangkan keterampilan proses siswa, karena didalam pembelajarannya siswa diajak berfikir secara aktif, hal ini sejalan dengan teori kontruktivisme bahwa siswalah yang harus aktif berfikir untuk mengkontruksi pengetahuan. Meskipun baru sekali diajarkan dengan metode eksperimen siswa sudah menunjukan bahwa siswa mempunyai keterampilan. Meskipun secara kesulurahan termasuk dalam kategori ‘baik’ namun untuk aspek membuat tabel data dan memproses masih perlu dilatih lagi.

Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen ini memacu siswa lebih berfikir kritis dalam merancang percobaan atau menganalisis suatu permasalahan dan ketika melakukan percobaan perubahan wujud. Hal ini terlihat dari beberapa siswa atau kelompok siswa yang belum pernah melihat alat-alat yang digunakan, lalu siswa berdiskusi dengan teman

sekelompoknya atau bertanya kepada peneliti. Kerjasama antar teman sekelompok juga terlihat ketika mereka harus membagi tugas yang mengamati perubahan suhu, mengamati waktu dan mencatat hasil eksperimen.

Keaktifan dan kreatifitas siswa dapat terlihat juga pada saat merancang percobaan, siswa saling berdiskusi mengungkapkan idenya-idenya untuk membuat suatu percobaan perubahan wujud dan mereka saling beradu pendapat dengan kelompok lain. Ketika siswa merasa ragu dengan hasil diskusi, siswa bertanya kepada peneliti atau observan. Bahkan ada kelompok yang mengulang percobaannya karena dianggap tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompoknya.

Hal ini membuktikan bahwa hasil dari proses belajar dengan metode eksperimen, selain dapat meningkatkan hasil belajar juga dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa. Hal ini sejalan dengan teori belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa akibat pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya dimana perubahan tersebut melalui pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif).

D.Keterbatasan Penelitian

Selama melakukan penelitian terdapat beberapa keterbatasan yang ditemui oleh peniliti, antara lain adalah:

1. Tidak semua keterampilan proses dapat diteliti mengingat keterbatasan waktu penelitian.

2. Peneliti tidak memiliki data wawancara yang mendukung perubahan sikap ilmiah dan untuk mengetahui apakah siswa senang atau tidak belajar dengan metode eksperimen.

3. Terjadi pengurangan jumlah jam pertemuan pada saat pembelajaran untuk pengambilan data. Pengurangan jam pelajaran ini terjadi karena untuk menyamakan jam pelajaran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Yang seharusnya 3 JP pelajaran menjadi 2 JP jam pelajaran. Akibatnya pembelajaran tidak sesuai dengan RPP.

4. Pembelajaran untuk pengambilan data hanya 1 kali pertemuan karena kelas X banyak libur Ujian Nasional, sehingga pembelajaran dirasa kurang cukup untuk melihat keterampilan proses secara menyeluruh.

5. Penilaian untuk hasil hasil belajar dan keterampilan proses sains masih mengandung unsur subyektifitas, meskipun sudah dibuatkan panduan penskoran.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah diperoleh selama penelitian terhadap siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul pada mata pelajaran Fisika tentang perubahan wujud dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, maka dapat ditarik kesimpulan bahawa:

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing meningkatkan hasil belajar siswa, bahkan lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah.

2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing meningkatkan keterampilan proses sains: membuat hipotesa, merancang percobaan, menentukan variabel terikat dan bebas, membuat grafik dan menganalisa penyelidikan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran dapat diberikan diantarannya yaitu:

1. Metode pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa, maka

baiknya guru-guru fisika dapat menggunakan metode ini sebagai alternatif mengajar topik yang sama atau topik-topik yang lain.

2. Mengingat peran laboratorium sangat penting untuk dapat menciptakan model pembelajaran eksperimen ini, maka sebaiknya sekolah dapat melengkapi ruang laboratorium fisika sehingga dapat digunakan untuk siswa melakukan pembelajaran dengan metode eksperimen.

3. Pada penelitian berikutnya supaya mempersiapkan waktu yang lebih panjang pada saat proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djajadisastra, Jusuf. 1982. Metode-Metode Mengajar 2. Bandung: Angkasa

Jihad, Asep & Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo

Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kanginan, Marthen. 2010. Physics For Senior High School Second Semester Grade X. Jakarta: Erlangga

Purwoko & Fendi. 2007. Physics For Senior High School Year X. Jakarta: Yudhistira

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi (untuk mahasiswa). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2009. Pengantar Termofisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Surjadi, A.2012. Membuat Siswa Aktif Belajar (73 Cara Belajar Mengajar dalam Kelompok). Bandung: Mandar Maju

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:Prenadamedia Group

Semiawan, Cony. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Meningkatkan Siswa dalam Belajar. Jakarta. PT Gramedia

Siregar, Eveline & Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor: Ghalia Indonesia

Subagya, Hari.dkk. 2012. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara Surtarji, A. 2012. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: CV. Mandar Maju Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara

Widi Wisudawati, Asih & Sulistyowati, Eka, 2014. Metodologi Pembelajaran IPA Disesuaikan dengan Pembelajaran Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dokumen terkait