• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Sistematika Penulisan

5. Hasil Belajar

dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:

sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lainsebagainya. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Menurut Sudjana (2010) keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dapat dirumuskan dalam beberapa indicator yaitu:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, b. Terlibat dalam pemecahan masalah,

c. Bertanya kepada peserta didik lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya,

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah,

e. Melaksanakan diskusi kelompok,

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya,

g. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya,

h. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya.

26

hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh peserta didik menjadi acuan untuk melihat penguasaan peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Hal yang serupa diutarakan Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran yang umumnya dinyatakan dalam angkaangka.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan test formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada peserta didik. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksankaan program remedial bagi peserta didik yang belum berhasil.karena itulah, suatu proses belajar engajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran. Dalam hasil belajar

terdapat beberapa indikator utama hasil belajar peserta didik, sebagai berikut:

a. Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKB).

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

Pada bahasan hasil belajar, maka didalam hasil belajar terdapat beberapa aspek yang menunjang hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Tahapan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari.

2) Pemahaman (Comprehension)

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman dimaksud sebagai sebuah kemampuan memahami materi tertentu.

28

3) Penerapan (Application)

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya.

5) Sintesis (Synthesis)

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi.

6) Evaluasi (Evaluation)

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif ini adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai „manfaat‟ suatu benda atau suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Kognitif adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,

memperkirakan, menduga, dan menilai (Chaplin : 2002). Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai peserta didik dan sebagainya.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

b. Aspek Afektif

Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai yang berbeda-beda. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai masing-masing.

Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat akan diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Adapun ranah afektif terdiri atas lima level yaitu:

30

1) Receiving

Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas, buku atau musik.

2) Responding

Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.

3) Valuing

Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.

4) Organization

Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten.

5) Characterization

Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.

Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri dan nilai.

1) Sikap. Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negative terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.

2) Minat. Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untukmemperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian.

3) Konsep diri. Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri (Smith dalam Mardapi, 2004).

4) Nilai. Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004).

Dokumen terkait