• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya.36Secara psikologis belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilaku individu seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman baru, perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya, namun yang dimaksud perubahan perilaku di sini adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dari reaksi dari situasi yang dihadapi.37Untuk memperoleh wawasan tentang pengertian belajar menurut berbagai penulis, pada uraian berikut ini diajukan beberapa definisi tentang belajar.

a. Konsep belajar menurut UNESCO, menuntut setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengatahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).38

b. Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.39

c. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam

36

Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis TIK, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 80. 37 Ibid, h. 81. 38 Ibid., h. 63. 39

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), h. 1.

26

dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.40

d. Menurut Di Vesta dan Thompson, “Learning is an enduring or permanent change in behavior as a result or experience”, suatu

perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku akibat dari pengalaman. Menurut Di Vesta dan Thompson, belajar adalah sesuatu yang penting diketahui oleh tutor/fasilitator oleh karena tugas mereka ialah mengembangkan proses belajar secara efisien dan merupakan hakikat dari peranannya dalam mengubah tingkah laku warga belajar.

e. Dahama dan Bhatnagar mengatakan “Any change of behavior which takes place as a result of experience may be called learning”, belajar

adalah setiap perubahan tingkah laku yang berlangsung sebagai hasil dari pengalaman. Menurut mereka pengalaman belajar adalah reaksi mental dan fisik terhadap penglihatan, pendengaran, dan perbuatan mengenai sesuatu yang dipelajari dan dengan reaksi mental itu seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman yang bermanfaat dalam pemecahan masalah baru. Belajar hanya bisa berlangsung apabila warga belajar bereaksi terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan. Dengan kata lain, warga belajar hendaknya aktif belajar.

f. O’ Connor yang menulis tentang belajar, tidak memberikan definisi

secara secara konkret, kecuali menjelaskan proses terjadinya belajar

dengan menyatakan bahwa “When information transmitted by the nervous system from the outside world causes a more or less permanent change in future behavior, then learning has taken place”,

belajar terjadi apabila informasi yang ditransmisikan oleh sistem saraf

40

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), h. 20.

yang datangnya dari luar menyebabkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku pada masa yang akan dating. Kata kuncinya adalah informasi, perubahan, tingkah laku, dan masa datang.41

2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar terjadi bila ada yang dapat diperhatikan. Jadi belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu diingat dan apa yang dipelajari itu. Suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan setelah diajarkan.Akan tetapi dalam waktu tertentu dapat terjadi perubahan, karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya.42

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.43

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan. Menurut Gagne, ada lima kemampuan. Ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda.44

Sebenarnya hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga ditempat kerja dan di masyarakat. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini sering diberi sebutan prestasi kerja, yang sesungguhnya merupakan sesuatu achievement juga.45

41

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 8-10.

42

Iif Khoiru Ahmadi, op. cit., h 131-132. 43

Rusman, op. cit., h. 123. 44

Ratna Wilis Dahar, op. cit., h. 118. 45

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.V, h. 103.

28

Hal-hal yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut capabilities atau kemampuan. Kemampuan-kemampuan tersebut, yaitu:

a. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu kemampuan untuk dapat membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian.

b. Strategi kognitif

Pengertian strategi kognitif menurut teori belajar modern merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat memilih dan menentukan aktivitas mentalnya dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

c. Informasi verbal

Informasi verbal merupakan kemampuan seseorang untuk menuangkan pengetahuannya dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.

d. Sikap

Sikap merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menanggapi dan menilai suatu objek.

e. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan yang bersifat fisik, melainkan gabungan antara kegiatan motorik dengan keterampilan intelektual.46

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.47Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.Untuk penskoran hasil tes,

46

Ratna Wilis Dahar, op. cit., h. 118-124. 47

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. II, h. 235.

menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.48

3. Tiga Ranah Hasil Belajar

Menurut Bloom dan rekan-rekannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah kognitif merupakan ranah yang banyak melibatkan kegiatan mental atau hasil pemikiran. Terdapat enam jenjang dalam proses berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Tipe hasil belajar : Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom.Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah.Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman.Hal ini berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa.49

2) Tipe hasil belajar : Pemahaman

Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya.Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.Pemahaman tingkat tertinggi adalah pemahaman ektrapolasi.Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalah tentang

48

Ibid., h. 236. 49

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 23

30

konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.50

3) Tipe hasil belajar : Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.51

4) Tipe hasil belajar : Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Tipe hasil belajar : Sintesis

Berpikir sintesis adalah berpikir divergen.Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

6) Tipe hasil belajar : Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materil.52

b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni perhatian atau penerimaan, tanggapan, penilaian/penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai.53Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks adalah sebagai berikut:

50 Ibid., h. 24. 51 Ibid., h. 25. 52 Ibid., h. 28 53

Ahmad Sofyan, dkk.,Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), Cet. I, h. 20.

1)Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, atau gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

2)Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencangkupketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3)Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan dari nilai tersebut.

4)Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubung satu sama lain dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5)Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya54

c. Ranah yang ketiga yaitu ranah psikomotor. Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan untuk bertindak setelah seseorang menerima suatu pengalaman belajar. Ranah psikomotor terbagi menjadi tujuh tingkatan, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.55

Bagi guru, hasil belajar siswa berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar

54

Nana Sudjana, op. cit., h. 30 55

32

tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.Oleh karena itu, pada tempatnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa di kelasnya.56

4. Tes Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.Pengajar harus mengetahui sejauh mana pembelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.57

Yang dimaksudkan dengan tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waktu tertentu.58

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes hasil belajar meliputi tes belajar prosuk, tes hasil belajar proses, dan tes hasil belajar psikomotorik. Tes hasil belajar pseikomotorik berupa ketemapilan melaksanakan eksperimen.

Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan junci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa.

56

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet. III, h. 257.

57

Ibid., h. 4. 58

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 33

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.Untuk penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.59

Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu.Menurut waktu dibedakan dalam rentang; satu pertemuan (tes akhir pertemuan), satu pokok bahasan (tes akhir pokok bahasan), satu minggu (tes mingguan), setengah catur wulan/ semester (tes tengah cawu/ semester), satu cawu atau satu semester (tes akhir cawu/akhir semsester, satu jenjang pendidikan (tes atau ujian akhir pendidikan).60

Prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran yang telah diajarkan adalah :

a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan dengan tujuan instruksional.

b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

c. Mencangkup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.

d. Didesain dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

e. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.

59

Trianto, op. cit., h.235-236. 60

34

f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar dan cara mengajar guru.61

5. Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.62

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris

science’. Kata „science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia’ yang berarti saya tahu.63 Pada hakikatnya, IPA dibangun berdasarkan atas produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).64

Abad 21 ditandai dengan oleh pesaatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA

61

Ngalim Purwanto, op. cit , h. 23-25. 62

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. 1, h. 99.

63

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet.II, h. 76.

64

dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumen secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA disekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.65

Dokumen terkait