Pemilihan bahan dan spesifikasinya mempengaruhi kinerja alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat diusahakan kokoh dan mampu mendukung kinerja alat, namun juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas namun murah juga sangat mempengaruhi biaya produksi alat.
Penggunaan dongkrak sebagai sumber tenaga penekan selain mudah pengaplikasiannya dan mudah perawatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Galih (2008) cara penggunaan dongkrak itu sangat mudah yaitu dengan cara memutar atau menggerakkan ke atas dan ke bawah tuas yang menjadi pemicu dongkrak itu bergerak, dongkrak akan naik dan akan mengangkat benda yang di atasnya ataupun menekan benda yang ada di bawahnya.
Dalam pembuatan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini banyak sekali menggunakan mesin-mesin perkakas baik berupa : mesin bubut untuk membuat boss pada plat penekan agar roller mudah dalam pergerakannya dan tidak lari dari jalurnya dan mengikis plat penekan selain itu mesin gergaji mutlak digunakan pada pemotongan plat profil “L” yang akan digunakan sebagai rangka alat. Hal ini merujuk pada pernyataan Daryanto (1984) dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas.
Kapasitas Efektif Alat
Besarnya kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan membagikan berat kompos dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos tersebut. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif alat pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan adalah sebesar 9,42 Kg (Lampiran 1).
Proses pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan massa jenisnya, karena terjadi penekanan yang menyebabkan volume dari campuran bahan akan mengecil. Selain itu, air yang berlebih dapat keluar melalui celah yang terdapat pada tuas pengungkit sehingga pemakaian pupuk dapat berkurang hal ini sesuai dengan pernyatmaan Musnamar (2008) Pupuk berbentuk tablet ataupun variasinya ini merupakan pupuk organik konsentrat dalam kondisi kering dengan kadar air 10 -20% sehingga dosis anjuran pemakaiannya pun lebih rendah daripada pemakaian pupuk organik serbuk atau konvensional.
Proses pengeluaran juga sangat mempengaruhi kapasitas efektif alat karena apabila terjadi kemacetan pada pengungkit dapat meningkatkan waktu produksi yang berakibat pada menurunnya kapasitas alat. Hal ini dapat disebabkan oleh kecilnya jarak lubang pengungkit dengan tuas pengungkitan sehingga dapat menyebabkan kemacetan apabila terjadi proses korosi akibat udara dan air dari bahan yang dimasukkan. Pemberian minyak gemuk bisa menjadi solusi masalah ini namun jangan sampai terlalu banyak karena dikhawatirkan akan masuk ke plat cetakan sehingga dapat merusak unsur hara pupuk yang akan dicetak.
Kapasitas alat dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan ketebalan kompos yang akan dibentuk karena dapat mempercepat waktu untuk mencetak kompos tersebut dan mendapatkan komposisi yang sesuai dalam membuat adonan kompos yang akan dibentuk.
Persentase Kerusakan Hasil
Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil adalah sebesar 13,4 % (Lampiran 1).
Dalam penelitian ini kompos hasil cetakan yang dikatakan rusak dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: kompos yang terbentuk sempurna namun patah pada salah satu ujungnya dan kompos yang hancur atau kompos yang tidak tebentuk secara sempurna. Hal ini diduga karena kurangnya isian kompos pada pada saat pengisian di plat cetakan ataupun terlalu banyaknya campuran air pada adonan yang dimasukkan, selain itu kurang bersihnya permukaan plat penekan dan plat cetakan pada proses sebelumnya juga dapat mempengaruhi hasil cetakan.
Pupuk kompos yang dicetak menggunakan alat ini memiliki kelebihan antaranya lebih lambat dalam melepaskan unsur hara daripada pupuk kompos yang berbentuk serbuk yang umumnya ada di pasaran sehingga hal ini menguntungkan petani ataupun konsumen yang menggunakannya karena dapat menekan biaya untuk tenaga kerja dan frekuensi pemupukan. Hal ini sesuai dengan pernayataan Musnamar (2008) Pelepasan unsur hara pupuk bentuk tablet dan variasinya lebih lambat (slow realese) dibandingkan dengan bentuk lainnya.
Pelepasan unsur haranya membutuhkan waktu sekitar 6 -12 bulan setelah aplikasi, tergantung diameter dan ukurannya.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.
Dari analisis biaya (Lampiran 2), diperoleh biaya pencetakan kompos dengan variasi bentuk sebesar Rp. 565,37/Kg, yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 464.035,71 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.012,82 maka biaya pencetakan kompos dapat dihitung berdasarkan persamaan 11, sebagai berikut:
Biaya Pokok = BTT C x BT       + = Rp jam jam kg jam Rp / 11 , 0 82 , 012 . 5 . 1495 464.035,71 .     + = Rp. 563,37/kg.
Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa biaya pokok yang harus dikeluarkan untuk mencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan sebanyak 1 kg adalah sebesar Rp. 563,37. Dengan biaya pencetakan sebesar Rp. 563,37/kg dan kapasitas 9,42 kg/jam, maka untuk mencetak kompos sebanyak 1 karung seberat 50 kg membutuhkan waktu selama 5,31 jam atau sekitar 5 jam 18 menit dengan
biaya pencetakan sebesar Rp. 28.268,7. Biaya pencetakan yang cukup besar berbanding lurus dengan masa simpan dan masa pakai pupuk kompos yang menjadi lebih tahan lama sehingga dapat dijadikan alternatif bagi para petani untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik yang harganya jauh lebih mahal dewasa ini dan dapat mempercantik tampilan tanaman hias bagi kaum ibu ataupun pencinta tanaman hias.
Break event point
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 82,24 Kg hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos sebanyak 82,24 Kg.
Net Present Value
Dalam manginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa
finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat
diketahui besarnya nilai NPV dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.313.891,771 . Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol.