• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Pencetak Kompos Dengan Variasi Bentuk Cetakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Pencetak Kompos Dengan Variasi Bentuk Cetakan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN ALAT

PENCETAK KOMPOS DENGAN VARIASI

BENTUK CETAKAN

SKRIPSI

ALFI SYUKRI HASIBUAN 050308035

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN ALAT

PENCETAK KOMPOS DENGAN VARIASI

BENTUK CETAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ALFI SYUKRI HASIBUAN 050308035/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN ALAT

PENCETAK KOMPOS DENGAN VARIASI

BENTUK CETAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ALFI SYUKRI HASIBUAN 050308035/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Taufik Rizaldi, STP, MP) (

Ketua Anggota

Ainun Rohanah, STP, M.Si)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(4)

ABSTRACT

Nowdays, there are so many fertilizers found in the market. One of them is organic fertilizer such as compost. The high usage of compost is in line with the increase of the price of anorganic fertilizer and its scarcity in the market. Compost in the form of powder has some disadvantages such as low storageability and less attractive. The aim of this research was to make hydraulic compost’s molder. The molder could make the compost more attractive and had more storageability but with the same quality.

Keyword : compost, compost molder, hydraulic compost molder, storageability compost’s

ABSTRAK

Dewasa ini, banyak sekali jenis pupuk yang beredar di pasaran. Salah satu jenisnya adalah pupuk organik berupa kompos. Tingginya penggunaan kompos berbanding lurus seiring dengan meningkatnya harga pupuk anorganik dan kelangkaannya di pasaran. Namun bentuknya yang berupa serbuk memiliki kelemahan berupa daya simpannya yang kurang lama dan tidak menarik. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang menggunakan dongkrak sebagai sumber penekannya. Hasil rancangan ini digunakan untuk meningkatkan daya simpan dan daya tarik kompos. Hasil cetakan kompos tidak mengalami perubahan kualitas namun memiliki masa simpan dan daya tarik bagi penggunanya

(5)

RINGKASAN PENELITIAN

Alfi Syukri Hasibuan “Rancang Bangun dan Pengujian Alat Pencetak

Kompos dengan Variasi Bentuk Cetakan”, dibimbing oleh Taufik Rizaldi, STP, MP sebagai ketua dan Ainun Rohanah, STP, M.Si sebagai

anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini, pengumpulan data

dilakukan dengan cara studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan

melakukan pengamatan tentang alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

cetakan. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian

komponen-komponen alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

Berdasarkan pada hasil pengamatan tersebut, maka alat ini dirancang kemudian

dilakukan pengujian parameter dan dianalisis.

Pengamatan dan pengambilan data meliputi: kapasitas efektif alat

(kg/jam), persentase kerusakan hasil (%), analisa ekonomi, menghitung break

event point dan analisa kelayakan usaha dengan menghitung nilai net present

value biaya pencetakan kompos dengan variasai bentuk cetakan (Rp/kg). Dari

hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pencetakan kompos

sebanyak tiga kali ulangan, kemudian dihitung kapasitas cetak rata-rata kompos.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas efektif rata-rata

(6)

Persentase Kerusakan Hasil

Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi

berat kompos yang rusak (tercetak dengan baik, pecah,, patah) dengan berat isian

kompos awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %. Dari penelitian yang telah

dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil cetakan kompos dengan

variasi bentuk cetakan adalah sebesar 13.4 %.

Biaya Pencetakan Kompos

Biaya pencetakan kompos diperoleh dengan menghitung biaya produksi

(biaya tetap dan biaya tidak tetap). Dari hasil penelitian diperoleh biaya

pencetakan sebesar Rp. 565,37/Kg.

Break Event Point

Alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 82,24 Kg. Hal ini

berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak kompos

sebanyak 82,24 Kg.

Net Present Value

Penginvestasikan modal pada penambahan alat pada suatu usaha maka net

present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari

percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya

nilai NPV dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.313.891,77. Hal ini berarti usaha ini

(7)

RIWAYAT HIDUP

Alfi Syukri Hasibuan, dilahirkan di Sigambal, Rantau Prapat pada tanggal

20 Juli 1987 dari Ayah Drs. H. Dahman Hasibuan MPdi dan Ibu Dra. Hj. Dahlian

Ritonga. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Rantau Selatan dan pada

tahun 2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi

Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Mata Kuliah

Mesin dan Peralatan. Penulis aktif sebagai anggota ATM dan Ikatan mahasiswa

teknik pertanian IMATETA serta penulis menjadi ketua panitia pelaksana acara

Launching Website IMATETA.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

Sawit Gohor Lama PT. Perkebunan Nusantara II (PERSERO) Tanjung Morawa

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulRancang

Bangun dan Pengujian Alat Pencetak Kompos dengan Variasi Bentuk Cetakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku ketua komisi pembimbing

dan kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing

yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripi ini

dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua

dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil

serta teman-teman di teknik pertanian dan teknik mesin USU yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2009

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... iii

RINGKASAN PENELITIAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

Alat Pencetak Kompos dengan Variasi Bentuk ... 9

Dongkrak dan Prinsip Kerjanya ... 9

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Perbedaan pupuk organik dengan pupuk anorganik ... 8

2. Data penelitian ... 33

3. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ... 45

4. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F ... 46

(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. CAD alat ... 47

2. CAD plat cetakan ... 48

3. Tampak depan ... 49

4. Tampak samping ... 49

5. Tampak atas ... 49

6. Tampak bawah ... 50

7. Plat cetakan dan plat penekan ... 50

8. Pemasukan bahan ... 50

9. Pengoperasian alat ... 51

10. Batas penggunaan dongkrak ... 51

11. Penurunan kadar air ... 51

12. Pengambilan hasil cetakan ... 52

13. Hasil cetakan... 52

14. Hasil cetakan berbentuk segitiga yang rusak... 52

15. Hasil cetakan berbentuk segilima yang rusak... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan ... 33

2. Analisa ekonomi ... 34

3. Break event point ... 37

4. Net present value ... 38

5. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 40

6. Tekanan efektif rata-rata pada plat penekan ... 41

7. Spesifikasi alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ... 42

8. Prinsip kerja alat ... 43

9. Pemeliharaan dan keselamatan kerja ... 44

10. Tabel Suku Bunga ... 46

11. CAD alat ... 47

12. CAD plat cetakan ... 48

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara yang sangat

dibutuhkan tanaman. Namun penerapan teknologi penanaman yang berorientasi

pada hasil panen yang sebanyak-banyaknya menjadikan para praktisi pertanian

sangat tergantung pada penggunaan pupuk (Novizan, 2007).

Pupuk adalah suatu bahan yang berifat organik ataupun anorganik, bila di

tambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta

dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi atau kesuburan tanah.

Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa mahluk hidup yang diolah

melalui proses pembusukan oleh bakteri pengurai, sedangkan pupuk anorganik

adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan

kimia sehingga persentase kandungan haranya tinggi.

Ada beberapa alasan kenapa perlu dilakukan pemupukan, yaitu:

1. Untuk mengganti unsur hara yang hilang dari dalam tanah akibat diserap

oleh tanaman dalam bentuk hasil panen, atau hilang tercuci dan erosi.

2. Pelestarian kesuburan tanah.

3. Meningkatkan produksi tanaman.

4. Penggunaan tanaman varietas unggul

(15)

Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang ditebarkan dapat menambah

atau melengkapi unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat

menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan harus diketahui

gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu. Namun, tanpa pengetahuan

yang memadai, penggunaan pupuk khususnya pupuk buatan justru dapat

menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi. Bahkan dapat berakibat

fatal yaitu kematian tanaman. Selain itu, pemakaian jangka panjang pupuk buatan

juga dapat menimbulkan dampak buruk pada kesuburan tanah dan lingkungan

(Novizan, 2007).

Berdasarkan fakta di atas para petani sudah banyak melirik dan beralih

menggunakan pupuk organik, contohnya kompos yang lebih ramah lingkungan

dan mudah dibuat dari bahan-bahan yang tidak terpakai yang ada di sekeliling kita

contohnya suatu bahan yang terbuang dan dibuang dari suatu sumber hasil

aktifitas manusia ataupun proses-proses alam. Selain itu, penggunaan dosis yang

berlebih tidak merusak tanaman. Namun, keseimbangan antara peningkatan hasil

dan biaya yang dikeluarkan harus dipertimbangkan.

Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi para petani dalam penggunaan

pupuk kompos model konvensional (serbuk) yaitu kebutuhan dosis pupuk organik

yang sangat besar sering kali menyulitkan proses penebarannya, meningkatnya

biaya pengangkutan, dan membutuhkan ruangan yang lebih luas untuk

penyimpanan dan daya simpanya reletif lebih singkat karena adanya pelepasan

unsur-unsur hara, kurang praktis dan dianggap jorok bila diaplikasikan di

(16)

Pupuk organik padat (konvensional) yang biasa dipakai petani adalah pupuk

organik dari kompos yang terdekomposisi secara alami berbentuk serbuk kasar

atau gumpalan. Pupuk organik tersebut tercampur dengan bahan-bahan lain

seperti sekam, jerami dan serbuk gergaji dan lain-lain dengan bau yang masih

menyengat dan kondisi relatif basah. Dengan demikian, pupuk tersebut terkesan

kotor karena sering menjadi sarang binatang.

Bentuk pupuk organik padat saat ini semakin beragam disesuaikan dengan

kebutuhan yang ada di lapangan. Keragaman bentuk tersebut jangan hanya dilihat

sebagai bahan penarik konsumen, melainkan dapat dijadikan sebagai acauan

dalam menentukan jenis yang sesuai dengan tanaman sehingga memberikan hasil

yang lebih baik dan efisien ( Musnamar, 2008).

Kendala-kendala tersebut di atas dapat dijadikan sebagai suatu peluang yang

cukup besar dan dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan tambahan

bagi para petani khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, petani

tidak saja hanya menjadi pengguna melainkan dapat berperan sebagai produsen

kompos dengan bentuk yang bervariasi. Perlakuan yang diberikan pada kompos

agar menjadi kompos bentuk yang bervariasi tidaklah sulit, hanya dengan

mengubah bentuk kompos serbuk menjadi kompos yang bervariasi bentuk sesuai

cetakan yang disediakan (Santoso, 1998).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis berinisiatif mengembangkan

rancang bangun alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan yang cukup

sederhana, sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus dan pelatihan bagi

pengguna pemula. Pada alat ini penulis menggunakan dongkrak hidrolik sebagai

(17)

yang telah berisi kompos yang telah dicampur dengan tepung tulang ikan yang

bertujuan sebagai tambahan unsur hara dan menjadi bahan perekat.

Tujuan Penelitian

Mendesain, membuat dan menguji alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

cetakan.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian

Departeman Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

3. Bagi masyarakat, khususnya bagi pengusaha pupuk kompos agar dapat

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik. Bila

ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta

dapat memperbaiki sifat fisik, kima dan biologis tanah ataupun kesuburan tanah.

Sedangkan, Pemupukan adalah metode pemberian pupuk kedalam tanah

(Hasibuan, 2006).

Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak

dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan

yang selama ini sering dikemukakan para ahli adalah :

1. Pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan

menurunnya kandungan C dan N organik.

2. Penggunaan pupuk kimia yang melampaui batas efisiensi teknis dan

ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani

dari tiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun.

Kedua alasan tersebut memberikan dampak buruk bagi pertanian di masa yang

akan datang jika tidak dimulai tindakan antisipasinya (Simamora, 2008).

Serangan penyakit pada tanaman akan berakibat turunnya kualitas dan

kuantitas hasil tanaman. Namun bila tubuh tanaman kokoh maka penyakit

cendawan dan bakteri jarang memiliki kesempatan menyerang tanaman. Agar

tanaman menjadi kokoh dan kuat yang diperlukan adalah memberikan pupuk ke

(19)

Perkembangan terahir menunjukkan bahwa produksi dan permintaan pupuk

organik kian meningkat. Selain karena harga pupuk kimia yang terus meningkat,

petani semakin sadar dampak pupuk kimia pada tanah pertaniannya. Saat ini,

masyarakatpun menginginkan bahan makanan yang bersih dari residu bahan

kimia.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah:

1. Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah.

2. Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering, lebih baik

daripada dosis banyak yang diberikan secara sekaligus..

3. Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna

rasio (C/N masih tinggi), harus diberi jeda waktu antara waktu pemberian

pupuk organik dan penanaman bibit, yakni minimal satu minggu. Hal itu

dilakukan untuk menghindari dampak yang mungkin terjadi pada

tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung

( Novizan, 2007).

Pupuk organik bentuk tablet ataupun variasi bentuk lainnya masih sulit

ditemuka n di pasaran dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk berbentuk tablet

ataupun variasinya ini merupakan pupuk organik konsentrat dalam kondisi kering

dengan kadar air 10 -20% sehingga dosis anjuran pemakaiannya pun lebih rendah

daripada pemakaian pupuk organik serbuk atau konvensional (Musnamar, 2008).

Pelepasan unsur hara pupuk bentuk tablet dan variasinya lebih lambat (slow

realese) dibandingkan dengan bentuk lainnya. Pelepasan unsur haranya

membutuhkan waktu sekitar 6 -12 bulan setelah aplikasi, tergantung diameter dan

(20)

tepat jika digunakan untuk tanaman tahunan. Penggunaan pupuk bentuk tablet

sangat menekan biaya tenaga kerja, terutama untuk lahan skala luas seperti

perkebunan dan kehutanan. Penekanan biaya tenaga kerja selain dalam jumlah

pemupukan juga frekuensi pemupukan (Musnamar, 2008).

Kompos dan Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam

mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau

anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik

mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah

mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk

lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,

pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator

pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan

anorganik. Rata-rata persentase bahan organi

pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai (Isroi, 2008).

Kompos adalah pupuk organik yang sangat menguntungkan karena dapat

memperbaiki produktivitas dan kesuburan tanah. Keberadaannya dapat mengatasi

kelangkaan pupuk dan harga pupuk anorganik yang mahal dan dapat mengurangi

(21)

Kompos Lebih Unggul daripada Pupuk Anorganik

Adanya aktifitas mikroorganisme dan terbentuknya asam organik pada

proses dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K dan Ca menjadi lebih

tinggi dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, jika

dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos lebih

lengkap karena mengandung unsur hara mikro yang sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman. Berbeda dengan pupuk anorganik yang hanya

mengandung beberapa unsur hara saja.

Berikut beberapa keunggulan pupuk organik atau kompos dibandingkan

dengan pupuk anorganik.

Tabel 1. Perbedaan Pupuk Organik dengan Pupuk Anorganik

Pupuk Organik Pupuk Anorganik

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tapi dalam jumlah yang sedikit

2. Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur.

3. Memiliki daya simpan air (water

holding capacity) yang tinggi

4. Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap serangan penyakit.

5. Meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan

6. Memiliki residual effect yang positif. Artinya pengaruh positif dari pupuk organik terhadap tanaman yang ditanam pada musim yang berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan dan produktivitasnya masih bagus

1. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak. 2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah

justru penggunaannya dalam jangka waktu panjang menyebabkan tanah menjadi keras.

3. Pupuk organik mudah menguap dan tercuci. Karena itu, pengaplikasian yang tidak tepat akan sia-sia.

4. Sering membuat tanaman rentan terhadap penyakit.

5. Dalam penggunaan yang cukup lama dapat memadatkan tanah sehingga mempersempit ruang hidup dan aktifitas bagi mikroorganisme yang sangat menguntungkan

6. Memiliki residual effect yang negative.

(Simamora, 2008).

Bentuk pupuk organik padat konvensional berupa serbuk kasar (tidak

(22)

sekitar 50 – 80%, tergantung dari bahan dasar dan proses pematangannya. Dari

segi fisik, pupuk organik padat sangat volumnis (berbentuk bulk). Namun, dengan

kemajuan teknologi, bentuk volumnis tersebut dapat dihilangkan dengan cara

menurunkan kandungan airnya sehingga menjadi konsentrat. Bentuk konsentrat

lebih kering daripada pupuk konvensional sehingga berat maupun tempat yang

dibutuhkan jauh lebih kecil.

Alat Pencetak Kompos dengan Variasi Bentuk

Pada pembuatan pupuk organik padat melalui empat tahap yaitu :

1. Persiapan bahan baku,

2. Penghancuran dengan mesin penghancur agar menghomogenkan bahan,

3. Pengontrolan dengan mesin penyaring atau ayakan untuk menyaring bahan

kasar seperti tali rafia, batu atau benda kasar lain,

4. Pencetakan di alat pencetak (butiran, pelet, dan tablet). Alat pencetak yang

digunakan disesuaikan dengan bentuk pupuk yang diinginkan. Pupuk

organik butiran, pelet, tablet merupakan bentuk pupuk organik konsentrat

yang dibentuk dengan mesin pencetak bertekanan tinggi

( Musnamar, 2003).

Dongkrak dan Prinsip Kerjanya

Dongkrak adalah suatu alat untuk menaikkan sesuatu yang berat dan dapat

juga digunakan sebagai sumber gaya penekan pada beberapa alat yang

menggunakan sistem hidrolik. Cara penggunaan dongkrak itu sangat mudah yaitu

(23)

pemicu dongkrak itu bergerak, dongkrak akan naik dan akan mengangkat benda

yang di atasnya ataupun menekan benda yang ada di bawahnya.

Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah dengan memanfaatkan hukum

Pascal, “Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan

diteruskan ke segala arah sama rata”. Dongkrak hidrolik terdiri dari dua tabung

yang berhubungan yang memiliki diameter yang berbeda ukurannya. Masing-

masig ditutup dan diisi air (Galih, 2008).

Tekanan

Tekanan didefenisikan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya

terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan

dengan membagi gaya dengan luas, sehingga dapat dituliskan dalam bentuk

berikut ini.

dimana:

P = tekanan (kgf/m2 atau N/m2)

F = gaya (kgf atau N)

A = Luas (m2)

cara menghitung gaya tekan yang bekerja pada dongkrak adalah sebagai berikut:

dimana:

P1 = tekanan pada alat

(24)

dari persamaan Tekanan di atas. Sehingga rumus di atas dapat dijabarkan menjadi

sebagai berikut:

dimana:

F1 = Gaya yang diberikan pada penampang alat

F2 = Gaya yang diberikan pada penampang dongkrak hidrolik

A1 = luas Penampang alat

A2 = Luas Penampang dongkrak hidrolik

Sehingga dengan mengetahui gaya berat yang akan diberikan pada alat

maka dapat dihitung gaya minimal yang diberikan pada pompa hidraulik untuk

menekan alat tersebut (Yohanes, 2009).

Rapat massa, (rho), didefenisikan sebagai massa zat tiap satuan volume

pada termperatur dan tekanan tertentu. Hubungan antara rapat massa, massa dan

volume dapat dirumuskan sebagai berikut:

= ……….…………(4)

dimana:

M = massa (Kg)

V = volume (m3)

= rapat massa (Kg/m3)

Dalam satuan SI, gaya dan luas mempunyai satuan Newton (N) dan meter

(25)

(N/m2). Tekanan sebesar 1 N/m2 dikenal dengan 1 Pascal (Pa). sehingga

hubungan satuan tekanan, gaya dan luas dapat dituliskan sebagai berikut:

1 N/m2 = 1 Pa……...……….…(5)

(Triatmojo, 1993).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti

dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan

biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat

sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan

yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan

dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

(26)

(self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan

usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan

memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha,

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan

investasi untuk peralatan produksi,

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin

banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar.

Sedangkan, Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak

sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

Untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut

aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran

kelayakan tersebut meliputi data tenga kerja, sarana produksi, hasil produksi,

harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, 2008)

Analisis finansial yaitu menghitung tingkat keuangan yang diterima dari

modal yang sudah diinvestasikan pada alat yang akan dibuat. Kriteria investasi

(27)

Net Present Value (NPV) :

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatau

alat layak atau tifak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan

net benefit yang telah didiskon dengan discount factor (Pujosumarto, 1998).

Dengan metode ini segala pengeluaran (cash out flow) dan penerimaan

(cash inflow) dari suatu proyek atau usaha diperhitungkan pada masa saat awal

proyek. Kriteria kelayakan proyek atau usaha menurut metode ini adalah :

CIF – COF ≥ 0………(6)

CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan –

perhitungan seperti ketentuan yang ada di bawah ini:

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n)(7)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)………...(8)

dimana :

Investasi = status pengeluaran sekarang (P)

Pendapatan = status penerimaan periodic (A)

Nilai ahir = status penerimaan kemudian (P)

Pembayaran = status pengeluaran periodic (A)

(28)

- CIF – COF > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan

menguntungkan;

- CIF – COF < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

- CIF – COF = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan

biaya yang dikeluarkan.

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2009 di

Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : kompos, tepung tulang, air,

pegas, plat siku profil L 2,8 cm, plat besi tebal 1 cm, plat besi tebal 4 cm, besi

berdiameter 1 cm.

Alat-alat yang digunakan : dongkrak, mesin las, gergaji besi, kikir, mesin

bubut, ember, gerinda, sendok pengaduk, kalkulator, alat tulis, komputer.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yaitu mengembangkan

metodologi sebagai landasan menentukan rasionalisasi dari suatu percobaan untuk

mengetahui unjuk kerja alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

dengan menguji coba alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan di

(30)

Komponen Alat

Alat pencetak kompos sistem dongkrak ini mempunyai beberapa bagian

penting, yaitu :

1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang

terbuat dari besi plat dan besi siku. Alat ini mempunyai panjang 30,4 cm,

tinggi 54cm, dan lebar 23,4 cm.

2. Dongkrak

Dongkrak adalah sumber tenaga yang akan menekan bahan yang akan dicetak

pada alat ini. Pada alat ini digunakan dongkrak hidraulik dengan kapasitas 2

ton.

3. Pegas

Pegas berguna untuk mengembalikan posisi plat penekan bahan yang menekan

bahan ke posisi semula.

4. Plat Cetakan

Berguna sebagai media meletakkan kompos yang akan dibentuk dengan

bentuk dengan alat ini. Cetakan dibuat beraneka bentuk (bulat, persegi lima,

bujur sangkar, segitiga, petak dan berbentuk bintang).

5. Plat Penekan (dudukan dongkrak)

Plat penekan ini berguna untuk menekan bahan yang terdapat dalam cetakan

sehingga bahan yang dimasukkan ke cetakan alat ini menjadi padat dan dapat

(31)

6. Tuas Pengungkit

Tuas pengungkit ini berguna untuk menekan bahan yang sudah dibentuk

dengan alat ini ke atas guna mempermudah pengambilan produk yang

dihasilkan.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk

penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat pencetak kompos dengan

variasi bentuk cetakan, mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang

akan digunakan dalam penelitian serta menyediakan dongkrak yang akan

digunakan pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

a. Pembuatan Alat

Adapun langkah pembuatan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

cetakan adalah :

1. Dirancang bentuk alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pencetak kompos variasi bentuk

cetakan

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak kompos

variasi bentuk cetakan.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar alat.

5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6. Dibubut dan dikikir plat cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan

(32)

8. Dibentuk plat penekan sesuai dengan bentuk cetakan setebal 4 cm

9. Dipasang besi berdiameter 1 cm di setiap sudut plat penekan yang

bertumpu pada plat cetakan

10. Dilakukan perangkaian plat cetakan, pegas dengan kerangka alat.

11. Dilakukan pengelasan untuk menyambung setiap bahan yang telah

dirangkai

12. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan

13. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan

menambah daya tarik alat pencetak kompos variasi bentuk cetakan

14. Dipasang dongkrak pada plat penekan sebagai sumber tenaga untuk

menekan bahan.

b. Pembuatan bahan

1. Disiapkan kompos, tepung tulang dan air

2. Ditimbang semua bahan dengan perbandingan kompos : tepung tulang : air

sebesar 8 : 1 : 1 (dimana dalam penelitian yang akan dilakukan berat

kompos adalah seberat 0,5 Kg).

3. Dimasukkan ketiga bahan kedalam suatu wadah.

4. Diaduk sampai ketiga bahan tersebut tercampur merata membentuk suatu

adonan yang liat

(33)

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1. Dimasukkan adonan kompos kedalam cetakan yang tersedia pada alat ini.

2. Diratakan permukaan kompos yang dimasukkan dengan plat besi yang datar

yang telah disediakan.

3. Dioperasikan dongkrak dengan menekan tuas dongkrak naik turun sehingga

dongkrak mulai menekan plat penekan ke bawah

4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos dengan alat ini.

5. Dihitung kapasitas cetakan yang dihasilkan alat ini per jam, dihitung

persentase hasil yang rusak, dilakukan analisis ekonomi dan analisa

kelayakan usaha.

6. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan.

Parameter yang Diamati

1. Kapasitas Efektif Alat (Kg/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat kompos

organik yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak

kompos.

…………...………..(9)

keterangan:

KA = kapasitas alat (kg/jam)

BK = berat kompos (kg)

(34)

2. Persentase Kerusakan Hasil

Pengukuran persentase kerusakan hasil dapat ditentukan dengan membagi

berat kompos yang rusak (tercetak dengan baik, pecah, patah) dengan berat

isian kompos awal (sebelum dicetak) dikali dengan 100 %. Secara matematis

dapat dituliskan dengan rumus:

% Kerusakan Hasil = x 100%

Biaya pencetakan kompos (Rp/Kg).

Pengukuran Biaya pencetakan kompos dilakukan dengan cara

menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap

(biaya pokok).

(35)

a. Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode garis lurus)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk

mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun biaya pajak alsin pertanian

diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

- Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,

(36)

b. Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :

- Biaya perbaikan

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator.

Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji

bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

4. Break Event Point (perhitungan titik impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk

mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar

usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income

yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya

keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

……….(15)

dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

(37)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun (rupiah/unit)

5. Net Present Value (NPV)

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan

menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present

value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau

tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit

yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

CIF – COF ≥ 0………(16)

dimana : CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan –

perhitungan

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n).(17)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan bahan dan spesifikasinya mempengaruhi kinerja alat yang

dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat

diusahakan kokoh dan mampu mendukung kinerja alat, namun juga diusahakan

mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha

untuk memproduksi dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas

namun murah juga sangat mempengaruhi biaya produksi alat.

Penggunaan dongkrak sebagai sumber tenaga penekan selain mudah

pengaplikasiannya dan mudah perawatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Galih (2008) cara penggunaan dongkrak itu sangat mudah yaitu dengan cara

memutar atau menggerakkan ke atas dan ke bawah tuas yang menjadi pemicu

dongkrak itu bergerak, dongkrak akan naik dan akan mengangkat benda yang di

atasnya ataupun menekan benda yang ada di bawahnya.

Dalam pembuatan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini

banyak sekali menggunakan mesin-mesin perkakas baik berupa : mesin bubut

untuk membuat boss pada plat penekan agar roller mudah dalam pergerakannya

dan tidak lari dari jalurnya dan mengikis plat penekan selain itu mesin gergaji

mutlak digunakan pada pemotongan plat profil “L” yang akan digunakan sebagai

rangka alat. Hal ini merujuk pada pernyataan Daryanto (1984) dalam pekerjaan

bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu

sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan

(39)

Kapasitas Efektif Alat

Besarnya kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan membagikan berat

kompos dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos tersebut.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa kapasitas

efektif alat pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan adalah

sebesar 9,42 Kg (Lampiran 1).

Proses pencetakan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini dapat

menurunkan kadar air dan meningkatkan massa jenisnya, karena terjadi

penekanan yang menyebabkan volume dari campuran bahan akan mengecil.

Selain itu, air yang berlebih dapat keluar melalui celah yang terdapat pada tuas

pengungkit sehingga pemakaian pupuk dapat berkurang hal ini sesuai dengan

pernyatmaan Musnamar (2008) Pupuk berbentuk tablet ataupun variasinya ini

merupakan pupuk organik konsentrat dalam kondisi kering dengan kadar air

10 -20% sehingga dosis anjuran pemakaiannya pun lebih rendah daripada

pemakaian pupuk organik serbuk atau konvensional.

Proses pengeluaran juga sangat mempengaruhi kapasitas efektif alat

karena apabila terjadi kemacetan pada pengungkit dapat meningkatkan waktu

produksi yang berakibat pada menurunnya kapasitas alat. Hal ini dapat disebabkan

oleh kecilnya jarak lubang pengungkit dengan tuas pengungkitan sehingga dapat

menyebabkan kemacetan apabila terjadi proses korosi akibat udara dan air dari

bahan yang dimasukkan. Pemberian minyak gemuk bisa menjadi solusi masalah

ini namun jangan sampai terlalu banyak karena dikhawatirkan akan masuk ke plat

(40)

Kapasitas alat dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan ketebalan

kompos yang akan dibentuk karena dapat mempercepat waktu untuk mencetak

kompos tersebut dan mendapatkan komposisi yang sesuai dalam membuat adonan

kompos yang akan dibentuk.

Persentase Kerusakan Hasil

Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan antara bahan

yang masuk dengan berat isian kompos awal yang dinyatakan dalam persen. Dari

penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase kerusakan hasil

adalah sebesar 13,4 % (Lampiran 1).

Dalam penelitian ini kompos hasil cetakan yang dikatakan rusak

dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: kompos yang terbentuk sempurna namun

patah pada salah satu ujungnya dan kompos yang hancur atau kompos yang tidak

tebentuk secara sempurna. Hal ini diduga karena kurangnya isian kompos pada

pada saat pengisian di plat cetakan ataupun terlalu banyaknya campuran air pada

adonan yang dimasukkan, selain itu kurang bersihnya permukaan plat penekan

dan plat cetakan pada proses sebelumnya juga dapat mempengaruhi hasil cetakan.

Pupuk kompos yang dicetak menggunakan alat ini memiliki kelebihan

antaranya lebih lambat dalam melepaskan unsur hara daripada pupuk kompos

yang berbentuk serbuk yang umumnya ada di pasaran sehingga hal ini

menguntungkan petani ataupun konsumen yang menggunakannya karena dapat

menekan biaya untuk tenaga kerja dan frekuensi pemupukan. Hal ini sesuai

dengan pernayataan Musnamar (2008) Pelepasan unsur hara pupuk bentuk tablet

(41)

Pelepasan unsur haranya membutuhkan waktu sekitar 6 -12 bulan setelah aplikasi,

tergantung diameter dan ukurannya.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Dari analisis biaya (Lampiran 2), diperoleh biaya pencetakan kompos

dengan variasi bentuk sebesar Rp. 565,37/Kg, yang merupakan hasil perhitungan

dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak kompos

dengan variasi bentuk cetakan. Untuk biaya tetap sebesar Rp. 464.035,71 dan

biaya tidak tetap sebesar Rp. 5.012,82 maka biaya pencetakan kompos dapat

dihitung berdasarkan persamaan 11, sebagai berikut:

Biaya Pokok = BTT C

Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa biaya pokok yang harus

dikeluarkan untuk mencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan sebanyak 1 kg

adalah sebesar Rp. 563,37. Dengan biaya pencetakan sebesar Rp. 563,37/kg dan

kapasitas 9,42 kg/jam, maka untuk mencetak kompos sebanyak 1 karung seberat

(42)

biaya pencetakan sebesar Rp. 28.268,7. Biaya pencetakan yang cukup besar

berbanding lurus dengan masa simpan dan masa pakai pupuk kompos yang

menjadi lebih tahan lama sehingga dapat dijadikan alternatif bagi para petani

untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik yang harganya jauh lebih mahal

dewasa ini dan dapat mempercantik tampilan tanaman hias bagi kaum ibu ataupun

pencinta tanaman hias.

Break event point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan

dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha

yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat

berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap

sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas

maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan

titik impas akan memperoleh keuntungan. Maka dari itulah penulis menghitung

analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang

dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

(Lampiran 3), alat ini akan mencapai nilai break event point pada nilai 82,24 Kg

hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan titik impas apabila telah mencetak

kompos sebanyak 82,24 Kg.

Net Present Value

Dalam manginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha

(43)

finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat

diketahui besarnya nilai NPV dari alat ini adalah sebesar Rp. 5.313.891,771 . Hal

ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun

sama dengan nol.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

kesimpulan

1. Alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini dapat

dioperasikan dengan tingkat keterampilan biasa.

2. Kapasitas efektif rata-rata pada alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ini adalah sebesar 9,42 Kg/jam.

3. Persentase kerusakan hasil cetakan alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ini adalah sebesar 13,4 %.

4. Biaya pokok (biaya tetap dan biaya tidak tetap) yang harus dikeluarkan

dalam mencetak kompos dengan alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan ini adalah sebesar Rp. 565,37/Kg.

5. Pemasukan kompos pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk

cetakan ini masih dilakukan secara manual.

6. Alat ini akan mencapai nilai break event point apabila telah mencetak

kompos sebanyak 82,24 Kg.

7. Net present value alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini

adalah sebesar Rp. 5.313.891,77 yang artinya usaha ini layak untuk

dijalankan.

Saran

1. Perlunya penambahan engkol pada tuas pengungkit sehingga dapat

mempercepat proses pengambilan hasil pada plat cetakan.

2. Perlu dicari komposisi penyusun adonan (campuran kompos,air dan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas

Pertanian

USU, Medan.

Daryanto., 1984. Dasar – Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Galih., 2008. Dongkrak.

Hasibuan, B. E., 2006. Ilmu Tanah. USU Press, Medan.

Isroi., 2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

Musnamar, E. I., 2008. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nastiti, D., Sriwulan, P., Farid R. A. 2008. Analisis Finansial Agribisnis Pertanian. BPTP, Kalimantan Timur.

Novizan., 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia, Jakarta.

Pudjosumarto, M., 1998. Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Brawijaya Malang. Edisi Kedua. Liberty, Yogyakarta.

Santoso, H. B., 1998. Pupuk Kompos. Kanisius, Yogyakarta

Simamora, S. dan Salundik., 2008. Meningkatkan kualitas kompos. Agromedia, Jakarta.

Smith, H. P., dan L. H. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.

Soeharno., 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Sutiyoso, Y., 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Triatmodjo, B., 1993. Hidraulika. Beta Offset, Yogyakarta.

Waldiyono., 2008. Ekonomi Teknik (Konsepse, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Yohanes, S., 2008. Dongkrak Hidrolik.

(46)

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan

Tabel 2. Data penelitian

Ulangan Berat Kompos

yang dicatak (gr)

1. Kapasitas Efektif Alat

………(9)

KA = 9.42 Kg/jam

2.

Persentase Kerusakan Hasil

(47)

Lampiran 2. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat

1. Bahan = Rp. 1.000.000

2. Biaya perakitan = Rp. 700.000

3. Dongkrak kapasitas 2 ton = Rp. 75.000/buah

Total P = Rp. 1.775.000

3. Umur ekonomi (n) = 7 tahun

4. Nilai akhir alat (S) = 10 % dari P

5 Jam kerja = 5 jam/hari

6. Produksi/hari = 47,07 kg

7. Biaya operator = Rp. 25.000 / hari (1 jam = Rp.5000)

8. Biaya perbaikan = Rp. 12,82 / jam

9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 182.571,43 / tahun

10. Biaya sewa gedung = Rp. 17.750 / tahun

11. Pajak = Rp. 35.500 / tahun

12. jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun ( asumsi 299 hari efektif

berdasarkan tahun 2009)

II. Perhitungan Biaya Produksi

1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya penyusutan

D = (P-S)/n………(12)

(48)

2. Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Mei 16%

Asuransi 2 %

2. Biaya Tidak Tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

(49)
(50)

Lampiran 3. Break Event Point

Berdasarkan persamaan (14) alat ini akan mencapai break event point jika

memenuhi persamaan :

…...……….(14)

Biaya tetap (F) = Rp. 443.750/tahun

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5.012,82 / jam (1 jam = 9,42 Kg)

= Rp. 532,41/Kg

Penerimaan dari tiap kg produksi = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= Rp. 6.174,93/Kg

Penerimaan dari tiap kg produksi pupuk yang akan dijual setelah

diproduksi adalah sebesar Rp. 6.174,93/Kg. Maka nilai R dapat kita hitung

dengan mengalikan harga minimal pupuk dengan kapasitas alat pencetak kompos

dengan variasi cetakan selama 1 jam operasi

Alat akan mencapai Break event point jika alat telah mencetak kompos sebanyak

(51)

Lampiran 4 Net Present Value

Berdasarkan persamaan 6 nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

CIF – COF ≥ 0………(6)

Investasi : Rp. 1.775.000

Pendapatan : Rp.9.231.518,63/tahun

Nilai ahir : Rp. 177.500

Pembiayaan : Rp.7.494.170/tahun

Keuntungan yang diharapkan : Rp.16%

Umur alat : 7 tahun

Jumlah CIF : Rp. 37.395.315,25

(52)

NPV = CIF – COF

= 37.395.315,25 - 32,081,423.480

= Rp. 5,313,891.771

Jadi besarnya NPV adalah Rp. 5,313,891.771. Nilai NPV dari alat ini ≥ 0

(53)

Lampiran 5. Flowchart pelaksanaan penelitian

Diukur bahan yang akan digunakan Memilih bahan

Pemasangan tuas pengungkit pada plat cetakan

Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang akan digunakan sesuai dengan

(54)

Lampiran 6. Tekanan efektif rata-rata pada plat penekan

Menurut Yohanes (2009) tekanan didefenisikan sebagai jumlah gaya tiap

satuan luas. Apabila gaya terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka

tekanan dapat ditentukan dengan membagi gaya dengan luas, sehingga dapat

dituliskan dalam bentuk berikut ini.

dimana:

P = tekanan (kgf/m2 atau N/m2)

F = gaya (kgf atau N)

A = luas (m2)

Besarnya kapasitas dongkrak yang digunakan sebesar 2 ton = 2.000 Kg dan

luas penampang plat penekan sebesar 690 cm2 maka dapat dihitung besarnya

tekanan yang bekerja pada plat penekan:

diketahui: F = 2.000Kg A = 690 cm2 ditanya: P= …?

(55)

Lampiran 7. Spesifikasi alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

Dimensi

Panjang : 30,4 cm

Lebar : 23,4 cm

Tinggi : 54 cm

Plat penekan

Panjang : 30 cm

Lebar : 23 cm

Tinggi : 1 cm

Luas penampang : 690 cm2

Plat pencetak

Panjang : 30 cm

Lebar : 23 cm

Tinggi : 1 cm

Luas penampang : 690 cm2

Berat : 27,5 kg

Kapasitas efektif : 9,24 kg/jam

Kerusakan hasil : 13,39 %

Tebal plat siku : 0,2 cm

Lebar plat siku : 2,8 cm

(56)

Lampiran 8. Prinsip Kerja Alat

Alat ini menggunakan dongkrak sebagai sumber penekannya, mulanya

bahan dimasukkan ke dalam plat cetakan sedemikian rupa sampai batas yang

ditentukan. Lalu dipompa dongkrak sehingga mendorong turun plat penekan lalu

bahan yang terdapat di antara plat penekan dengan plat pencatak akan memadat

dan berkurang kadar airnya. Selanjutnya pengaman dongkrak dibuka sehingga

dongkrak dan plat penekan kembali ke tempat semula dengan bantuan pegas

(57)

Lampiran 9. Pemeliharaan dan keselamataan kerja Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta

menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pencetak kompos

dengan variasi bentuk cetakan agar dalam keadaan siap pakai dengan kondisi

yang baik dan tahan lama. Jadi, dengan adanya kegiatan pemeliharaan atau

perawatan pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk ini maka alat dapat

dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana atau tidak terganggu sebelum

jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Adapun tujuan pemeliharaan

adalah sebagai berikut.

- Menjaga kondisi peralatan agar dalam keadaan siap pakai.

- Menghindari kerusakan yang lebih berat.

- Alat dapat tahan lama dan dapat beroperasi dengan baik.

- Hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Pemeliharaan bagian-bagian alat

Agar pemeliharaan alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan

dapat dengan baik dan benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja

dari alat tersebut. Diharapkan dengan menguasai prinsip kerja maka kemungkinan

kerusakan yang terjadi dapat ditanggulangi sedini mungkin. Kegiatan

(58)

Tabel 3. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi

bentuk cetakan

No. Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1. Pegas - Dengan tidak membiarkannya selalu dalam keadaan merenggang

2. Plat penekan - Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

- Memberi minyak gemuk pada lubang tempat plat bergerak naik turun

3. Plat pencetak - Membersihkan kotoran yang menempel yang dapat menyebabkan korosi

- mengembalikan posisi plat tuas pengungkit ke posisi semula

4. Tuas Pengungkit - Member minyak gemuk pada tuas dan lubang ang terdapat pada bagian atas tuas

Keselamatan kerja

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja.

Keselamatan kerja pada alat pencetak kompos dengan variasi bentuk cetakan ini

dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Keselamatan alat

- Hindari memasukkan bahan isian yang berlebihan karena dapat membuat

plat pencetak maupun plat menekan menjadi baling.

- Plat penekan harus kembali ke posisi semula untuk mempermudah

pengisian pada proses selanjutnya.

- Pastikan pegas terpasang pada tempatnya dan tidak ada kekenduran karena

apabila pegas terlepas dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

2. Keselamatan operator

Pada saat mengoperasikan alat, jangan meletakkan atau memasukkan tangan

di antara plat penekan dan plat pencatak ataupun sela di antara pegas dengan

(59)

Lampiran 10. Tabel Suku Bunga

Tabel 4. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F

Tahun Tingkat Suku Bunga

15% 16% 18%

1 0.8696 0.8622 0.8475

2 0.7561 0.7435 0.7182 3 0.6575 0.6412 0.6086 4 0.5718 0.5531 0.5158 5 0.4972 0.4772 0.4371 6 0.4323 0.4117 0.3704 7 0.3759 0.3552 0.3139

… … … …

Tabel 5. Tabel Tingkat suku bunga dengan hubungan P/A

Tahun Tingkat Suku Bunga

15% 16% 18%

1 0.870 0.862 0.847

2 1.626 1.606 1.566

3 2.283 2.247 2.174

4 2.855 2.800 2.690

5 3.352 3.277 3.127

6 3.784 3.689 3.498

7 4.160 4.044 3.812

(60)
(61)
(62)

Gambar 3 . tampak depan

Gambar 4. tampak samping

(63)

Gambar 6. tampak bawah

Gambar 7. plat cetakan dan plat penekan

(64)

Gambar 9. Pengoperasian alat

Gambar 10. batas penggunaan dongkrak

(65)

Gambar 12. pengambilan hasil cetakan

Gambar 13. hasil cetakan

(66)

Gambar 15. hasil cetakan berbentuk segilima yang rusak

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Pupuk Organik dengan Pupuk Anorganik Pupuk Organik Pupuk Anorganik
Tabel 2. Data penelitian Waktu Berat kompos
Tabel   3. Pemeliharaan bagian-bagian alat pencetak kompos dengan variasi bentuk  cetakan
Tabel 4. Tingkat suku bunga dengan hubungan P/F
+6

Referensi

Dokumen terkait

3) Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. 4) Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan; dengan

Selain itu alat ini juga memiliki kelebihan yaitu bentuk dari cetakan dapat dengan mudah diganti-ganti dengan cara mengganti pisau cetakannya, dapat mencetak simbol atau tulisan

Alat pencetak terasi ini bekerja dengan prinsip mengempa atau mengepres bahan dengan menggunakan screw press sehingga bahan akan terpres dan akan keluar melalui saluran

Kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak kue bawang juga sangat berpengaruh terhadap data hasil pencetakan, operator yang telah mahir dalam proses pencetakan kue bawang

Rancang Bangun Alat Pencetak Briket dan Kompor Briket (Menganalisa Pengaruh Variasi Tekanan Pencetakan Terhadap Karakteristik Thermal.. Biobriket

DWI ARY ERTANTO : Rancang bangun alat pencetak pellet ikan manual, di bimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.. Dari banyaknya usaha perikanan, maka tidak

DWI ARY ERTANTO : Rancang bangun alat pencetak pellet ikan manual, di bimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.. Dari banyaknya usaha perikanan, maka tidak

Dalam pembutan alat ini terdiri dari beberapa komponen yang dibutuhkan adalah hopper, slinder pencetak, cetakan,tempat pengeluaran pelet, pisau pemotong,