• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

46

Lampiran1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Pengelasan

Menggerinda permukaanyang kasar Merangkai alat

Pengecatan Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Mengukur bahan yang akan digunakan

Pengujian alat

Layak

Pengukuran parameter

Analisis data

Selesai Tidak

(2)

47

Lampiran2. Spesifikasi Alat Pencetak Terasi 1. Dimensi alat

Panjang = 120 cm

Lebar = 30 cm

Tinggi = 98 cm

2. Bahan yang digunakan

Screw press = Stainless steel Tabung silinder = Stainless steel Hopper, Saluran cetakan = Stainless steel

Rangka = Besi

Belt conveyor = Kain 3. Transmisi daya pada screw press

Puli motor listrik = 4 inch Puli pada screw press = 3 inch

Sabuk-V = Tipe A

Gearbox = 1:60

4. Transmisi daya pada belt conveyor Puli motor listrik = 2 inch Puli pada belt conveyor = 20 inch

Sabuk-V = Tipe A

5. Motor Listrik

Tenaga = 1 HP

(3)

48

Lampiran 3. Perhitungan Daya Motor A. Gaya pada screw press

Diketahui : Berat screw press = 3,5 kg Gaya gravitasi = 9,8 m/s2

Ditanya : Gaya untuk menggerakkan screw press (F) F = m.g

= 3,5 kg x 9,8 m/s2 F = 34,3 N

Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan screw press sebesar 34,3 N B. Gaya pada bahan baku

Diketahui : Berat bahan baku = 5 kg Gaya gravitasi = 9,8 m/s2

Ditanya : Gaya untuk menggerakkan bahan baku (F) F = m.g

= 5 kg x 9,8 m/s2 F = 49 N

Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan bahan baku sebesar 49 N Jadi, total gaya keseluruhan, Ftotal = 34,3 N + 49 N = 83,3 N

C. Kecepatan sudut pada screw press

Diketahui : Kecepatan putaran motor (n) = 1400 rpm

Diameter puli penggerak = 4 inch = 10,16 cm (R = 5,8 cm) Ditanya : kecepatan sudut pada screw press (ω)

ω = 2πn

Ditanya : Daya motor yang diperlukan untuk alat (P) P = F x V

(4)

49

Lampiran 4. Perhitungan Transmisi Puli (Rpm) Screw press

Diketahui : Diameter puli penggerak (D1) = 4 inch

Diameter puli yang digerakkan (D2) = 3 inch

Kecepatan putar motor tanpa beban (S) = 1400 rpm Speed reducer = 1:60

S1 = 1400 rpm x 1:60 = 23,33 rpm

Ditanya : Putaran pada screw press (S2)

S1D1 = S2D2

23,33 rpm x 4 inch = S2 x 3 inch

S2 = 31,10 rpm

Maka rpm yang digunakan pada screw press adalah sebesar 31,10 rpm Belt conveyor

Diketahui : Diameter puli penggerak (D1) = 2 inch

Diameter puli yang digerakkan (D2) = 20 inch

Kecepatan putar motor tanpa beban (S1) = 1400 rpm

Ditanya : Putaran pada belt conveyor (S2)

S1D1 = S2D2

1400 rpm x 2 inch = S2 x 20 inch

S2 = 140 rpm

(5)

50

Lampiran 5. Data Penelitian Kapasitas Efektif Alat

Ulangan Berat Bahan (kg) Waktu Pengolahan (jam) Kapasitas Alat (kg/jam)

1 5 0,092 54,34

KEA = Produk Yang Diolah

Waktu =

0,097 jam= 51,54 kg/jam Rendemen

Ulangan Berat Awal Bahan (kg) Berat Bahan Terolah (kg) Rendemen (%)

1 5 3,40 68

Rendemen = Berat Bahan Yang Dihasilkan

Berat Bahan Baku x 100% =

3,40 kg

5 kg x 100% = 68% Ulangan 2

Rendemen = Berat Bahan Yang Dihasilkan

Berat Bahan Baku x 100% =

3,70 kg

5 kg x 100% = 74% Ulangan 3

Rendemen = Berat Bahan Yang Dihasilkan

Berat Bahan Baku x 100%=

3,60 kg

(6)

51

Lampiran 6. Analisis Ekonomi 1. Unsur produksi 2. Perhitungan biaya produksi

a. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (Dt)

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun ke (P-S) (Rp) (A/F, 7.5%, n) (F/P, 7.5%, n-1) Dt

0 - - - -

1 5.400.000 0.1722 1 929.880

2 5.400.000 0.1722 1.075 999.621

(7)

52

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun Dt (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun

1 929.880 342.000 1.271.880

2 999.621 342.000 1.341.621

3 1.074.529 342.000 1.416.529

4 1.155.189 342.000 1.497.189

5 1.241.854 342.000 1.583.854

b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi

=

1,2% (P-S)

Tarif listrik PLN golongan R-1/TR (maks. 1300 VA) = Rp.1352 Biaya listrik = 0.746 kW x Rp.1.352/kWh = Rp.1008.59/jam 3. Biaya operator

Jumlah jam kerja = 8 jam/hari Upah kerja = Rp.10.000/jam Biaya Operator = Rp.80.000

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Biaya reparasi + Biaya listrik + Biaya operator = Rp.27.55 + Rp.1008.59 + Rp.10.000

= Rp.11.036/jam c. Biaya pencetakan terasi

Biaya pokok = [ BT

x + BTT] C

(8)

53

Lampiran 7. Break Even Point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Biaya tetap (F) tahun ke- 5 = Rp.1.583.854/tahun

= Rp.673.40/jam (1 tahun = 2352 jam)

= Rp.13.06/kg (1 jam = 51.54 kg)

Biaya tidak tetap (V) = Rp.11.036

= Rp.214.12/kg (1 jam = 51.54 kg)

Penerimaan setiap produksi (R) = Rp.500/kg (harga ini diperoleh dari perkiraan harga di lapangan)

Alat akan mencapai break even point jika alat telah mencetak bahan sebanyak :

N = F (R-V)

(9)

54

Lampiran 8. Net Present Value

Nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus: CIF-COF ≥ 0 (Layak) Investasi = Rp.6.000.000

Nilai akhir = Rp.600.000 Suku bunga bank = Rp 7.5% Suku bunga coba-coba = Rp 9.5%

Umur alat = 5 tahun

Pendapatan = Penerimaan x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun (dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh) = Rp.500 x 51.54 kg/jam x 2352 jam/tahun

= Rp.60.611.040/tahun

Pembiayaan =Biaya Pokok x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun

Tahun Biaya Pokok (Rp/kg) = Rp.60.611.040 x 4.0459

= Rp.245.226.206

- Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)

= Rp.600.000 x 0.6966

= Rp.417.966

(10)

55

Cash out Flow 7.5%

- Investasi = Rp.6.000.000

- Pembiayaan = Biaya x (P/F, 7.5%,n) Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 7.5%, n) Pembiayaan (Rp)

1 27.225.267 0.9302 25.324.943

2 27.294.364 0.8653 23.617.813

3 27.369.521 0.8050 22.032.464

4 27.450.740 0.7488 20.555.114

5 27.536.808 0.6966 19.182.140

Total 110.712.474

Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan

= Rp.6.000.000 + Rp.110.712.474 = Rp.116.712.474

NPV 7.5% = CIF – COF

= Rp.245.644.172 – Rp.116.712.474 = Rp.128.931.698

(11)

56

Lampiran 9. Internal Rate of Return

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapat informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi.

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = q% + X = Rp.60.611.040 x 3.8397

= Rp.232.728.210

- Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 9.5%,5)

= Rp.600.000 x 0.6352

= Rp.381.120

(12)

57

Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan

= Rp.6.000.000 + Rp.105.059.093 = Rp.111.059.093

NPV 9.5% = CIF – COF

= Rp.233.109.330 – Rp.111.059.093 = Rp.121.050.273

Maka dapat dihitung :

(13)

58

Lampiran 10. Gambar Alat

Tampak Samping

(14)

59

Lampiran 11. Gambar Komponen Alat

Motor Listrik

Gearbox

Puli Penggerak Poros Belt Conveyor

(15)

60

Saluran Cetakan

Hopper

Screw press

(16)

61

Lampiran 12. Proses Pengolahan Dan Pencetakan Terasi

Penjemuran Udang Rebon

Penggilingan Udang Rebon Dengan Tambahan Garam Dan Air Menggunakan Mesin Penggiling

(17)

62

Adonan Terasi Siap Untuk Dicetak

Proses Pencetakan Adonan Terasi

(18)

63

Terasi Yang Selesai Dipotong Menggunakan Mal Cetakan Siap Untuk Dikemas

Terasi Yang Telah Dikemas

(19)

64

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

72

(28)

73

(29)

74

(30)

44

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung.

Afrianto E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

Anwir., B.S., 1982. Merakit dan Membongkar (Teknik Mekanik). Penerbit Bharatara Karya Aksara, Jakarta.

Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Jakarta.

Djoekardi, D., 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta. Eska, P., 2011. Higiene Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terasi dan Analisa Rhodamin B Pada Terasi Berbagai Merek Di Pasar Kota Medan. http://repository.usu.ac.id

[25 Februari 2015]

Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hidayat, I., dkk., 1999. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. IPB Press, Bogor.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Legowo, A.M. dan Nurwantoro, 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Mabie, H. H. dan F. W. Ocvirk, 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,

Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta. Pratomo, M. dan K. Irawanto, 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta. Shigley, J. E. dan L. D. Mitchell, 1999. Perencanaan Teknik Mesin. Erlangga,

(31)

45

Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Stolk, J. dan C. Kross, 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta. Sularso dan K. Suga, 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.

Pradnya Paramita, Jakarta.

Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sutrisno, 1983. Disain dan Uji Teknis Prototipe Alat Penggiling Rebon dan Pelumat Adonan Terasi,

[25 Februari 2015]

Suyanto, S. R., dan Mujiman, A., 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(32)

26

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja tabung stainless steel, plat stainless steel, puli (pulley), motor listrik, stainless steel padu (poros), sabuk-v (v-belt), baut dan mur, bantalan (bearing), speed reducer (gearbox), belt conveyor, benang, kabel deck, cat, thinner, adonan terasi, plastik kemasan, merk kemasan, lilin.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, meteran, mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, water pass, kuas, palu, tang, mal cetakan, kunci pas, kunci ring, jarum, jaring ikan, gunting, timbangan, nampan, stopwatch, kalkulator dan kamera.

Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pencetak terasi ini. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak terasi. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Komponen Alat

(33)

27

1. Rangka alat

Rangka alat berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat lainnya dimana rangka alat pada alat pencetak terasi ini menggunakan besi siku L dengan dimensi rangka alat yaitu panjang 120 cm, lebar 30 cm dan tinggi 72 cm.

2. Motor listrik

Motor listrik berfungsi sebagai penggerak dengan daya 1 Hp, 1400 rpm untuk menggerakkan poros screw press dan poros belt conveyor melalui perantaraan puli dan sabuk-v.

3. Puli (pulley)

Puli (pulley) berfungsi untuk memindahkan daya dari motor listrik ke poros screw press dan belt conveyor, ukuran puli pada alat pencetak terasi ini adalah 4 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan poros screw press, 3 inch untuk puli yang digerakkan pada poros screw press, 2 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan poros belt conveyor, dan 20 inch untuk puli yang digerakkan pada poros belt conveyor.

4. Sabuk-v (v-belt)

Sabuk-v berfungsi sebagai pemindah putaran, dari puli penggerak dipindahkan putaran ke puli pada screw press dan belt conveyor, sabuk-v yang digunakan adalah tipe A.

5. Speed reducer (gearbox)

(34)

28

dimana rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran, untuk menghitung perbandingan putaran pada gearbox dapat dihitung berdasarkan persamaan (3). Perbandingan ukuran gearbox yang digunakan adalah 1:60 sehingga putaran pada screw press 60 kali lebih lambat dibandingkan putaran pada motor.

6. Poros

Poros yang berfungsi sebagai pemutar screw press dan belt conveyor dibuat dari bahan yang cukup kuat sehingga poros tersebut mampu menahan beban yang diberikan. Poros yang digunakan pada screw press yang berfungsi sebagai dudukan ulir pada screw press dengan panjang poros 50 cm dengan diameter poros 2 cm, dimana bahan poros yang dipilih adalah poros stainless steel padu dengan tipe SS 304.

7. Bantalan (bearing)

Bantalan (bearing) yang berfungsi sebagai penumpu poros berbeban sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun karena tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada alat ini bantalan yang digunakan adalah bantalan anti gesek atau bantalan bola dan rol, bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol dan cincin dalam memiliki lintasan yang sama.

8. Belt conveyor

(35)

29

dimensi belt conveyor pada alat ini adalah panjang belt 150 cm, lebar belt 12 cm dengan tinggi jarak antar belt 9 cm.

9. Saluran pemasukan (Hopper)

Hopper berfungsi sebagai wadah untuk memasukkan bahan, hopper pada alat ini berbentuk corong dengan diameter 17,5 cm, saluran corong berbentuk persegi dengan sisi 8 cm, dan tinggi total hopper 15 cm. Hopper berbentuk corong agar bahan yang berbentuk pasta dapat dengan mudah ditekan pada saat memasukkan bahan agar bahan terdorong masuk kedalam tabung press.

10. Tabung press (silinder pengepress)

Tabung press berfungsi sebagai wadah untuk pengepresan adonan terasi, tabung press ini berbentuk tabung silinder yang terbuat dari silinder stainless steel dengan diameter 11 cm dan panjang 30 cm.

11. Screw press

Screw press berfungsi sebagai penghantar dan pengepress bahan secara perlahan menuju saluran cetakan, screw press yang digunakan dilas pada poros stainless steel padu dengan jarak ulir 5 cm, tebal plat ulir 5 mm, jumlah ulir 6 buah, panjang poros ulir 28 cm, diameter ulir 10 cm dan diameter poros 4 cm.

12. Saluran cetakan

(36)

30

buah lubang saluran dengan panjang mulut saluran 3,5 cm, lebar mulut saluran 5,5 cm dengan lebar saluran sebesar 2,5 cm pada tiap saluran. 13. Mal cetakan

Mal cetakan dibuat untuk memotong bahan yang telah dikeringkan dimana mal cetakan ini tersusun atas pisau dengan jarak antar pisau 2,5 cm agar bahan yang tercetak memiliki ukuran yang seragam dan proses pengerjaannya jauh lebih cepat.

Komponen alat yang dipakai dalam penelitian ini terbuat dari bahan yang mudah dijumpai dengan harga relatif terjangkau, dengan kualitas relatif baik. Kerangka alat yang terbuat dari besi diharapkan mampu meyokong beban yang dikenakan pada saat pencetakan terasi. Ukuran kerangka disusuaikan dengan kebutuhan tempat akan alat-alat yang dirancang dan komponen lainnya.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pencetak terasi yaitu sebagai berikut:

1. Merancang bentuk alat pencetak terasi.

2. Menggambar serta menentukan ukuran alat pencetak terasi.

3. Memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak terasi. 4. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

(37)

31

5. Memotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.

6. Membentuk dan Melas plat bahan untuk membentuk kerangka alat. 7. Menggerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan. 8. Merangkai komponen-komponen alat pencetak terasi.

9. Melakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat.

b. Bahan yang digunakan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah adonan terasi udang rebon sebanyak 15 kg. Ditimbang bahan yang akan dicetak dan diletakkan di hopper sebanyak 5 kg lalu dicetak menjadi bentuk cetakan terasi yang diinginkan. Prosedur Penelitian

1. Menimbang bahan (adonan terasi) sebanyak 5 kg.

2. Membentuk adonan terasi dalam ukuran bola-bola sedang agar mudah dimasukkan kedalam hopper.

3. Menghidupkan motor listrik pada alat pencetak terasi.

4. Memasukkan bahan ke dalam hopper sambil di dorong agar bahan masuk ke dalam silinder pengepress.

5. Menunggu bahan sampai selesai dicetak. 6. Melakukan pengujian parameter.

7. Mengulangi langkah 1-6 sebanyak tiga kali ulangan. Proses Pencetakan Terasi

(38)

32

ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.

Adonan yang masuk melalui hopper harus ditekan atau ditempa dengan alat bantu berupa kayu broti agar bahan yang berbentuk pasta ini dapat masuk untuk dapat diolah dalam silinder pengepres. Bahan yang diolah dalam silinder pengepres akan di press dan dihaluskan oleh screw press maka bahan menjadi kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat.

Bahan yang telah tercetak kemudian ditempatkan pada wadah penjemuran untuk selanjutnya bahan dijemur hingga kering kemudian bahan dapat dipotong dengan mal cetakan agar bahan tercetak dengan ukuran dan bentuk yang seragam untuk kemudian dijemur kembali dan siap untuk dikemas.

Parameter Penelitian

Kapasitas efektif alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya adonan terasi yang tercetak keluar melalui saluran cetakan (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pencetakan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (4).

Rendemen

(39)

33

Analisis ekonomi

1. Biaya pencetakan adonan terasi

Perhitungan biaya pencetakan adonan terasi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (6).

a. Biaya tetap

Menurut Hidayat dkk (1999), biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metoda sinking fund). Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (7).

- Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (8).

- Biaya pajak

- Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya. b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari: - Biaya listrik (Rp/Kwh) = Rp.1.352

- Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan (9).

- Biaya Operator

(40)

34

2. Break event point (BEP)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan persamaan (10).

3. Net present value (NPV)

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (11).

Dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan. - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

4. Internal rate of return (IRR)

(41)

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pencetak Terasi

Alat pencetak terasi ini adalah alat yang dirancang untuk mencetak adonan terasi dengan metode pencetakan secara mekanis dimana pengoperasian alat dilakukan oleh operator. Perancangan dan pembuatan alat ini bertujuan untuk membantu dan mempermudah masyarakat dalam usaha pembuatan terasi, dimana proses pencetakan terasi sangatlah penting karena dapat meningkatkan hasil jual karena bentuk terasi yang seragam dan lebih menarik serta dapat mengurangi waktu kerja dan mengurangi biaya tenaga kerja.

Data hasil pencetakan terasi yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Data hasil pencetakan terasi Ulangan Berat Bahan

(kg)

Berdasarkan tabel 2 di atas untuk mencetak adonan terasi seberat 5 kg diperlukan waktu selama 0,097 jam atau 5,82 menit sehingga diperoleh kapasitas efektif alat pencetak terasi 51,54 kg/jam dan persentase rendemen alat sebesar 71,33%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi data hasil pencetakan terasi seperti: kinerja alat, bahan baku dan kemampuan operator.

(42)

36

kualitas terasi yang tercetak. Perawatan dan pemeliharaan komponen alat pencetak terasi merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah pengoperasian alat.

Kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi juga sangat berpengaruh terhadap data hasil pencetakan terasi, operator yang telah mahir dalam proses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi dan memahami cara pengoperasian alat pencetak terasi akan dengan mudah melakukan pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini sehingga waktu pengolahan terasi dan hasil terasi yang dihasilkan jauh kebih baik dibandingkan dengan operator yang belum mahir menggunakan alat pencetak terasi.

Untuk memperoleh hasil pencetakan terasi secara maksimal, maka kinerja alat pencetak terasi harus diperhatikan baik perawatan dan pemeliharaan komponen alat dan kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi juga sangat penting untuk meningkatkan hasil mutu dan kualitas terasi yang tercetak.

Kapasitas Efektif Alat

(43)

37

Tabel 3. Kapasitas efektif alat

Ulangan Berat Bahan (kg) Waktu Pengolahan (jam) Kapasitas Alat (kg/jam)

1 5 0,092 54,34

2 5 0,103 48,54

3 5 0,097 51,54

Jumlah 15 0,292 154,42

Rataan 5 0,097 51,54

Kapasitas efektif alat pencetak terasi ini sebesar 51,54 kg/jam sehingga dengan jam kerja produksi selama 8 jam kerja/hari maka alat pencetak terasi ini dapat mencetak adonan terasi sebanyak 412 kg/hari, dengan hasil produksi yang cukup tinggi alat pencetak terasi ini selain dapat digunakan untuk skala industri rumah tangga dapat juga digunakan untuk skala industri pabrik.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, untuk setiap pencetakan terasi oleh operator profesional secara manual dengan menggunakan cetakan sederhana dibutuhkan waktu sekitar 75 detik untuk mencetak satu adonan terasi dengan berat bahan sekitar 100 gr, maka untuk jumlah bahan seberat 5 kg dibutuhkan waktu selama 3750 detik atau 1,041 jam, sedangkan pencetakan terasi secara mekanis dengan menggunakan alat pencetak terasi ini untuk pencetakan sebanyak 5 kg hanya memerlukan waktu sekitar 349,2 detik atau 0,097 jam. Oleh karena itu, alat pencetak terasi ini merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produksi terasi oleh industri pengolahan terasi guna mencukupi permintaan terasi yang semakin meningkat.

(44)

38

kg/jam. Dari data tersebut dapat dilihat ada perbedaan kapasitas yang dihasilkan walaupun dengan jumlah bahan yang sama. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan kemampuan operator dan kinerja alat juga sangat berpengaruh terhadap angka kapasitas efektif alat ini.

Kemampuan operator dalam pengoperasian alat sangat mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat, proses pencetakan terasi diawali dengan memasukkan bahan melalui saluran masukan (hopper) hanya saja karena sifat bahan dasar adonan terasi yang berbentuk pasta (lembek) maka bahan yang dimasukkan harus diberikan dorongan (ditempa) dengan bantuan kayu broti agar adonan terasi yang berbentuk pasta ini dapat masuk dan terpress oleh screw press. Oleh karena itu, jika operator kurang mahir dalam mendorong bahan melalui hopper maka waktu yang dibutuhkan selama pengolahan akan lebih banyak sehingga akan mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat.

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara berat hasil setelah pengolahan dengan berat bahan sebelumnya dalam satuan persen (%). Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, dimana berat bahan setiap ulangan adalah 5 kg. Rendemen pada alat ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Rendemen

Ulangan Berat Awal Bahan (kg) Berat Bahan Terolah (kg) Rendemen (%)

1 5 3,40 68

2 5 3,70 74

3 5 3,60 72

Jumlah 15 10,70 214

Rataan 5 3,57 71,33

(45)

39

74% dan rendemen terendah diperoleh pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 68%, hal yang mempengaruhi besar rendemen adalah kinerja alat dan kemampuan operator. Nilai rendemen yang dihasilkan juga dapat menunjukkan banyak atau sedikitnya bahan (adonan terasi) yang tertinggal di alat pencetak terasi. Rendemen merupakan perbandingan berat bahan yang tercetak dengan berat bahan sebelum dicetak, maka jika rendemen rendah maka bahan yang tidak tercetak (tertinggal di alat) banyak, sebaliknya jika nilai rendemen tinggi maka bahan yang tidak tercetak (tertinggal di alat) sedikit.

Proses Pencetakan Terasi

Poses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini memiliki beberapa kendala yaitu: kecepatan belt conveyor yang lebih cepat dibandingkan kecepatan screw press mengakibatkan bahan yang tercetak dapat mengalami putus akibat adanya gesekan antara permukaan terasi dan permukaan belt conveyor, kemampuan operator dalam proses pencetakan terasi ini sangat penting demi menunjang kinerja alat serta menunjang hasil produksi pencetakan terasi.

Pada saat penelitian, dibentuk adonan terasi dengan bentuk bola-bola ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.

(46)

40

kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat. Oleh karena itu, kemampuan operator sangat dibutuhkan pada saat proses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini.

Bahan akan terus keluar melalui saluran cetakan selama proses pencetakan terus berlangsung, bahan yang keluar melalui saluran cetakan akan turun dan ditampung oleh belt conveyor agar bahan tidak rusak dan hasil cetakan masih utuh, hanya saja putaran poros belt conveyor yang terlalu cepat mengakibatkan bahan yang keluar terkadang akan putus akibat adanya gesekan antara adonan dan permukaan belt conveyor oleh karena itu perlu adanya perlakuan terhadap diameter puli pada screw press agar bahan terdorong dengan cepat sehingga putaran pada screw press dapat mengimbangi putaran pada belt conveyor.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

(47)

41

Biaya pencetakan terasi

Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 6) diperoleh biaya untuk mencetak terasi berbeda tiap tahun. Diperoleh pencetakan terasi sebesar Rp.224.59/kg pada tahun pertama, Rp.225.16/kg pada tahun ke dua, Rp.225.38/kg pada tahun ke tiga, Rp.226.45/kg pada tahun ke empat, dan Rp.227.16 pada tahun ke lima. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya

penyusutan pada tiap tahunnya sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahunnya berbeda juga.

Biaya pencetakan terasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap setiap proses pencetakan terasi, biaya pencetakan terasi ini sudah mencakup biaya modal, biaya perbaikan, biaya operator, dan biaya listrik, sehingga dengan mengetahui biaya pencetakan terasi yang harus dikeluarkan maka kita dapat menentukan berapa biaya (upah) yang akan dibayarkan oleh konsumen untuk setiap kali pencetakan adonan terasi dalam proses pencetakan per kg.

Break even point

(48)

42

ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Net present value

Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial.

Dari percobaan dan data yang diperoleh (Lampiran 8) pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 7,5% adalah Rp.128.931.698, Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Giatman (2006) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Internal rate of return

(49)

43

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas alat pencetak terasi ini adalah sebesar 51.54 kg/jam.

2. Rendemen yang didapat pada alat pencetak terasi ini adalah sebesar 71,33%. 3. Biaya untuk mencetak terasi sebesar Rp.224.59/kg pada tahun pertama,

Rp.225.16/kg pada tahun kedua, Rp.225.38/kg pada tahun ketiga, Rp.226.45/kg pada tahun keempat, dan Rp.227.16/kg pada tahun kelima.

4. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah mencetak adonan terasi sebanyak 5540.27 kg/tahun.

5. Net present value alat ini dengan suku bunga 7.5% adalah Rp.128.931.698 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.

6. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 42.2% Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jarak ulir pada screw press sehingga rendemen dapat ditingkatkan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan putaran pada puli penggerak screw press agar kapasitas alat dapat ditingkatkan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kadar air adonan terasi agar mengetahui persentase kadar air yang sesuai untuk alat pencetak terasi.

(50)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Rebon

Udang diklasifikasikan ke dalam filum Arthopoda, kelas Crustacea, dan bangsa Decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnya yaitu udang laut dan udang darat (Purwaningsih, 2000).

Dari sekian banyak jenis udang yang terdapat di perairan Indonesia, jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain Penaeus monodon (udang windu), Penaeus merguiensis (udang putih), dan Metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting antara lain Macrobranchium rosenbergii (udang galah), Panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).

Udang rebon terdapat hampir diseluruh perairan Indonesia, terutama pantai timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang, Painan), pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat Madura, Banyuwangi, Muncar, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni, Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001)

Pengolahan Udang Rebon menjadi Terasi

Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :

(51)

5

2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2 hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat dibersihkan.

3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya benar-benar terurai.

4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan tergantung selera, maksimal 30% dari berat total udang rebon, agar terasi yang diproduksi tidak terlalu asin.

5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi tersebut dengan daun pisang kering. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu malam agar bakteri pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam, gumpalan bahan terasi tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4 hari.

6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar halus dan dibungkus kembali dengan tikar atau daun pisang kering. Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali selama 1-4 minggu, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Proses fermentasi dapat dianggap selesai apabila telah tercium aroma terasi yang khas.

(52)

6

Mutu Hasil Terasi Udang Rebon

Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah. Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas (Winarno, 1993).

Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Terasi

Jenis Uji Satuan Persyaratan

I. Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7 II. Cemaran Mikroba *

- Escherichia coli APM/g Minimal < 3

- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam % Fraksi Massa Maksimal 1,5 - Kadar Garam % Fraksi Massa Maksimal 10 - Kadar Protein % Fraksi Massa Maksimal 15 - Kadar Karbohidrat % Fraksi Massa Maksimal 2

(53)

7

Teknik Pengolahan Terasi

Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Adapun komposisi bahan baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik dan memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai untuk alat pencetak terasi.

Selain bahan baku, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa pangan. Didalam beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif besar dan pada produk pangan yang kering kandungan air perlu mendapat perhatian secara seksama (Legowo dan Nurwantoro, 2004).

Komponen Alat Pencetak Terasi

Rangka alat

Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan teknik pengelasan.

Motor listrik

(54)

8

sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).

Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)

Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol hingga ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya suatu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah cakra sabuk mesin (pulley) atau sebuah gandengan untuk menghubungkan kesuatu pengerak mula (pada generator) atau kesuatu mesin yang akan digerakan (Daryanto, 1984).

Menurut Soenarta dan Furuhama (2002) motor listrik mempunyai keuntungan sebagai berikut:

1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar. 2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.

3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak terjadi kebakaran.

Puli (pulley)

(55)

9

konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981). Rumus yang digunakan untuk menghitung percepatan putaran atau ukuran roda transmisi adalah:

SD(penggerak) = SD(yang digerakan) ... (1)

dimana:

S = kecepatan pulley (rpm) D = diameter pulley (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.

(Mabie dan Ocvirk, 1967). Sabuk-v (v-belt)

(56)

10

Gambar 1. Konstruksi Sabuk-v

Menurut Sularso dan Suga (2004), Sabuk-v digunakan untuk menurunkan putaran maka perbandingan yang umum di gunakan adalah:

n1/n2 = Dp/Dp ... (2)

dimana:

n1 = putaran pulley penggerak

n2 = putaran pulley yang digerakan

Dp = diameter pulley yang digerakan

Dp = diameter pulley penggerak

Sabuk bentuk trapesium atau v dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk v. Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk-v dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih (Smith dan Wilkes, 1990).

Speed reducer

Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).

(57)

11

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle, gandar (axle), poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).

Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros, yaitu:

1. Kekuatan poros

(58)

12

Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan kekeliruan (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

(59)

13

khrom nikel molibden, baja khrom dan baja khrom molibden, dan lain-lain. (Sularso dan Suga, 2004).

Bantalan (bearing)

Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah gerak lurus sumbu poros, arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros. Bantalan gelinding khusus dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2004).

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada: 1. Gerakan bantalan terhadap poros

- Bantalan luncur - Bantalan gelinding 2. Beban terhadap poros

- Bantalan radial - Bantalan aksial

- Bantalan gelinding khusus (Sularso dan Suga, 2002).

(60)

14

1. Kerugian gesekan kecil, juga di waktu awal gerak 2. Jumlah minyak pelumas yang akan digunakan sedikit 3. Keausannya sedikit

4. Bantalan hanya sedikit membutuhkan pengawasan 5. Tidak mengalami kesulitan waktu percobaan berjalan 6. Penyesuaian bantalan tidak perlu dilakukan

Belt conveyor

Belt conveyor atau sabuk konveyor adalah pesawat pengangkut yang digunakan untuk memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan, dengan arah horizontal atau membentuk sudut dakian/inklinasi dari suatu sistem operasi yang satu ke sistem operasi yang lain dalam suatu garis proses produksi, yang menggunakan sabuk sebagai penghantar muatannya.

Belt conveyor pada dasarnya merupakan peralatan yang cukup sederhana. Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis bahan misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut.

(61)

15

roller-roller akan bergerak melintasi roller-roller dengan kecepatan sesuai putaran dan puli penggerak.

Saluran pemasukan bahan (hopper)

Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dengan proses pengepresan bahan oleh screw press.

Tabung press

Tabung press berfungsi sebagai tempat pengepresan bahan dimana tabung ini akan menentukan jumlah bahan maksimal yang berada di dalam tabung press untuk dapat diolah. Tabung press berbentuk tabung silinder yang terbuat dari material yang padat dan kokoh.

Screw press

Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan merata serta untuk menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar. Kinematika dari gerakan ulir penggerak sama dengan gerakan kinematika dari baut dan mur, hanya terdapat perbedaan dari geometri dari ulirnya. Sehingga ulir penggerak memberikan aplikasi gerakan, sedang ulir baut dan mur memberikan aplikasi sebagai pengikat. Macam-macam aplikasi dari ulir penggerak:

1. Dongkrak mobil

(62)

16

Saluran cetakan

Saluran pengeluaran berfungsi untuk tempat keluaran bahan yang telah selesai dicetak, saluran pengeluaran dibuat agar bahan yang keluar memiliki dimensi yang sama.

Mal cetakan

Mal cetakan tersusun atas pisau-pisau pemotong yang berfungsi untuk memotong bahan agar bahan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, pisau pemotong tepat berada sejajar yang disusun pada mal dengan jarak yang sama agar menghasilkan hasil pemotongan yang seragam untuk mempermudah proses pemotongan bahan.

Logam yang Digunakan

Baja tahan karat (stainless steel)

Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi dalam tiga kelompok dasar, yakni :

1. Baja tahan karat ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar 13% - 20% dan tambahan kromium tergantung pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan.

(63)

17

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.

3. Baja tahan karat martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.

(Amanto dan Haryanto, 1999).

Campuran yang bahan dasarnya besi yang mengandung paling sedikitnya 12 persen chromium disebut baja tak-berkarat (stainless steel). Sifat yang paling penting dari baja ini adalah ketahanannya terhadap berbagai macam, walaupun tidak semua, kondisi korosi. Ada empat jenis baja tak-berkarat yang ada, yaitu ferritic-chromium steel, austentic chromium-nickel steel, dan martensitic and precipitation hardenable stainless steel (Shigley dan Mitchell, 1999).

(64)

18

Besi

Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi setelah aluminium dan silikon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya Magnetite (Fe3O4), Hermanite (Fe2O3), Siderite (FeCO3), Pirite (FeS2).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Sabuk-v dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk v. Selain koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-v lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).

Puli dapat dipasangkan antara lain secara vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan vertikal ini akan mengakibatkan getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk (Mabie dan Ocvirk, 1967).

(65)

19

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan bukan logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Prinsip Kerja Alat Pencetak Terasi

Alat pencetak terasi ini bekerja dengan prinsip mengempa atau mengepres bahan dengan menggunakan screw press sehingga bahan akan terpres dan akan keluar melalui saluran pengeluaran kemudian bahan akan tertampung oleh belt conveyor agar bahan tidak rusak sehingga diharapkan agar hasil pencetakan sesuai dengan ukuran yang kita inginkan dengan demikian diharapkan hasil cetakan akan seragam bentuknya.

Kapasitas Kerja Alat

Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:

Kapasitas Alat = Produk Yang Diolah

(66)

20

Rendemen

Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dengan membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses di bandingkan dengan berat bahan awal.

Rendemen = Berat Bahan Yang Dihasilkan

Berat Bahan Baku x 100% ... (5) Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan

(Soeharno, 2007). Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok =

[

BT

x +BTT

]

C... (6) dimana :

(67)

21

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) 1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

- Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) ... (7)

dimana:

Dt = biaya penyusutan tiap akhir tahun (Rp/tahun)

P = harga beli (Rp)

S = nilai akhir (10% dari P) (Rp) n = perkiraan umur ekonomi (tahun)

t = umur perkiraan mesin/alat pada permulaan tahun berikutnya (Hidayat dkk, 1999).

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:

I = i(P)(n+1)

2n ... (8) dimana :

i = total persentase bunga modal dan asuransi

(68)

22

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi

=

1,2% (P-S)

x ... (9)

Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Hidayat dkk, 1999).

Break even point

Break even point (BEP) adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan dan kerugian sama dengan nol. Hal ini biasa terjadi apabila perusahaan didalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualannya hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan variabel.

Penerapan analisis BEP adalah untuk menentukan tingkat produksi agar perusahaan berada pada titik impas. Analisis BEP dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.

(69)

23

maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila disebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Analisis titik impas juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya operasional dan ada keuntungan. Untuk mendefinisikan antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas dengan kontribusi keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) yaitu:

N = F

(R-V) ... (10) dimana:

F = biaya tetap pada tahun ke- 5 R = penerimaan setiap produksi V = biaya tidak tetap

(70)

24

Net present value

Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal per hitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke nol dalam perhitungan cash flow investasi. Cash flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan cash in flow (CIF), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan cash out flow (COF). Sementara itu NPV diperoleh dari CIF dikurangi COF, yaitu:

NPV= CIF - COF ... (11) dimana:

CIF = cash in flow COF = cash out flow

Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak secara ekonomi atau tidak, maka diperlukan kriteria tertentu dalam merode NPV yaitu:

NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/layak NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan (Giatman, 2006).

Internal rate of return

(71)

25

Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

IRR = p% +

�+� (q% - p%) (positif dan negatif)

dan IRR = q% +

�−� (q% - p%) (positif dan positif). ... (12)

Dimana:

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

(72)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang hampir dua per tiga wilayahnya berupa lautan. Kekayaan laut yang besar tersebut meliputi berbagai jenis ikan, udang-udangan, kerang-kerangan, dan alga uniseluler maupun multiseluler. Kekayaan laut dapat dimanfaatkan sebagai olahan pangan yang berdaya simpan fungsi yang baik seperti olahan terasi yang merupakan hasil olahan fermentasi udang rebon.

Indonesia yang kaya akan hasil perikanan dimana terdapat bermacam-macam jenis pengolahan ikan, pembuatan terasi merupakan salah satu cara pengolahan ikan yang dapat memanfaatkan udang rebon atau ikan kecil lainnya sebagai bahan utama. Terasi merupakan suatu bahan penyedap masakan yag sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, sehingga pemasarannya relatif mudah (Sutrisno, 1983).

(73)

2

pesisir timur terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Luas wilayah kecamatan pesisir dibagian timur Sumatera Utara adalah 43.133.44 km2 yang terdiri dari 35 kecamatan pesisir dengan jumlah desa sebanyak 436 desa. Dipantai timur Sumatera Utara hanya terdapat 6 (enam) pulau-pulau kecil.

Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti dengan penambahan asam), kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi. Pembuatan terasi banyak dilakukan oleh penduduk di daerah pesisir secara tradisional. Dewasa ini, pembuatan terasi juga telah diproduksi dalam skala besar oleh pabrik-pabrik secara modern (Afrianto dan Liviawaty, 1991).

Terasi yang banyak diperdagangkan dipasar, secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan bakunya, yaitu terasi udang dan terasi ikan. Terasi udang biasanya memiliki warna cokelat kemerahan, sedangkan terasi ikan berwarna kehitaman. Terasi udang umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan terasi ikan.

(74)

3

Oleh karena permintaan pasar yang cukup besar akan terasi, maka produsen pembuat terasi harus berusaha memproduksi terasi dengan kualitas yang baik dan dengan produktivitas yang tinggi pula. Pencetakan terasi secara manual dinilai kurang menarik karena bentuk yang tidak seragam sehingga mengurangi nilai jual terasi tersebut. Pencetakan terasi dengan suatu alat semi-mekanis dapat menghasilkan produk terasi dengan bentuk yang lebih seragam disamping dapat meningkatkan produktivitas kerja produsen.

Tujuan Penelitian

Merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak terasi.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pencetak terasi.

(75)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD RASYID LUBIS: Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan NAZIF ICHWAN.

Pencetakan terasi secara manual dinilai kurang menarik karena bentuk yang tidak seragam dan mengurangi nilai jual terasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak terasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, rendemen dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 51,54 kg/jam dan rendemen sebesar 71,33%. Analisis ekonomi, biaya pokok untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp.224,59/kg, Rp.225,16/kg, Rp.225,38/kg, Rp.226,45/kg, Rp.227,16/kg. Alat ini akan mencapai nilai break even point (BEP) apabila telah mencetak adonan terasi sebanyak 5540,27 kg/tahun. Net present value (NPV) sebesar Rp.128.931.698. Internal rate of return

(IRR) adalah sebesar 42,2%.

Kata kunci: terasi, alat pencetak, mesin

ABSTRACT

MUHAMMAD RASYID LUBIS : Design and construction of shrimp paste molder, supervised by AINUN ROHANAH and NAZIF ICHWAN.

Manual molding shrimp paste was considered not attractive because the shape of the paste was not the same and reduced the price of shrimp paste. The purpose of this research was to design, build, test and analyze the economic value of shrimp paste molder. This research was conducted in April and August 2015 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, by literature study, equipment tests and parameters observation. The parameters observed were effective capacity, yield and economic analysis.

Based on this research, it was summarized that the effective capacity of the equipment was 51,54 kg/hour and the yield was 71,33%. Economic analysis was as follows: basic costs for the first to the fifth year was Rp.224,59/kg, Rp.225,16/kg, Rp.225,38/kg, Rp.226,45/kg, Rp.227,16/kg respectively. Break even point (BEP) was at 5540,27 kg/year of shrimp paste molded. Net present value (NPV) was Rp.128.931.698. Internal rate of return (IRR) was 42.2%.

(76)

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK TERASI

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD RASYID LUBIS 110308005/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(77)

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK TERASI

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD RASYID LUBIS 110308005/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ainun Rohanah, STP, M. Si Nazif Ichwan, STP, M. Si Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(78)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD RASYID LUBIS: Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan NAZIF ICHWAN.

Pencetakan terasi secara manual dinilai kurang menarik karena bentuk yang tidak seragam dan mengurangi nilai jual terasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak terasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, rendemen dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 51,54 kg/jam dan rendemen sebesar 71,33%. Analisis ekonomi, biaya pokok untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp.224,59/kg, Rp.225,16/kg, Rp.225,38/kg, Rp.226,45/kg, Rp.227,16/kg. Alat ini akan mencapai nilai break even point (BEP) apabila telah mencetak adonan terasi sebanyak 5540,27 kg/tahun. Net present value (NPV) sebesar Rp.128.931.698. Internal rate of return

(IRR) adalah sebesar 42,2%.

Kata kunci: terasi, alat pencetak, mesin

ABSTRACT

MUHAMMAD RASYID LUBIS : Design and construction of shrimp paste molder, supervised by AINUN ROHANAH and NAZIF ICHWAN.

Manual molding shrimp paste was considered not attractive because the shape of the paste was not the same and reduced the price of shrimp paste. The purpose of this research was to design, build, test and analyze the economic value of shrimp paste molder. This research was conducted in April and August 2015 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, by literature study, equipment tests and parameters observation. The parameters observed were effective capacity, yield and economic analysis.

Based on this research, it was summarized that the effective capacity of the equipment was 51,54 kg/hour and the yield was 71,33%. Economic analysis was as follows: basic costs for the first to the fifth year was Rp.224,59/kg, Rp.225,16/kg, Rp.225,38/kg, Rp.226,45/kg, Rp.227,16/kg respectively. Break even point (BEP) was at 5540,27 kg/year of shrimp paste molded. Net present value (NPV) was Rp.128.931.698. Internal rate of return (IRR) was 42.2%.

(79)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Rasyid Lubis, dilahirkan di Medan pada tanggal 06 Januari 1993 dari Ayahanda Alm. Hasanuddin Lubis dan Ibunda Siti Aminah. Anak ke sebelas dari sebelas bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 13 Medan pada tahun 2011 dan diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2011.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Badan Kenaziran Musholla (BKM) Al-Muklishin FP-USU tahun 2011-2013, anggota TIM MAI (Mentoring Agama Islam) FP-USU tahun 2012-2013, Badan Pengurus Harian (BPH) Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) FP-USU masa bakti 2013-2015 dan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara tahun 2013-2014.

(80)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta kepada Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan berbagai saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Orangtua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bimbingan moral dan material, terima kasih kepada Dosen dan Staff Program Studi Keteknikan Pertanian, serta rekan- rekan Mahasiswa/i Program Studi Keteknikan Pertanian stambuk 2011 atas saran dan bantuannya selama penelitian berlangsung, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015

Gambar

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Tabel perhitungan pembiayaan
Tabel 2. Data hasil pencetakan terasi
Tabel 3. Kapasitas efektif alat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi di dalam situs tersebut tidak ditampilkan mengenai gambar dari informasi peta, seperti gambar propinsi Indonesia atau gambar ciri khas dari daerah itu (misalnya gambar

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Sekretariat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Dengan adanya website ini para pecinta musik baik dari kalangan menengah maupun kalangan atas dapat dengan mudah mencari informasi tentang band idolanya dan bagi yang memiliki grup

Dengan kata lain, riba fadhl adalah jual-beli yang mengandung unsur riba pada barang sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda

Citra digital merupakan salah satu media digital yang memiliki resiko untuk dimanipulasi. Informasi yang disampaikan dapat disalahgunakan oleh pihak lain, demi

Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan Syari’ah

The goal of this project is to use Earth Observation to support the needs for the monitoring, mapping, and water resource potential evaluating of glacier change in the Yigong Zangbo

01 02 26 69 Belanja Operasional Pengadaan Sarana Prasarana Peralatan Instalasi Gizi Rumah Sakit (Bantuan Provinsi). Terlaksananya fasilitasi pengadaan peralatan instalasi