• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Ikan Aktual berdasarkan Wilayah

Konsumsi ikan dalam data SUSENAS dapat dibedakan berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan.Penggolongan wilayah pedesaan dan perkotaan pada SUSENAS berdasarkan penghitungan skor terhadap tiga variabel potensi desa yaitu kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum (BPS 2012). Berdasarkan PP No 47 tahun 1997, kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Konsumsi ikan aktual dapat dihitung berdasarkan konsumsi energi/kapita/hari, protein/kapita/hari, gram/kapita/hari dan kg/kapita/tahhu. Perhitungan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan konsumsi antara masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Tabel 8 merupakan hasil perhitungan konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah tahun 2005 sampai dengan tahun 2011.

Tabel 8 Perkembangan konsumsi energi dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (Kal/kap/hari)

Tahun Wilayah Ikan segar Ikan olahan Makanan jadi Konsumsi aktual

2005 Nasional 38 32 5 75 Pedesaan 36 37 3 77 Perkotaan 39 27 7 73 2006 Nasional 36 31 5 72 Pedesaan 34 34 3 71 Perkotaan 38 28 7 73 2007 Nasional 35 34 6 75 Pedesaan 33 38 4 75 Perkotaan 37 30 8 75 2008 Nasional 36 35 8 78 Pedesaan 35 40 5 80 Perkotaan 37 28 11 76 2009 Nasional 34 30 7 72 Pedesaan 34 35 5 73 Perkotaan 35 26 11 71 2010 Nasional 37 30 7 74 Pedesaan 36 34 4 75 Perkotaan 37 25 10 73

Tabel 8 (lanjutan)

Tahun Wilayah Ikan segar Ikan olahan Makanan jadi Konsumsi aktual

2011 Nasional 36 31 7 75 Pedesaan 37 34 4 76 Perkotaan 36 27 11 73 Rata-rata Nasional 36 32 7 74 Pedesaan 35 36 4 75 Perkotaan 37 27 9 74

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi dari ikan mencapai 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan di pedesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan di pedesaan adalah 75 Kal/kapita/hari sedangkan di perkotaan adalah 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan telah dapat memenuhi 30% komposisi ideal pangan hewani (12% AKE atau 240 Kal). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan terutama di pedesaan menyumbang energi yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan energi sehari, khususnya dari pangan hewani. Perkembangan konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah dapat dilihat pada lampiran 2-4.

Konsumsi energi dari kelompok ikan segar dan ikan olahan menunjukkan jumlah yang tidak berbeda jauh secara nasional. Akan tetapi, konsumsi energi dari ikan segar di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Demikian pula, konsumsi energi dari ikan olahan di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Konsumsi energi dari makanan jadi kurang dari 10 Kal/kapita/hari karena konsumsi ikan dari makanan jadi lebih sedikit daripada kelompok ikan segar dan ikan olahan.

Ikan sebagai salah satu pangan sumber protein yang dikonsumsi masyarakat dapat berkontribusi terhadap kecukupan protein umumnya. Ikan menyediakan kombinasi yang baik dari asam amino yang sesuai dengan kebutuhan gizi manusia. Ikan mengandung lisin yang tinggi (yang rendah protein nabati) dan asam amino sulfur; inilah yang menyebabkan ikan efisien dalam suplementasi diet tinggi karbohidrat yang rendah protein pada banyak negara. Ikan dalam jumlah kecil jika dikombinasikan dengan diet padi-padian dapat meningkatkan kualitas gizi dari protein nabati dan meningkatkan kualitas gizi dalam diet secara keseluruhan (FAO 2012).Konsumsi protein dari ikan berdasarkan kelompok ikan adalah seperti Tabel 9.

Tabel 9 Perkembangan konsumsi protein dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (gkap/hari)

Tahun Wilayah Ikan segar Ikan olahan Makanan jadi Konsumsi aktual

2005 Nasional 6,61 6,12 0,77 13,50 Pedesaan 6,36 7,09 0,52 13,98 Perkotaan 6,95 4,98 1,10 13,03 2006 Nasional 6,28 5,87 0,74 12,90 Pedesaan 5,86 6,45 0,50 12,82 Perkotaan 6,76 5,12 1,06 12,93 2007 Nasional 6,09 6,59 0,88 13,55 Pedesaan 5,70 7,43 0,57 13,70 Perkotaan 6,50 5,69 1,20 13,39 2008 Nasional 6,25 6,67 1,14 14,07 Pedesaan 6,06 7,85 0,71 14,62 Perkotaan 6,45 5,41 1,61 13,47 2009 Nasional 5,94 5,85 1,12 12,92 Pedesaan 5,83 6,74 0,69 13,26 Perkotaan 6,07 4,90 1,59 12,56 2010 Nasional 6,44 5,75 1,09 13,28 Pedesaan 6,33 6,63 0,66 13,62 Perkotaan 6,57 4,81 1,54 12,92 2011 Nasional 6,36 5,92 1,11 13,39 Pedesaan 6,37 6,71 0,64 13,72 Perkotaan 6,20 5,10 1,59 12,89 Rata-rata Nasional 6,28 6,11 0,98 13,37 Pedesaan 6,07 6,99 0,61 13,67 Perkotaan 6,50 5,14 1,38 13,03

Berdasarkan Tabel 9, konsumsi protein dari ikan secara umum mencapai 13,37 gram/kapita/hari. Jumlah ini sudah dapat memenuhi 25% angka kecukupan protein yang dianjurkan yaitu 52 gram/kapita/hari. Konsumsi protein dari ikan segar dan ikan olahan, sama halnya dengan konsumsi energi, tidak berbeda jauh. Konsumsi protein dari ikan di pedesaan terutama berasal dari ikan olahan. Rata-rata konsumsi protein dari ikan olahan di pedesaan adalah 6,99 gram/kapita/hari yang berkontribusi 51,14% dari total konsumsi protein dari ikan. Konsumsi protein dari ikan di perkotaan terutama berasal dari ikan segar. Rata-rata konsumsi protein dari ikan segar di perkotaan adalah 6,50 gram/kapita/hari yang berkontribusi sebesar 49,88% terhadap keseluruhan konsumsi protein dari ikan. Konsumsi protein dari makanan jadi juga tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah ikan yang dikonsumsi dari makanan jadi tidak terlalu besar. Perkembangan konsumsi protein dari ikan selengkapnya terdapat pada lampiran 2-4.

Selanjutnya, konsumsi ikan aktual dihitung berdasarkan satuan kg/kapita/tahun. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa berdasarkan wilayah, konsumsi ikan aktual mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Konsumsi ikan aktual tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 27,11

kg/kapita/tahun secara nasional, 27,00 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 27,23 kg/kapita/tahun di perkotaan. Konsumsi ikan aktual terendah adalah pada tahun 2009 sebesar 25,18 kg/kapita/tahun secara nasional dan 25,50 kg/kapita/tahun di perkotaan. Sementara, di pedesaan konsumsi ikan aktual terendah terjadi tahun 2006 sebesar 24,36 kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi ikan diduga terjadi karena pada masa krisis terjadi penyesuaian strategi pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut BAPPENAS (2007), dengan daya beli yang menurun, masyarakat mengurangi jenis pangan yang harganya mahal dan mensubstitusinya dengan jenis pangan yang relatif murah dan mengurangi konsumsi protein hewani.

Tabel 10 Perkembangan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah tahun 2005-2011 (kg/kap/tahun)

Kelompok

ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata

Ikan segar Pedesaan 16,53 15,31 14,81 15,75 15,02 16,31 16,47 15,74 Perkotaan 17,63 17,27 16,68 16,49 15,43 16,75 16,72 16,71 Nasional 16,98 16,23 15,72 16,11 15,22 16,52 16,35 16,16 Ikan olahan Pedesaan 8,47 7,71 8,82 9,35 8,01 7,87 7,86 8,30

Perkotaan 5,89 6,11 6,74 6,42 5,81 5,68 5,97 6,09 Nasional 7,28 7,01 7,81 7,93 6,95 6,81 6,92 7,25 Makanan jadi Pedesaan 1,40 1,34 1,52 1,90 1,85 1,78 1,73 1,65 Perkotaan 2,94 2,84 3,23 4,32 4,26 4,13 4,27 3,71 Nasional 2,08 1,99 2,35 3,07 3,01 2,91 2,99 2,63 Konsumsi ikan aktual Pedesaan 26,40 24,36 25,15 27,00 24,87 25,96 26,06 25,69 Perkotaan 26,46 26,21 26,65 27,23 25,50 26,56 26,95 26,51 Nasional 26,34 25,23 25,88 27,11 25,18 26,25 26,27 26,04

Secara nasional, konsumsi ikan dari kelompok ikan segar tertinggi adalah pada tahun 2005 (16,98 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2009 (15,22 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari kelompok ikan olahan tertinggi adalah pada tahun 2007 (7,93 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2010 (6,81 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari makanan jadi tertinggi adalah tahun 2008 (3,07 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2006 (1,99 kg/kapita/tahun). Selengkapnya tercantum pada lampiran 5-7.Peningkatan konsumsi ikan dari kelompok makanan jadi pada tahun 2008 berkaitan dengan meningkatnya partisipasi kerja setiap tahun sehingga semakin banyak orang yang memperoleh kebutuhan pangan dari luar rumah seperti warung makan maupun restoran. Berdasaarkan BPS (2009) tingkat pastisipasi angkatan kerja pada tahun 2008 meningkat menjadi 67,33% dari tahun sebelumnya sebesar 66,99%.

Ditjen P2HP (2012) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi ikan Indonesia diantaranya masih rendahnya minat masyarakat untuk makan ikan, ketersediaan ikan yang tidak merata dan kontinu di setiap wilayah, mutu produk yang tersedia masih sangat rendah, sarana dan distribusi pemasaran sangat terbatas, serta peningkatan konsumsi ikan yang masih dipahami secara sektarian belum menyentuh kelembagaan lintas sektoral.

Perkembangan konsumsi ikan aktual di wilayah pedesaan tidak terlalu berbeda jauh dengan konsumsi ikan aktual secara nasional.Rata-rata konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan adalah 25,69 kg/kapita/tahun. Sama halnya dengan konsumsi ikan aktual nasional, konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup stabil.

Terkait dengan krisis pangan global tahun 2007-2008, Susilowati dan Rachman (2010) menyatakan bahwa respons masyarakat pedesaan dalam kegiatan usahatani dan pola konsumsi dalam menghadapi peningkatan harga pangan secara umum tidak berubah. Dalam frekuensi yang relatif kecil, masyarakat pedesaan menyikapi peningkatan harga pangan dengan menurunkan kualitas makanan pokok serta menurunkan kualitas maupun kuantitas lauk pauk. Penurunan kualitas lauk pauk yang paling kentara adalah pada jenis ikan segar, yang pada umumnya mengganti konsumsi ikan dengan jenis ikan yang lebih murah harganya.

Konsumsi ikan aktual di wilayah perkotaan memiliki pola yang sama dengan konsumsi ikan aktual di wilayah pedesaan maupun nasional. Pada tahun 2005 sampai 2008, konsumsi ikan aktual masyarakat perkotaan mengalami fluktuasi dan pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami peningkatan. Rata-rata konsumsi ikan aktual masyarakat perkotaan adalah 26,51 kg/kapita/tahun.

Konsumsi ikan di wilayah perkotaan lebih tinggi daripada konsumsi ikan di wilayah pedesaan. Kelompok ikan segar dan makanan jadi lebih banyak dikonsumsi di perkotaan sedangkan konsumsi ikan dari ikan olahan lebih banyak di pedesaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Adam (2007) yang menyatakan bahwa konsumsi ikan pada kelompok rumah tangga di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang terjadi karena rumah tangga di daerah perkotaan memiliki kesadaran akan kandungan gizi ikan yang tinggi, tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan preferensi protein yang lebih beragam dibandingkan masyarakat di daerah pedesaan.

Laju pertumbuhan konsumsi ikan pedesaan lebih lambat dibandingkan dengan perkotaan maupun nasional. Pertumbuhan konsumsi ikan di pedesaan cenderung mengalami penurunan sedangkan di perkotaan dan nasional cenderung mengalami peningkatan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar (Tabel 11).

Tabel 11 Laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah (%)

Kelompok

ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata

Ikan segar Pedesaan - -7,35 -3,31 6,36 -4,65 8,59 1,01 0,11 Perkotaan - -2,04 -3,39 -1,11 -6,45 8,55 -0,21 -0,77 Nasional - -4,42 -3,14 2,48 -5,52 8,54 -1,03 -0,52 Ikan olahan Pedesaan - -9,04 14,41 5,99 -14,29 -1,72 -0,20 -0,81 Perkotaan - 3,68 10,27 -4,77 -9,48 -2,21 5,05 0,42 Nasional - -3,71 11,41 1,54 -12,36 -2,01 1,62 -0,59 Makanan jadi Pedesaan - -4,25 13,64 24,94 -3,02 -3,87 -2,75 4,12 Perkotaan - -3,60 13,99 33,56 -1,19 -3,13 3,38 7,17 Nasional - -4,33 18,09 30,64 -1,95 -3,32 2,75 6,98 Konsumsi ikan aktual Pedesaan - -7,73 3,23 7,36 -7,87 4,35 0,39 -0,05 Perkotaan - -0,94 1,67 2,17 -6,33 4,15 1,47 0,37 Nasional - -4,21 2,58 4,75 -7,12 4,25 0,08 0,05

Meskipun konsumsi ikan segar di perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan pedesaan, laju pertumbuhan rata-rata konsumsi ikan segar cenderung lebih meningkat di pedesaan yaitu 0,11% per tahun. Sebaliknya, laju pertumbuhan rata-rata ikan olahan lebih cenderung mengalami peningkatan di perkotaan yaitu 0,042% per tahun dibandingkan dengan pedesaan yang mengalami penurunan 0,81% per tahun walaupun dari segi jumlah, konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan. Konsumsi ikan dari makanan jadi di kedua wilayah mengalami pertumbuhan yang cukup cepat dibandingkan dengan kelompok ikan segar dan ikan olahan. Namun, laju pertumbuhannya lebih besar di perkotaan (7,17% per tahun) daripada di pedesaan (4,12% per tahun). Rata-rata laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual di pedesaan adalah -0,05% per tahun. Rata-rata laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual di perkotaan adalah 0,37% per tahun.

Laju pertumbuhan konsumsi ikan menunjukkan preferensi kelompok ikan yang berbeda pada wilayah pedesaan dan perkotaan. Laju pertumbuhan ikan segar di pedesaan yang semakin meningkat dibandingkan dengan ikan olahan menunjukkan bahwa masyarakat di pedesaan sudah mulai menyenangi konsumsi ikan segar daripada ikan olahan. Demikian pula di perkotaan, laju pertumbuhan konsumsi ikan olahan yang semaikin meningkat dibandingkan

dengan ikan segar menunjukkan bahwa masyarakat di perkotaan sudah mulai meningkatkan konsumsi ikan olahan. Sementara, dari kelompok makanan jadi, laju pertumbuhan di kedua wilayah menunjukkan bahwa konsumsi makanan jadi terus mengalami peningkatan meskipun lebih tinggi di perkotaan daripada di pedesaan. Komposisi konsumsi ikan per kelompok setiap wilayah selengkapnya disajikan pada gambar 2.

Gambar 2 Komposisi konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah

Komposisi konsumsi ikan aktual didominasi oleh kelompok ikan segar secara nasional maupun pada wilayah pedesaan dan perkotaan. Konsumsi ikan dari ikan segar mencapai 62% secara nasional. Di perkotaan, konsumsi ikan dari ikan segar sedikit lebih banyak daripada di pedesaan. Sebaliknya, konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan daripada perkotaan. Konsumsi ikan olahan di pedesaan mencapai sepertiga dari konsumsi ikan aktual sementara di pedesaan konsumsi ikan olahan hanya sekitar seperempat dari konsumsi ikan aktual. Konsumsi ikan dari makanan jadi mencapai 10% dari konsumsi ikan aktual. Namun, konsumsi ikan dari makanan jadi di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Kontribusi dari kelompok ikan segar pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Adam (2007) yang menunjukkan tingkat partisipasi konsumsi ikan segar di daerah perkotaan lebih besar daripada daerah pedesaan.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa dari segi komposisinya, masyarakat pedesaan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam ikan olahan daripada masyarakat perkotaan. Sementara masyarakat perkotaan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam bentuk ikan segar dan makanan jadi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

pedesaan perkotaan nasional ikan segar ikan olahan makanan jadi

perkotaan terhadap makanan jadi lebih besar dibandingkan masyarakat di pedesaan. Menurut Ariani (2004), tingginya proporsi pengeluaran makanan jadi di kota terkait dengan pola kehidupan masyarakatnya. Jumlah warung/restoran yang menjual makanan jadi sangat banyak yang tersebar di berbagai tempat yang dengan mudah dapat dijumpai dengan harga yang bervariasi tergantung pada daya beli masyarakat. Situasi ini membuat orang cenderung untuk mencari makan di luar rumah, apalagi fungsi makan yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan secara kuantitatif, tetapi juga sebagai sarana komunikasi atau prestise dengan anggota masyarakat yang lain.

Konsumsi ikan aktual baik secara nasional maupun berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan lebih banyak dalam bentuk konsumsi ikan segar. Banyaknya jenis ikan segar yang tercatat dalam SUSENAS adalah 19 jenis seperti yang tercantum dalam Tabel 3. Dengan mengetahui konsumsi ikan berdasarkan jenisnya, dapat dipertimbangkan jenis ikan apa saja yang berpotensi untuk ditingkatkan produksinya, terutama ikan yang berasal dari perikanan budidaya.

a. Konsumsi aktual ikan segar

Jenis ikan segar yang tercatat dalam SUSENAS adalah sebanyak 19 jenis yang terdiri dari ikan ekor kuning, ikan tuna/tongkol/cakalang, ikan tenggiri, ikan selar, ikan kembung, ikan teri, ikan bandeng, ikan gabus, ikan mujair, ikan mas, ikan lele, ikan kakap, ikan baronang, ikan segar lainnya, udang, cumi-cumi/sotong, ketam/kepiting/rajungan, kerang/siput serta udang dan hewan air segar lainnya. Ibrahim (2012) menyatakan terdapat 182 jenis ikan yang diproduksi di Indonesia, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.

Konsumsi masing-masing jenis ikan segar berkisar antara 0,00 sampai 4,20 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar nasional adalah 16,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di pedesaan adalah 15,74 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di perkotaan adalah 16,71 kg/kapita/tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Jenis ikan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah jenis ikan lainnya, baik di pedesaan, perkotaan maupun nasional. Sementara, jenis ikan yang paling sedikit dikonsumsi masyarakat adalah baronang serta udang dan hewan air lainnya segar (gambar 3). Jenis ikan yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun diataranya adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/cakalang, ikan kembung, ikan mujair dan ikan bandeng (Tabel 12). Jenis ikan yang dikonsumsi kurang dari

0,5kg/kapita/tahun adalah ikan ekor kuning, ikan teri, cumi-cumi/sotong, ikan tenggiri, kerang/siput, ikan kakap, ikan baronang, serta jenis udang dan hewan air lainnya (Tabel 13).

Gambar 3 Konsumsi berbagai jenis ikan segar (kg/kapita/tahun)

Jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih banyak di pedesaan adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/cakalang, ikan ekor kuning, ikan teri, ikan gabus, serta kerang/siput. Sementara, jenis ikan segar yang lebih banyak dikonsumsi di perkotaan diantaranya ikan kembung, ikan bandeng, ikan mujair, ikan mas, ikan lele, ikan kakap, udang, cumi-cumi/sotong serta ketam/kepiting/rajungan. Dari gambar 3 diketahui bahwa udang sebagai salah satu unggulan ekspor perikanan Indonesia masih dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, khususnya di pedesaan.Demikian pula dengan ikan tenggiri dan ikan kakap. Ariani (2004) menyatakan bahwa orientasi kebijakan ekspor ikan untuk memperoleh devisa jangan sampai menyebabkan harga ikan domestik menjadi mahal, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat.

Jenis ikan lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat di wilayah pedesaan maupun perkotaan menunjukkan bahwa masih terdapat jenis-jenis ikan yang dikonsumsi masyarakat namun tidak tercatat dalam SUSENAS.Salah satu jenis ikan yang tidak tercantum dalam SUSENAS adalah ikan patin.Dalam

WPI (2012) dijelaskan bahwa kebutuhan pasar ikan patin sangat besar.Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan ikan patin sebagai salah satu komoditas perikanan program industrialisasi dari jenis komoditas perikanan budidaya.

Tabel 12 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun

Jenis ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Ikan segar lainnya Pedesaan 3,49 3,22 4,13 4,20 3,96 3,68 3,89 3,80 Perkotaan 2,40 2,13 2,98 2,98 2,70 2,48 2,68 2,62 Nasional 3,00 2,75 3,59 3,62 3,36 3,11 3,29 3,24 Tongkol /tuna/ cakalang Pedesaan 3,04 2,56 2,23 2,72 2,38 2,76 2,68 2,62 Perkotaan 2,74 2,81 2,22 2,20 1,94 2,17 2,14 2,31 Nasional 2,85 2,68 2,23 2,47 2,17 2,48 2,38 2,47 Kembung Pedesaan 1,53 1,58 1,15 1,35 1,37 1,59 1,34 1,42 Perkotaan 2,47 2,43 1,88 2,14 2,13 2,26 0,43 1,96 Nasional 1,97 1,95 1,51 1,74 1,74 1,92 1,65 1,78 Mujair Pedesaan 1,44 1,46 1,06 1,29 1,27 1,28 1,58 1,34 Perkotaan 1,85 1,83 1,51 1,61 1,46 1,57 1,89 1,68 Nasional 1,63 1,65 1,28 1,45 1,37 1,43 1,71 1,50 Bandeng Pedesaan 1,22 1,03 1,38 1,32 1,20 1,54 1,28 1,28 Perkotaan 2,07 1,89 1,85 1,53 1,38 1,63 1,34 1,67 Nasional 1,62 1,40 1,61 1,42 1,29 1,59 1,28 1,46

Jenis-jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun menunjukkan kecenderungan konsumsi masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan. Konsumsi ikan segar tertinggi adalah jenis ikan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena beragamnya jenis ikan segar yang dikonsumsi masyarakat yang belum terangkum dalam data SUSENAS. Rata-rata konsumsi ikan lainnya mencapai 3,24 kg/kapita/tahun.

Salah satu jenis ikan laut yang cukup populer dikonsumsi yaitu tongkol (Tahununnus maccoyii).Rata-rata konsumsi ikan tuna/tongkol/cakalang secara nasional adalah 2,47 kg/kapita/tahun. Menurut Ilyas (2011), mengonsumsi ikan tongkol sangat disarankan karena mengandung banyak zat gizi. Kandungan penting yang terdapat dalam ikan ini di antaranya 111 kalori, 24 gram protein, 1 gram lemak, 46 miligram kolesterol, dan 0,7 miligram zat besi. Dengan kandungan protein yang tinggi, ikan tongkol sangat cocok untuk dikonsumsi terutama oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Daging ikan tongkol pun sangat gurih, padat dan mudah diolah menjadi berbagai menu makanan.

Jenis ikan yang banyak dikonsumsi umumnya berasal dari ikan laut.Ikan mujair menjadi ikan air tawar yang paling banyak dikonsumsi. Rata-rata konsumsi ikan mujair adalah 1,50 kg/kapita/tahun. Menurut Delgado et al (2003),

konsumsi ikan laut telah dibatasi oleh keterbatasan dalam produksi bersamaan dengan tingginya tingkat eksploitasi perikanan tangkap. Oleh karena itu, konsumsi ikan segar dari ikan air tawar berpotensi untuk dikembangkan karena merupakan berasal dari perikanan budidaya.

Tabel 13 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun

Jenis ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Ekor kuning Pedesaan 0,48 0,79 0,40 0,37 0,49 0,56 0,49 0,51 Perkotaan 0,51 0,61 0,41 0,37 0,39 0,49 0,43 0,46 Nasional 0,49 0,73 0,40 0,37 0,44 0,52 0,49 0,49 Teri Pedesaan 0,59 0,49 0,49 0,43 0,52 0,54 0,49 0,50 Perkotaan 0,44 0,37 0,40 0,35 0,39 0,40 0,43 0,39 Nasional 0,52 0,43 0,45 0,39 0,46 0,47 0,43 0,45 Cumi-cumi/ sotong Pedesaan 0,14 0,12 0,16 0,14 0,13 0,19 0,18 0,15 Perkotaan 0,31 0,24 0,40 0,39 0,38 0,51 0,37 0,37 Nasional 0,22 0,18 0,28 0,26 0,25 0,34 0,24 0,25 Tenggiri Pedesaan 0,21 0,24 0,13 0,13 0,14 0,16 0,12 0,16 Perkotaan 0,28 0,30 0,21 0,25 0,21 0,25 0,61 0,30 Nasional 0,24 0,24 0,17 0,19 0,17 0,20 0,18 0,20 Kerang/siput Pedesaan 0,08 0,24 0,17 0,17 0,13 0,20 0,18 0,17 Perkotaan 0,18 0,24 0,24 0,17 0,13 0,19 0,12 0,18 Nasional 0,13 0,24 0,21 0,17 0,13 0,20 0,12 0,17 Kakap Pedesaan 0,04 0,06 0,13 0,15 0,11 0,09 0,24 0,12 Perkotaan 0,19 0,12 0,22 0,18 0,19 0,22 0,24 0,19 Nasional 0,11 0,12 0,18 0,17 0,15 0,16 0,24 0,16 Baronang Pedesaan 0,03 0,00 0,07 0,10 0,06 0,06 0,12 0,06 Perkotaan 0,04 0,06 0,05 0,05 0,04 0,05 0,06 0,05 Nasional 0,03 0,06 0,07 0,07 0,05 0,05 0,06 0,06 Udang dan hewan air lainnya Pedesaan 0,04 0,00 0,05 0,04 0,04 0,04 0,06 0,04 Perkotaan 0,02 0,00 0,04 0,05 0,03 0,03 0,06 0,03 Nasional 0,03 0,00 0,04 0,04 0,03 0,04 0,06 0,04

Tabel 13 menunjukkan jenis ikan yang kurang digemari masyarakat karena dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan ekor kuning adalah 0,49 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan teri adalah 0,45 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi cumi-cumi/sotong adalah 0,25 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan tenggiri adalah 0,20 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi kerang/siput adalah 0,17 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan kakap adalah 0,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan baronang adalah 0,06 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi udang dan hewan air lainnya adalah 0,04 kg/kapita/tahun. Meskipun dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun, terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi masing-masing jenis ikan ini.

Salah satu jenis ikan yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun adalaa ikan ekor kuning. Ikan ekor kuning berpotensi untuk ditingkatkan

konsumsinya karena harganya tergolong murah. Menurut Fadly (2011), harga beli ikan ekor kuning (Redbelly yellowtail fusilier) ukuran diatas 100 gram di tingkat nelayan antara Rp10.000-13.000/kg.

b. Konsumsi aktual ikan olahan

Jenis ikan olahan yang tercatat dalam SUSENAS merupakan ikan awetan maupun olahan industri seperti terasi dan kerupuk. Total jenis ikan olahan yang diperhitungkan adalah 15 jenis. Ikan olahan menjadi salah satu kelompok ikan yang banyak dikonsumsi di pedesaan.Hal ini terkait banyaknya anggapan masyarakat bahwa ikan olahan khususnya ikan asin adalah makanan bagi kaum tak mampu.

Sama halnya dengan konsumsi ikan segar, konsumsi ikan olahan menunjukkan jenis ikan olahan yang banyak dikonsumsi adalah ikan teri awetan (Tabel 14). Jenis ikan olahan dengan konsumsi terendah adalah cumi-cumi/sotong awetan. Total konsumsi ikan olahan rata-rata adalah 7,25 kg/kapita/tahun.

Tabel 14 Perkembangan konsumsi ikan olahan berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun)

Jenis ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Ikan kembung (peda)-awetan Pedesaan 0,99 0,99 0,94 0,92 0,79 0,82 0,72 0,88 Perkotaan 0,52 0,56 0,61 0,56 0,51 0,51 0,49 0,54 Nasional 0,77 0,79 0,78 0,75 0,66 0,67 0,61 0,72 Tenggiri-awetan Pedesaan 0,06 0,11 0,06 0,06 0,08 0,09 0,07 0,08 Perkotaan 0,06 0,05 0,07 0,06 0,07 0,07 0,06 0,06 Nasional 0,06 0,09 0,07 0,06 0,07 0,08 0,06 0,07 Tongkol/ tuna/ cakalang-awetan Pedesaan 0,95 0,61 0,89 1,04 0,76 0,78 0,85 0,84 Perkotaan 0,80 0,89 0,92 1,00 0,84 0,82 0,80 0,87 Nasional 0,88 0,73 0,91 1,02 0,80 0,80 0,83 0,85 Teri-awetan Pedesaan 2,10 1,81 2,21 2,10 1,84 1,91 1,91 1,98 Perkotaan 1,38 1,30 1,51 1,36 1,23 1,29 1,43 1,36 Nasional 1,77 1,60 1,87 1,75 1,55 1,62 1,68 1,69 Selar-awetan Pedesaan 0,44 0,44 0,37 0,48 0,36 0,36 0,32 0,40 Perkotaan 0,27 0,26 0,22 0,20 0,21 0,18 0,21 0,22 Nasional 0,36 0,35 0,30 0,34 0,29 0,28 0,26 0,31 Sepat-awetan Pedesaan 0,44 0,60 0,37 0,42 0,36 0,41 0,39 0,43 Perkotaan 0,35 0,56 0,38 0,39 0,31 0,33 0,37 0,38 Nasional 0,40 0,59 0,37 0,41 0,34 0,38 0,38 0,41 Bandeng-awetan Pedesaan 0,14 0,13 0,19 0,21 0,14 0,17 0,18 0,17 Perkotaan 0,20 0,24 0,25 0,28 0,18 0,21 0,19 0,22 Nasional 0,17 0,18 0,22 0,24 0,16 0,19 0,20 0,20 Gabus-awetan Pedesaan 0,07 0,08 0,06 0,06 0,04 0,05 0,07 0,06 Perkotaan 0,11 0,04 0,09 0,08 0,07 0,05 0,10 0,08 Nasional 0,09 0,06 0,07 0,07 0,05 0,05 0,08 0,07 Ikan dalam kaleng-awetan Pedesaan 0,15 0,08 0,11 0,14 0,09 0,09 0,12 0,11 Perkotaan 0,13 0,17 0,16 0,11 0,12 0,12 0,10 0,13 Nasional 0,14 0,12 0,13 0,13 0,11 0,11 0,11 0,12

Tabel 14 (lanjutan)

Jenis ikan Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Ikan awetan Lainnya Pedesaan 1,79 1,48 2,27 2,49 2,24 1,86 1,86 2,00 Perkotaan 0,88 0,84 1,26 1,16 1,10 0,94 1,03 1,03 Nasional 1,38 1,21 1,78 1,85 1,69 1,42 1,45 1,54 Udang (ebi)-awetan Pedesaan 0,03 0,03 0,09 0,09 0,08 0,07 0,07 0,07 Perkotaan 0,07 0,04 0,07 0,06 0,05 0,05 0,04 0,05 Nasional 0,05 0,04 0,07 0,08 0,06 0,06 0,06 0,06 Cumi- cumi/sotong-awetan Pedesaan 0,03 0,03 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 Perkotaan 0,05 0,09 0,08 0,09 0,08 0,09 0,09 0,08 Nasional 0,04 0,06 0,04 0,05 0,05 0,06 0,06 0,05 Udang hewan air-awetan lainnya Pedesaan 0,02 0,01 0,03 0,03 0,03 0,04 0,12 0,04 Perkotaan 0,02 0,02 0,04 0,03 0,03 0,04 0,07 0,04 Nasional 0,02 0,01 0,04 0,03 0,03 0,04 0,10 0,04 Terasi Pedesaan 1,13 1,21 1,11 1,17 1,09 1,09 1,05 1,12 Perkotaan 0,92 0,94 0,97 0,94 0,92 0,89 0,88 0,92 Nasional 1,03 1,09 1,04 1,06 1,01 0,99 0,96 1,03 Kerupuk Pedesaan 0,11 0,08 0,09 0,08 0,06 0,07 0,06 0,08 Perkotaan 0,13 0,10 0,12 0,09 0,08 0,08 0,08 0,10 Nasional 0,11 0,09 0,11 0,09 0,07 0,08 0,07 0,09 Total ikan olahan Pedesaan 8,47 7,71 8,82 9,35 8,01 7,87 7,86 8,30 Perkotaan 5,89 6,11 6,74 6,42 5,81 5,68 5,97 6,09 Nasional 7,28 7,01 7,81 7,93 6,95 6,81 6,92 7,25

Berdasarkan Tabel 13, konsumsi ikan olahan secara nasional mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Tahun-tahun sebelumnya konsumsi ikan olahan tergolong fluktuatif. Rata-rata konsumsi ikan olahan di pedesaan (8,30 kg/kapita/tahun) lebih tinggi daripada rata-rata konsumsi ikan olahan di perkotaan (6,09 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan olahan tertinggi terjadi pada tahun 2009 di pedesaan, perkotaan maupun nasional. Secara nasional, ikan olahan yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan teri awetan dengan rata-rata sebesar 1,69 kg/kapita/tahun. Sementara, jenis ikan olahan dengan

Dokumen terkait