• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Tempat dan Waktu

Desain studi penelitian ini adalah studi deskriptif.Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berkaitan dengan konsumsi ikan di Indonesia.Penelitian dilakukan bulan Juni sampai September 2012 di Bogor, Jawa Barat.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berupa data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian

No Jenis Data Tahun Sumber

1 Konsumsi ikan berdasarkan

kelompok ikan segar 2005-2011 SUSENAS, BPS 2

Konsumsi Ikan ikan

berdasarkan kelompok ikan olahan 2005-2011 SUSENAS, BPS 3 Konsumsi ikan berdasarkan kelompok makanan jadi 2005-2011 SUSENAS, BPS 4 Penduduk 2005-2011 BPS 2013-2015 BAPPENAS

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excell. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menunjukkan keragaan konsumsi ikan, konsumsi ikan aktual berdasarkan karakteristik wilayah (perkotaan atau pedesaan), serta konsumsi ikan aktual berdasarkan kelompok pengeluaran.Analisis konsumsi ikan ideal dilakukan secara deskriptif berdasarkan kontribusi konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi pangan hewani sesuai dengan AKE. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Pengolahan dan analisis data

Tujuan Pengolahan Data Analisis Data

1 a. Menghitung konsumsi energi dan protein aktual dari ikan sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional

a. Analisis konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (Kal/kap/hari). b. Analisis konsumsi protein dari

ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (g/kap/hari).

Tabel 3 (lanjutan)

Tujuan Pengolahan Data Analisis Data

b. Menghitung konsumsi ikan aktual sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional

a. Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (kg/kapita/tahun) b. Analisis laju pertumbuhan

konsumsi ikan berdasarkan wilayah Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (kg/kapita/tahun).

2 a. Menghitung konsumsi ikan aktual sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran.

a. Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun)

b. Analisis laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun). 3 a. Menghitung kebutuhan konsumsi

ikan ideal.

a. Analisis sasaran konsumsi ikan tahun 2013-2015 (kg/kapita/tahun).

b. Analisis sasaran kebutuhan ikan untuk dikonsumsi tahun 2013-2015 (ton/tahun).

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut.

1. Data konsumsi ikan SUSENAS diolah berdasarkan faktor konversi ikan menjadi bentuk ikan segar. Jenis ikan yang dihitung pada SUSENAS adalah 32 jenis (lampiran 1) dan berdasarkan hasil kajian tim IPB-KKP jenis ikan yang dihitung ditambahkan dengan konsumsi ikan dari terasi, kerupuk, ikan (goreng, bakar, pindang, pepes, dsb), dan nasi rames. Jenis ikan yang dihitung dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi ikan segar, ikan olahan dan makanan jadi (Tabel 4). Kelompok ikan segar adalah kelompok ikan hasil produksi perikanan dalam bentuk mentah, terdiri dari berbagai jenis ikan yang tercatat dalam SUSENAS. Kelompok ikan olahan adalah kelompok ikan yang telah mengalami pengolahan baik dalam skala rumah tangga maupun industry, terdiri dari berbagai jenis ikan awetan serta terasi dan kerupuk. Kelompok makanan jadi adalah kelompok ikan yang dapat langsung dikonsumsi, berupa ikan segar maupun ikan olahan yang telah siap saji, terdiri dari ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) dan nasi campur/rames.

Tabel4 Kategori jenis ikan

Kelompok ikan Jenis ikan

1. Ikan segar Ekor kuning

Tongkol/tuna/cakalang Tenggiri Selar Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lele Kakap Baronang

Ikan segar lainnya Udang

Cumi-cumi/sotong Ketam/kepiting/rajungan Kerang/siput

Udang dan hewan air segar lainnya 2. Ikan olahan Kembung/peda awetan

Tenggiri awetan Tongkol/tuna/cakalang awetan Teri awetan Selar awetan Sepat awetan Bandeng awetan Gabus awetan Ikan dalam kaleng Ikan awetan lainnya Udang (ebi)

Cumi-cumi/sotong awetan

Udang dan hewan air awetan lainnya Terasi

Kerupuk

3. Makanan jadi Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) Nasi campur/rames

Pengolahan data konsumsi ikan dari berdasarkan SUSENAS menjadi konsumsi setara ikan segar dilakukan menggunakan faktor konversi. Faktor konversi yang digunakan adalah faktor konversi untuk ikan olahan dan makanan jadi (Tabel 5).

Tabel 5 Faktor konversi ikan olahan dan makanan jadi ke bentuk ikan segar

No Jenis Ikan Faktor Konversi ke Ikan Segar

1 Kembung/peda awetan 2.0

2 Tenggiri awetan 2.0

3 Tongkol/tuna/cakalang awetan 2.0

4 Teri awetan 2.0

6 Sepat awetan 2.0

7 Bandeng awetan 2.0

8 Gabus awetan 1.7

9 Ikan dalam kaleng 1.7 10 Ikan awetan lainnya 2.0

Tabel 5 (lanjutan)

No Jenis Ikan Faktor Konversi ke Ikan Segar

11 Udang (ebi) 1.7

12 Cumi-cumi/sotong awetan 2.5 13 Udang dan hewan air awetan lainnya 1.7

14 Terasi 2.01)

15 Kerupuk 0.12)

16 Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) 1.593) 17 Nasi campur/rames 0.124) Sumber : NBM, Tim IPB-KKP

Keterangan:

1)

konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah

2)

konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah x % penduduk pulau Jawa

3)

konversi berdasarkan Daftar Mentah Masak (DMM) 1.24 x Berat Dapat Dimakan (BDD) 78%

4)

konversi berdasarkan asumsi ikan =1/5 dari lauk dalam nasi campur x 1/3 dari total nasi campur X konversi DMM (1.24) x BDD (78%)

Perhitungan konsumsi ikan aktual dalam penelitian ini menggunakan

metode perhitungan hasil kajian bersama

Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Setelah dilakukan konversi ke bentuk ikan segar, dilakukan perhitungan konsumsi tidak tercatat. Konsumsi tidak tercatat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Konsumsi tidak tercatat diperlukan karena angka konsumsi yang tercantum dalam SUSENAS diduga belum mencakup konsumsi keseluruhan. Angka konversi tak tercatat 17% diperoleh dari persentase penggunaan ikan pada industri pengolahan ikan terhadap konsumsi setara ikan segar dibandingkan dengan persentase konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk terhadap konsumsi setara ikan segar. Konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk digunakan sebagai pembanding karena keduanya mewakili jenis ikan hasil olahan industri. Penggunaan ikan pada industri rata-rata mencapai 4,63 kg/kapita/tahun (20,81% dari konsumsi setara ikan segar) sedangkan konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk rata-rata adalah 0,95 kg/kapita/tahun (4,28% dari konsumsi setara ikan segar). Terdapat selisih yang cukup besar antara penggunaan ikan untuk industri dengan konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk sehingga diperoleh angka koreksi konsumsi tidak tercatat sebesar 17%. Angka koreksi ini dapat digunakan untuk perhitungan konsumsi ikan pada tahun-tahun berikutnya. Total konsumsi ikan

dihitung berdasarkan penjumlahan konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

KIA = Konsumsi ikan aktual (kg/kap/tahun) KsIS = Konsumsi setara ikan segar (kg/kap/tahun) KTt = Konsumsi tidak tercatat (kg/kap/tahun)

2. Konsumsi ikan aktual masyarakat diolah berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan serta berdasarkan golongan pengeluaran. Data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi ikan hasil koreksi pada langkah pertama. Golongan pengeluaran yang digunakan adalah golongan pengeluaran berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 seperti Tabel 6.

Tabel 6 Golongan pengeluaran berdasarkan SUSENAS

Gol Jumlah pengeluaran (ribu rupiah/kap/bulan )

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 < 60 < 60 < 100 < 100 < 100 < 100 < 100 2 60–79 60–79 100–149 100–149 100–149 100–149 100–149 4 100–149 100–149 200–299 200–299 200–299 200–299 200–299 5 150–199 150–199 300–499 300–499 300–499 300–499 300–499 6 200–299 200–299 500–749 500–749 500–749 500–749 500–749 7 300–499 300–499 750–999 750–999 750–999 750–999 750–999 8 > 500 > 500 > 1000 > 1000 > 1000 > 1000 > 1000 Sumber : SUSENAS 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran dapat menunjukkan konsumsi ikan sesuai tingkat kemiskinan baik di pedesaan maupun perkotaan.Garis kemiskinan berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotan adalah pada Tabel 7.

Tabel 7 Garis kemiskinan berdasarkan wilayah (2005-2011)

Tahun Garis kemiskinan (Rp) Kota Desa 2005 150.799 117.259 2006 174.290 130.584 2007 187.942 146.837 2008 204.896 161.831 2009 222.123 179.835 2010 232.989 192.354 2011 253.016 213.395 Sumber : BPS (2012)

3. Perhitungan konsumsi ikan ideal (kg/kap/tahun) berdasarkan persentase konsumsi pangan hewani. Konsumsi pangan hewani diperoleh dari data SUSENAS. Konsumsi ikan ideal dihitung dengan dasar pendekatan PPH

yaitu kebutuhan energi dari sumber protein hewani adalah 12% dari kebutuhan energi harian 2000 Kal (WNPG 2004). Langkah-langkah perhitungan konsumsi ikan ideal adalah sebagai berikut:

- Menghitung komposisi konsumsi ikan terhadap konsumsi pangan hewani sesuai kandungan energi dan protein dengan rumus sebagai berikut.

- Menghitung komposisi ideal masing-masing pangan hewani berdasarkan kebutuhan energi untuk total konsumsi pangan hewani dengan rumus sebagai berikut.

Untuk menghitung konsumsi ikan ideal per hari dalam satuan gram ikan, digunakan acuan dari kandungan energi dan protein rata-rata seluruh jenis ikan.

- Menghitung konsumsi ikan ideal (kg/kap/tahun) dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

KI(h) = Konsumsi ikan ideal per hari (g/kap/hari) KI(t) = Konsumsi ikan ideal per tahun (kg/kap/tahun)

- Perhitungan sasaran atau proyeksi konsumsi ikan untuk tahun-tahun berikutnya adalah sebagai berikut.

Keterangan :

KIn = konsumsi ikan tahun ke-n (kg/kapita/tahun) KId = konsumsi ikan pada tahun dasar

KIs = konsumsi ikan tahun sasaran (konsumsi ideal) KId = konsumsi ikan tahun dasar

tn = tahun ke-n td = tahun dasar ts = tahun sasaran

- Perhitungan kebutuhan ikan untuk dikonsumsi (ton/tahun) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut.

- Perhitungan tingkat kecukupan protein ikan dari konsumsi ikan aktual adalah sebagai berikut.

Keterangan:

%TKP = tingkat kecukupan protein ikan

KpIA = konsumsi protein ikan aktual (g/kap/hari) AKPi = angka kecukupan protein ideal (g/kap/hari)

Definisi Operasional

Ikan adalah salah satu jenis pangan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, terdiri dari kelompok ikan segar, ikan olahan dan makanan jadi.

Konsumsi ikan adalah sejumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan survey yang dilakukan SUSENAS yang telah dikonversi menjadi setara ikan segar dalam bentuk energi dan protein dengan satuan Kal/kap/hari dan g/kap/hari

Konsumsi ikan aktual adalah jumlah konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat yang dihitung dengan satuan kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan ideal adalah jumlah ikan yang seharusnya dikonsumsi

masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan energi dari ikan berdasarkan perhitungan PPH yaitu kebutuhan pangan hewani sebesar 12% AKE dalam rangka mencapai standar pelayanan minimal (SPM).

Kebutuhan ikan ideal adalah jumah ikan yang dibutuhkan untuk dikonsumsi suaya dapat memenuhi konsumsi ikan ideal, dihitung berdasarkan satuan ton/tahun.

Golongan pengeluaran adalah kategori jumlah pengeluaran masyarakat berdasarkan SUSENAS seperti Tabel 6.

Pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Dokumen terkait