• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Bogor merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT sampai 106°51’00”BT dan 6°30’30”LS sampai 6°41’00”LS. Kedudukan geografis Kota Bogor ini berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut, kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah 21.8°C dengan suhu tertinggi 30.4°C, serta kelembaban udara 70%. Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3 500 mm sampai 4 000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.

Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11 850 Ha. Batas administrasi yaitu sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Kota Bogor lokasinya sangat dekat dengan Ibukota, Jakarta, yaitu sekitar 56 km. Kota Bogor merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk perdagangan, transportasi, industri, komunikasi, serta pariwisata. Populasi penduduk pada tahun 2010 di Kota Bogor adalah 950 334 jiwa dengan kepadatan penduduk 8 019,7 jiwa/km² (www.kotabogor.go.id 2012).

Kabupaten Bogor memiliki letak geografis berada pada koordinat 106°23’45”BT sampai 107°13’30”BT dan 6°18”LS sampai 6°47’10”LS. Luas wilayah Kabupaten Bogor yaitu 298 838 304 Ha, memiliki pusat pemerintahan di Cibinong. Batas administrasi Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kab/Kota Bekasi dan Kota Depok. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Batas bagian Tengah yaitu Kota Bogor, dan luas wilayah Kabupaten Bogor yaitu 2 071.21 km². Populasi penduduk pada tahun 2010 di Kabupaten Bogor adalah 4 771 932 jiwa dengan Kepadatan penduduk 2 303,93 jiwa/km2 (www.bogorkab.go.id 2012).

Remaja contoh yang diteliti merupakan remaja usia 16-18 tahun yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu pada kelas sebelas (XI). Lokasi penelitian dipilih secara purposif yaitu di SMA Negeri 3 Bogor dan SMA Negeri 1 Leuwiliang. Kedua sekolah merupakan sekolah favorit dan memiliki reputasi yang baik di masyarakat. SMA Negeri 3 Bogor merupakan sekolah unggulan dan seiring perkembangannya sekolah ini dipercaya Pemda Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk melaksanakan program akselerasi serta masih berkembang menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sementara SMA Negeri 1 Leuwiliang juga merupakan sekolah yang diunggulkan dan memiliki akreditasi A.

Menurut letak sekolah, SMA Negeri 3 Bogor berada di pusat Kota Bogor, dengan fasilitas angkutan umum kota yang lebih banyak sehingga akses menuju sekolah lebih mudah, dekat dengan pusat perbelanjaan serta lebih dekat dengan beberapa mall besar di Kota Bogor. SMA Negeri 1 Leuwiliang terletak lebih jauh dari kota. Letaknya juga lebih jauh dari pusat perbelanjaan dan mall, serta terletak di tepi jalan antar kabupaten atau lintasan jalan provinsi.

Perbedaan yang dapat dilihat dari fasilitas sekolah yaitu SMA Negeri 3 Bogor memiliki fasilitas kelas untuk kegiatan belajar-mengajar berpendingin ruangan, serta fasilitas pendukung seperti kantin sekolah yang dikelola pihak sekolah, musollah dan kamar mandi yang bersih. Fasilitas ruangan untuk kegiatan belajar-mengajar di SMA Negeri 1 Leuwiliang seperti kebanyakan sekolah lainnya, tidak memiliki pendingin ruangan. Fasilitas pendukung sudah ada namun masih terus mengalami perkembangan.

Peraturan sekolah terkait penggunaan barang pribadi terlihat berbeda. Siswa-siswi di SMA Negeri 3 Bogor diperbolehkan membawa barang pribadi seperti komputer jinjing dan telepon pintar (smart phone), serta menggunakan secara bebas di lingkungan sekolah. Siswa-siswi di SMA Negeri 1 Leuwiliang lebih dibatasi dalam membawa dan menggunakan barang pribadi.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga remaja contoh terdiri dari besar keluarga yaitu jumlah saudara, pendapatan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, serta status pekerjaan ayah dan ibu. Jumlah saudara atau dalam hal ini jumlah anak yang ada di dalam satu keluarga berhubungan dengan lokasi tempat tinggal (r= -0.401, P=0.000). Keluarga remaja contoh yang tinggal di pedesaan punya banyak anak dan ada yang tergolong keluarga besar (15%). Keluarga remaja contoh yang tinggal di perkotaan tidak ada yang tergolong keluarga besar. Sebagian besar (60%) keluarga remaja contoh memiliki saudara tiga sampai lima orang.

Pendapatan ayah berhubungan dengan lokasi tempat tinggal (r=0.469, P=0.000). Distribusi terbanyak pendapatan ayah dari remaja contoh yang tinggal di perkotaan adalah 37.5% memiliki pendapatan lebih dari lima juta per bulan. Distribusi terbanyak pendapatan ayah dari remaja contoh di pedesaan adalah 47.5% memiliki pendapatan satu sampai tiga juta per bulan. Distribusi terbanyak dari seluruh remaja contoh pada pendapatan ayah adalah satu sampai tiga juta per bulan sebanyak 38.8%. Pendapatan ibu berhubungan dengan tempat tinggal (r=0.326, P=0.000). Pendapatan ibu dari remaja contoh di perkotaan adalah 20% memiliki pendapatan lebih dari lima juta per bulan dan 30% memiliki pendapatan satu sampai tiga juta per bulan. Pendapatan ibu dari remaja contoh di pedesaan adalah 10% memiliki pendapatan satu sampai tiga juta per bulan.

Pendidikan ayah berhubungan dengan tempat tinggal (r=0.536, P=0.000). Distribusi terbanyak pendidikan ayah dari remaja contoh di perkotaan adalah 85% yaitu berpendidikan diploma dan sarjana. Distribusi terbanyak pendidikan ayah dari remaja contoh di pedesaan adalah 30% yaitu lulus SMA. Pendidikan ibu juga berhubungan dengan tempat tinggal (r=0.546, P=0.000). Distribusi terbanyak pendidikan ibu dari remaja contoh di perkotaan adalah 70% yaitu berpendidikan diploma dan sarjana. Distribusi terbanyak pendidikan ibu dari remaja contoh yang

tinggal di pedesaan adalah 35% yaitu lulus SMA. Distribusi terbanyak urutan kedua untuk pendidikan ibu dari remaja contoh yang tinggal di pedesaan adalah lulus SD sebesar 25%. Distribusi karakteristik keluarga remaja contoh selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi karakteristik keluarga remaja contoh

Karakteristik SMA Negeri 1 Leuwiliang SMA Negeri 3 Bogor Total n % n % n % Jumlah saudara Kecil (1-2 orang) 7 18 19 48 26 33 Sedang (3-5 orang) 27 68 21 53 48 60 Besar (>5 orang) 6 15 0 0 6 8 Total 40 100 40 100 80 100 Pendapatan ayah Meninggal dunia 2 5 0 0 2 3 <200rb 1 3 1 3 2 3 200rb-500rb 1 3 1 3 2 3 500rb-1jt 10 25 1 3 11 14 1jt-3jt 19 48 12 30 31 39 3jt-5jt 7 18 10 25 17 21 >5jt 0 0 15 38 15 19 Total 40 100 40 100 80 100 Pendapatan ibu Meninggal dunia 1 3 1 3 2 3 <200rb 26 65 17 43 43 54 200rb-500rb 3 8 0 0 3 4 500rb-1jt 3 8 0 0 3 4 1jt-3jt 4 10 12 30 16 20 3jt-5jt 3 8 8 20 11 14 >5jt 0 0 2 5 2 3 Total 40 100 40 100 80 100 Pendidikan ayah Meninggal dunia 2 5 0 0 2 3 Tidak lulus SD 1 3 0 0 1 1 Lulus SD 7 18 1 3 8 10 Lulus SMP 9 23 0 0 9 11 Lulus SMA 12 30 5 13 17 21 Lulus D1, D3, S1 9 23 34 85 43 54 Total 40 100 40 100 80 100 Pendidikan ibu Meninggal dunia 1 3 0 0 1 1 Tidak lulus SD 2 5 0 0 2 3 Lulus SD 10 25 0 0 10 13 Tidak lulus SMP 1 3 0 0 1 1 Lulus SMP 4 10 1 3 5 6 Lulus SMA 14 35 11 28 25 31 Lulus D1, D3, S1 8 20 28 70 36 45 Total 40 100 40 100 80 100

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Hal ini disebabkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih baik bila pada orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Distribusi pekerjaan ayah dan ibu dari remaja contoh selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi jenis pekerjaan orangtua remaja contoh

Karakteristik SMA Negeri 1 Leuwiliang SMA Negeri 3 Bogor Total n % n % n % Pekerjaan ayah Meninggal dunia 2 5 0 0 2 3 Tidak bekerja 1 3 2 5 3 4

Petani atau buruh 1 3 0 0 1 1 Wirausaha atau dagang 18 45 7 18 25 31

TNI atau POLRI 3 8 0 0 3 4

PNS atau swasta 15 38 31 78 46 58

Total 40 100 40 100 80 100

Pekerjaan ibu

Meninggal dunia 1 3 1 3 2 3

Tidak bekerja 27 68 18 45 45 56 Petani atau buruh 0 0 0 0 0 0 Wirausaha atau dagang 6 15 3 8 9 11

TNI atau POLRI 0 0 0 0 0 0

PNS atau swasta 6 15 18 45 24 30

Total 40 100 40 100 80 100

Pekerjaan ayah berhubungan dengan tempat tinggal (r=0.328, P=0.000). Distribusi terbanyak pekerjaan ayah dari remaja contoh di perkotaan adalah 77.5% sebagai pegawai negeri atau swasta. Distribusi terbanyak pekerjaan ayah dari remaja contoh di pedesaan adalah 45% sebagai wirausahawan atau pedagang. Pekerjaan ibu juga berhubungan dengan tempat tinggal (r=0.288, P=0.000). Kebanyakan ibu dari remaja contoh (56.3%) tidak bekerja. Distribusi urutan kedua terbanyak untuk pekerjaan ibu dari remaja contoh adalah ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta (30%) dan sebagai wirausahawan atau pedagang (11.3%). Dengan adanya ibu yang tidak bekerja inilah yang menyebabkan distribusi terbanyak pendapatan ibu pada Tabel 2 adalah rendah (53.8%).

Hubungan antar variabel karakteristik keluarga terjadi antara tingkat pendidikan ayah dengan jenis pekerjaan ayah (r=0.610, P=0.000), tingkat pendidikan ayah dengan besar pendapatan ayah (r=0.612, P=0.000) dan antara jenis pekerjaan ayah dengan besar pendapatan ayah (r=0.620, P=0.000). Hubungan yang kuat ini menunjukkan bahwa seiring dengan tingginya pendidikan ayah maka peluang kerja meningkat dan meningkatkan pula pendapatan ayah. Hubungan seperti ini juga terjadi pada ibu, yaitu terjadi antara tingkat pendidikan ibu dengan jenis pekerjaan ibu (r=0.417, P=0.000), tingkat pendidikan ibu dengan besar pendapatan ibu (r=0.439, P=0.000) dan antara jenis pekerjaan ibu dengan besar pendapatan ibu (r=0.872, P=0.000). Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan jenis pekerjaan dan pendapatan ibu tidak kuat, hal ini disebabkan banyak ibu yang walaupun memiliki tingkat pendidikan tinggi namun tidak bekerja.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu remaja contoh terdiri dari status kesehatan, kebiasaan makan, pengetahuan gizi, pemanfaatan media, pertemanan dan aktivitas dalam sehari. Distribusi karakteristik individu dari remaja contoh selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Distribusi karakteristik individu remaja contoh

SMA Negeri 1 Leuwiliang SMA Negeri 3 Bogor Total L P L P L P n % n % n % n % n % n % Kesehatan Sehat 18 90 18 90 20 100 18 90 38 95 36 90 Tidak sehat 2 10 2 10 0 0 2 10 2 5 4 10 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Kebiasaan makan Rendah 0 0 1 5 1 5 0 0 1 3 1 3 Sedang 20 100 19 95 15 75 15 75 35 88 34 85 Tinggi 0 0 0 0 4 20 5 25 4 10 5 13 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Pengetahuan gizi Kurang 2 10 2 10 1 5 0 0 3 8 2 5 Sedang 12 60 10 50 8 40 7 35 20 50 17 43 Baik 6 30 8 40 11 55 13 65 17 43 21 53 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Pemanfaatan media Kurang 0 0 0 0 1 5 0 0 1 3 0 0 Sedang 18 90 19 95 16 80 19 95 34 85 38 95 Baik 2 10 1 5 3 15 1 5 5 13 2 5 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Intensitas pertemanan Kurang 2 10 2 10 0 0 2 10 2 5 4 10 Sedang 18 90 18 90 20 100 18 90 38 95 36 90 Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Aktivitas dalam sehari Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sedang 6 30 7 35 5 25 5 25 11 23 12 30 Baik 14 70 13 65 15 75 15 75 29 73 28 70 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100

Status kesehatan diperoleh dengan menanyakan lima jenis penyakit yang sedang atau pernah di derita remaja contoh. Jenis penyakit yang ditanyakan adalah jenis penyakit yang sering diderita remaja. Mayoritas atau lebih dari 90% remaja contoh sehat. Penyakit yang banyak di derita remaja contoh yaitu sekitar 36% adalah maag. Menurut Hurlock (2002) pada remaja pertumbuhan yang pesat dan perubahan-perubahan tubuh cenderung disertai kelelahan, kelesuan dan gejala- gejala buruk lainnya. Sering terjadi gangguan pencernaan dan nafsu makan kurang baik. Remaja sering terganggu oleh perubahan-perubahan kelenjar, ukuran dan posisi organ-organ internal. Perubahan ini menggangu fungsi pencernaan yang normal. Anemia sering terjadi pada masa ini bukan karena adanya perubahan kimiawi darah, namun karena kebiasaan makan yang tidak menentu.

Kebiasaan makan remaja contoh berhubungan dengan lokasi tempat tinggal (r=0.425, P=0.000), remaja contoh di perkotaan memiliki kebiasaan makan yang baik dan remaja contoh di pedesaan kurang baik. Kebiasaan itu sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang mengutarakan bagaimana remaja contoh memenuhi kebutuhan akan makan dan pemilihan makanan. Sebagian besar remaja contoh (67.5%) makan sebanyak tiga kali sehari dan sebanyak 23.8% remaja contoh makan dua kali sehari. Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari untuk menghindarkan kekosongan lambung. Dalam penelitian ini remaja contoh memiliki frekuensi makan yang baik, namun beberapa remaja contoh tidak teratur makan.

Waktu makan yang sering remaja contoh lewatkan adalah makan siang sebab kesibukan kegiatan sekolah. Hanya satu remaja contoh yang menyatakan melewatkan makan malam kerena takut gemuk, remaja contoh lain menyatakan melewatkan makan sebab terlalu letih atau malas untuk makan dan bukan alasan untuk membatasi kalori. Hal ini telah disampaikan sebelumnya oleh Hurlock (2002) mengenai gangguan fungsi pencernaan yang berubah dari keadaan normal sehingga memengaruhi nafsu makan.

Remaja contoh juga memiliki kebiasaan mengonsumsi cemilan yaitu lima kali dalam seminggu. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu makanan snack yang gurih, gorengan dan kue manis yang dikonsumsi bersama dengan susu kemasan atau jus buah. Remaja contoh beranggapan bahwa makan cemilan dengan tambahan minum susu atau jus sudah cukup mengenyangkan sehingga frekuensi makan dalam sehari menjadi kurang. Kelishadi et al. (2007) menyatakan bahwa buah, sayur, produk susu dan cemilan (asin, berlemak atau manis) banyak dikonsumsi anak-anak maupun remaja, sebanyak dua kali sehari.

Hal lain yang ditemukan adalah sebanyak 7.5% remaja contoh tidak pernah sarapan sebelum berangkat sekolah, dan ini disebabkan mereka tidak dibiasakan untuk sarapan sejak kecil, bukan karena alasan mengurangi kalori. Pada penelitian ini, sebanyak 42.5% remaja contoh menyempatkan untuk sarapan setiap hari dan selebihnya mengaku sarapan bila memiliki kesempatan. Remaja contoh laki-laki lebih banyak yang sarapan setiap hari sedangkan remaja contoh perempuan perempuan lebih sering melewatkan waktu sarapannya, namun kebiasaan baik yang dimiliki remaja contoh perempuan yaitu mengonsumsi lebih beragam makanan dibandingkan remaja contoh laki-laki. Alasan yang paling banyak dikemukakan oleh remaja contoh bila tidak sarapan adalah jika terburu- buru untuk sekolah yang dilaksanakan mulai pukul tujuh pagi, juga kendala macet

serta jarak tempat tinggal menjadi alasan meninggalkan sarapan. Sarapan tidak dihindari karena ingin mengurangi asupan kalori.

Kebiasaan yang dapat dipanuti adalah sebanyak 12.5% remaja contoh membawa bekal ke sekolah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mereka sempat makan disaat jam istirahat. Remaja contoh juga makan anekaragam sayur dan buah serta jenis pangan lainnya. Mereka tidak memilih makanan tertentu, namun keadaan ini lebih baik bila didukung dengan penganekaragaman dan ketersediaan pangan di Bogor.

Pengetahuan gizi remaja contoh diukur dari besar total nilai yang diperoleh dari hasil menjawab pertanyaan. Pengetahuan gizi berhubungan dengan lokasi tempat tinggal (r=0.252, P=0.001), remaja contoh di perkotaan memiliki pengetahuan gizi yang tinggi, dan remaja contoh di pedesaan relatif rendah. Sebanyak 60% remaja contoh di perkotaan memiliki pengetahuan gizi baik dan hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami gizi. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal atau non formal dan dapat menggambarkan bahwa remaja contoh yang berada di perkotaan tinggkat kepeduliannya terhadap masalah gizi lebih tinggi sehingga lebih banyak mengetahui tentang gizi, dan hal ini juga menunjukkan bahwa di sekitar remaja contoh di perkotaan lebih banyak yang peduli terhadap gizi.

Pemanfaatan media massa oleh remaja contoh tidak berhubungan dengan lokasi tempat tinggal, namun lebih tinggi pemanfaatannya di perkotaan. Hal ini menunjukkan baik di perkotaan maupun di pedesaan menggunakan media massa yang sama dan fasilitasnya dengan baik. Remaja contoh banyak menggunakan internet, televisi dan koran sebagai media massa untuk memperoleh informasi. Televisi merupakan perangkat elektronik yang saat ini sudah dimiliki hampir seluruh masyarakat, sehingga wajar bila remaja contoh menjadikan televisi sebagai media massa untuk mendapatkan informasi. Media massa yang berkembang saat ini adalah internet. Internet lebih dipilih sebab mudah diakses melalui telepon pintar (smart phone), warnet atau modem dengan tarif yang terjangkau, sedangkan media massa koran sudah mulai ditinggalkan namun masih banyak yang menggunakannya. Televisi dianggap memberikan tontonan yang baik dan dapat ditiru gaya hidupnya. Remaja contoh mempergunakan internet untuk mencari informasi yang masih berhubungan dengan pelajaran dan tugas sekolah, untuk hiburan, serta bersosial melalui jejaring sosial.

Pemanfaatan media massa pada remaja contoh tidak berhubungan dengan status gizi, namun dari peneliti yang lain, terdapat pengaruh antara media massa dengan status gizi. Menurut van den Berg et al. (2007) peningkatan keinginan untuk menurunkan berat badan pada remaja perempuan dipengaruhi oleh peningkatan frekuensi membaca majalah yang berisi artikel yang menganggap penting untuk menjaga berat badan dan indeks masa tubuh. Remaja perempuan yang membaca majalah yang berisi artikel tentang diet dan penurunan berat badan dua kali lebih besar meningkatkan praktik penurunan berat badan yang tidak sehat (seperti berpuasa, melewatkan waktu makan, dan merokok) daripada remaja yang tidak membaca majalah. McCabe et al. (2005) menyatakan, remaja perempuan lebih tidak puas dengan berat badannya dibandingkan dengan remaja laki-laki dan berupaya untuk menurunkan berat badannya.

Intensitas pertemanan tidak berhubungan dengan lokasi tempat tinggal. Kegiatan pertemanan yang dilakukan remaja contoh kurang. Walaupun jumlah

teman yang dimiliki remaja contoh sudah banyak dan 90% memiliki teman yang bukan dari lingkungan sekolah, namun mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Sebanyak 24% remaja contoh berkumpul dengan teman-temannya di mall dan tempat bersantai lainnya, 37% di lingkungan sekolah dan 49% remaja contoh lebih senang berada di rumah.

Remaja contoh senang melakukan kegiatan yang sifatnya mencari kesenangan (70%), namun ada juga yang berkumpul untuk belajar kelompok (56%). Selain belajar bersama, kegiatan berkumpul dilakukan karena memiliki hobi yang sama (57%) dan memiliki komunitas tersendiri. Kegiatan yang sering dilakukan selama berkumpul adalah makan, bermain dan sekedar berjalan-jalan. Remaja contoh lebih nyaman berpakaian sesuai dengan teman-temannya (78%), namun belum tentu mengikuti saran teman-temannya (49%). Remaja contoh juga tidak merasa bahwa teman memiliki pengaruh besar dalam hidupnya (20%). Dari paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja contoh masih mempertimbangkan kegiatan yang dikakukan bersama teman-temannya dan mempertimbangkan saran serta perkataan dari teman-temannya, tidak sekedar mengikuti.

Aktivitas dalam sehari tidak berhubungan dengan lokasi tempat tinggal. Aktivitas yang remaja contoh sering lakukan yaitu sekolah, kegiatan ekstrakulikuler, belajar dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pelajaran. Aktivitas saat hari libur sebagian besar dimanfaatkan untuk tidur lebih lama dan bersantai. Sebagian besar waktu yang digunakan adalah untuk melakukan aktivitas sedang. Aktivitas fisik yang dilakukan remaja contoh tergolong baik. Remaja contoh sudah baik dalam aktivitas fisik, sebab remaja contoh melakukan olahraga disaat hari sekolah (76%) dan tetap melakukan olahraga saat libur (80%). Remaja contoh yang tidak berolahraga ada 20% perempuan dan 5% laki-laki. Remaja pada periode ini banyak yang mengurangi aktivitas fisiknya. Mereka lebih senang melakukan kegiatan ringan. Disarankan bagi remaja usia sekolah untuk tetap melakukan aktivitas olahraga yang memadai, yaitu 60 menit per hari (Akman et al. 2010).

Hubungan antar variabel karakteristik individu terjadi antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan (r=0.315, P=0.000) dan antara pengetahuan gizi dengan aktivitas dalam sehari (r=0.314, P=0.000). Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi maka kebiasaan makan dan aktivitas dalam sehari juga membaik. Pengetahuan gizi mempunyai peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu dengan bertambahnya tingkat pengetahuan gizi seseorang maka akan mempengaruhi sikap dan perilaku, remaja contoh yang mengetahui gizi menuntut adanya aktivitas olahraga, maka secara sadar untuk berolahraga secara rutin.

Variabel karakeristik individu lainnya yang berhubungan yaitu intensitas pertemanan dengan pemanfaatan media (r=0.316, P=0.000) dan antara intensitas pertemanan dengan aktivitas sehari (r=0.236, P=0.003). Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya intensitas pertemanan maka pemanfaatan media dan aktivitas dalam sehari juga meningkat. Dengan kegiatan berteman, tingkat keingintahuan dan pemikiran kritis lebih tinggi, sehingga dimungkinkan untuk mencari jawaban melalui media massa. Berteman juga meningkatkan aktivitas lain di luar jam pelajaran sehingga aktivitas dalam sehari meningkat.

Persepsi Diri dan Makanan

Persepsi remaja contoh yang diteliti meliputi persepsi terhadap diri dan persepsi terhadap makanan. Persepsi terhadap diri diukur dari penilaian remaja contoh terhadap bentuk tubuhnya yang dilihat dari gambar skala bentuk tubuh. Remaja contoh ditanyakan tentang penampilan dirinya dan juga penampilan teman sebayanya. Sebagian besar (75%) remaja contoh memiliki persepsi positif terhadap tubuh dan 25% negatif. Distribusi persepsi dari remaja contoh selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi remaja contoh terhadap persepsi diri dan makanan

SMA Negeri 1 Leuwiliang SMA Negeri 3 Bogor Total L P L P L P n % n % n % n % n % n % Persepsi diri Positif 13 65 15 75 17 85 15 75 30 75 30 75 Negatif 7 35 5 25 3 15 5 25 10 25 10 25 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100 Persepsi makanan Positif 13 65 12 60 13 65 13 65 26 65 25 63 Negatif 7 35 8 40 7 35 7 35 14 35 15 38 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 40 100 40 100

Persepsi diri positif atau negatif diperoleh dari hasil perbandingan antara gambar skala bentuk tubuh yang dipilih remaja contoh dengan hasil pengukuran status gizi (IMT/U) dan dinyatakan positif apabila pilihan gambar sesuai dengan status gizinya. Persepsi negatif yang terjadi pada remaja contoh menunjukkan bahwa ada yang tidak nyaman dengan penampilan tubuhnya saat ini. Hal ini sejalan dengan pernyataan O’Dea (2010) yaitu penampilan tubuh merupakan masalah bagi satu dari tiga remaja di Australia (32.3%). Body image atau citra tubuh merupakan gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan serta memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan atau rasakan terhadap ukuran tubuhnya. Konsep tubuh ideal berkembang melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan sosial. Hal ini menyebabkan dimensi mengenai bentuk tubuh ideal dapat berbeda antar budaya dan dari tiap waktu.

Remaja laki-laki menunjukkan penurunan dalam upaya untuk mengurangi berat badan dan berubah menjadi upaya meningkatkan otot tubuh, sedangkan pada remaja perempuan malah sebaliknya. Budaya sekitar remaja secara umum menilai bahwa remaja perempuan lebih cocok untuk mengurangi berat badan dan remaja laki-laki lebih cocok untuk mengembangkan otot tubuh. Nasihat orangtua, khususnya ayah, menjadi penyebab utama dari kedua alasan pada remaja laki-laki untuk mengurangi berat badan dan mengembangkan otot tubuh, pengaruh media dan sahabat laki-laki berperan kecil mempengaruhi pengambilan keputusan. Bagi remaja perempuan, penyebab utamanya adalah dari ibu dan sahabat perempuan, sedikit pengaruh dari ayah atau media (McCabe dan Ricciardelli 2005).

Remaja contoh juga ditanyai berbagai hal menyenai pendapatnya tentang keadaan dirinya dan tubuh teman-temannya. Hal ini perlu diungkapkan sebab masa remaja merupakan masa dimana individu lebih memperhatikan diri dan membandingkan dengan orang lain. Setengah dari remaja contoh (52.5%) menyatakan mengetahui tentang citra tubuh (body image). Berdasarkan distribusi

Dokumen terkait