• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Restoran Cepat Saj

Pizza Hut.

Pizza Hut adalah sebuah restoran berantai dan waralaba franchise makanan internasional yang berpusat di Addison, Texas, USA. Perusahaan ini didirikan tahun 1958 oleh dua mahasiswa, Dan dan Frank Carney dengan meminjam $600 dari ibu mereka untuk membuka toko pizza kecil di kampung halaman mereka di

Wichita, Kansas. Pada tahun 1977 Pizza Hut dibeli oleh PepsiCo, Inc. Pizza Hut

sekarang ini merupakan restoran pizza terbesar di dunia, dengan hampir 34 000 restoran, kios pengantaran-ambil ke luar di lebih dari 100 negara.

Pizza Hut hadir di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1984, dan merupakan restoran pizza pertama di Indonesia. Saat ini, Pizza Hut sudah dapat

ditemui mudah di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Pizza Hut mempunyai beberapa konsep restoran. Mulai dari restoran yang hanya bisa makan di tempat (Dine In) yang tidak mempunyai layanan pengantaran. RBD (Restaurant Based delivery) yang menyediakan layanan pengantaran, hingga pesan ambil (carry out).

Menu di Pizza Hut terbagi atas 3 jenis. Appetizer, Main dishes (pizza dan non pizza), serta Dessert. Untuk Appetizer atau makanan pembuka terdapat berbagai macam jenis salad dan makanan pembuka lainnya seperti; Garlic Tomato Bruschetta, Breadstick, Chicken Wings dan Garlic Bread. Untuk Main Dishes, Pizza Hut menjual dalam empat jenis ukuran antara lain personal, small, medium,

dan large.

Kentucky Fried Chicken (KFC).

PT Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta dan telah memperoleh kesuksesan. Kesuksesan outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota besar lain di Indonesia, antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Manado. Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia. Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990 dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya.

Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79.6% dengan pendistribusian 43.8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group dan 35.8% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group. Sementara saham minoritas (20.4%) didistribusikan kepada Publik dan Koperasi. Perseroan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Restaurants International (YRI), sebuah badan usaha milik Yum! Brands Inc, yaitu sebuah perusahaan publik di Amerika Serikat yang juga pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya, yakni Pizza Hut, Taco Bell, A&W dan Long John Silvers. Lima merek yang bernaung dibawah satu kepemilikan yang sama ini telah memproklamirkan Yum! Group sebagai fastfood chain terbesar dan terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama, sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multi-branding.

A&W (Allen & Wright).

Kios A&W rootbeer pertama kali diperkenalkan oleh Roy Allen, seorang pengusaha di Lodi, California pada bulan Juni 1919. Formula yang digunakannya sangat unik dan beraroma khas, yang merupakan paduan dari sari tumbuhan rempah-rempah dan beberapa campuran yang hingga kini masih dirahasiakannya. Formula unik itu didapatkan dari seorang ahli farmasi di Arizona. Sejak kesuksesan kios rootbeer pertamanya di Lodi, Roy Allen kemudian membuka kios rootbeer lainnya, salah satunya di dekat Sacramento, yang merupakan kios penjualan minuman yang menerapkan konsep „drive-in‟ pertama di dunia. Sejalan dengan perkembangan usahanya, pada tahun 1922 Allen mengajak Frank Wright, karyawannya di Lodi, California untuk menjadi rekan usahanya. Kemudian

muncul merek A&W, yang merupakan inisial dari dua nama mereka yakni „Allen

& Wright‟, dan nama minumannya menjadi A&Wrootbeer.

Penerapan logo A&W dilakukan sekitar tahun itu juga, dengan memasang logo A&W pada gelas mug-nya. Selama masa perkembangannya, A&W

mengalami beberapakali perubahan, baik perubahan kepemilikan perusahaan maupun logo yang dipergunakan. Logo pertama A&W semula berupa lingkaran donat, inisial A&W dan tulisan „ice cold rootbeer‟ didalamnya dengan anak panah yang tertancap tepat pada tengahnya. Versi logo ini ada beberapa, yakni hitam putih, hitam merah (1948, seringkali disebut red & black Bulls Eye) dan coklat

orange (1961, Brown & Orange Bulls Eye). Konsep penjualan yang dilakukan

A&W jug mengalami perubahan, dari yang semula merupakan kios drive-in untuk

rootbeer, menjadi restoran cepat saji. Kini setelah lebih dari 75 tahun, A&W

menjadi salah satu restoran cepat saji terbesar di dunia dengan minuman rootbeer

khasnya dan anak cabang restoran tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia.

McDonald’s (McD).

McDonald‟s pertama kali didirikan pada tahun 1937 oleh Richard & Maurice di Pasadena. Pertama kalinya restoran McDonald‟s masih memakai konsep Drive In, konsep ini terkenal pada saat itu. McDonald‟s memiliki logo yang berbentuk huruf M dan berwarna kuning. Logo ini dibuat agar lebih diingat oleh pengunjung dikarenakan simpel dan mudah diingat. Logo ini bernama The Golden Arch. Kesulitan yang dihadapi saat memiliki konsep drive in pada tahun 1955, membuat McDonald‟s mengubah konsep baru yaitu Fast Food.

Restoran ini menerapkan sistem waralaba dimana sudah memiliki perjanjian-perjanjian dan didistribusikan penjualannya secara langsung, jadi setiap toko memiliki produk yang dijual sama. Selain itu McDonald‟s juga menerapkan prosedur operasi standar (Standart Observation Checklist) yang dimana semuanya makanan yang dijual harus memiliki standar yang sama. McDonald‟s juga membuka Hamburger University pada tahun 1961 digunakan untuk pelatihan orang yang akan menjadi waralaba McDonald‟s.

McDonald‟s di Indonesia pertama kali tahun 1991. Indonesia adalah negara yang ke 70 yang memakai waralaba McDonald‟s. Pemilik McDonald‟s di Indonesia adalah H. Bambang N. Rahcmadi Msc MBA. Pemilik McDonald‟s

mengikuti training selama 1 tahun dan restoran McDonald‟s pertama kali didirikan di Sarinah Jakarta. Perkembangan yang sangat cepat. Saat ini

McDonald‟s memiliki ratusan restoran di seluruh Indonesia. Karakteristik Responden

Karakteristik konsumen keempat restoran cepat saji berlabel halal di Kota Bogor dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, domisili, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Responden laki-laki sebanyak 50 responden (50%) dan responden perempuan dengan jumlah sebanyak 50 responden (50%). Mayoritas responden berusia 20-30 tahun yaitu sebanyak 72 responden (72%). Sebanyak 79 responden (79%) mayoritas berdomisili di Bogor. Tingkat pendidikan S1 sebagai responden terbanyak sebanyak 52 responden (52%). Responden dengan jenis pekerjaan terbanyak yaitu pegawai swasta sebanyak 48 responden (48%). Mayoritas responden memiliki penghasilan yang berkisar antara Rp 3 Juta-Rp 5

Juta yaitu sebanyak 38 responden (38%). Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden berdasarkan jenis kelamin dipilih secara acak pada saat penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin responden sebagai berikut:

Tabel 3. Jenis Kelamin responden pada masing-masing restoran cepat saji Jenis

Kelamin

Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Laki-Laki 10 40% 9 36% 15 60% 16 64%

Perempuan 15 60% 16 64% 10 40% 9 36%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 3 perbandingan jenis kelamin responden pada masing- masing restoran cepat saji saat dilakukan penelitian memperlihatkan bahwa Pizza Hut dan KFC di dominasi oleh perempuan sebanyak 15 responden (60%) dan 16 responden (64%). Sedangkan A&W dan McD di dominasi oleh laki-laki sebanyak 15 responden (60%) dan 16 responden (64%). Jenis kelamin responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Jenis kelamin responden.

Pada Gambar 4 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki sebanyak 50 responden (50%) dan responden perempuan dengan jumlah sebanyak 50 responden (50%) dari total responden dalam penelitian ini.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Perbedaan usia antar responden akan menunjukkan bagaimana pola pikir dan sikap responden dalam melakukan keputusan pembelian atau selera dan tujuan reponden tersebut dalam melakukan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai usia responden sebagai berikut:

50%

50% Laki - Laki

Tabel 4. Usia responden pada masing-masing restoran cepat saji

Usia Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

<20 tahun 0 0% 4 16% 5 20% 3 12%

20-30 tahun 21 84% 16 64% 17 68% 18 72%

31-40 tahun 4 16% 5 20% 3 12% 4 16%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 4 perbandingan usia responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas responden berada di usia 20- 30 tahun yaitu, Pizza Hut sebanyak 21 responden (84%), KFC sebanyak 16 responden (64%), A&W sebanyak 17 responden (68%) dan McD sebanyak 18 responden (72%). Usia responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Usia responden

Pada Gambar 5 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa mayoritas usia responden berada pada usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 72 responden (72%). Sedangkan untuk responden berusia antara 31-40 tahun sebanyak 16 responden (16%) dan responden lainnya berusia <20 tahun sebanyak 12 responden (12%). Gambar 3 menunujukkan adanya distribusi usia yang beragam diantara responden. Ini menunjukkan bahwa makanan cepat saji merupakan makanan yang disukai berbagai macam golongan usia. Terkecuali usia >40 tahun yang sudah mulai mengurangi konsumsi makanan cepat saji untuk menjaga kesehatan.

Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili

Domisili merupakan asal dari tempat tinggal responden. Domisili responden ini berkaitan dengan jarak atau aksesibilitas responden terhadap lokasi restoran cepat saji. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai domisili responden sebagai berikut:

Tabel 5. Domisili responden pada masing-masing restoran cepat saji

Domisili Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Bogor 21 84% 17 68% 20 80% 21 84% Luar Bogor 4 16% 8 32% 5 20% 4 16% Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100% 12% 72% 16% <20 tahun 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun

Berdasarkan Tabel 5 perbandingan domisili responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas domisili responden berada Kota Bogor yaitu, Pizza Hut sebanyak 21 responden (84%), KFC sebanyak 17 responden (68%), A&W sebanyak 20 responden (80%) dan McD sebanyak 21 responden (84%). Domisili responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Domisili responden.

Pada Gambar 6 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa sebanyak 79 responden (79%) berdomisili di Bogor dan sebanyak 21 responden (21%) berdomisili diluar Bogor. Mayoritas responden berdomisili di Kota Bogor dikarenakan lokasi penelitian berada di Kota Bogor.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai tingkat pendidikan responden sebagai berikut:

Tabel 6. Tingkat pendidikan responden pada masing-masing restoran cepat saji Tingkat

Pendidikan

Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMA 5 20% 6 24% 5 20% 7 28%

D3 6 24% 3 12% 8 32% 4 16%

S1 12 48% 15 60% 12 48% 13 52%

S2 2 8% 1 4% 0 0% 1 4%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 6 perbandingan tingkat pendidikan responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah S1 yaitu, Pizza Hut sebanyak 12 responden (48%),

KFC sebanyak 15 responden (60%), A&W sebanyak 12 responden (48%) dan

McD sebanyak 13 responden (52%). Tingkat pendidikan responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 7.

79% 21%

Bogor

Gambar 7. Tingkat pendidikan responden.

Pada Gambar 7 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa menurut kelompok pendidikan, responden dengan kelompok tingkat pendidikan S1 sebagai responden terbanyak sebanyak 52 responden (52%). Responden kelompok tingkat pendidikan SMA sebanyak 23 responden (23%). Responden kelompok tingkat pendidikan D3 sebanyak 21 responden (21%). Untuk kelompok responden dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 4 responden (4%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Peneliti juga mengelompokkan jenis pekerjaan responden untuk memudahkan peneliti melihat macam-macam pekerjaan dari para responden. Hal ini juga berkaitan dengan waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai pekerjaan responden sebagai berikut:

Tabel 7. Pekerjaan responden pada masing-masing restoran cepat saji

Pekerjaan Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pelajar/Mahasiswa 2 8% 10 40% 6 24% 7 28% Pegawai Negri 6 24% 1 4% 2 8% 0 0% Pegawai Swasta 11 44% 11 44% 12 48% 14 56% Wiraswasta 5 20% 2 8% 4 16% 3 12% Lainnya 1 4% 1 4% 1 4% 1 4% Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 7 perbandingan pekerjaan responden pada masing- masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas pekerjaan responden sebagai pegawai swasta yaitu, Pizza Hut sebanyak 11 responden (44%), KFC

sebanyak 11 responden (44%), A&W sebanyak 12 responden (48%) dan McD

sebanyak 14 responden (56%). Pekerjaan responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8.

23% 21% 52% 4% SMA D3 S1 S2

Gambar 8. Jenis pekerjaan responden

Pada Gambar 8 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 48 responden (48%). Pelajar/mahasiswa sebanyak 25 responden (25%). Pegawai negeri sebanyak 9 responden (9%). Wiraswasta sebanyak 14 reponden (14%). Dan yang terakhir responden dengan jenis pekerjaan lainnya sebanyak 4 responden (4%). Pekerjaan yang dimiliki responden berkaitan dengan usia responden yang produktif dan memiliki tingkat kesibukan yang cukup padat serta menyukai makanan yang serba praktis.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Responden restoran cepat saji memiliki karakteristik jenis pekerjaan yang beragam, begitu juga dengan tingkat pendapatannya. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan rata-rata per bulan yang diterima oleh pengunjung. Untuk ibu rumah tangga, yang dimaksud dengan pendapatan pada penelitian ini adalah besarnya penghasilan yang diterima dari suami per bulan, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa adalah besarnya uang saku yang diterima tiap bulannya. Semakin besar pendapatan yang diterima seseorang, maka semakin besar pula daya beli seseorang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai pendapatan responden sebagai berikut:

Tabel 8. Pendapatan responden pada masing-masing restoran cepat saji

Pendapatan Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

<Rp 500 Ribu 1 4% 3 12% 0 0% 0 0% Rp 500 Ribu-Rp 1 Juta 0 0% 6 24% 3 12% 3 12% Rp 1 Juta- Rp 3 Juta 7 28% 6 24% 7 28% 10 40% Rp 3 Juta- Rp 5 Juta 7 28% 7 28% 14 56% 10 40% >Rp 5 Juta 10 40% 3 12% 1 4% 2 8% Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100% 25% 9% 48% 14% 4% Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negri Pegawai Swasta Wiraswasta Lainnya

Berdasarkan Tabel 8 perbandingan pendapatan responden pada masing- masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas pendapatan responden Pizza Hut sebanyak 10 responden (40%) yaitu >Rp 5 Juta. KFC

sebanyak 7 responden (28%) dan A&W sebanyak 14 responden (56%) mayoritas berpenghasilan Rp 3 Juta-Rp 5 Juta. Untuk responden McD mayoritas berpenghasilan Rp 1 Juta-Rp 3 Juta dan Rp 3 Juta-Rp 5 Juta sebanyak 10 responden (40%). Berdasarkan gambaran pendapatan, responden Pizza Hut

memiliki pendapatan >5 juta terbanyak dibandingkan responden restoran cepat saji lainnya yaitu sebanyak 10 responden (40%). Hal ini dikarenakan harga porsi

Pizza Hut lebih mahal daripada harga porsi restoran cepat saji lainnya. Pendapatan responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pendapatan responden

Pada Gambar 9 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa mayoritas responden yang datang berpenghasilan Rp 3 Juta-Rp 5 Juta yaitu sebanyak 38 responden (38%). Sedangkan urutan kedua terdapat pada tingkat pendapatan Rp 1 juta-Rp 3 Juta sebanyak 30 responden (30%). Urutan ketiga diperoleh oleh tingkat pendapatan Rp >5 juta yaitu sebanyak 16 responden (16%). Selanjutnya, tingkat pendapatan Rp 500 Ribu-Rp 1 Juta ada pada urutan keempat sebanyak 12 responden (12%). Dan yang terakhir tingkat pendapatan <500 Ribu sebanyak 4 responden (4%). Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan mayoritas responden yang datang ke restoran cepat saji ini adalah orang-orang yang berpenghasilan menengah.

Persepsi Mengenai Halal dan Lembaga Halal Pada Produk Pangan

Persepsi responden mengenai halal dan lembaga halal pada produk pangan dapat diketahui dari jawaban-jawaban yang diberikan responden atas beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan terbuka, meliputi makanan halal, hukum mengonsumsi makanan halal bagi seorang muslim, lembaga yang menjamin kehalalan suatu produk makanan, lembaga LPPOM MUI, lembaga yang mengeluarkan label halal di Indonesia.

Persepsi responden mengenai makanan halal yaitu, mayoritas responden yang menjawab bahwa makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur haram serta sesuai syariat Islam yaitu sebanyak 59 responden (59%), sedangkan untuk yang menjawab makanan halal adalah makanan yang

4% 12% 30% 38% 16% < Rp 500 ribu Rp 500 ribu – Rp 1 Juta Rp 1 juta – Rp 3 Juta Rp 3 Juta – Rp 5 Juta Rp > 5 juta

dibolehkan/tidak dilarang dalam Islam sebanyak 21 responden (21%), selanjutnya yang menjawab makanan yang baik untuk dikonsumsi sebanyak 9 responden (9%). Berdasarkan jawaban responden, sebagian besar menjawab sesuai dengan definisi dan kriteria pangan halal menurut LPPOM MUI. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Persepsi responden mengenai makanan halal

Persepsi Makanan Halal Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak mengandung unsur haram dan sesuai

syariat Islam 59 59

Dibolehkan / tidak dilarang dalam islam 21 21

Makanan yang baik untuk dikonsumsi. 9 9

Memiliki label halal 6 6

Halal secara zat , proses dan cara

memperolehnya 4 4

Makanan yang bersih 1 1

Total 100 100

Menurut LPPOM MUI (2010), yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syariat Islam, yaitu:

1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi.

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan, seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar (alkohol). Persepsi responden mengenai hukum mengonsumsi makanan halal bagi seorang muslim yaitu, mayoritas responden yang menjawab hukumnya wajib yaitu sebanyak 95 responden (95%), sebanyak 2 responden (2%) menjawab hukumnya sunnah dan 3 responden (3%) menjawab hukumnya mubah. Hal ini artinya bahwa hampir seluruh konsumen muslim mengetahui mengkonsumsi makanan halal adalah suatu kewajiban yang merupakan perintah Allah SWT dalam Al-Quran. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persepsi responden mengenai hukum mengonsumsi makanan halal bagi seorang muslim

Hukum Konsumsi Halal Jumlah (orang) Persentase (%)

Wajib 95 95

Sunnah 2 2

Mubah 3 3

Mengonsumsi makanan yang halal dan baik (thayyib) merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam. Bahkan ditegaskan dalam Al-Quran seruan untuk mengonsumsi makanan halal dan baik (thayyib) untuk, seluruh umat manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 168:

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Dalam ayat tersebut ditegaskan untuk umat manusia mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib karena dengan mengonsumsi makanan yang halal sama dengan menghindari diri dari langkah-langkah syetan yang merupakan musuh yang nyata untuk jauh dari ridho Allah SWT.

Persepsi responden mengenai lembaga yang menjamin kehalalan produk makanan yaitu, sebanyak 58 responden (58%) menjawab lembaga yang menjamin kehalalan produk makanan adalah LPPOM MUI, selanjutnya sebanyak 37 responden (37%) menjawab MUI. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Persepsi responden mengenai lembaga yang menjamin kehalalan

produk makanan

Lembaga Jaminan Halal Jumlah (orang) Persentase (%)

LPPOM MUI 58 58

MUI 37 37

BPOM 4 4

Departemen Agama 1 1

Total 100 100

Sebagai produk halal yang dijamin kehalalannya, penjaminan produk halal yang beredar di seluruh dunia diselenggarakan oleh lembaga keagamaan Islam (Ulama) sebagai lembaga sertifikasi halal, bukan oleh negara. Bahkan di negara Islam seperti Uni Emirat Arab, Turki, Arab dan lain-lain. Lembaga sertifikasi halal diselenggarakan oleh Lembaga Keulamaan yang diakui nasional. Negara- negara sekuler seperti Australia, Belanda, Belgia, Amerika Serikat dan lain-lain juga melakukan hal yang sama, dimana lembaga penjaminan halal dilakukan oleh lembaga keulamaan. Hal yang sama pun dilakukan di Indonesia, dimana MUI menjadi Lembaga Keulamaan yang menjamin produk halal di Indonesia melalui LPPOM MUI2.

Persepsi responden mengenai lembaga LPPOM MUI yaitu, sebanyak 39 responden (39%) menjawab bahwa lembaga LPPOM MUI merupakan lembaga yang meneliti, mengkaji, menganalisa, memutuskan makanan tersebut halal atau tidak halal. Sebanyak 21 responden (21%) menjawab lembaga LPPOM MUI merupakan lembaga yang menjamin kehalalan produk, 20 responden (20%) menjawab lembaga yang mengeluarkan sertifikat halal. Berdasarkan jawaban responden, mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen muslim sudah mengetahui fungsi dan tugas dari LPPOM MUI. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12.

2 Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal MUI, Drs. H. M. Ichwan Sam di sela-sela kegiatannya di kantor MUI.

Tabel 12. Persepsi responden mengenai lembaga LPPOM MUI

Persepsi Lembaga LPPOM MUI Jumlah (orang) Persentase (%) Meneliti, mengkaji, menganalisa,

memutuskan makanan tersebut halal atau tidak halal

39 39

Menjamin kehalalalan produk makanan 21 21

Mengeluarkan sertifikat halal 20 20

Lembaga fatwa halal 6 6

Lembaga urusan agama 2 2

Tidak menjawab 12 12

Total 100 100

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh MUI dengan tugas menjalankan fungsi MUI untuk melindungi konsumen muslim dalam mengonsumsi makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetika. LPPOM MUI memiliki tugas utama, yaitu menenteramkan umat melalui upaya sertifikasi halal produk dan sertifikasi sistem produksi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama. Selain itu, LPPOM MUI memiliki tugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan produk kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi pengajaran agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia. LPPOM MUI juga memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada layanan masyarakat (LPPOM MUI 2010).

Persepsi responden mengenai lembaga yang berhak mengeluarkan label halal di Indonesia yaitu, sebanyak 55 responden (55%) menjawab bahwa lembaga yang berhak mengeluarkan label halal di Indonesia yaitu MUI. Kemudian sebanyak 29 responden (29%) menjawab LPPOM MUI. Hal ini artinya bahwa sebagian besar konsumen muslim mengetahui lembaga resmi yang mengeluarkan label halal di Indonesia. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persepsi responden mengenai lembaga yang mengeluarkan label halal Lembaga Label Halal Jumlah (orang) Persentase (%)

MUI 55 55

LPPOM MUI 29 29

BPOM 9 9

Dokumen terkait