• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Label Halal Terhadap Pembelian Konsumen Muslim Pada Restoran Cepat Saji Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Label Halal Terhadap Pembelian Konsumen Muslim Pada Restoran Cepat Saji Di Kota Bogor"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP PEMBELIAN

KONSUMEN MUSLIM PADA RESTORAN CEPAT SAJI DI

KOTA BOGOR

ADE IRWANSYAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Label Halal terhadap Pembelian Konsumen Muslim pada Restoran Cepat Saji di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Ade Irwansyah

(4)
(5)

ABSTRAK

ADE IRWANSYAH. Pengaruh Label Halal terhadap Pembelian Konsumen Muslim pada Restoran Cepat Saji di Kota Bogor. Dibimbing Oleh ALLA ASMARA dan DENI LUBIS.

Umat muslim diwajibkan untuk mengonsumsi pangan yang halal. Selain karena perintah agama, mengonsumsi makanan yang halal juga baik untuk kesehatan. Masih adanya penemuan bahan haram pada makanan, label halal pada produk pangan menjadi indikator yang penting dalam menentukan kehalalan. Penelitian ini mengidentifikasi persepsi konsumen muslim mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan, mengidentifikasi tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan suatu produk pangan, serta menganalisis pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian pada produk pangan restoran cepat saji di Kota Bogor. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang pada empat restoran cepat saji berlabel halal di Kota Bogor. Sampel dipilih menggunakan metode non-probability sampling. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi persepsi konsumen muslim mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan serta tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan suatu produk pangan. Partial Least Square Path Modeling

(PLS-PM) digunakan untuk menganalisis pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian. Persepsi konsumen muslim mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan serta tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan suatu produk pangan sudah cukup baik. Hasil Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM) menunjukkan bahwa label halal berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian pada konsumen muslim.

Kata Kunci : tingkat pengetahuan, Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM), pangan halal, kualitatif , non-probability sampling.

ABSTRACT

ADE IRWANSYAH. The Effect of Halal Label on Moslem Consumer Buying at Fast Food Restaurant in Bogor City. Supervised by ALLA ASMARA and DENI LUBIS.

(6)

Square Path Modeling (PLS-PM) was used to analyze the effect of halal label on the decision to buy. The perception of Moslem consumers on halal food and halal institution on food products, and the Moslem consumer level of knowledge on halal about food products were good enough. The results of PLS-PM showed that halal label had the positive and significant influence on the decision to buy in Moslem consumers.

Key words : level of knowledge, Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM), halal food, qualitative, non-probability sampling.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP PEMBELIAN

KONSUMEN MUSLIM PADA RESTORAN CEPAT SAJI DI

KOTA BOGOR

ADE IRWANSYAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian ini ialah Pengaruh Label Halal terhadap Pembelian Konsumen Muslim pada Restoran Cepat Saji di Kota Bogor. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Salallahi „Alaihi Wasalam karena berkat jasa beliau kita dapat merasakan nikmat islam sampai hari ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua Bapak Hasan Sajili dan Ibu Cholilah atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan.

2. Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si dan Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. Agr. selaku penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh pihak restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC), McDonald‟s

(McD), Pizza Hut, dan A&W yang telah membantu dalam penyediaan data untuk penyelesaian skripsi ini.

5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

6. Kelompok bimbingan skripsi, Siti Nurmu‟minah Fitriah dan Yusrini Santika yang telah saling berbagi ilmu dan pelajaran dalam menyelesaikan skripsi. 7. Keluarga Besar PSM IPB Agria Swara terkhusus Pengurus Tahun 2013/2014,

Tim Spectaforia, Tim Colourburst, Tim Nuevoria, Tim FLN 2014 “The 5th International Mission in Art and Culture” dan semua Tenor atas pengalaman, kenangan dan pembelajaran kepada penulis.

8. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 48 terima kasih atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai tujuan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Tinjauan Konsep 4

Halal dan Kriteria Pangan Halal dalam Islam 4

LPPOM MUI dan Label Halal 6

Perilaku Konsumen dalam Menentukan Produk 8

Fast Food 8

Tinjauan Teori 9

Preferensi Konsumen 9

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian 10 Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM) 11

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 15

METODE PENELITIAN 16

Jenis dan Sumber Data 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Metode Pengambilan Sampel 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Pengolahan dan Analisis Data 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

(14)

Karakteristik Responden 23 Persepsi Mengenai Halal dan Lembaga Halal pada Produk Pangan 29

Tingkat Pengetahuan Produk Pangan Halal 33

Analisis Pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian 34

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 42

RIWAYAT HIDUP 58

DAFTAR TABEL

1 Definisi operasional variabel 20

2 Variabel laten dan indikator 21

3 Jenis kelamin responden pada masing-masing restoran cepat saji 24 4 Usia responden pada masing-masing restoran cepat saji 25 5 Domisili responden pada masing-masing restoran cepat saji 25 6 Tingkat pendidikan responden pada masing-masing restoran cepat saji 26 7 Pekerjaan responden pada masing-masing restoran cepat saji 27 8 Pendapatan responden pada masing-masing restoran cepat saji 28

9 Persepsi responden mengenai makanan halal 30

10 Persepsi responden mengenai hukum mengonsumsi makanan halal bagi

seorang muslim 30

11 Persepsi responden mengenai lembaga yang menjamin kehalalan produk

makanan 31

12 Persepsi responden mengenai lembaga LPPOM MUI 32

13 Persepsi responden mengenai lembaga yang mengeluarkan label halal 32 14 Sebaran responden mengenai sumber informasi halal pada produk

pangan 33

15 Tingkat pengetahuan produk pangan halal 33

16 Uji validitas dan reliabilitas model 35

17 Estimate for path coefficients 36

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah restoran di Kota Bogor tahun 2007-2013 2

2 Kerangka pemikiran 15

3 Model penelitian PLS-PM 19

(15)

5 Usia responden 25

6 Domisili responden 26

7 Tingkat pendidikan responden 27

8 Jenis pekerjaan responden 28

9 Pendapatan responden 29

10 Output korelasi antara indikator dengan latennya 34

11 Estimate for path coefficients 36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 42

2 Uji validitas dan uji reliabilitas kueosioner 47

3 Tingkat pengetahuan produk pangan halal 50

4 Loading factor dan critical ratio (CR) 55

5 Composite reliability 56

6 Cross loading 56

7 Uji goodness-fit model 57

8 Estimate for path coefficients 57

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia memerlukan berbagai unsur kebutuhan untuk melangsungkan hidupnya. Menurut Maslow (1943) kebutuhan fisiologi yang meliputi kebutuhan akan pangan, sandang dan papan merupakan unsur kebutuhan manusia yang paling mendasar. Pangan sebagai sumber energi harus dikonsumsi secara aman sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia (WHO 2005). Pangan yang aman adalah pangan berlabel yang menjamin kualitas dan menyediakan informasi penting mengenai pangan tersebut (USDA 2006). Kualitas pangan yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan perilaku mahluk hidup itu sendiri (Smith 2002). Oleh karena itu, setiap mahluk hidup harus berusaha untuk mendapatkan makanan yang baik. Makanan baik adalah yang dibenarkan menurut syariat Islam, bermutu dan tidak membahayakan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang meliputi halal secara zatnya, halal menurut prosesnya, dan halal cara memperolehnya (Abadi 2011). Kewajiban umat Islam untuk mengonsumsi makanan yang baik dan halal terdapat dalam Al-Quran:

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan

Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.(QS. An-Nahl : 114).

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah yang mengalir, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah : 3).

Secara tegas pada kedua ayat tersebut, manusia telah diperintahkan untuk mengonsumsi makanan yang baik dan juga halal, adapun rezeki yang telah didapat harus disyukuri dan dipergunakan sesuai dengan syariat Islam. Selain itu manusia juga tidak boleh mengonsumsi makanan yang telah diharamkan berdasarkan QS. Al Maidah ayat 3. Dalam hal ini manusia diberikan pilihan-pilihan dan pada akhirnya pilihan-pilihan yang sesuai syariat lah yang akan membawa manusia kepada kemaslahatan.

(18)

Bogor. Daging giling tersebut merupakan cadangan daging impor membusuk yang digiling lalu dijual di beberapa pasar Bogor.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan bagi pelaku usaha pangan yang terdapat pada Undang-Undang RI No. 33 tahun 2014 pasal 4 tentang jaminan produk halal. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Label halal sebagai parameter kehalalan suatu makanan harus diperhatikan. Label halal yang resmi adalah label halal yang diperoleh setelah melalui serangkaian sertifikasi produk halal oleh LPPOM MUI. Label halal menjadi hal yang penting bagi produk pangan olahan di Indonesia mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS 2010) tercatat sebanyak 207 176 162 penduduk memeluk Agama Islam atau setara dengan 87.18% dari total penduduk Indonesia. Kota Bogor sendiri sampai dengan tahun 2010 memiliki jumlah muslim sebanyak 881 721 orang atau sekitar 92.78% dari total penduduknya (BPS Kota Bogor 2010). Adanya label halal pada produk pangan artinya produk pangan tersebut sudah melalui serangkaian proses sertifikasi halal serta konsumen muslim dapat berhati-hati dalam memastikan produk pangan apa saja yang boleh untuk dikonsumsi.

Seiring dengan perkembangan zaman, manusia semakin sibuk dengan pekerjaannya. Mereka dituntut untuk selalu cepat dalam beraktivitas sehingga cenderung memilih hal yang praktis seperti makan di restoran cepat saji daripada memasak makanan sendiri di rumah. Fenomena ini dapat ditangkap oleh beberapa orang yang kemudian mendirikan usaha di bidang jasa penyediaan makanan. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor (Bappeda 2014), tingkat rata-rata pengeluaran konsumsi per bulan masyarakat terhadap pangan di Kota Bogor meningkat dari Rp 87 685 pada tahun 2009 menjadi Rp 94 115 pada tahun 2012. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern. Hal ini juga ditunjukkan dengan jumlah restoran yang semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2014), jumlah restoran di Kota Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007, jumlah restoran di Kota Bogor sebanyak 205 restoran dan terus meningkat hingga 281 restoran pada tahun 2013. Peningkatan jumlah restoran di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jumlah restoran di Kota Bogor tahun 2007-2013 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2014

0 50 100 150 200 250 300

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(19)

Menurut data LPPOM MUI (2015), jumlah restoran yang sudah memiliki sertifikat halal adalah 53 restoran, hal ini artinya baru 18.86% restoran di Kota Bogor yang telah memiliki sertifikat halal. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif yang disertai peningkatan daya beli masyarakat menyebabkan bergesernya pola konsumsi yang mengarah kepada peningkatan intensitas masyarakat dalam membeli makanan dan minuman di restoran cepat saji. Pergeseran gaya hidup ini terlihat pula pada kehidupan sehari-hari, konsumen lebih mementingkan gengsi (prestise), efisiensi, namun mengesampingkan label halal yang terdapat pada restoran tersebut (Friza 2007). Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian pada restoran cepat saji di Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Mayoritas penduduk di Indonesia dan Khususnya di Kota Bogor beragama Islam (BPS 2010). Mengonsumsi suatu pangan yang halal dan thayyib merupakan kewajiban bagi umat Islam dan merupakan perintah dari Allah SWT. Harapan konsumen muslim yaitu semua produk pangan sudah memenuhi kriteria halal dan

thayyib. Namun, munculnya berbagai kasus produk haram di Indonesia membuat konsumen muslim harus lebih berhati-hati dalam mengonsumsi pangan. Dengan adanya temuan haram, label halal sebagai parameter kehalalan suatu pangan harus diperhatikan. Meningkatnya pengeluaran rata-rata konsumsi pangan di Kota Bogor dari Rp 87 685 pada tahun 2009 menjadi Rp 94 115 pada tahun 2012 (Bappeda 2012) dapat disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern, dituntut untuk serba praktis termasuk dalam mengonsumsi pangan, seperti pada restoran cepat saji. Hal ini juga ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah restoran tiap tahunnya di wilayah Bogor. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2014), jumlah restoran di wilayah Bogor sebanyak 205 restoran pada tahun 2007 dan terus meningkat hingga menjadi 281 restoran pada tahun 2013. Akan tetapi, baru 53 restoran yang telah memiliki sertifikat halal dari LPPOM MUI yang artinya baru 18.86% restoran di Kota Bogor yang telah memiliki sertifikat (LPPOM MUI 2015). Pola perilaku konsumen muslim dalam mengonsumsi produk pangan halal tentu dipengaruhi oleh pengetahuan serta pemahaman mengenai kehalalan suatu produk pangan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil beberapa permasalahan:

1. Bagaimana persepsi konsumen muslim mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan suatu produk pangan?

3. Apakah label halal memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian? Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:

(20)

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan suatu produk pangan.

3. Menganalisis pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian pada restoran cepat saji di Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah, sebagai referensi dalam menyusun kebijakan terkait regulasi pangan halal dan sertifikasi halal.

2. Bagi masyarakat dan produsen pangan, dapat mengetahui konsep pangan halal dan pentingnya label halal pada produk pangan sehingga pada akhirnya diharapkan untuk tidak mengesampingkan label halal.

3. Bagi penulis, sebagai salah satu media untuk mengenalkan urgensi label halal pada produk pangan kepada masyarakat.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis konsumen restoran cepat saji di Kota Bogor sebagai responden dengan batasan restoran antara lain; Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken (KFC), A&W dan McDonald‟s (McD). Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian pada restoran cepat saji, persepsi konsumen muslim mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan serta tingkat pengetahuan konsumen muslim mengenai kehalalan pada suatu produk pangan. Harga, kualitas produk, layanan, aksesibilitas lokasi, juga menjadi bahasan yang akan diteliti sebagai faktor yang memengaruhi keputusan pembelian.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Konsep

Halal dan Kriteria Pangan Halal dalam Islam

Kata halalan berasal dari bahasa Arab secara etimologis halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Hal ini meliputi makanan dan minuman yang menjadi konsumsi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Selain makanan dan minuman yang halal, terdapat pula makanan dan minuman yang diharamkan karena sebab atau zatnya. Haram karena sebab berkaitan dengan perolehan makanan yang tidak sesuai syariat Islam. Sedangkan, haram karena zatnya adalah asal dari makanan tersebut memang sudah haram (Suryana 2009).

(21)

berakibat pada tertolaknya ibadah dan akan dimasukkan ke dalam neraka. Sementara dari jasmani, mengonsumsi pangan yang haram akan berakibat buruk bagi tubuh. Yaqub (2008) membagi kriteria pangan halal kedalam 5 bagian, yaitu: 1. Thayyib.

At-thayyib adalah sesuatu yang suci, enak dan tidak berbahaya pada tubuh dan akal. At-thayyib berarti sesuatu yang terhindar dari al-khabits

(sesuatu yang membahayakan tubuh dan akal, tidak suci dan tidak enak). 2. Tidak membahayakan/dharar.

Al-dharar adalah sesuatu yang dilakukan manusia berupa hal yang tidak disukai atau menyakitkan, baik menimpa pada akal, keturunan, harta, jiwa dan agamanya. Segala sesuatu yang dapat membahayakan manusia, maka haram menggunakannya, baik untuk makan, minum, berobat dan bersolek.

3. Tidak Najis.

Najis adalah sesuatu yang dipandang jijik dan mengahalangi sahnya sholat dan tidak ada keringanan di dalamnya. Najis merupakan salah satu kriteria haram makanan, minuman, obat dan alat kosmetika. Babi serta turunannya dan

khamar serta turunannya termasuk golongan najis. Keharaman babi dan

khamar termaktub di dalam Al-Quran dan hadis. Seiring dengan perkembangan zaman, produk turunan dari babi dan khamar semakin bervariasi. Kaum muslimin harus waspada terhadap produk turunan tersebut, sebab keharamannya sama seperti keharaman babi dan khamar. Para ulama sepakat bahwa setiap benda yang najis tidak dapat disucikan dengan istihalal

(perubahan sesuatu benda dari sifat/hakikat yang satu ke sifat/hakikat yang lain) kecuali khamar yang berubah sendiri menjadi cuka, darah hewan yang berubah menjadi susu dan darah kijang yang berbuah minyak kasturi. Ulama hanafiyah berpendapat setiap benda najis dapat disucikan dengan Istihalal

secara mutlak, baik terjadi dengan sendirinya maupun campur tangan manusia dengan syarat adanya bala (kesulitan yang menimpa secara umum).

4. Tidak memabukkan/iskar.

Iskar (memabukkan) adalah salah satu kriteria yang menentukan keharaman, baik terdapat pada minuman-minuman yang bersifat cairan seperti

khamar dan nabidz yang memabukkan atau benda-benda yang padat seperti narkotika dan zat-zat adiktif lainnya. Setiap yang memabukkan, apapun jenisnya cair atau padat, mentah atau matang, berasal dari perasan anggur atau bahan lainnya, adalah haram. Mayoritas ulama dari kalangan ahli fikih hijaz, ahli hadis dan ulama-ulama Hanafiyah. Malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa kadar haram pada minuman-minuman yang memabukkan adalah sedikit maupun banyak selagi memiliki potensi memabukkan. Minuman tersebut haram meskipun ketika dikonsumsi tidak sampai memabukkan.

5. Tidak mengandung organ manusia.

(22)

kecantikan dan lainnya. Kandungan organ manusia yang terdaapat pada pangan menjadi salah satu kriteria haram. Al-Quran surat Al-Isra ayat 70 menjadi dalil pengharaman produk yang mengandung organ manusia. Surat tersebut menerangkan bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam. Makna “memuliakan” dalam ayat tersebut adalah tidak menghukumi najis kepada manusia, baik muslim maupun kafir, baik hidup maupun mati. Memuliakan juga berarti dilarang untuk memanfaatkan bagian tubuh manusia baik untuk pangan, obat dan kosmetika.

LPPOM MUI dan Label Halal

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 6 Januari 1989 dengan tugas menjalankan fungsi MUI untuk melindungi konsumen muslim dalam mengonsumsi makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetika melalui pemeriksaan serta sertifikasi halal. Pembentukan LPPOM MUI didasarkan atas mandat dari pemerintah/negara agar MUI berperan aktif dalam meredakan kasus lemak babi di Indonesia pada tahun 1988. Label halal dilekatkan pada produk yang berupa logo yang didapat dari hasil sertifikasi halal oleh LPPOM MUI (LPPOM MUI 2010).

Label halal merupakan suatu tanda atau bukti bahwa produk tersebut telah mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI (memiliki nomor registrasi dari LPPOM MUI). Sertifikat halal merupakan fatwa tertulis MUI terhadap suatu produk, yang intinya menyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk halal, yang dibuktikan melalui audit oleh LPPOM MUI. Labelisasi halal di Indonesia dilakukan oleh Lembaga pengkajian Pangan dan Obat-obatan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Apabila suatu produk mencantumkan logo halal (Halal MUI) tanpa memiliki sertifikat halal dari MUI dapat dikategorikan memalsukan atau melakukan penipuan terhadap konsumen dan dapat dituntut secara hukum. Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantumkan label halal belum mendapat persetujuan lembaga berwenang untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalalnnya1. Menurut LPPOM MUI, untuk mendapatkan izin pencantuman label halal, maka pemilik usaha (produsen) harus melakukan permohonan sertifikasi halal terlebih dahulu dengan mendaftar ke sekretariat LPPOM MUI melalui serangkaian proses yang sudah diatur, seperti berikut ini:

Bagi Industri Pengolahan:

1. Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi di lokasi yang sama atau memiliki merek/brand yang sama.

2. Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk pabrik pengemasan.

3. Ketentuan untuk tempat harus dilakukan di perusahaan yang sudah mempunyai produk bersertifikat halal atau yang bersedia disertifikasi halal

1

(23)

Bagi Restoran dan katering:

1. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh menu yang dijual termasuk produk-produk titipan, kue ulang tahun serta menu musiman.

2. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh gerai, dapur serta gudang. Bagi Rumah Potong Hewan:

1. Produsen harus mendaftarkan seluruh tempat penyembelihan yang berada dalam satu perusahaan yang sama.

2. Setelah formulir dikembalikan ke LPPOM MUI beserta kelengkapannya maka tim auditor LPPOM MUI akan melakukan audit ke lokasi produsen.

3. Hasil audit dan laboratorium akan dievaluasi dalam rapat auditor LPPOM MUI. Jika memenuhi persyaratan maka akan dibuatkan laporan hasil audit yang selanjutnya diajukan pada sidang komisi fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.

4. Sidang komisi fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon. Penolakan tersebut dikarenakan persyaratan yang telah ditentukan belum terpenuhi.

5. Sertifikat halal baru akan dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan status kehalalannya oleh komisi fatwa MUI.

6. Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan fatwa. 7. Tiga bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus

mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI.

Dari serangkaian proses tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu produk yang dikatakan halal tidak semata-mata hanya terdiri dari penyediaan bahan-bahan baku pembuatan, tetapi juga pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, hingga penyajian. Pelaku usaha yang telah mendapatkan sertifikat halal sebaiknya segera mencantumkan label halal pada produk yang akan dijual. Label halal harus ditempatkan di bagian yang mudah terlihat. Jika pelaku usaha tidak melakukan ketentuan tersebut, maka sanksi berupa pencabutan sertifikat halal pun akan dilakukan (LPPOM MUI).

Label Halal Bagi Konsumen dan Produsen

Adanya label halal pada produk artinya produk tersebut telah bersertifikat halal. Manfaat label halal bagi konsumen yaitu konsumen mendapatkan keamanan serta ketenangan batin dalam mengonsumsi dan menggunakan produk tersebut. Selain itu konsumen juga mendapat kepastian dan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang tidak halal dan juga diproduksi dengan cara yang halal. Label halal memberikan manfaat bagi semua konsumen, tidak hanya konsumen muslim saja, karena halal tidak saja berarti kandungannya halal namun juga diproses dengan cara yang ber-etika, sehat dan baik (BPOM 2013).

(24)

muslim dan juga non-muslim yang ingin menjaga kesehatannya dengan menjaga makanannya. Saat ini terdapat 1.4 milyar penduduk muslim dan jutaan konsumen non-muslim lainnya yang memilih untuk mengonsumsi produk halal. Dengan mensertifikasi kehalalan produk, produk tersebut mendapat kesempatan untuk menembus pasar pangan halal yang diperkirakan bernilai sekitar 150 hingga 500 milyar USD. Keuntungan bagi produsen dalam memperoleh sertifikat halal (BPOM 2013) adalah:

1. Kesempatan untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak 1.4 milyar muslim dan jutaan non-muslim lainnya.

2. Sertifikasi Halal adalah jaminan yang dapat dipercaya untuk mendukung klaim pangan halal.

3. 100% keuntungan dari market share yang lebih besar tanpa kerugian dari pasar/klien non-muslim.

4. Meningkatkan marketability produk di pasar/negara muslim.

5. Investasi berbiaya murah dibandingkan dengan pertumbuhan revenue yang dapat dicapai.

6. Peningkatan citra produk.

Perilaku Konsumen dalam Menentukan Produk

Berbagai perilaku konsumen yang berbeda-beda dapat kita perhatikan ketika akan menentukan suatu produk yang akan dikonsumsinya, menurut Al-Ahsyar (2002) perilaku konsumen di pusat-pusat perbelanjaan atau tempat lainnya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Pertama, yaitu konsumen yang hanya memerhatikan faktor harga (murah atau tidak). Kedua, konsumen yang berhati-hati dalam memilih produk karena didorong oleh keyakinan agama. Ketiga, konsumen yang membeli karena faktor kesehatan atau karena kualitas dan tertarik pada tabel komposisi bahan yang tertera pada kemasan produk.

Berdasarkan ketiga kelompok tersebut diatas dapat dicermati bahwa kelompok yang pertama dipengaruhi oleh faktor kemampuan finansialnya dalam mengkosumsi suatu produk. Kelompok kedua membutuhkan label halal pada kemasan produk yang akan dikonsumsinya. Kelompok yang ketiga, boleh jadi membutuhkan label halal, namun mereka tetap menginginkan informasi tentang komposisi bahan yang ada dalam kemasan produk.

Fast Food

Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1950-an. Fast food merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dibutuhkan mereka yang mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk menikmati makan siang dan juga bagi mereka yang menginginkan pelayanan cepat, sehingga mereka merasa lebih praktis dan efisien jika memesan makanan cepat saji di restoran fast food. Restoran fast food berkembang hampir di seluruh dunia termasuk di beberapa kota besar yang ada di Indonesia. Hidangan tersebut biasanya berupa ayam goreng, kentang goreng, hamburger, pasta, pizza atau roti isi yang sering dijadikan sebagai penuntas lapar di tengah sibuknya mobilitas seseorang.

(25)

peningkatan pendapatan per-kapita terutama pada masyarakat perkotaan. Sebagian besar restoran fast food atau cepat saji menggunakan sistem franchise, karena sistem ini memungkinkan output yang seragam dan konsisten bagi konsumen dimanapun produk itu dibeli. Suatu restoran dapat dikatakan makanan cepat saji dan cocok dijalankan dengan sistem franchise, apabila makanan yang disajikan pada restoran tersebut memenuhi persyaratan:

1. Makanan disajikan dengan cepat dan memiliki standarisasi tertentu yang meliputi sistem mutu, pelayanan dan harga.

2. Makanan tersebut serba cepat, unik dan terkenal.

3. Makanan dijual pada outlet tertentu dan memiliki ruang untuk menyantap makanan di tempat, baik dengan cara melayani diri sendiri (self service)

maupun dengan pesanan.

4. Restoran tersebut dioperasikan dengan skala tertentu dan makanan diproduksi secara massal.

5. Makanan yang dijual harus relatif menguntungkan dan kesuksesan telah terbukti selama dua tahun.

Selama penyajian makanan di restoran fast food berbeda dengan masakan tradisional. Masakan tradisional biasanya memerlukan penyajian yang cukup lama. Peyajian dengan hidangan baru diproduksi jika ada yang memesan dan makanan ini memiliki standar tertentu dan jenis menu makanan yang beragam (Sugiarto, Sulartiningrum 1996).

Tinjauan Teori

Preferensi Konsumen

(26)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian

Keputusan pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa perilaku konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Kotler dan Armstrong (2008), yaitu:

1. Faktor Budaya.

Faktor budaya memiliki pengaruh yang sangat luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen, mencakup budaya, sub budaya, dan kelas sosial konsumen. Budaya adalah suatu nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku dari keluarga dan institusi lainnya. Setiap perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku pada suatu daerah tertentu, untuk itu perusahaan harus tahu produknya itu dipasarkan pada suatu daerah yang berkebudayaan seperti apa dan bagaimana (conditional).

Sub-budaya adalah kelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub-budaya meliputi nasionalis, agama, kelompok ras dan wilayah geografis. Bagian pemasaran harus merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka (konsumen). Kelas sosial adalah divisi atau bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya yang mengikuti nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kekayaan.

2. Faktor Sosial.

Selain faktor-faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau tingkah laku seseorang. Seperti teman, saudara, tetangga dan rekan kerja. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga sangat memengaruhi perilaku pembelian. Peran status seseorang yang berpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang sering kali memilih produk yang menunjukkan status mereka dalam masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.

3. Faktor Pribadi.

(27)

hidup seesorang di dunia yang diwujudkan dalam aktivitas, interes dan opininya yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Kepribadian adalah karakteristik psikologis. seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan respons yanng relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan disekitarnya.

4. Faktor Psikologis.

Faktor psikologis yang memengaruhi pilihan pembelian terdiri dari empat faktor, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak, dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang, sedangkan persepsi adalah proses yang digunakan seseorang dalam memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak, bagaimana seseorang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.

Dalam perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian suatu produk khususnya dalam pengambilan keputusan, para pembeli dipengaruhi oleh empat faktor tersebut, meskipun pengaruhnya pada setiap konsumen berbeda-beda.

Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM)

Partial Least Square pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold (1975). PLS merupakan metode analisis yang powerful karena dapat digunakan pada setiap jenis skala data (nominal, ordinal, interval dan rasio) serta syarat asumsi yang lebih fleksibel. Dari sudut pandang yang lebih luas, PLS merupakan teknik analisis data untuk menganalisis hubungan di antara satu set blok variabel. Hal ini berdasarkan dugaan bahwa hubungan antara blok yang ditetapkan mengacu serta mempertimbangkan dasar pengetahuan (teori) yang telah jelas. Setiap blok variabel diasumsikan dapat mewakili konsep teoritis yang direpresentasikan dalam bentuk variabel laten.

PLS tidak mengasumsikan data harus mengikuti suatu distribusi tertentu, misal berdistribusi normal multivariat. Pendekatan PLS merupakan distribution free serta ukuran sampel yang fleksibel. PLS dapat juga digunakan ketika landasan teori model adalah tentatif atau pengukuran setiap variabel laten masih baru. PLS didesain dengan tujuan prediksi. Hal ini merupakan konseptual awal yang harus menjadi landasan bagi para peneliti. Sebagaimana dalam analisis regresi, tujuan utamanya adalah mengidentifikasi variabel yang berguna untuk memprediksi hasil. PLS dapat juga digunakan untuk tujuan konfirmasi (seperti pengujian hipotesis) dan tujuan eksplorasi. Meskipun PLS lebih diutamakan sebagai eksplorasi daripada konfirmasi, PLS juga dapat untuk menduga apakah terdapat hubungan atau tidak. Tujuan utamanya adalah untuk menjelaskan hubungan antar konstrak dan menekankan pengertian tentang nilai hubungan tersebut.

(28)

dengan konstrak latennya yang bersifat reflektif saja tetapi algoritma PLS juga dipakai untuk hubungan yang bersifat formatif. Kedua, PLS dapat digunakan untuk menaksir model path dengan sample size yang kecil. Ketiga, PLS dapat digunakan untuk model yang sangat kompleks (terdiri atas banyak variabel laten dan manifes) tanpa mengalami masalah dan estimasi data. Keempat, PLS dapat digunakan ketika distribusi data sangat miring (Skew). PLS dapat digunakan ketika independensi antara data pengamatan tidak dapat dijamin sebab tidak ada asumsi distribusi yang dibutuhkan.

Di dalam PLS ini dikenal dengan variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel laten yang menjelaskan variabel laten endogen. Nama variabel laten eksogen sama hal nya seperti variabel independen (predictor) dalam regresi linear. Sedangkan variabel endogen adalah variabel laten yang dijelaskan oleh variabel laten eksogen, sama halnya seperti variabel dependen dalam regresi linear (Yamin, Kurniawan 2011). Pemodelan dalam PLS-PM ada 2 model:

1. Model Pengukuran (Outer Model ), yaitu model pengukuran yang menghubungkan indikator dengan variabel latennya. Model ini digunakan untuk mengevaluasi terhadap model reflektif indikator meliputi pemeriksaan pada individual item reliability, construct reliability, average variance extracted dan discriminant validity. Keempat pengukuran tersebut akan dikelompokkan dalam convergent validity yaitu untuk mengukur besarnya korelasi antara konstrak dengan variabel laten. Dalam evaluasi convergent validity dari pemeriksaan individual item reliability, dapat dilihat dari nilai standardized loading factor yang menggambarkan besarnya korelasi antara setiap item pengukuran indikator dengan konstrak. Dalam outer model

terdapat dua tipe indikator yaitu indikator reflektif dan indikator formatif. a. Indikator reflektif. Indikator ini mempunyai ciri-ciri: arah hubungan

kausalitas dari variabel laten ke indikator, antar indikator diharapkan saling berkorelasi (instrumen harus memiliki consistency reliability), menghilangkan satu indikator, tidak akan merubah makna dan arti variabel yang diukur, dan kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator. Sebagai contoh model indikator reflektif adalah variabel yang berkaitan dengan sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention).

b. Indikator formatif. Ciri-ciri model indikator formatif yaitu: arah hubungan kausalitas dari indikator ke variabel laten, antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji reliabilitas konsistensi internal), menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari variabel laten dan kesalahan pengukuran berada pada tingkat variabel laten. Variabel laten dengan indikator formatif dapat berupa variabel komposit. Sebagai contoh variabel status sosial ekonomi diukur dengan indikator yang saling mutual

exclusive (pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal). variabel kualitas pelayanan dibentuk oleh 5 dimensi yaitu tangible, reliability, responsive, emphaty dan assurance.

(29)

ini dapat dilihat dari koefisien jalur ( path coefficient ) yang menggambarkan kekuatan hubungan antara konstrak. Selanjutnya mengevaluasi nilai R-Square yaitu untuk melihat besarnya variability variabel endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen.

Penelitian Terdahulu

Agustian dan Sujana (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Produk Wall‟s Conello). Analisis menggunakan analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan hasil analisis, labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen produk Wall‟s Conello. Selain itu rata-rata penilaian tanggapan mahasiswa Muslim mengenai labelisasi halal produk Wall‟s Conello adalah baik.

Ghanimata (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan Lokasi terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Pembeli Produk Bandeng Juwana Elrina Semarang). Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat terlihat bahwa semua variabel harga, kualitas produk dan lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel lokasi mempunyai pengaruh yang paling besar kemudian secara berturut-turut diikuti oleh variabel kualitas produk dan harga.

Rofiqoh (2012) meneliti tentang Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Mie Instan Indofood (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Muamalah Dan Ahwal Al-Syakhsiyyah Semester VIII IAIN Walisongo Semarang). Metode yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis, labelisasi halal berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen membeli produk mie instan indofood.

Alfian (2013) meneliti tentang Analisis Pengaruh Persepsi Harga, Kualitas Produk, Aksesibilitas Lokasi dan Kekuatan Referensi Sosial terhadap Keputusan Pemilihan Rumah Makan Padang Salero Bundo di Jakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat terlihat bahwa semua variabel yaitu persepi harga, kualitas produk, aksesibilitas lokasi dan kekuatan referensi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Berturut-turut variabel aksesibilitas lokasi, persepsi harga, kekuatan referensi dan kualitas produk secara berurutan menjabarkan besaran koefisien regresi dari yang paling besar hingga yang paling kecil.

(30)

Rambe dan Afifuddin (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pencantuman Label Halal pada Kemasan Mie Instan terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Al-Washliyah, Medan). Analisis menggunakan korelasi product moment. Dari penelitian ini diketahui bahwa pencantuman label halal memberikan pengaruh sebesar 31.1% terhadap minat beli. Selain itu minat beli mahasiswa Universitas Al-Wasliyah Medan terhadap produk mie instan tergolong tinggi dan keyakinan mahasiswa terhadap pencantuman label halal pada kemasan mie instan, dinyatakan tinggi.

Kerangka Pemikiran

(31)
[image:31.595.112.509.81.574.2]

Gambar 2. Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh label halal, harga, kualitas produk, layanan dan aksesibilitas lokasi terhadap keputusan pembelian, maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut antara lain:

1. Label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 2. Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 4. Layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

5. Aksesibilitas lokasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Mayoritas Penduduk

Indonesia Muslim

Kewajiban Mengonsumsi Pangan Halal

Restoran Cepat Saji

Label Pangan

Label Halal

Keputusan Pembelian Kebutuhan Pokok

(Pangan)

Gaya Hidup (Prestise, Efisiensi)

Label Halal Harga Aksesibilitas

Lokasi Layanan

Kualitas Produk

(32)

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan mengajukan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder hanya digunakan untuk mendukung penelitian yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mempelajari literatur, buku, skripsi dan semua sumber yang memungkinkan termasuk media internet.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat restoran cepat saji berlabel halal di Kota Bogor diantaranya Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken (KFC), A&W dan

McDonald‟s (McD). Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasakan pertimbangan bahwa keempat restoran cepat saji tersebut sudah lama berdiri serta memiliki beberapa franchise di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober.

Metode Pengambilan Sampel

Metode penarikan sampel responden pada penelitian ini menggunakan non- probability sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang dipilih dengan pertimbangan responden konsumen muslim yang sedang melakukan pembelian atau mengonsumsi makanan pada masing-masing restoran cepat saji. Peneliti menggunakan 22 indikator pertanyaaan terkait variabel laten dengan total responden pada penelitian ini berjumlah 100 responden yang terdiri dari 25 responden pada masing-masing restoran cepat saji. Jumlah tersebut telah sesuai dengan persyaratan atas alat analisis yang digunakan, yaitu Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM) antara 30 - 100 responden.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) dan studi literatur. Pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan informasi, gambaran, serta keterangan yang relevan sesuai dengan topik penelitian ini yaitu dapat mengetahui hasil pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian pada restoran cepat saji di Kota Bogor. Data primer yang digunakan bersifat kualitatif dalam bentuk kuesioner tertutup menggunakan skala

likert dengan skala 1 sampai 5 yang dibagikan kepada responden pada masing-masing restoran cepat saji. Waktu pengambilan sampel data dilakukan setiap hari meliputi hari kerja yaitu hari Senin sampai Jumat dan hari libur yaitu hari Sabtu dan Minggu pada siang dan malam hari.

Skala Likert

(33)

tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Informasi yang didapat dari skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. sehingga, peneliti hanya dapat membagi responden kedalam urutan ranking atas dasar persepsinya. Bobot yang diberikan bernilai 1 hingga 5. yaitu sangat setuju (5). setuju (4). kurang setuju (3). tidak setuju (2). sangat tidak setuju (1) (Sugiyono 2010). Pada penelitian ini dilakukan identifikasi mengenai pemahaman responden mengenai label halal.

Pengujian Kuesioner

Setiap butir pertanyaan yang ada pada kuesioner kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.

a. Uji validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana derajat kecermatan pengukuran alat tes. apakah alat tes yang ada telah mengukur sasaran yang akan diukur (Sugiyono 2010). Ada beberapa metode untuk mengukur validitas kuesioner salah satunya dengan metode korelasi pearson. Suatu atribut dikatakan valid jika nilai Sig. kurang dari taraf kesalahan 5%. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 50 responden.

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data (Sugiyono 2010). Ada beberapa metode untuk mengukur reliabilitas kuesioner salah satunya dengan metode Alpha Cronbach menggunakan software SPSS versi 16. Koefisien reliabilitas yang dianggap baik adalah nilai yang lebih besar dari 0.7.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis data, yaitu analisis deskriptif dan

Partial Least Square (PLS-PM) dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16 dan

software XLSTAT 2014.

Analisis Persepsi Konsumen Mengenai Pangan Halal dan Lembaga Halal pada Produk Pangan

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan. Analisis deskriptif ini ditampilkan dalam bentuk tabel untuk menjelaskan persepsi konsumen mengenai pangan halal dan lembaga halal pada produk pangan.

Analisis Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Kehalalan Suatu Produk Pangan

(34)

Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengolahan tingkat pengetahuan pengetahuan responden konsumen mengenai kehalalan suatu produk pangan adalah dengan cara menjumlahkan setiap jawaban benar pada setiap item soal kemudian dibandingkan dengan jumlah seluruh pertanyaan dan dikalikan 100%, hasilnya berupa persentase, dengan menggunakan rumus (Arikunto 1998):

%

100

x

n

x

p

keterangan: p = Persentase

x = Jumlah pertanyaan yang benar n = Jumlah seluruh pertanyaan

Hasil persentase dari pengolahan data kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala:

Persentase Kategori

100 % Seluruhnya

76 % - 99 % Hampir Seluruhnya

51 % - 75 % Sebagian Besar

50 % Setengahnya

26 % - 49 % Hampir Setengahnya

1 % - 25 % Sebagian Kecil

0 % Tidak Satupun

Selanjutnya, perhitungan presentasi dimasukkan ke dalam distribusi nilai. Jika responden menjawab pertanyaan dengan benar dengan kriteria sebagai berikut:

Persentase Kategori

76% - 100% Baik

56% - 75% Cukup

< 55% Kurang Baik

Analisis Pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian

Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM)

PLS-PM merupakan teknik analisis data untuk menganalisis hubungan di antara satu set blok variabel. Setiap blok variabel diasumsikan dapat mewakili konsep teoritis yang direpresentasikan dalam bentuk variabel laten (Yamin, Kurniawan 2011). Penelitian ini menggunakan beberapa indikator variabel laten eksogen yaitu label halal, harga, kualitas produk, layanan, aksesibilitas lokasi, kemudian dihubungkan dengan variabel laten endogen yaitu keputusan pembelian. Variabel-variabel ini diolah dan dianalisis dengan metode Partial Least Square

(35)
[image:35.595.124.505.83.338.2]

Gambar 3. Model penelitian PLS-PM Pemodelan dalam PLS-PM dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Model Pengukuran (Outer model)

Model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator-indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator merefleksikan variabel latennya. Uji yang dilakukan pada outer model:

a. Convergent Validity. Nilai convergent validity adalah nilai loading factor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan >0.5.

b. Average Variance Extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan >0.5. c. Composite Reliability. Nilai Composite Reliability diharapkan >0.6 untuk

semua laten.

d. Cronbach Alpha. Uji reliabilitas diperkuat dengan Cronbach Alpha. Nilai diharapkan >0.6 untuk semua laten.

e. Discriminant Validity. Nilai ini merupakan nilai cross loading factor yang berguna untuk mengetahui apakah laten memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan laten yang lain.

2. Model Persamaan (Inner Model)

Uji pada model struktural dilakukan untuk menguji hubungan antara konstruk laten. Ada beberapa uji untuk model struktural yaitu:

a. R Square pada variabel eksogen. Nilai R Square adalah koefisien determinasi pada variabel eksogen. Nilai R Square menunjukkan seberapa besar semua variabel eksogen mampu menjelaskan variabel endogen.

(36)

Peubah dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan suatu model untuk melihat apakah variabel eksogen akan memengaruhi variabel endogen. Sehingga diperoleh model:

Y =

ɣ

1LH

+

ɣ

2H

+

ɣ

3KP

+

ɣ

4L

+

ɣ

5AL

+

Ϛ

6

Dimana:

Y = Keputusan Pembelian. LH = Label Halal.

H = Harga.

KP = Kualitas Produk. L = Layanan.

AL = Aksesibilitas Lokasi.

ɣ

1,

ɣ

2....

ɣ

5 = Koefisien untuk masing-masing variabel LH, H... AL.

Ϛ

6 = Faktor Pengganggu.

Definisi Operasional:

[image:36.595.52.479.78.794.2]

Penelitian ini menggunakan enam variabel sabagai variabel laten dan dianalisis pengaruhnya antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Adapun definisi dari tiap-tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 1. Tiap-tiap variabel laten direfleksikan oleh beberapa variabel indikator seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Definisi operasional variabel

Variabel Laten Definisi

Label Halal

Label halal adalah label yang memuat keterangan halal dengan standar halal menurut agama Islam dan berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia.

Harga

Harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk serta kuantitas (porsi).

Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan.

Layanan

Kualitas layanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan kosumen.

Aksesibilitas Lokasi

Aksesibilitas lokasi merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tataguna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.

Keputusan Pembelian

(37)
[image:37.595.76.515.67.821.2]

Tabel 2. Variabel laten dan indikator

Variabel Laten Eksogen Indikator Simbol

Label Halal (LH)

Tahu maksud gambar LH1

Selalu memerhatikan LH2

Memberi informasi keamanan LH3 Informasi mempermudah konsumen LH4 Memiliki pengaruh dalam pembelian LH5 Menjadi pertimbangan pembelian LH6 Harga (H)

Harga bersaing H1

Harga sesuai kualitas H2

Harga terjangkau H3

Kualitas Produk (KP)

Makanan bersih dan higienis KP1

Sesuai dengan selera KP2

Makanan menarik KP3

Layanan (L)

Layanan cepat L1

Pelayan ramah L2

Fasilitas baik L3

Aksesibilitas Lokasi (AL)

Dekat dengan tempat tinggal AL1

Lokasi mudah dijangkau AL2

Dekat dengan fasilitas umum AL3 Variabel Laten

Endogen Indikator Simbol

Keputusan Pembelian (Y)

Dipengaruhi norma agama (faktor budaya)

Y1 Pengaruh dari teman dan keluarga

(faktor sosial)

Y2 Lebih memilih yang ada label halal

meski harga mahal (faktor pribadi)

Y3 Tidak ragu apabila ada label halal

(faktor psikologi)

Y4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Restoran Cepat Saji

Pizza Hut.

Pizza Hut adalah sebuah restoran berantai dan waralaba franchise makanan internasional yang berpusat di Addison, Texas, USA. Perusahaan ini didirikan tahun 1958 oleh dua mahasiswa, Dan dan Frank Carney dengan meminjam $600 dari ibu mereka untuk membuka toko pizza kecil di kampung halaman mereka di

Wichita, Kansas. Pada tahun 1977 Pizza Hut dibeli oleh PepsiCo, Inc. Pizza Hut

sekarang ini merupakan restoran pizza terbesar di dunia, dengan hampir 34 000 restoran, kios pengantaran-ambil ke luar di lebih dari 100 negara.

(38)

ditemui mudah di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Pizza Hut mempunyai beberapa konsep restoran. Mulai dari restoran yang hanya bisa makan di tempat (Dine In) yang tidak mempunyai layanan pengantaran. RBD (Restaurant Based delivery) yang menyediakan layanan pengantaran, hingga pesan ambil (carry out).

Menu di Pizza Hut terbagi atas 3 jenis. Appetizer, Main dishes (pizza dan non pizza), serta Dessert. Untuk Appetizer atau makanan pembuka terdapat berbagai macam jenis salad dan makanan pembuka lainnya seperti; Garlic Tomato Bruschetta, Breadstick, Chicken Wings dan Garlic Bread. Untuk Main Dishes, Pizza Hut menjual dalam empat jenis ukuran antara lain personal, small, medium,

dan large.

Kentucky Fried Chicken (KFC).

PT Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta dan telah memperoleh kesuksesan. Kesuksesan outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota besar lain di Indonesia, antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Manado. Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia. Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990 dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya.

Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79.6% dengan pendistribusian 43.8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group dan 35.8% kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group. Sementara saham minoritas (20.4%) didistribusikan kepada Publik dan Koperasi. Perseroan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Restaurants International (YRI), sebuah badan usaha milik Yum! Brands Inc, yaitu sebuah perusahaan publik di Amerika Serikat yang juga pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya, yakni Pizza Hut, Taco Bell, A&W dan Long John Silvers. Lima merek yang bernaung dibawah satu kepemilikan yang sama ini telah memproklamirkan Yum! Group sebagai fastfood chain terbesar dan terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama, sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multi-branding.

A&W (Allen & Wright).

(39)

muncul merek A&W, yang merupakan inisial dari dua nama mereka yakni „Allen

& Wright‟, dan nama minumannya menjadi A&Wrootbeer.

Penerapan logo A&W dilakukan sekitar tahun itu juga, dengan memasang logo A&W pada gelas mug-nya. Selama masa perkembangannya, A&W

mengalami beberapakali perubahan, baik perubahan kepemilikan perusahaan maupun logo yang dipergunakan. Logo pertama A&W semula berupa lingkaran donat, inisial A&W dan tulisan „ice cold rootbeer‟ didalamnya dengan anak panah yang tertancap tepat pada tengahnya. Versi logo ini ada beberapa, yakni hitam putih, hitam merah (1948, seringkali disebut red & black Bulls Eye) dan coklat

orange (1961, Brown & Orange Bulls Eye). Konsep penjualan yang dilakukan

A&W jug mengalami perubahan, dari yang semula merupakan kios drive-in untuk

rootbeer, menjadi restoran cepat saji. Kini setelah lebih dari 75 tahun, A&W

menjadi salah satu restoran cepat saji terbesar di dunia dengan minuman rootbeer

khasnya dan anak cabang restoran tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia.

McDonald’s (McD).

McDonald‟s pertama kali didirikan pada tahun 1937 oleh Richard & Maurice di Pasadena. Pertama kalinya restoran McDonald‟s masih memakai konsep Drive In, konsep ini terkenal pada saat itu. McDonald‟s memiliki logo yang berbentuk huruf M dan berwarna kuning. Logo ini dibuat agar lebih diingat oleh pengunjung dikarenakan simpel dan mudah diingat. Logo ini bernama The Golden Arch. Kesulitan yang dihadapi saat memiliki konsep drive in pada tahun 1955, membuat McDonald‟s mengubah konsep baru yaitu Fast Food.

Restoran ini menerapkan sistem waralaba dimana sudah memiliki perjanjian-perjanjian dan didistribusikan penjualannya secara langsung, jadi setiap toko memiliki produk yang dijual sama. Selain itu McDonald‟s juga menerapkan prosedur operasi standar (Standart Observation Checklist) yang dimana semuanya makanan yang dijual harus memiliki standar yang sama. McDonald‟s juga membuka Hamburger University pada tahun 1961 digunakan untuk pelatihan orang yang akan menjadi waralaba McDonald‟s.

McDonald‟s di Indonesia pertama kali tahun 1991. Indonesia adalah negara yang ke 70 yang memakai waralaba McDonald‟s. Pemilik McDonald‟s di Indonesia adalah H. Bambang N. Rahcmadi Msc MBA. Pemilik McDonald‟s

mengikuti training selama 1 tahun dan restoran McDonald‟s pertama kali didirikan di Sarinah Jakarta. Perkembangan yang sangat cepat. Saat ini

McDonald‟s memiliki ratusan restoran di seluruh Indonesia. Karakteristik Responden

(40)

Juta yaitu sebanyak 38 responden (38%). Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:40.595.44.476.57.823.2]

Responden berdasarkan jenis kelamin dipilih secara acak pada saat penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin responden sebagai berikut:

Tabel 3. Jenis Kelamin responden pada masing-masing restoran cepat saji Jenis

Kelamin

Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Laki-Laki 10 40% 9 36% 15 60% 16 64%

Perempuan 15 60% 16 64% 10 40% 9 36%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 3 perbandingan jenis kelamin responden pada masing-masing restoran cepat saji saat dilakukan penelitian memperlihatkan bahwa Pizza Hut dan KFC di dominasi oleh perempuan sebanyak 15 responden (60%) dan 16 responden (64%). Sedangkan A&W dan McD di dominasi oleh laki-laki sebanyak 15 responden (60%) dan 16 responden (64%). Jenis kelamin responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Jenis kelamin responden.

Pada Gambar 4 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki sebanyak 50 responden (50%) dan responden perempuan dengan jumlah sebanyak 50 responden (50%) dari total responden dalam penelitian ini.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Perbedaan usia antar responden akan menunjukkan bagaimana pola pikir dan sikap responden dalam melakukan keputusan pembelian atau selera dan tujuan reponden tersebut dalam melakukan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai usia responden sebagai berikut:

50%

50% Laki - Laki

(41)

Tabel 4. Usia responden pada masing-masing restoran cepat saji

Usia Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

<20 tahun 0 0% 4 16% 5 20% 3 12%

20-30 tahun 21 84% 16 64% 17 68% 18 72%

31-40 tahun 4 16% 5 20% 3 12% 4 16%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 4 perbandingan usia responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas responden berada di usia 20-30 tahun yaitu, Pizza Hut sebanyak 21 responden (84%), KFC sebanyak 16 responden (64%), A&W sebanyak 17 responden (68%) dan McD sebanyak 18 responden (72%). Usia responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Usia responden

Pada Gambar 5 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa mayoritas usia responden berada pada usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 72 responden (72%). Sedangkan untuk responden berusia antara 31-40 tahun sebanyak 16 responden (16%) dan responden lainnya berusia <20 tahun sebanyak 12 responden (12%). Gambar 3 menunujukkan adanya distribusi usia yang beragam diantara responden. Ini menunjukkan bahwa makanan cepat saji merupakan makanan yang disukai berbagai macam golongan usia. Terkecuali usia >40 tahun yang sudah mulai mengurangi konsumsi makanan cepat saji untuk menjaga kesehatan.

Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili

Domisili merupakan asal dari tempat tinggal responden. Domisili responden ini berkaitan dengan jarak atau aksesibilitas responden terhadap lokasi restoran cepat saji. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai domisili responden sebagai berikut:

Tabel 5. Domisili responden pada masing-masing restoran cepat saji

Domisili Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Bogor 21 84% 17 68% 20 80% 21 84%

Luar

Bogor 4 16% 8 32% 5 20% 4 16%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

12%

72% 16%

<20 tahun

20 – 30 tahun

(42)
[image:42.595.47.485.62.828.2]

Berdasarkan Tabel 5 perbandingan domisili responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas domisili responden berada Kota Bogor yaitu, Pizza Hut sebanyak 21 responden (84%), KFC sebanyak 17 responden (68%), A&W sebanyak 20 responden (80%) dan McD sebanyak 21 responden (84%). Domisili responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Domisili responden.

Pada Gambar 6 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa sebanyak 79 responden (79%) berdomisili di Bogor dan sebanyak 21 responden (21%) berdomisili diluar Bogor. Mayoritas responden berdomisili di Kota Bogor dikarenakan lokasi penelitian berada di Kota Bogor.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai tingkat pendidikan responden sebagai berikut:

Tabel 6. Tingkat pendidikan responden pada masing-masing restoran cepat saji Tingkat

Pendidikan

Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMA 5 20% 6 24% 5 20% 7 28%

D3 6 24% 3 12% 8 32% 4 16%

S1 12 48% 15 60% 12 48% 13 52%

S2 2 8% 1 4% 0 0% 1 4%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 6 perbandingan tingkat pendidikan responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah S1 yaitu, Pizza Hut sebanyak 12 responden (48%),

KFC sebanyak 15 responden (60%), A&W sebanyak 12 responden (48%) dan

McD sebanyak 13 responden (52%). Tingkat pendidikan responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 7.

79% 21%

Bogor

(43)

Gambar 7. Tingkat pendidikan responden.

Pada Gambar 7 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa menurut kelompok pendidikan, responden dengan kelompok tingkat pendidikan S1 sebagai responden terbanyak sebanyak 52 responden (52%). Responden kelompok tingkat pendidikan SMA sebanyak 23 responden (23%). Responden kelompok tingkat pendidikan D3 sebanyak 21 responden (21%). Untuk kelompok responden dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 4 responden (4%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Peneliti juga mengelompokkan jenis pekerjaan responden untuk memudahkan peneliti melihat macam-macam pekerjaan dari para responden. Hal ini juga berkaitan dengan waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai pekerjaan responden sebagai berikut:

Tabel 7. Pekerjaan responden pada masing-masing restoran cepat saji

Pekerjaan Pizza Hut KFC A&W McD

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pelajar/Mahasiswa 2 8% 10 40% 6 24% 7 28%

Pegawai Negri 6 24% 1 4% 2 8% 0 0%

Pegawai Swasta 11 44% 11 44% 12 48% 14 56%

Wiraswasta 5 20% 2 8% 4 16% 3 12%

Lainnya 1 4% 1 4% 1 4% 1 4%

Total 25 100% 25 100% 25 100% 25 100%

Berdasarkan Tabel 7 perbandingan pekerjaan responden pada masing-masing restoran cepat saji memperlihatkan bahwa mayoritas pekerjaan responden sebagai pegawai swasta yaitu, Pizza Hut sebanyak 11 responden (44%), KFC

sebanyak 11 respo

Gambar

Gambar 2. Kerangka pemikiran
Gambar 3. Model penelitian PLS-PM
Tabel 1. Definisi operasional variabel
Tabel 2. Variabel laten dan indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan mengetahui pengaruh positif persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Restoran di Restoran Siap Saji Happy Bee dan untuk mengetahui perbedaan persepsi

kepuasan konsumen dan niat beli ulang pada restoran cepat saji. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian

Bagi kelompok responden yang sudah pernah makan di restoran cepat saji di Indonesia pada nomor kartu delapan belas menunjukan bahwa yang menjadi value driver pada restoran cepat

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian pada Restoran Cepat Saji (Studi Kasus di Popeye Chicken Express, Surakarta).. Tujuan penulisan skripsi ini untuk

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS LAYANAN, DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN CEPAT SAJI QUICK CHICKEN DI KOTA TUBAN.. Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Cepat Saji di McDonald Sisingamangaraja Medan Hasil statistik uji t untuk variabel Kualitas pelayanan diperoleh nilai