• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik adalah ciri-ciri individu yang terdiri atas demografi seperti jenis kelamin, umur, status sosial, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, dan status ekonomi (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, karakteristik responden meliputi jenis kelamin, agama, umur, pendidikan dan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik responden di Kecamatan Palembayan

Variabel Frekuensi (n=150) % Jenis Kelamin Laki-laki 150 100 Agama Islam 150 100 Umur >17-< 25 tahun 18 12 25-< 40 tahun 60 40 ≥ 40 tahun 72 48 Pendidikan Tidak sekolah 11 7.3 SD 26 17.3 SMP 42 28 SMA 57 38 Sarjana 14 9.4 Pekerjaan Petani 61 40.7 Pegawai Swasta 2 1.3 Pegawai Negri 16 10.7 Wiraswasta 65 43.3 Lainnya 6 4

Berdasarkan data Tabel 5, pemilik anjing pemburu di Kecamatan Palembayan yang diambil datanya, berjenis kelamin laki-laki (100%), beragama

Islam (100%), berumur ≥ 40 tahun (48%), mayoritas lulusan SMA (38%) dan umumnya bekerja sebagai wiraswasta (43.3%). Karakteristik pemilik anjing pemburu berhubungan dengan keadaan umum kesehatan anjing yang mereka miliki. Menurut Notoatmodjo (2007), kebutuhan dan tuntutan seseorang terhadap kesehatan manusia dan hewan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial

budaya, dan pekerjaan. Jika tingkat pendidikan baik, maka keadaan sosial budaya dan pekerjaan bertambah baik dan secara relatif kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan manusia dan hewan juga semakin baik.

Karakteristik Anjing Pemburu

Masyarakat di daerah Sumatera Barat, khususnya Kecamatan Palembayan, banyak menggunakan anjing sebagai hewan pemburu. Untuk mendapatkan fungsi sebagai anjing pemburu maka masyarakat Sumatera Barat harus mengetahui karakteristik anjing peliharaannya supaya bisa dilatih menjadi pemburu yang lincah dan handal. Karaktristik anjing pemburu bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

Jenis anjing pemburu

Anjing kampong 136 90.7

Ras 14 9.3

Umur anjing pemburu

2.5 tahun 10 6.7 3.5 tahun 27 18 4,5 tahun 81 54 5.5 tahun 29 19.3 6 tahun 3 2 Jenis kelamin Jantan 108 72 Betina 42 28

Berdasarkan Tabel 5, sebanyak 90.7% merupakan jenis anjing kampung, berumur 4,5 tahun (54%) dan berjenis kelamin jantan (72%). Anjing jenis ini banyak digunakan sebagai hewan pemburu oleh responden karena populasi anjing kampung di daerah Kecamatan Palembayan sangat banyak sehingga mudah untuk mendapatkannya. Disamping itu, anjing jenis ini juga handal dalam mengejar mangsa. Menurut responden yang ikut dalam tradisi berburu mengatakan bahwa anjing kampung berjenis kelamin jantan dengan umur muda (sekitar 4.5 tahun) lebih banyak digunakan untuk berburu. Anjing jantan pada kisaran umur ini lebih cepat dalam mengejar mangsa bila dibandingkan dengan anjing jantan yang lebih tua (umur diatas 6 tahun) maupun anjing betina. Menurut Untung (1999), anjing kampung sering digunakan sebagai hewan pemburu karena memiliki tubuh kecil

memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang.

Masa hidup anjing bergantung pada jenis ras. Rata-rata anjing yang berukuran tubuh besar hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun, sedangkan anjing dengan ukuran tubuh kecil mampu hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing berukuran tubuh sedang dan anjing kampung berkisar antara 13-14 tahun (Untung 1999).

Jadwal Berburu dan Jenis Hewan yang Diburu

Kebiasaan berburu merupakan upaya untuk mengamankan wilayah pertanian dan perkebunan dari gangguan binatang perusak. Kebiasaan ini dilakukan secara berkelompok dan memiliki organisasi atau perkumpulan. Organisasi berburu babi di daerah Minang dinamakan dengan PORBI (Persatuan Buru Babi) (Pramundito dan Bambang 2005).

Tabel 7 Jadwal berburu dan jenis hewan yang diburu responden

Variabel Frekuensi

(n=150) %

Jadwal berburu

1 kali seminggu 59 39.3

2 kali seminggu 91 60.7

Jumlah anjing untuk berburu

1 ekor 40 26.7

2 ekor 89 59.3

3 ekor 17 11.3

4 ekor 3 2

5 ekor 1 0.7

Hewan target buruan

Babi hutan 150 100

Berdasarkan hasil survei (Tabel 7), diketahui bahwa 60.7% responden melakukan kegiatan berburu dua kali seminggu, kebanyakan responden (59.3%) membawa anjing untuk berburu sebanyak 2 ekor dengan hewan target buruan adalah babi hutan. Tradisi berburu bertujuan untuk mengusir hama babi hutan yang merusak kebun dan sawah petani di daerah Minangkabau, khususnya di Kecamatan Palembayan. Tradisi ini menjadi bagian dari kehidupan agraris karena sebagian masyarakat Kecamatan Palembayan menggantungkan kehidupan dari

hasil pertanian. Belakangan ini berburu babi menjadi hobi dan gaya hidup masyarakat di Kecamatan Palembayan (Suryadi 2011).

Perawatan Anjing Pemburu

Manajemen pakan adalah pemberian jenis pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anjing. Manajemen pakan berguna untuk menghindari anjing dari obesitas dan masalah lainnya seperti kurang tenaga, kulit kering dan kerusakan sel (Prajanto dan Agus 2004).

Tabel 8 Perawatan anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

Pakan anjing

Nasi saja 56 37.3

Daging/ikan saja 2 1.3

Pakan olahan pabrik 5 3.3

Sisa makanan pemilik rumah 70 46.7

Lain-lain 17 11.3

Frekuensi pemberian pakan anjing

Satu kali 18 12 Dua kali 118 78.7 Tiga kali 14 9.3 Pemberian vitamin Ya 60 40 Tidak 90 60 Jadwal mandi Setiap hari 7 6 Seminggu sekali 93 80.2

Seminggu dua kali 12 10.3

Kadang-kadang (tidak tentu) 4 3.4

Dimandikan pakai

Air saja 25 16.7

Shampo 48 32

Sabun 63 42

Sabun dan shampo 14 9.3

Rambut dikeringkan dengan

Dijemur diterik cahaya matahari 141 98.6

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, diketahui bahwa pakan yang diberikan oleh pemilik anjing pemburu sebagian besar (46.7%) berasal dari sisa makanan pemilik rumah. Sisa makanan pemilik rumah bisa mengganggu keseimbangan nutrisi anjing karena jumlah pakan yang masuk sulit dipantau komposisi nutrisinya. Hal ini patut menjadi perhatian karena anjing pemburu tersebut banyak mengeluarkan energi untuk kegiatan berburu. Seharusnya, anjing tersebut diberikan asupan pakan dengan nutrisi yang tinggi. Asupan pakan yang kurang nutrisi akan menyebabkan aktivitas yang dilakukan anjing terbatas dan anjing tersebut mudah terserang penyakit (Budiana 2009).

Syarat pakan yang baik untuk anjing ialah memenuhi keseimbangan nutrisi. Umumnya komposisi nutrisi utama pakan anjing terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Komposisi nutrisi pada pakan anjing mulai mendapat perhatian sejak abad ke-16, saat hewan ini mulai dipelihara manusia (Untung 1999). Komposisi nutrisi berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan mengurangi resiko terhadap serangan penyakit berbahaya. Semua nutrisi dibutuhkan dalam porsi tepat untuk kebutuhan reaksi kimia di dalam proses pencernaan, penyerapan, dan pembuangan. Bila nutrisi tidak tersedia dalam jumlah cukup maka sel-sel tubuh akan mati. Akibatnya, umur anjing menjadi pendek. Jadi, segala aktivitas dan hidup anjing sangat tergantung dari pakan yang dibutuhkan dan tenaga yang dihasilkan (Budiana 2009).

Berdasarkan data pada Tabel 8, sebanyak 78.7% responden memberikan pakan pada anjing pemburu dua kali sehari. Frekuensi pemberian pakan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kesehatan anjing pemburu. Pemberian pakan dua kali sehari tidak memenuhi komposisi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anjing pemburu karena pakan anjing pemburu tersebut kebanyakan berasal dari sisa makanan pemilik rumah.

Anjing pemburu yang dimiliki responden seharusnya diberi pakan sebanyak dua kali sehari, dengan pakan yang memiliki komposisi nutrisi terukur seperti dog food. Frekuensi pakan yang diberikan untuk anjing tergantung pada fase pertumbuhan. Pemberian pakan pada anjing dewasa yang tidak dalam tahap pertumbuhan sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan frekuensi pemberian pakan untuk anak anjing, anjing bunting, dan anjing yang baru sembuh

sebanyak 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari (Agromedia 2008).

Berdasarkan hasil survei (Tabel 8), diketahui bahwa sebanyak 60% responden tidak memberikan vitamin untuk anjing pemburu peliharaannya. Hal ini patut menjadi perhatian karena vitamin tersebut merupakan komponen yang sangat diperlukan tubuh untuk petumbuhan. Anjing pemburu yang dimiliki responden seharusnya mendapatkan asupan vitamin yang cukup supaya pertumbuhan bagus. Vitamin berfungsi sebagai koenzim atau merupakan gugus prostetik dari enzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang esensial. Vitamin juga sering disebut sebagai faktor pelengkap ransum, karena vitamin pada kenyataannya tidak mensuplai kalori dan juga tidak mempengaruhi massa tubuh secara nyata (Djojosoebagio dan Wiranda 2006).

Hewan-hewan yang diberi ransum murni yang merupakan campuran karbohidrat, lemak dan protein serta air dan mineral biasanya tidak dapat tumbuh secara normal akibat dalam ransum tersebut kekurangan vitamin. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan ganguan pertumbuhan dan metabolisme (Djojosoebagio dan Wiranda 2006).

Hal utama yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh anjing adalah dengan cara memandikannya. Berdasarkan hasil survei (Tabel 8) sebanyak 80.2% responden di Kecamatan Palembayan memandikan anjingnya seminggu sekali. Hal ini patut menjadi perhatian karena memandikan anjing seminggu sekali tergolong kedalam memandikan terlalu sering. Menurut Sianipar (2004) memandikan anjing terlalu sering bisa merusak paru dan menyebabkan rambut menjadi kusam karena lapisan lilin pada rambut rusak oleh air. Frekuensi memandikan anjing tergantung kepada jenis rambut dan lingkungan anjing. Anjing yang berambut pendek, seperti Dachshund (Tekel), Miniature Pincher, dan Boxer jika dipelihara diluar rumah sebaiknya dimandikan satu bulan sekali dan jika dipelihara di dalam rumah dimandikan tiga bulan sekali (Yuliarti 2007).

Sebanyak 42% responden memandikan anjingnya menggunakan sabun manusia dan pengeringan rambut anjing dilakukan di bawah cahaya matahari (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena di Kecamatan Palembayan sulit untuk memperoleh sabun atau shampo khusus untuk anjing. Sabun untuk manusia bisa

mengiritasi kulit dan merontokkan rambut anjing karena pH sabun untuk manusia tidak sama dengan pH kulit anjing. Sabun manusia memiliki pH 5.5, sedangkan pH kulit anjing berkisar antara 7-7.4. Anjing sebaiknya dimandikan dengan shampo atau sabun khusus untuk anjing. Shampo berfungsi untuk membuat rambut anjing jadi lembut, menjaga kulit dengan baik, menghilangkan kutu, dan menebarkan aroma yang enak (Budiana 2009).

Pengeringan rambut anjing di bawah cahaya matahari tidak baik karena hanya mengeringkan rambut bagian luar saja, sedangkan rambut bagian dalam tidak kering. Rambut yang tidak kering tersebut kemudian menjadi lembab sehingga memudahkan bakteri, jamur atau parasit untuk berkembang biak dan menyebabkan anjing mudah terserang penyakit kulit (Yusuf dan Fika 2008). Menurut Yuliarti (2007), cara mengeringkan rambut anjing yang benar adalah dengan menggunakan blower khusus yang dirancang untuk anjing. Selain itu pengeringan rambut anjing bisa juga menggunakan lap karet (misalnya lap kanebo) yang sering digunakan untuk mengeringkan mobil. Lap karet ini memiliki daya serap yang tinggi dibandingkan dengan handuk biasa sehingga rambut anjing lebih cepat terbebas dari air. Perawatan anjing pemburu dari segi jadwal pembersihan kandang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jadwal pembersihan kandang anjing pemburu

Jadwal pembersihan kandang

Frekuensi

(n=150) %

Setiap hari 7 6

Seminggu sekali 93 80.2

Sebulan sekali 12 10.3

Kadang-kadang (tidak tentu) 4 3.5

Kandang anjing pemburu yang dimiliki responden pada umumnya terlihat kotor karena sebagian besar pemilik anjing pemburu tersebut (80.2%) membersihkan kandang hanya seminggu sekali. Hal ini membahayakan kesehatan anjing karena bakteri ataupun agen penyakit lain akan mudah berkembang dan anjing menjadi mudah terserang penyakit. Membersihkan kandang merupakan hal pokok dalam memelihara anjing. Kandang dan lingkungan yang kotor akan mengganggu kenyamanan dan menjadi sarang berbagai macam mikroorganisme pathogen, baik itu bakteri, virus, parasit, maupun jamur. Lingkungan tempat

individu bertumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengembangkan sistem pertahanan tubuhnya. Untuk mewujudkan kandang yang bersih dan sehat, maka kandang tersebut harus dibersihkan setiap hari dari kotoran dan dipel dengan desinfektan (Yuliarti 2007).

Kebersihan Rambut dan Kondisi Kriteria Bentuk Tubuh Anjing Pemburu

rambut adalah benang-benang (fibers) keratinous yang tumbuh dalam folikel epitel yang terdapat pada seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak tangan dan kaki (pads). Rambut berkaitan dengan faktor-faktor genetik seperti warna, panjang atau pendek, kasar atau halus, dan tumbuhnya pada bagian-bagian tertentu tergantung faktor individual (Dharmojono 2002). Kebersihan rambut dan kondisi kriteria bentuk tubuh anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Kebersihan rambut dan kondisi kriteria bentuk tubuh anjing pemburu

Variabel Frekuensi

(n=150) %

Kebersihan rambut anjing

Kotor 32 21.3

Sedikit kotor 96 64

Bersih 22 14.7

Kondisi tubuh anjing

Kurus 77 51.3

Sedang 63 42

Gemuk 10 6.7

Kebersihan rambut merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan seekor anjing. Anjing yang bersih akan terhindar dari segala macam penyakit terutama penyakit kulit dan penyakit yang memerlukan penetrasi lewat rambut. Kebersihan rambut erat kaitannya dengan kebersihan kandang dan perawatan tubuh yang diberikan pemilik seperti mandi, pengeringan rambut, dan grooming (Yuliarti 2007). Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa 64% rambut anjing pemburu yang diperiksa tergolong sedikit kotor dan 21.3% tergolong kotor. Hal tersebut disebabkan karena responden banyak mengeringkan bulu anjingnya dengan cara dijemur di bawah cahaya matahari dan membersihkan kandang dilakukan seminggu sekali.

Berdasarkan hasil observasi mengenai bentuk tubuh anjing pemburu yang dimiliki oleh responden diketahui bahwa 51.3% anjing terlihat kurus. Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar anjing tersebut hanya diberi pakan dengan sisa makanan rumah dan kurangnya asupan vitamin sehingga nutrisi yang didapatkan anjing tidak sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkannya untuk berburu. Pakan yang sebaiknya diberikan kepada anjing pemburu adalah dog food karena selain praktis kandungan nutrisinyapun lengkap (Prajonto dan Agus 2004). Kekurusan pada hewan bisa disebabkan oleh pengaruh pakan, adanya penyakit-penyakit pada traktus digestivus, demam yang terus-menerus, tuberculosis, diabetes mellitus atau insipidus, dan defisiensi kobalt (Widodo et al. 2011).

Pemberian Vaksin Rabies

Vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit. Dari hasil survei (Tabel 11) didapatkan 50.7% responden yang melakukan vaksinasi rabies terhadap anjing pemburu peliharaannya. Dari 50.7% responden yang memvaksinasi anjingnya, hanya 50% responden yang melakukan vaksinasi rabies sesuai dengan jadwal. Jadwal vaksinasi rabies anjing pemburu yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pemberian vaksinasi rabies pada anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi %

Pernah diberi vaksin rabies

Ya 76 50.7

Tidak 74 49.3

Vaksinasi sesuai jadwal

Ya 38 50

Tidak 36 47.4

Lain-lain 2 2.6

Kesadaran responden di Kecamatan Palembayan untuk melakukan vaksinasi rabies terhadap anjing pemburu peliharaannya kurang baik. Dari hasil wawancara informal terhadap beberapa responden yang tidak memberikan vaksinasi rabies mengatakan bahwa vaksinasi bisa menyebabkan anjing menjadi sakit, lemah dan kurang cepat dalam mengejar mangsa. Menurut Yuliarti (2007),

vaksinasi rabies pada anjing harus dilakukan setahun sekali. Kurangnya vaksinasi rabies pada anjing dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan pemilik anjing terhadap bahaya rabies, terbatasnya ketersediaan vaksin serta tidak adanya sangsi dan aturan yang mengikat dalam memelihara anjing (Utami et al. 2008). Kondisi tubuh anjing pada saat divaksinasi harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Anjing yang baru divaksinasi sebaiknya tidak berinteraksi dengan anjing lainnya karena kondisi tubuh masih lemah (Untung 1999).

Jenis penyakit yang Diderita anjing Pemburu yang Pernah Dimiliki Responden dan Cara Pengobatannya

Sebanyak 96 responden menjawab anjingnya pernah terserang penyakit. Penyakit-penyakit yang pernah diderita antara lain rabies, skabies, gangguan saluran pencernaan (dengan gejala diare), flu (dengan gejala demam), gangguan ekstrimitas (dengan gejala kepincangan), abses di bagian ekor, luka (di bagian leher, kelopak mata, dan telinga) dan infeksi saluran pernafasan atas (dengan gejala batuk). Jenis penyakit yang diderita dan cara pengobatan anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jenis penyakit yang diderita anjing pemburu yang pernah dimiliki responden dan cara Pengobatan

Variabel Frekuensi

(n=96) %

Penyakit yang pernah diderita anjing

Rabies 3 3.1

Scabies 18 18.8

Gangguan saluran pencernaan (diare) 35 36.5

Lain-lain 40 41.7

Dibawa berobat

Dokter hewan 10 10.4

Paramedis 30 31.1

Diobat sendiri 56 58.4

Gejala penyakit yang teramati pada anjing pemburu di Kecamatan Palembayan menurut responden adalah diare (sebanyak 36.5%) dengan pengobatan yang sering dilakukan sendiri (58.4%). Gejala diare yang sering menyerang anjing pemburu kemungkinan disebabkan karena pengaruh pakan yang tidak baik, parasit, dan stres akibat berburu. Responden di Kecamatan

Palembayan sering mengobati anjingnya sendiri tanpa dibawa ke petugas kesehatan terkait. Pengobatan yang diberikan biasanya menggunakan obat herbal (daun dan akar tanaman) seperti daun pepaya, daun rambutan, dan akar pinang. Diare dapat disebabkan oleh agen infeksius, pergantian pakan, pakan basi atau stres. Stres berat yang dapat menyebabkan hewan diare antara lain karena pindah rumah, ganti pemilik, tempat buang air berubah dan ketakutan (Dharmojono 2001).

Keadaan Fisiologis Tubuh Anjing Pemburu

Keadaan fisiologis tubuh merupakan salah satu persyaratan penting untuk anjing pemburu. Setiap nilai fisiologis biasanya berupa nilai selang antara batas minimum dan maksimum. Jika suatu hewan memiliki nilai lebih rendah dari batas minimum atau melebihi selang nilai batas maksimum, maka hewan dapat dikatakan mengalami gangguan atau sakit. Keadaan fisiologis tubuh anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Keadaan fisiologis tubuh anjing pemburu

Parameter Jumlah Hewan

(n=150) %

Suhu tubuh (oC)

< 36 7 4.7

37-39 129 86

> 39 14 9.3

Frekuensi nafas (.. x/menit)

< 14 3 2

15-30 131 87.3

> 30 16 10.6

Frekuensi nadi (.. x/menit)

< 65 8 5.3

65-90 124 82.7

> 90 18 12

Keterangan : referensi normal : suhu tubuh : 37-39, frekuensi nafas:15-30, frekuensi nadi: 65-90 (Widodo et al. 2011).

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Tabel 13, dari 150 ekor anjing pemburu yang diperiksa, diketahui bahwa sebanyak 86% anjing pemburu yang dimiliki responden memiliki suhu tubuh berada dalam kisaran 37-39°C, 87.3%, frekuensi nafas berkisar antara 15-30 kali/menit, dan frekuensi nadi (82.7%)

berada dalam kisaran 65-90 kali/menit. Kisaran suhu tubuh, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi anjing pemburu yang dimiliki responden pada umumnya masih berada dalam kisaran normal, namun demikian terdapat beberapa ekor anjing memiliki parameter diluar batasan normal.

Menurut Cunningham (1997), suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis hewan, dan kondisi hewan. Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur hewan, aktivitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan dan posisi hewan (Biauw 1977). Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi jantung adalah jenis hewan, ukuran tubuh, umur dan jenis kelamin (Widodo et al. 2011).

Hewan bertubuh kecil memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan berbadan besar pada spesies yang sama. Hewan yang lebih muda memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang lebih tua. Hewan betina memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan jantan. Hewan yang sedang bunting tua juga memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dalam keadaan tidak bunting (Biauw 1977).

Hewan-hewan betina, hewan-hewan bunting, dan hewan-hewan muda mempunyai suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan hewan jantan, hewan tidak bunting, dan hewan tua (Widodo et al. 2011). Hewan-hewan Ukuran tubuh yang kecil, umur muda, suhu lingkungan panas, dan sedang bunting mempunyai frekuensi pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan hewan berukuran besar, umur tua, suhu lingkungan dingin dan tidak bunting (Biaw 1977).

Pemeriksaan Selaput Lendir

Pemeriksaan kesehatan anjing dapat dilihat dari keadaan selaput lendir pada konjungtiva, mulut, vulva atau penis, dan rektum. Sewaktu memeriksa selaput lendir, yang harus diperhatikan adalah warna, kebasahan, dan kondisi permukaan seperti ada/tidaknya ulkus, vesikula, papula, dan pustula (Biauw 1977). Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Pemeriksaan umum konjungtiva mata kiri, konjungtiva mata kanan dan mukosa mulut

Parameter mata kiri mata kanan Mulut n % n % n % Warna mukosa Rose 146 97.3 146 97.3 113 75.3 Merah 3 2.1 4 2.7 32 21.3 Pucat 1 0.6 5 3.3 Kekeruhan mukosa Licin-mengkilat 147 98 146 97.3 149 97.3 Keruh-kotor 3 2 4 2.7 1 0.7

Basah atau kering Mukosa

Basah 150 100 150 100 150 100

Kerusakan mukosa

Ada kerusakan 2 1.3 12 8 12 8

Tidak ada kerusakan 148 98.7 138 92 138 92

Keterangan : n dari 150 ekor hewan yang diperiksa

Berdasarkan Tabel 14, hasil pemeriksaan pada konjungtiva kiri diperoleh 97.3% berwarna rose, 98% licin-mengkilat, 100% terlihat basah, dan 98.7% tidak ada kerusakan, sedangkan hasil pemeriksaan pada konjungtiva kanan diperoleh 97.3% berwarna rose, 97.3% licin-mengkilat, 100% basah, dan 92% tidak ada kerusakan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap mukosa mulut 75.3% mukosa bewarna rose, 97.3% licin-mengkilat, 100% basah, 92% tidak ada kerusakan. Secara umum, dari hasil pemeriksaan konjungtiva dan mukosa mulut, dapat disimpulkan bahwa anjing pemburu yang dimiliki oleh responden berada dalam kondisi baik.

Pemeriksaan mukosa vulva dilakukan pada hewan betina sedangkan penis dilakukan pada hewan jantan. Jumlah anjing pemburu yang diperiksa sebanyak 150 ekor, masing-masing terdiri dari 108 ekor jantan dan 42 ekor betina. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Keadaan mukosa penis dan vulva anjing pemburu

Parameter

Mukosa penis Mukosa vulva

n= 108 % n= 42 %

Adanya mukosa

Ada, tidak ada kerusakan 99 91,7 37 88,1

Ada, ada radang 9 8,3 5 11,9

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kerusakan mukosa penis sebanyak 91.7% anjing pemburu yang dimiliki oleh responden tidak ada yang

mengalami kerusakan, sedangkan 8.3% mengalami kerusakan dan hasil pemeriksaan terhadap vulva 88.1% anjing pemburu yang dimiliki responden tidak ada yang mengalami kerusakan, sedangkan 11.9% mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada mukosa penis yang ditemukan pada anjing pemburu yang dimiliki responden disebabkan oleh adanya peradangan, bengkak dan luka sedangkan kerusakan yang ditemukan pada mukosa vulva disebabkan oleh adanya bengkak kecil dan perdarahan. Kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pemeriksaan pada mukosa penis dan vulva anjing pemburu.

Pemeriksaan Turgor Kulit

Pemeriksaan turgor kulit berfungsi untuk mengetahui elastisitas kulit, dan merupakan salah satu indikator untuk kondisi dehidrasi. Dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Anjing yang memiliki resiko lebih tinggi terkena dehidrasi adalah anjing gemuk dan tua, bunting atau menyusui, anak anjing, rambut yang tebal dan berwarna gelap, demam, penderita diare, muntah, dan hipertermia (Swenson 1984). Turgor kulit pada hewan sehat sangat baik dalam hitungan detik (kurang lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah kembali ke posisi datar semula (Widodo et al. 2011). Hasil pemeriksaan turgor kulit anjing pemburu di Kecamatan Palembayan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Pemeriksaan turgor kulit

Turgor kulit Variabel %

Bagus 104 69.3

Sedang 37 24.7

Jelek 9 6

Keterangan : n=150

Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan sebanyak 69,3% anjing pemburu yang dimiliki responden memiliki turgor kulit bagus, sedangkan hasil yang menunjukkan sedang dan jelek berturut-turut sebanyak 24.7% dan 6%. Turgor kulit sedang dan jelek pada anjing pemburu yang dimiliki responden disebabkan oleh pengaruh penyakit-penyakit kulit seperti scabies, dan diare. Menurut Widodo et al. (2011), turgor kulit yang menunjukkan hasil sedang dan jelek disebabkan oleh penyakit-penyakit kulit kronis seperti eksema, scabies, atau iritasi tekanan pada kulit untuk waktu yang lama, kehilangan cairan tubuh sangat

Dokumen terkait