• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kesehatan Anjing Pemburu di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Kesehatan Anjing Pemburu di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DESI KHAIRANI. Health Profile of Hunter Dogs in Palembayan Subdistrict in Agam District, West Sumatera Province. Under supervise of ETIH SUDARNIKA and ANITA ESFANDIARI.

(2)

PROFIL KESEHATAN ANJING PEMBURU

DI KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

PROVINSI SUMATRA BARAT

DESI KHAIRANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRAK

DESI KHAIRANI. Profil Kesehatan Anjing Pemburu Di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan ANITA ESFANDIARI.

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil kesehatan anjing pemburu di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data kesehatan (physical examination). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa anjing yang dimiliki oleh responden pada umumnya adalah anjing kampung berumur sekitar 4,5 tahun dan berjenis kelamin jantan. Kegiatan berburu dilakukan dua kali seminggu dengan hewan target buruan babi hutan. Kebanyakan tubuh anjing pemburu terlihat kurus karena sebagian besar anjing tersebut banyak diberi pakan dengan sisa makanan pemilik rumah. Kisaran suhu tubuh, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi anjing pemburu yang dimiliki responden di Kecamatan Palembayan pada umumnya masih berada dalam kisaran normal, namun demikian terdapat beberapa ekor anjing memiliki parameter diluar batasan normal. Secara umum konjungtiva, mukosa mulut dan turgor kulit anjing pemburu berada dalam kondisi baik.

(4)

ABSTRACT

DESI KHAIRANI. Health Profile of Hunter Dogs in Palembayan Subdistrict in Agam District, West Sumatera Province. Under supervise of ETIH SUDARNIKA and ANITA ESFANDIARI.

(5)

PROFIL KESEHATAN ANJING PEMBURU

DI KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

PROPINSI SUMATRA BARAT

DESI KHAIRANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam skripsi saya dengan judul Profil Kesehatan Anjing Pemburu Di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat merupakan karya saya sendiri dengan bimbingan Etih Sudarnika dan Anita Esfandiari belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 17 Agustus 2011

(7)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Profil Kesehatan Anjing Pemburu di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat Nama : Desi Khairani

NRP : B04070032

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etih Sudarnika, Msi Dr. drh. Anita Esfandiari, Msi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(8)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Profil Kesehatan Anjing Pemburu di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat”. Shalawat semoga tetap terhatur pada baginda Rasulullah Muhammad SAW, imam dan teladan terbaik bagi kehidupan ini.

Dengan penuh rasa hormat, terima kasih penulis haturkan kepada: 1. Ayah dan ama atas do’a, dukungan dan kasih sayangnya.

2. Dr. Ir. Etih Sudarnika, Msi dan Dr. drh. Anita Esfandiari, Msi selaku dosen pembimbing skripsi.

3. Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, Msi sebagai dosen pembimbing akademik 4. drh. Rahmat Hidayat, Msi sebagai dosen penilai makalah

5. Masyarakat Kecamatan Palembayan khususnya yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini.

6. Bang Adek sebagai ketua Persatuan Buru Babi (PORBI) di Salareh Aia 7. Uni Rina, Bang Rodi, uda Rahmat, uda Rika, adek Iwan, Adek fikri, dan

adek ami sebagai saudara yang selalu memberikan motivasi dalam belajar 8. Naufal sebagai keponakan yang paling ganteng dan paling disayangi inyik

dan nenek

9. Mak Dang, Mak Tinggi, Mak Puk, Mak Ciak, Mak Tuo dan Tek Pau yang selalu memberikan nasehat dan kasih sayangnya.

10.Teman-teman seperjuangan FKH angkatan 44 ”GIANUZI” yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam belajar.

11.Teman-teman pondok raos Rahmi, Mbak Epi, Ii dan Ni El yang selalu memberikan dukungan dan hiburan

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat untuk penambahan ilmu

mengenai profil kesehatan anjing pemburu.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Desi Khairani, lahir di Koto Alam, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam 31 Desember 1988. Penulis merupakan anak keempat dari tujuh

bersaudara, putri dari Kartini Hasan dan M. Fuadi, SAg. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 32 Kayu Pasak (tahun 1995-2001), Sekolah Pertama Negeri 3 Palembayan (tahun 2001-2004), dan Sekolah Menengah Umum 2 Lubuk Basung (tahun 2004-2007).

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berhasil menyelesaikan masa

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i-ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Karakteristik Anjing ... 3

Manajemen Kesehatan anjing ... 5

Status Gizi ... 5

Umur Anjing ... 6

Penyakit yang Sering Menyerang Anjing ... 6

Vaksinasi ... 9

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Desain Penelitian ... 11

Teknik Pengambilan Data ... 11

Desain Kuesioner ... 11

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 12

Teknik Pengambilan Contoh ... 13

Analisis Data ... 13

Definisi Operasional ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 19

Karakteristik Anjing Pemburu ... 20

(11)

Perawatan Anjing Pemburu ... 22

Kebersihan Rambut dan Kondisi Kriteria Bentuk Tubuh Anjing Pemburu ... 26

Pemberian Vaksin Rabies ... 27

Jenis Penyakit yang Pernah Diderita Anjing Pemburu yang Dimiliki Responden dan Cara Pengobatan ... 28

Keadaan Fisiologis Tubuh Anjing Pemburu ... 29

Pemeriksaan Selaput Lendir ... 30

Pemeriksaan Turgor Kulit ... 32

SIMPULAN DAN SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data biologis Anjing ... 5

2. Perbandingan antara umur anjing dan manusia ... 6

3. Program vaksinasi anjing ... 9

4. Definisi operasional peubah penelitian ... 14

5. Karakteristik responden di kecamatan palembayan ... 19

6. Karaktristik anjing pemburu ... 20

7. Jadwal berburu dan jenis hewan yang diburu responden .. 21

8. Perawatan anjing pemburu yang dimiliki responden... 22

9. Jadwal pembersihan kandang anjing pemburu ... 25

10.Kebersihan rambut dan kondisi kriteria bentuk tubuh Anjing pemburu ... 26

11.Pemberian vaksinasi anjing pemburu ... 27

12.Jenis penyakit yang pernah diderita anjing pemburu yang dimiliki responden dan cara pengobatan ... 28

13.Keadaan fisiologis tubuh anjing pemburu ... 29

14.Pemeriksaan umum konjungtiva mata kiri, konjungtiva Mata kanan dan mukosa mulut ... 31

15.Keadaan mukosa penis dan vulva anjing pemburu ... 31

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Anjing pemburu di Kecamatan Palembayan ... 3 2. Kerusakan pada mukosa penis dan vulva anjing

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuisioner profil kesehatan anjing pemburu ... 37 2. Cheklis observasi pemeriksaan kesehatan anjing

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara administratif Kecamatan Palembayan terletak di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan Palembayan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman, sebelah selatan berbatasan dengan Tanjung Raya, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Matur dan Kecamatan Palupuah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan Ampek Nagari. Kecamatan Palembayan terdiri dari enam desa (nagari), yaitu Salareh Aia, Tigo Koto Silungkang, Baringin, Sungai Puar, Sipinang dan Ampek Angkek Koto Palembayan. Kecamatan Palembayan memiliki luas sekitar 154 km2 dengan jumlah penduduk 29. 815 jiwa.

Masyarakat Kecamatan Palembayan pada umumnya adalah pedagang, petani, dan peternak kecil. Hal yang membudaya pada masyarakat di Kecamatan

Palembayan adalah hobi berburu babi hutan. Kebiasaan ini dilakukan secara berkelompok dan memiliki organisasi atau perkumpulan. Berburu adalah rutinitas yang sudah tidak asing lagi bagi kaum pria Minangkabau khususnya di daerah Kecamatan Palembayan. Dahulu kegiatan ini bertujuan untuk olahraga, namun kini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Seiring perjalanan waktu, masyarakat pada saat ini menjadikan kegiatan berburu sebagai hobi dan sebuah ladang bisnis. Jika anjing yang dibawanya pintar berburu, maka anjing tersebut akan mempunyai nilai jual tinggi.

Kebiasaan berburu merupakan upaya untuk mengamankan wilayah pertanian dan perkebunan dari gangguan binatang perusak. Berburu bagi masyarakat Minang, sama halnya dengan tradisi berburu binatang oleh etnis bangsa yang lain seperti di Afrika, Amerika dan lain-lain. Akan tetapi cara yang dilakukan akan berbeda pada masing-masing etnis. Maka proses berburu merupakan proses acculturation (Sahrul 2007).

Hewan yang digunakan untuk kegiatan berburu adalah anjing. Anjing (Canidae) merupakan hewan kesayangan yang paling banyak dipelihara oleh

manusia. Anjing sebagai hewan kesayangan bisa dilatih, diajak bermain dan bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya (Hatmosrojo dan Budiana

(16)

Diantara beberapa provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan kasus rabies tertinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat Sumatera Barat banyak memelihara anjing pemburu (Kamil et al. 2003). Anjing pemburu sebagai hewan peliharaan perlu mendapatkan perhatiaan dalam hal perawatan dan juga kesehatan. Anjing ini rentan terhadap berbagai penyakit, dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang membahayakan. Beberapa penyakit diantaranya merupakan penyakit yang bisa ditularkan ke manusia, misalnya rabies. Anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban tinggi dan perubahan temperatur yang drastis. Oleh karena itu, profil kesehatan anjing pemburu perlu diperhatikan, meliputi manajemen pemberian pakan, pemeliharaan, vaksinasi dan pengobatan.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kesehatan anjing

pemburu di daerah Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat.

Manfaat

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Karakteristik Anjing

Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Chordota Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Order : Carnivora Family : Canidae Genus : Canis

Species : Canis familiaris

Gambar 1 Anjing pemburu di Kecamatan Palembayan.

Anjing termasuk keluarga Canidae, bersaudara dengan serigala, rubah, dan anjing rakun. Diantara semua anggota Canidae, anjing mempunyai hubungan yang paling dekat dengan serigala, yang merupakan nenek moyang anjing. Secara umum keluarga Canidae memiliki ciri-ciri tubuh kecil memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang (Pennisi 2002).

(18)

Cynologique International (FCI), yaitu berdasarkan bentuk fisik, sifat dan kegunaan (Untung 1999).

Ada beberapa teori antropologi mengenai domestikasi anjing. Teori pertama menduga manusia yang mulai membentuk peradaban, tertarik pada kemampuan anjing melacak binatang buruan. Mereka menangkap anak anjing, memelihara dan melakukan seleksi untuk mendapatkan turunan yang jinak (Pennisi 2002).

Teori kedua, anjing yang mendekati manusia karena tertarik pada produk khas peradaban, yakni sampah. Teori ketiga disebut juga teori adaptasi. Teori ini merupakan teori yang diyakini mendekati realita, dimana manusia dan anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing. Namun seiring dengan perkembangan peradaban, kedua kelompok tersebut mulai melakukan aktivitas berburu dengan bekerja sama. Ketika mangsa mulai berkurang akibat kondisi

alam yang kurang menguntungkan, nenek moyang anjing mulai bergantung pada manusia hingga akhirnya anjing menjadi binatang yang dimanfaatkan oleh

manusia (Pennisi 2002).

Hubungan anjing dan manusia sudah terjalin sejak ratusan tahun silam. Bahkan manusia primitif memanfaatkan anjing sebagai teman berburu. Sebelum menjadi sahabat manusia, anjing adalah binatang liar. Mereka hidup berburu dengan cara berkelompok. Manusia pada masa itu juga hidup dari hasil berburu. Untuk membantu aktivitas berburu, manusia memanfaatkan anjing-anjing liar. Namun, anjing liar ternyata tidak mudah ditangkap karena memiliki kecepatan gerak tinggi, penciuman tajam, dan kepandaian. Beberapa anjing dipelihara untuk membantu aktivitas berburu atau menjaga harta majikan sehingga tercipta hubungan yang akrab. Kelebihan penciuman anjing dimamfaatkan manusia untuk mencari mangsa atau hewan terluka akibat senjata (Hatmosrojo dan Budiana 2007).

(19)

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh anjing. Air minum sebaiknya diberikan kepada anjing empat jam sekali. Air yang digunakan harus berupa air bersih atau air yang sudah dimasak telebih dahulu (Sianipar 2004). Data biologis anjing secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data biologis anjing

Lama hidup 13-17 tahun (bisa sampai 34 th)

Lama bunting 63 hari (53-71 hari)

Umur disapih 8-9 minggu

Umur dewasa Sekitar 1 tahun

Umur dikawinkan 6-8 bulan

Berat dewasa 2-90 kg

Aktivitas Diurnal (siang hari)

Suhu (rektal) 37-39°C

Pernafasan 15-30 kali/menit

Denyut jantung 60-90 kali/menit

(sumber: Smith dan Mangkoewidjojo 1988)

Manajemen Kesehatan Anjing

Manajemen kesehatan anjing merupakan salah satu bagian dari

manajemen pemeliharaan yang harus diperhatikan oleh pemilik. Manajemen pemeliharaan harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan (Animal welfare).

Lima aspek kesejahteraan hewan meliputi bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari cedera dan penyakit, bebas dari rasa stres dan bebas mengekspresikan sifat alaminya (WSPA 1997).

Status Gizi

Anjing yang bergizi baik memiliki kerangka yang diselaputi oleh urat daging, sehingga badan terlihat membentuk. Sebaliknya anjing yang begizi buruk

(20)

Umur Anjing

Sanusi (2004) menyatakan bahwa umur harapan hidup anjing pada masa lalu berkisar antara 8-10 tahun, sedangkan pada masa sekarang dapat mencapai 18-20 tahun. Beberapa faktor penyebab peningkatan umur harapan tersebut yaitu adanya perkembangan ilmu kedokteran hewan, penemuan berbagai obat, adanya pencegahan penyakit melalui vaksinasi, peningkatan mutu pakan anjing, dan cara pemeliharaan yang lebih baik oleh pemilik. Perbandingan antara umur anjing dan manusia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan antara umur anjing dan manusia

(21)

bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing yang terserang rabies. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan rabies (Untung 1999).

Tanda klinis dari penyakit rabies pada anjing dikenal dalam tiga bentuk, yaitu berbentuk ganas (Farios rabies) yang ditandai dengan masa eksitasi yang panjang dan kebanyakan akan mati dalam 2 sampai 5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat. Hewan menjadi tidak ramah, agresif, air liur keluar berlebihan, nafsu makan hilang, menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpainya; bentuk diam atau dungu (dumb rabies) dimana akan terjadi kelumpuhan (paralisa) yang sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh dan masa eksitasinya pendek; bentuk asymptomatis dimana hewan tiba-tiba mati dengan tidak menunjukan gejala-gejala sakit (Kaplan 1979).

Anjing yang dicurigai rabies jangan dibunuh, tetapi harus dilaporkan ke

Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan penangkapan, pengurungan, dan pengamatan oleh dokter hewan berwenang. Apabila anjing yang ada dalam

pengawasan mati, maka bagian dari otak anjing tersebut akan dikirimkan ke laboratorium kesehatan hewan untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Soeharsono 2007). Pencegahan penyakit rabies bisa dilakukan melalui pemberian vaksinasi rabies secara rutin sejak anjing berumur empat bulan dan diulang setiap 6-12 bulan sekali (Sianipar 2004).

Distemper

(22)

Penyakit Parasiter dan Jamur

Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari hewan kepada manusia. Penyakit ini berkaitan erat dengan tingkat kebersihan hewan. Penyebab scabies adalah Sarcoptes sp. Gejala klinis yang muncul antara lain timbulnya papula kecil bewarna merah, erythema yang meluas, menggaruk-garuk, bulu di daerah lesi rontok, keropeng kulit berwarna abu-abu, penebalan dan pelipatan kulit (Soeharsono 2007).

Pengobatan penyakit scabies dilakukan dengan memberikan ivermectin. Tindakan pengobatan harus diikuti dengan pembersihan kandang menggunakan insektisida atau membiarkan kandang dalam keadaan kosong dan kering selama 3 minggu. Peralatan yang digunakan untuk grooming pada anjing dapat dibersihkan dengan insektisida (Soeharsono 2007).

Kecacingan

Penyakit kecacingan pada anjing biasanya disebabkan oleh kondisi anjing

dan kandang yang tidak terawat. Cacing yang sering menyerang anjing adalah cacing gelang dan cacing pita. Jenis cacing gelang yang paling banyak menyerang anjing adalah Toxocara canis, sedangkan jenis cacing pita yang sering menyerang anjing adalah Dipylidium sp, Echinococcus sp, dan Taenia sp (Subronto 2006).

Gejala klinis kecacingan adalah ekspresi muka tampak sayu, mata berair, mukosa mata dan mulut pucat, batuk, dispnoea, asites, dan kurus. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan kandang, memisahkan anjing yang terserang kecacingan, dan memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali (Sianipar 2004).

Ringworm

(23)

mengisolasi hewan yang terinfeksi dan membersihkan peralatan dengan cara direndam dalam air panas (Soeharsono 2007).

Vaksinasi

Vaksinasi dapat merangsang terbentuknya kekebalan. Kondisi tubuh anjing pada saat divaksin harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Setelah disapih (umur sekitar 7-8 minggu), anak anjing perlu mendapatkan vaksinasi. Di Indonesia, penyakit pada anjing seperti distemper, hepatitis, parvo dan rabies masih sangat dominan. Vaksin penyakit-penyakit tersebut telah lama ada di Indonesia (Dharmojono 2002). Program vaksinasi yang dianjurkan pada anjing dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Program vaksinasi anjing

Umur Program vaksinasi

6 minggu Vaksin parvopirus I

7 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis I 8 sampai 10 minggu Vaksin parvovirus II

9-11 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis II 10-12 minggu Vaksin parvovirus III

11-13 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis III, rabies I

16 bulan Semua vaksin diulang setiap tahun

(Sumber: Yuliarti 2007)

Berdasarkan Tabel 3, program vaksinasi pertama kali diberikan pada saat

anjing berumur 6 minggu yaitu pemberian vaksin parvopirus. Pemberian vaksin distemper, HCC dan leptospirosis diberikan pada saat umur anjing 7 minggu. Pemberian vaksin parvovirus harus diulang pada saat anjing berumur 8-10 minggu. Anjing harus divaksin dengan vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis pada saat berumur 9-11 minggu. Vaksin parvovirus III diberikan pada saat anjing berumur 10-12 minggu, sedangkan pada saat anjing berumur 11-13 minggu, anjing harus diberikan vaksin distemper, HCC, leptspirosis, dan rabies. Pemberian vaksin parvopirus, distemper, HCC, leptospirosis, dan rabies harus diulang setiap tahun sekali.

(24)
(25)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Salareh Aia, Desa Tigo Koto Silungkang, dan Desa Sungai Puar, Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010.

Desain Penelitian

Populasi Studi

Satuan penarikan contoh dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang memelihara anjing pemburu di Desa Salareh Aia, Desa Tigo Koto Silungkang, dan Desa Sungai Puar di Kecamatan Palembayan. Kecamatan Palembayan merupakan kecamatan dengan jumlah populasi anjing terbanyak di Kabupaten

Agam.

Teknik Pengambilan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap kepala keluarga yang memelihara anjing pemburu dengan menggunakan kuesioner terstruktur sedangkan data keadaan umum anjing diperoleh melalui observasi langsung terhadap anjing yang dimiliki oleh responden. Kuesioner yang digunakan terdiri atas 53 pertanyaan yang meliputi karakteristik responden, status kesehatan, sejarah vaksinasi anjing peliharaan, pengobatan, dan pemeriksaan fisik hewan. Responden dipilih tidak secara acak tetapi yang dapat dengan mudah diwawancarai pada saat aktifitas berburu sedangkan anjing yang diperiksa diambil satu ekor dalam setiap kepala kelurga. Pemilihan anjing yang diperiksa berdasarkan rekomendasi pemilik anjing pemburu.

Desain Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dirancang merujuk kepada literatur tentang anjing, manajemen kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit pada anjing pemburu seperti faktor lingkungan dan pakan. Setelah kuesioner diselesaikan, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas

(26)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mencari kesahihan suatu kuesioner. Untuk menguji validitas tersebut peneliti mengambil 30 responden dari Kecamatan Palembayan. Kemudian, dari 30 responden yang diambil, peneliti memperoleh ukuran validitas kuesioner dengan melihat hubungan keeratan atau uji korelasi

antar pertanyaan. Bila nilai >r tabel, item pertanyaan tersebut dikatakan valid.

Dan sebaliknya, jika nilai <r tabel, item pertanyaan tersebut tidak valid. Salah satu pengukuran validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus teknik

korelasi product moment, sebagai berikut :

Dimana r : koefisien korelasi product moment X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Teknik yang dipakai untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi

item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian atau mengelompokkan item-item menjadi dua kelompok berdasarkan pada kelompok ganjil (nomor item ganjil) sebagai belahan pertama dan kelompok genap (nomor

item genap) sebagai belahan kedua.

(27)

mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus:

Dimana, rtot : angka reliabilitas keseluruhan item rtt :angka reliabilitas belahan pertama dan kedua

Bila nilai rtot > r tabel, item pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Dan sebaliknya, jika nilai rtt < r tabel, item pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Teknik Penarikan Contoh

Responden dalam penelitian ini diambil dari 3 desa (nagari) yang memiliki jumlah populasi anjing terbanyak, yaitu desa Salareh Aia, Tigo Koto Silungkang, dan Sungai Puar. Kemudian dari keseluruhan desa (nagari) yang terpilih tersebut

diambil 150 rumah tangga yang memelihara anjing pemburu. Responden dipilih tidak secara acak tetapi yang dapat dengan mudah diwawancarai pada saat

aktifitas berburu.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 13 dan Microsoft Excel 2007.

Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi untuk memberikan pengertian yang jelas dan tidak menimbulkan keraguan pada istilah variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu definisi

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik adalah ciri-ciri individu yang terdiri atas demografi seperti jenis kelamin, umur, status sosial, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, dan status ekonomi (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, karakteristik responden meliputi jenis kelamin, agama, umur, pendidikan dan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik responden di Kecamatan Palembayan

Variabel Frekuensi (n=150) %

Jenis Kelamin Palembayan yang diambil datanya, berjenis kelamin laki-laki (100%), beragama

(29)

budaya, dan pekerjaan. Jika tingkat pendidikan baik, maka keadaan sosial budaya dan pekerjaan bertambah baik dan secara relatif kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan manusia dan hewan juga semakin baik.

Karakteristik Anjing Pemburu

Masyarakat di daerah Sumatera Barat, khususnya Kecamatan Palembayan, banyak menggunakan anjing sebagai hewan pemburu. Untuk mendapatkan fungsi sebagai anjing pemburu maka masyarakat Sumatera Barat harus mengetahui karakteristik anjing peliharaannya supaya bisa dilatih menjadi pemburu yang lincah dan handal. Karaktristik anjing pemburu bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

Jenis anjing pemburu

Berdasarkan Tabel 5, sebanyak 90.7% merupakan jenis anjing kampung, berumur 4,5 tahun (54%) dan berjenis kelamin jantan (72%). Anjing jenis ini banyak digunakan sebagai hewan pemburu oleh responden karena populasi anjing kampung di daerah Kecamatan Palembayan sangat banyak sehingga mudah untuk mendapatkannya. Disamping itu, anjing jenis ini juga handal dalam mengejar mangsa. Menurut responden yang ikut dalam tradisi berburu mengatakan bahwa

anjing kampung berjenis kelamin jantan dengan umur muda (sekitar 4.5 tahun) lebih banyak digunakan untuk berburu. Anjing jantan pada kisaran umur ini lebih

(30)

memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang.

Masa hidup anjing bergantung pada jenis ras. Rata-rata anjing yang berukuran tubuh besar hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun, sedangkan anjing dengan ukuran tubuh kecil mampu hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing berukuran tubuh sedang dan anjing kampung berkisar antara 13-14 tahun (Untung 1999).

Jadwal Berburu dan Jenis Hewan yang Diburu

Kebiasaan berburu merupakan upaya untuk mengamankan wilayah pertanian dan perkebunan dari gangguan binatang perusak. Kebiasaan ini dilakukan secara berkelompok dan memiliki organisasi atau perkumpulan. Organisasi berburu babi di daerah Minang dinamakan dengan PORBI (Persatuan Buru Babi) (Pramundito dan Bambang 2005).

Tabel 7 Jadwal berburu dan jenis hewan yang diburu responden

Variabel Frekuensi

(31)

hasil pertanian. Belakangan ini berburu babi menjadi hobi dan gaya hidup masyarakat di Kecamatan Palembayan (Suryadi 2011).

Perawatan Anjing Pemburu

Manajemen pakan adalah pemberian jenis pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anjing. Manajemen pakan berguna untuk menghindari anjing dari obesitas dan masalah lainnya seperti kurang tenaga, kulit kering dan kerusakan sel (Prajanto dan Agus 2004).

Tabel 8 Perawatan anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

(32)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, diketahui bahwa pakan yang diberikan oleh pemilik anjing pemburu sebagian besar (46.7%) berasal dari sisa makanan pemilik rumah. Sisa makanan pemilik rumah bisa mengganggu keseimbangan nutrisi anjing karena jumlah pakan yang masuk sulit dipantau komposisi nutrisinya. Hal ini patut menjadi perhatian karena anjing pemburu tersebut banyak mengeluarkan energi untuk kegiatan berburu. Seharusnya, anjing tersebut diberikan asupan pakan dengan nutrisi yang tinggi. Asupan pakan yang kurang nutrisi akan menyebabkan aktivitas yang dilakukan anjing terbatas dan anjing tersebut mudah terserang penyakit (Budiana 2009).

Syarat pakan yang baik untuk anjing ialah memenuhi keseimbangan nutrisi. Umumnya komposisi nutrisi utama pakan anjing terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Komposisi nutrisi pada pakan anjing mulai mendapat perhatian sejak abad ke-16, saat hewan ini mulai dipelihara manusia

(Untung 1999). Komposisi nutrisi berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan mengurangi resiko terhadap serangan penyakit berbahaya. Semua nutrisi

dibutuhkan dalam porsi tepat untuk kebutuhan reaksi kimia di dalam proses pencernaan, penyerapan, dan pembuangan. Bila nutrisi tidak tersedia dalam jumlah cukup maka sel-sel tubuh akan mati. Akibatnya, umur anjing menjadi pendek. Jadi, segala aktivitas dan hidup anjing sangat tergantung dari pakan yang dibutuhkan dan tenaga yang dihasilkan (Budiana 2009).

Berdasarkan data pada Tabel 8, sebanyak 78.7% responden memberikan pakan pada anjing pemburu dua kali sehari. Frekuensi pemberian pakan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kesehatan anjing pemburu. Pemberian pakan dua kali sehari tidak memenuhi komposisi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anjing pemburu karena pakan anjing pemburu tersebut kebanyakan berasal dari sisa makanan pemilik rumah.

(33)

sebanyak 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari (Agromedia 2008).

Berdasarkan hasil survei (Tabel 8), diketahui bahwa sebanyak 60% responden tidak memberikan vitamin untuk anjing pemburu peliharaannya. Hal ini patut menjadi perhatian karena vitamin tersebut merupakan komponen yang sangat diperlukan tubuh untuk petumbuhan. Anjing pemburu yang dimiliki responden seharusnya mendapatkan asupan vitamin yang cukup supaya pertumbuhan bagus. Vitamin berfungsi sebagai koenzim atau merupakan gugus prostetik dari enzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang esensial. Vitamin juga sering disebut sebagai faktor pelengkap ransum, karena vitamin pada kenyataannya tidak mensuplai kalori dan juga tidak mempengaruhi massa tubuh secara nyata (Djojosoebagio dan Wiranda 2006).

Hewan-hewan yang diberi ransum murni yang merupakan campuran

karbohidrat, lemak dan protein serta air dan mineral biasanya tidak dapat tumbuh secara normal akibat dalam ransum tersebut kekurangan vitamin. Kekurangan

vitamin dapat menyebabkan ganguan pertumbuhan dan metabolisme (Djojosoebagio dan Wiranda 2006).

Hal utama yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh anjing adalah dengan cara memandikannya. Berdasarkan hasil survei (Tabel 8) sebanyak 80.2% responden di Kecamatan Palembayan memandikan anjingnya seminggu sekali. Hal ini patut menjadi perhatian karena memandikan anjing seminggu sekali tergolong kedalam memandikan terlalu sering. Menurut Sianipar (2004) memandikan anjing terlalu sering bisa merusak paru dan menyebabkan rambut menjadi kusam karena lapisan lilin pada rambut rusak oleh air. Frekuensi memandikan anjing tergantung kepada jenis rambut dan lingkungan anjing. Anjing yang berambut pendek, seperti Dachshund (Tekel), Miniature Pincher, dan Boxer jika dipelihara diluar rumah sebaiknya dimandikan satu bulan sekali dan jika dipelihara di dalam rumah dimandikan tiga bulan sekali (Yuliarti 2007).

(34)

mengiritasi kulit dan merontokkan rambut anjing karena pH sabun untuk manusia tidak sama dengan pH kulit anjing. Sabun manusia memiliki pH 5.5, sedangkan pH kulit anjing berkisar antara 7-7.4. Anjing sebaiknya dimandikan dengan shampo atau sabun khusus untuk anjing. Shampo berfungsi untuk membuat rambut anjing jadi lembut, menjaga kulit dengan baik, menghilangkan kutu, dan menebarkan aroma yang enak (Budiana 2009).

Pengeringan rambut anjing di bawah cahaya matahari tidak baik karena hanya mengeringkan rambut bagian luar saja, sedangkan rambut bagian dalam tidak kering. Rambut yang tidak kering tersebut kemudian menjadi lembab sehingga memudahkan bakteri, jamur atau parasit untuk berkembang biak dan menyebabkan anjing mudah terserang penyakit kulit (Yusuf dan Fika 2008). Menurut Yuliarti (2007), cara mengeringkan rambut anjing yang benar adalah dengan menggunakan blower khusus yang dirancang untuk anjing. Selain itu

pengeringan rambut anjing bisa juga menggunakan lap karet (misalnya lap kanebo) yang sering digunakan untuk mengeringkan mobil. Lap karet ini

memiliki daya serap yang tinggi dibandingkan dengan handuk biasa sehingga rambut anjing lebih cepat terbebas dari air. Perawatan anjing pemburu dari segi jadwal pembersihan kandang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jadwal pembersihan kandang anjing pemburu

Jadwal pembersihan kandang

(35)

individu bertumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengembangkan sistem pertahanan tubuhnya. Untuk mewujudkan kandang yang bersih dan sehat, maka kandang tersebut harus dibersihkan setiap hari dari kotoran dan dipel dengan desinfektan (Yuliarti 2007).

Kebersihan Rambut dan Kondisi Kriteria Bentuk Tubuh Anjing Pemburu

rambut adalah benang-benang (fibers) keratinous yang tumbuh dalam folikel epitel yang terdapat pada seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak

tangan dan kaki (pads). Rambut berkaitan dengan faktor-faktor genetik seperti warna, panjang atau pendek, kasar atau halus, dan tumbuhnya pada bagian-bagian tertentu tergantung faktor individual (Dharmojono 2002). Kebersihan rambut dan kondisi kriteria bentuk tubuh anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Kebersihan rambut dan kondisi kriteria bentuk tubuh anjing pemburu

Variabel Frekuensi

Kebersihan rambut merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan seekor anjing. Anjing yang bersih akan terhindar dari segala macam penyakit terutama penyakit kulit dan penyakit yang memerlukan penetrasi lewat rambut. Kebersihan rambut erat kaitannya dengan kebersihan kandang dan perawatan tubuh yang diberikan pemilik seperti mandi, pengeringan rambut, dan

grooming (Yuliarti 2007). Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa 64% rambut anjing pemburu yang diperiksa tergolong sedikit kotor dan 21.3%

(36)

Berdasarkan hasil observasi mengenai bentuk tubuh anjing pemburu yang dimiliki oleh responden diketahui bahwa 51.3% anjing terlihat kurus. Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar anjing tersebut hanya diberi pakan dengan sisa makanan rumah dan kurangnya asupan vitamin sehingga nutrisi yang didapatkan anjing tidak sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkannya untuk berburu. Pakan yang sebaiknya diberikan kepada anjing pemburu adalah dog food karena selain praktis kandungan nutrisinyapun lengkap (Prajonto dan Agus 2004). Kekurusan pada hewan bisa disebabkan oleh pengaruh pakan, adanya penyakit-penyakit pada traktus digestivus, demam yang terus-menerus, tuberculosis, diabetes mellitus atau insipidus, dan defisiensi kobalt (Widodo et al. 2011).

Pemberian Vaksin Rabies

Vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit. Dari

hasil survei (Tabel 11) didapatkan 50.7% responden yang melakukan vaksinasi rabies terhadap anjing pemburu peliharaannya. Dari 50.7% responden yang

memvaksinasi anjingnya, hanya 50% responden yang melakukan vaksinasi rabies sesuai dengan jadwal. Jadwal vaksinasi rabies anjing pemburu yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pemberian vaksinasi rabies pada anjing pemburu yang dimiliki responden

(37)

vaksinasi rabies pada anjing harus dilakukan setahun sekali. Kurangnya vaksinasi rabies pada anjing dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan pemilik anjing terhadap bahaya rabies, terbatasnya ketersediaan vaksin serta tidak adanya sangsi dan aturan yang mengikat dalam memelihara anjing (Utami et al. 2008). Kondisi tubuh anjing pada saat divaksinasi harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Anjing yang baru divaksinasi sebaiknya tidak berinteraksi dengan anjing lainnya karena kondisi tubuh masih lemah (Untung 1999).

Jenis penyakit yang Diderita anjing Pemburu yang Pernah Dimiliki Responden dan Cara Pengobatannya

Sebanyak 96 responden menjawab anjingnya pernah terserang penyakit. Penyakit-penyakit yang pernah diderita antara lain rabies, skabies, gangguan saluran pencernaan (dengan gejala diare), flu (dengan gejala demam), gangguan ekstrimitas (dengan gejala kepincangan), abses di bagian ekor, luka (di bagian leher, kelopak mata, dan telinga) dan infeksi saluran pernafasan atas (dengan gejala batuk). Jenis penyakit yang diderita dan cara pengobatan anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jenis penyakit yang diderita anjing pemburu yang pernah dimiliki responden dan cara Pengobatan

(38)

Palembayan sering mengobati anjingnya sendiri tanpa dibawa ke petugas kesehatan terkait. Pengobatan yang diberikan biasanya menggunakan obat herbal (daun dan akar tanaman) seperti daun pepaya, daun rambutan, dan akar pinang. Diare dapat disebabkan oleh agen infeksius, pergantian pakan, pakan basi atau stres. Stres berat yang dapat menyebabkan hewan diare antara lain karena pindah rumah, ganti pemilik, tempat buang air berubah dan ketakutan (Dharmojono 2001).

Keadaan Fisiologis Tubuh Anjing Pemburu

Keadaan fisiologis tubuh merupakan salah satu persyaratan penting untuk anjing pemburu. Setiap nilai fisiologis biasanya berupa nilai selang antara batas minimum dan maksimum. Jika suatu hewan memiliki nilai lebih rendah dari batas minimum atau melebihi selang nilai batas maksimum, maka hewan dapat dikatakan mengalami gangguan atau sakit. Keadaan fisiologis tubuh anjing pemburu dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Keadaan fisiologis tubuh anjing pemburu

Parameter Jumlah Hewan

Keterangan : referensi normal : suhu tubuh : 37-39, frekuensi nafas:15-30, frekuensi nadi: 65-90 (Widodo et al. 2011).

(39)

berada dalam kisaran 65-90 kali/menit. Kisaran suhu tubuh, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi anjing pemburu yang dimiliki responden pada umumnya masih berada dalam kisaran normal, namun demikian terdapat beberapa ekor anjing memiliki parameter diluar batasan normal.

Menurut Cunningham (1997), suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis hewan, dan kondisi hewan. Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur hewan, aktivitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan dan posisi hewan (Biauw 1977). Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi jantung adalah jenis hewan, ukuran tubuh, umur dan jenis kelamin (Widodo et al. 2011).

Hewan bertubuh kecil memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan berbadan besar pada spesies yang sama. Hewan yang lebih muda memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang lebih tua. Hewan betina memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan jantan. Hewan yang sedang bunting tua juga memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dalam keadaan tidak bunting (Biauw 1977).

Hewan-hewan betina, hewan-hewan bunting, dan hewan-hewan muda mempunyai suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan hewan jantan, hewan tidak bunting, dan hewan tua (Widodo et al. 2011). Hewan-hewan Ukuran tubuh yang kecil, umur muda, suhu lingkungan panas, dan sedang bunting mempunyai frekuensi pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan hewan berukuran besar, umur tua, suhu lingkungan dingin dan tidak bunting (Biaw 1977).

Pemeriksaan Selaput Lendir

Pemeriksaan kesehatan anjing dapat dilihat dari keadaan selaput lendir

pada konjungtiva, mulut, vulva atau penis, dan rektum. Sewaktu memeriksa selaput lendir, yang harus diperhatikan adalah warna, kebasahan, dan kondisi permukaan seperti ada/tidaknya ulkus, vesikula, papula, dan pustula (Biauw 1977). Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

(40)

Parameter mata kiri mata kanan Mulut

Keterangan : n dari 150 ekor hewan yang diperiksa

Berdasarkan Tabel 14, hasil pemeriksaan pada konjungtiva kiri diperoleh 97.3% berwarna rose, 98% licin-mengkilat, 100% terlihat basah, dan 98.7% tidak ada kerusakan, sedangkan hasil pemeriksaan pada konjungtiva kanan diperoleh 97.3% berwarna rose, 97.3% licin-mengkilat, 100% basah, dan 92% tidak ada kerusakan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap mukosa mulut 75.3% mukosa bewarna rose, 97.3% licin-mengkilat, 100% basah, 92% tidak ada kerusakan. Secara umum, dari hasil pemeriksaan konjungtiva dan mukosa mulut, dapat disimpulkan bahwa anjing pemburu yang dimiliki oleh responden berada dalam kondisi baik.

Pemeriksaan mukosa vulva dilakukan pada hewan betina sedangkan penis dilakukan pada hewan jantan. Jumlah anjing pemburu yang diperiksa sebanyak 150 ekor, masing-masing terdiri dari 108 ekor jantan dan 42 ekor betina. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Keadaan mukosa penis dan vulva anjing pemburu

Parameter

(41)

mengalami kerusakan, sedangkan 8.3% mengalami kerusakan dan hasil pemeriksaan terhadap vulva 88.1% anjing pemburu yang dimiliki responden tidak ada yang mengalami kerusakan, sedangkan 11.9% mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada mukosa penis yang ditemukan pada anjing pemburu yang dimiliki responden disebabkan oleh adanya peradangan, bengkak dan luka sedangkan kerusakan yang ditemukan pada mukosa vulva disebabkan oleh adanya bengkak kecil dan perdarahan. Kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pemeriksaan pada mukosa penis dan vulva anjing pemburu.

Pemeriksaan Turgor Kulit

Pemeriksaan turgor kulit berfungsi untuk mengetahui elastisitas kulit, dan merupakan salah satu indikator untuk kondisi dehidrasi. Dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Anjing yang memiliki resiko lebih tinggi terkena dehidrasi adalah anjing gemuk dan tua, bunting atau menyusui, anak anjing, rambut yang tebal dan berwarna gelap, demam, penderita diare, muntah, dan hipertermia (Swenson 1984). Turgor kulit pada hewan sehat sangat baik dalam hitungan detik (kurang lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit

(42)

Tabel 16 Pemeriksaan turgor kulit

Turgor kulit Variabel %

Bagus 104 69.3

Sedang 37 24.7

Jelek 9 6

Keterangan : n=150

(43)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Jenis anjing pemburu yang paling banyak digunakan responden untuk berburu adalah jenis anjing kampung berumur 4.5 tahun dan berjenis kelamin jantan.

2. Kegiatan berburu paling sering dilakukan dua kali seminggu dengan hewan target buruan babi hutan.

3. Kebanyakan anjing pemburu yang dimiliki responden kurus, hal ini disebabkan karena sebagian besar anjing tersebut hanya diberi pakan

dengan sisa makanan pemilik rumah.

4. Penyakit yang sering menyerang anjing pemburu yang dimiliki responden adalalah gejala diare.

5. Kesadaran responden untuk melakukan vaksinasi rabies terhadap anjing pemburu yang dimilikinya kurang baik.

6. Kisaran suhu tubuh, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi anjing pemburu yang dimiliki responden pada umumnya masih berada dalam kisaran normal, namun demikian terdapat beberapa ekor anjing memiliki parameter diluar batasan normal.

7. Secara umum, dari hasil pemeriksaan konjungtiva dan mukosa mulut anjing pemburu yang dimiliki responden berada dalam kondisi baik. 8. Turgor kulit anjing pemburu yang dimiliki responden pada umumnya

bagus, namun demikian terdapat beberapa ekor anjing masih berada dalam turgor kulit sedang dan jelek.

Saran

(44)

2. Perlu adanya penambahan sumberdaya dokter hewan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan vaksinasi terhadap anjing pemburu di Kecamatan Palembayan.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia R. 2008. Merawat Hewan Kesayangan. Jakarta: PT Agromedia.

Biauw AS. 1977. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Budiana NS. 2009. Panduan Lengkap Memelihara, Merawat, dan Melatih Anjing Kesayangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Cunninham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiologi. Ed ke-3. Philadelphia: W B Saunders Company.

Dachex L, Delmas O, Baourhy H. 2011. Human rabies encephalitis prevention

and treatment: progress since pasteur’s discovery. Plos Neglected Trop Disease 4: 765.

Dharmojono. 2001. P3K Anjing dan Kucing. Jakarta : Penebar Swadaya.

Dharmojono. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner. Jakarta: Penebar Swadaya.

Djojosoebagia S, Wiranda GP. 2006. Fisiologi Nutrisi volume II. Bogor: IPB Press.

Hatmosrojo R, Budiana NS. 2007. Melatih Anjing Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kamil M, Bambang S, Setyawan B. 2003. Kajian Kasus Kontrol Rabies pada Anjing di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Yogyakarta: Universitas

Gadjah mada.

Kaplan M. 1979. Epidemilogy of rabies. Nat 21: 421-425.

Miller ME. 1993. Anatomi of the Dog. Philadelphia: W.B. Sounder Company.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pennisi E. 2002. Canine evolution: A shaggy dog history. [terhubung berkala] http: //www. Dogexpert. Com/popular % 20 press/caning 20 Evulution. Html. [30 mei 2010].

(46)

Pramundito H, Bambang T. 2005. Berburu babi di hutan ranah Minang. [terhubung berkala] http: //www. cimbuak. net [7 april 2011].

Sahrul N. 2007. Etnisitas Minangkabau dalam film dog’s life. [terhubung berkala] http://maknaih. Word press.com [22 agustus 20011]

Sanusi S. 2004. Mengenal Anjing. Depok: Penebar Swadaya.

Sianipar ND. 2004. Merawat dan Melatih Anjing Penjaga. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Smith Bj, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Cobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotik Pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Kanisius.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Suryadi. 9 Januari 2011. Tradisi buru babi di Palembayan. Padang Ekspres: 8 (kolom 4-6).

Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. Ed-10. Ithaca and London: Publishing Assciattes a Division of Conall University.

Untung O. 1999. Merawat dan Melatih Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya. Utami S, Bambang S, Heru S. 2008. Status vaksinasi rabies pada anjing di kota

Makasar. Jurnal Sain Veteriner 26 (2): 66-72.

Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, dan Lelana A. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.

[WSPA] World Society for the Protection of Animal. 1997. Welfare assessment and five freedoms. Bristol: Bristol university.

Yuliarti N. 2007. Hidup Sehat Bersama Hewan Kesayangan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

(47)

13

Definisi Operasional Peubah Penelitian

Peubah Defenisi Operasional Alat ukur Cara ukur skala

Warna rambut anjing

Warna rambut anjing yang menutupi seluruh tubuh

Putih : rambut anjing mulai dari kepala sampai ekor bewarna putih

Coklat : rambut anjing mulai dari kepala sampai ekor bewarna coklat

Hitam : rambut anjing mulai dari kepala sampai ekor bewarna hitam

cheklist observasi

Jantan adalah anjing memiliki alat kelamin jantan

Betina adalah anjing memiliki alat kelamin betina dan menghasilkan ovum cheklist Observasi

Nominal 1= jantan 2= betina

Umur

Umur anjing dilihat dari bentuk giginya

Umur 1 ½thn: I1 (gigi seri 1) bawah mengalami pergesekan

Umur 2 ½thn: I2 (gigi seri 2) bawah mengalami pergesekan

Umur 3 ½ thn: I1 (gigi seri 1) atas mengalami pergesekan

Umur 4 ½ thn: I 2 atas (gigi seri 2) mengalami pergesekan

Umur 5 ½ thn: I3 bawah (gigi seri 3) mengalami pergesekan

Umur 6 thn: I3 (gigi seri 3) atas mengalami pergesekan

cheklist observasi

Panas badan anjing dilihat dari suhu tubuh

Subnormal: suhuh tubuh dibawah 37°c

Normal: suhu tubuh 37-39°c

Febris: suhu tubuh diatas 40°c cheklist observasi

Interval 1= subnormal 2= normal 3= febris

Frekuensi nadi

Frekuensi nadi dilihat dari arteri femoralis

Menurun: jumlah denyut nadi dibawah 65 kali/menit

Normal: jumlah denyut nadi 65-90 kali/menit

Meningkat : jumlah denyut nadi diatas 90 kali/menit

cheklist observasi

Menurun: jumlah nafas dibawah 15 kali/menit

Normal: jumlah anjing bernafas 15-30 kali/menit

Meningkat: jumlah anjing bernafas diatas 30 kali/menit

cheklist observasi

Konjungtiva mata kiri dilihat dari keadaan mukosa kelopak mata kiri

Rose: apabila warna mukosa pink. Merah: apabila warna mukosa merah.

Kuning: apabila warna mukosa kuning. Pucat: warnanya mendekati putih.

Licin-mengkilat: apabila mukosa tidak banyak keropeng. Keruh-kotor: apabila mukosanya bewarna coklat dan banyak sobekan

Basah: mukosanya terliat berair. Kering: mukosanya sedikit mengandung

(48)

14

air

Tidak ada kerusakan: tidak terdapat luka atau penyakit dimukosa.

Ada kerusakan: terdapat luka dan penyakit dimukosa

2= keruh-kotor -1= tidak ada kerusakan

2= ada kerusakan

Konjungtiva mata kanan

Konjungtiva mata kiri dilihat dari keadaan mukosa kelopak mata kanan

Rose: apabila warna mukosa pink. Merah: apabila warna mukosa merah seperti adanya penumpukan darah. Kuning: apabila warna mukosa kuning.

Pucat: warnanya mendekati putih dan sedikit mengandung sel darah merah.

Licin-mengkilat: apabila mukosanya tidak banyak mengandung debu.

Keruh-kotor: apabila mukosanya banyak mengandung debu.

Basah: mukosanya terliat berair. Kering: mukosanya sedikit mengandung air.

Tidak ada kerusakan: tidak terdapat luka atau penyakit dimukosa.

Ada kerusakan: terdapat luka dan penyakit dimukosa.

cheklist observasi

Konjungtiva mata kiri dlihat dari keadaan mokosa kelopak matanya Rose: apabila warna mukosanya pink. Merah: apabila warna mukosanya merah seperti adanya penumpukan darah. Kuning:apabila warna mukosanya kuning. Pucat:warnanya mendekati putih dan sedikit mengandung sel darah merah

Licin-mengkilat: apabila mukosanya tidak banyak mengandung debu.

Keruh-kotor: apabila mukosanya banyak mengandung debu

Basah: mukosanya terliat berair. Kering: mukosanya sedikit mengandung air.

Tidak ada kerusakan: tidak terdapat luka atau penyakit dimukosa.

Ada kerusakan: terdapat luka dan penyakit di mukosa

cheklist observasi

Ada, tidak ada peradangan: terdapat lapisan tipis yang melapisi preputium/vulva dan tidak ada penyakit

Ada, ada peradangan: terdapat lapisan tipis yang melapisi preputium/vulva dan adanya penyakit warnanya menjadi merah

(49)

15

Turgor kulit

Turgor kulit dilihat dari keaadan kulitnya

Jelek: kulitnya bila ditarik dan kembali kekeadaan awal membutuhkan waktu diatas 5 detik

Cukup baik: kulit bila ditarik dan kembali kekeadaan awal membutuhkan waktu diatas 2-5 detik

baik: kulit bila ditarik dan kembali kekeadaan awal membutuhkan waktu 2 detik

Kotor: rambut nya bau,basah dan memiliki kutu lebih dari 25 ekor

Sedikit kotor: rambutnya tidak telalu bau, tidak basah dan memiliki kutu kurang dari 20 ekor

Bersih: rambutnya tidak bau, kering, mengkilat dan tidak memiliki kutu atau memiliki kutu kurang dari 10

cheklist Observasi

Kurus: semuatulang costaenya terlihat jelas dan ototnya kendor

Sedang: sebagian tulang costaenya terlihat jelas dan ototnya padat

Gemuk: tulang costaenya tidak terlihat jelas dan ototnya padat cheklist observasi

(50)

37

KUESIONER

PROFIL KESEHATAN ANJING BURUAN

MASYARAKAT KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

PROPINSI SUMATERA BARAT

Informed consent

Saya Desi Khairani dari Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan survei mengenai manajemen kesehatan anjing buruan di Kabupaten Agam. Saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam survei ini. Imformasi yang Bapak/Ibu berikan akan membantu masyarakat Kabupaten Agam dalam menjaga kesehatan anjing buruannya. Survei ini akan memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Imformasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya. Keikutsertaan dalam survei ini bersifat sukarela, tetapi saya sangat berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat berharga.

Apakah ada yang ingin ditanyakan berkenaan dengan survei ini? Apakah saya dapat mulai mewawancara Bapak/Ibu sekarang?

Tanda tangan pewawancara: Tanggal:

Responden setuju untuk diwawancara?

□ Ya Wawancara dilanjutkan

□ Tidak Akhiri wawancara

I. Identitas Responden

1. Nama :...

(51)

38

4. Agama : □ Islam □ Kristen □ Budha □ Hindu □ Lain-lain………

5. Pendidikan : □ SD □ SMP □ SMU □ Sarjana □ Lainnya ………..

6. Pekerjaan : □ Pelajar/mahasiswa □ Pegawai Swasta

□ Pegawai Negeri □ Wiraswasta □ lainnya…..

7. Umur : □ < 17 tahun □ > 17- < 25 tahun □ 25- < 40 □ ≥ 40

II. Karakteristik Anjing

1. Berapa jumlah anjing peliharaan saudara ? a. 1 ekor

b. 2 ekor c. 3 ekor

d. Lain-lain………….

2. Jenis anjing apakah yang saudara pelihara ? a. Anjing kampung

b. Beagle c. Bull terrier

(52)

39

3. Tuliskan nama anjing dan penggunaanya

No Nama anjing Penggunaan

1

2

3

4

4. Jika anjing saudara digunakan untuk berburu, bagaimana jadwal berburunya?

a. Tiap hari

b. Seminggu 2 kali

c. Seminggu sekali d. Sebulan sekali

e. Kadang-kadang (tidak tentu) f. Lain-lain……..

Jika tidak, lanjut kepertanyaan ke III

6. Hewan apa yang diburu anjing saudara

no Jenis Urutan rank 1- 4

1 Ayam hutan

2 Rusa hutan

3 Babi hutan

4 Lain-lain……

III. Kandang Anjing

1. Apakah anjing saudara dikandangkan a. Ya

(53)

40

2. Jika ya, apa jenis kandang yang saudara gunakan untuk anjing ? a. Kandang bambu

b. Kandang papan c.Kandang besi

d.Lain-lain……….

3. Apakah kandang dipisahkan untuk tiap ekor anjing? a. Tidak dipisahkan (dicampur)

b. Dipisahkan

c. Lainnya……….. 4. Dimana kandang anjing saudara ditempatkan?

a. Di luar rumah b. Di teras rumah d. Di dalam rumah

e.Lain-lain……….

5. Jika tidak, bagaimana cara pemeliharaannya?

a. Diikat

b. Dibiarkan liar

c. Lain-lain………….

IV. Kebersihan Anjing dan Kandang

IV.I. Kebersihan Anjing

1. Bagaimana jadwal mandi anjing saudara? a. Seminggu sekali

b. Seminggu 2 kali

c. Sebulan sekali d. Sebulan 2 kali

e. Kadang-kadang (tidak tentu) f. Lain-lain…………

(54)

41

2. Anjing saudara dimandikan pakai apa?

a. Air saja b. Shampoo

c. Sabun

d. Shampoo dan sabun e. Lain-lain………

3. Apakah sesudah mandi rambut anjing saudara dikeringkan? a. Ya

b. Tida

4. Jika ya, dikeringkan pakai apa? a. Dijemur

b. Pakai pengering rambut c. Didekatkan dengan api d.Lain-lain………

IV.2. Kebersihan kandang

1. Apakah dilakukan pembersihan terhadap kandang anjing saudara? a. Ya

b. Tidak

Jika tidak, lanjut ke pertanyaan 3………

2. Jika ya, bagaimana jadwal pembersihan : a. Setiap hari

b. Seminggu sekali c. Sebulan sekal

(55)

42

3. Bagaimana cara membersihkan kandang anjing saudara :

a. Disapu saja : 1. Ya 2. Tidak b. Disapu dan dicuci dengan air saja : 1. Ya 2. Tidak

c. Dicuci dengan sabun atau detergen : 1. Ya 2. Tidak d. Diberi Disinfektan : 1. Ya. 2. Tidak

V. Pakan Anjing

1. Bagaimana cara anjing saudara mendapatkan makan? a. Diberi makan

b. Kadang- kadang diberi makan c. Diliarkan (cari sendiri)

d. Lain-lain………..

2. Apa jenis makanan yang dimakan anjing saudara? a. Nasi saja

b. Daging/ikan saja

c. Makanan yang diolah pabrik (kering/basah) d. Sisa makanan di rumah

e. Lain-lain………

3. Apakah anjing saudara makan makanan yang…….

a. Tidak dimasak (mentah) b. Sudah dimasak

4. Berapa kali anjing saudara makan dalam sehari? a. Satu kali sehari

(56)

43

VI. Menajemen kesehatan dan vaksinasi

1. Apakah anjing saudara pernah diberi vitamin? a.Ya

b. Tidak c. Tidak tahu 2. Apakah anjing saudara pernah sakit? a. Ya

b. Tidak

3. Jika ya, anjing saudara sakit apa? a. Rabies b. Scabies c. Diare

d. Lain-lain………. 4. Anjing saudara dibawa berobat kemana? a. Dokter hewan b. Paramedis

c. Diobat sendiri (obatnya diracik sendiri ) d. Lain-lain…………..

5. Apakah anjing saudara pernah diberi vakasin?

a. Ya b. Tidak

6. Jika ya, apakah vaksinasi sesuai jadwal? a. Ya

b. Tidak

c. Lain-lain………. 7. Siapakah yang memberi vaksin anjing saudara?

a. Dokter hewan b. Paramedis c. Sendiri

(57)

44

VII. Penyulahan dan sosialisasi menajemen kesehatan anjing dan rabies

1. Darimana saudara bisa mendapatkan imformasi tentang menajemen kesehatan anjing dan rabies? (tanyakan satu persatu)

a. Petugas kesehatan 1. Ya 2. Tidak b. Pamong (Camat, lurah, RW, RT) 1. Ya 2. Tidak c. Kader (posyandu, dasawisma) 1. Ya 2. Tidak d. Orang dekat (keluarga, teman, tetangga ) 1. Ya 2. Tidak e. Media elektronik (TV, radio, Film) 1. Ya 2. Tidak f. Media cetak (surat kabar, majalah, brosur dll) 1. Ya 2. Tidak

g. Lain-lain………. 1. Ya 2. Tidak

2. Apakah pernah ada penyuluhan didaerah sini? a. Ya

b. Tidak, alasannya………..

3. Jika ya, siapa yang memberikan penyuluhan? a. Dokter hewan

b. Paramedis c. Kader

d. Lain-lain………

4. Bagaimana jadwal pemberian penyuluhannya?

a. Sebulan sekali b. Enam bulan sekali

c. Setahun sekali

(58)

45

CHEKLIS OBSERVASI PEMERIKSAAN KESEHATAN ANJING

No Kondisi Hasil Observasi

1 Warna rambut anjing □ Putih

□ Coklat □ Hitam □ Lain-lain…..

2 Jenis kelamin □ Jantan

□ Betina

3 Umur □ 1 ½ tahun

□ 2 ½ tahun □ 3 ½ tahun □ 4 ½ tahun □ 5 ½ tahun □ 6 tahun

□ Lain-lain……..

4 Panas badan : ………°C □ Subnormal

□Normal □ Febris

5 Frekuensi nadi:

……..x/menit

□ Menurun □ Normal □ Meningkat

6 Frekuensi nafas:

………x/menit

□ Menurun □ Normal □ Meningkat

(59)

46

□ Licin-mengkilat/keruh-kotor

□ Basah/kering

□ Ada/ tidak ada kerusakan

(tiap kotak harus diisi→ pilh salah satu)

8 Konjungtiva mata kanan □ Rose/merah/kuning/biru/pucat

□ Licin-mengkilat/keruh-kotor

□ Basah/kering

□ Ada/ tidak ada kerusakan

(tiap kotak harus diisi → pilh salah

satu

9 Mukosa mulut □ Rose/merah/kuning/biru/pucat

□ Licin-mengkilat/keruh-kotor

□ Basah/kering

□ Ada/ tidak ada kerusakan

(tiap kotak harus diisi→pilih salah

satu)

10 Mukosa preputium ( jika jantan) atau selaput vulva (

jika betina)

□ Ada, tidak ada radang □ Ada, ada radang

11 Turgor kulit □ Jelek

□ Sedang □ Jelek

12 Kebersihan rambut anjing □ Kotor

□ Sedikit kotor □Bersih

(60)

47

tubuh anjing □ Sedang

(61)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara administratif Kecamatan Palembayan terletak di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan Palembayan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman, sebelah selatan berbatasan dengan Tanjung Raya, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Matur dan Kecamatan Palupuah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan Ampek Nagari. Kecamatan Palembayan terdiri dari enam desa (nagari), yaitu Salareh Aia, Tigo Koto Silungkang, Baringin, Sungai Puar, Sipinang dan Ampek Angkek Koto Palembayan. Kecamatan Palembayan memiliki luas sekitar 154 km2 dengan jumlah penduduk 29. 815 jiwa.

Masyarakat Kecamatan Palembayan pada umumnya adalah pedagang, petani, dan peternak kecil. Hal yang membudaya pada masyarakat di Kecamatan

Palembayan adalah hobi berburu babi hutan. Kebiasaan ini dilakukan secara berkelompok dan memiliki organisasi atau perkumpulan. Berburu adalah rutinitas yang sudah tidak asing lagi bagi kaum pria Minangkabau khususnya di daerah Kecamatan Palembayan. Dahulu kegiatan ini bertujuan untuk olahraga, namun kini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Seiring perjalanan waktu, masyarakat pada saat ini menjadikan kegiatan berburu sebagai hobi dan sebuah ladang bisnis. Jika anjing yang dibawanya pintar berburu, maka anjing tersebut akan mempunyai nilai jual tinggi.

Kebiasaan berburu merupakan upaya untuk mengamankan wilayah pertanian dan perkebunan dari gangguan binatang perusak. Berburu bagi masyarakat Minang, sama halnya dengan tradisi berburu binatang oleh etnis bangsa yang lain seperti di Afrika, Amerika dan lain-lain. Akan tetapi cara yang dilakukan akan berbeda pada masing-masing etnis. Maka proses berburu merupakan proses acculturation (Sahrul 2007).

Hewan yang digunakan untuk kegiatan berburu adalah anjing. Anjing (Canidae) merupakan hewan kesayangan yang paling banyak dipelihara oleh

manusia. Anjing sebagai hewan kesayangan bisa dilatih, diajak bermain dan bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya (Hatmosrojo dan Budiana

(62)

Diantara beberapa provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan kasus rabies tertinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat Sumatera Barat banyak memelihara anjing pemburu (Kamil et al. 2003). Anjing pemburu sebagai hewan peliharaan perlu mendapatkan perhatiaan dalam hal perawatan dan juga kesehatan. Anjing ini rentan terhadap berbagai penyakit, dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang membahayakan. Beberapa penyakit diantaranya merupakan penyakit yang bisa ditularkan ke manusia, misalnya rabies. Anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban tinggi dan perubahan temperatur yang drastis. Oleh karena itu, profil kesehatan anjing pemburu perlu diperhatikan, meliputi manajemen pemberian pakan, pemeliharaan, vaksinasi dan pengobatan.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kesehatan anjing

pemburu di daerah Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatra Barat.

Manfaat

(63)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Karakteristik Anjing

Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Chordota Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Order : Carnivora Family : Canidae Genus : Canis

Species : Canis familiaris

Gambar 1 Anjing pemburu di Kecamatan Palembayan.

Anjing termasuk keluarga Canidae, bersaudara dengan serigala, rubah, dan anjing rakun. Diantara semua anggota Canidae, anjing mempunyai hubungan yang paling dekat dengan serigala, yang merupakan nenek moyang anjing. Secara umum keluarga Canidae memiliki ciri-ciri tubuh kecil memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang (Pennisi 2002).

Gambar

Gambaran Umum Karakteristik Responden .......................
Tabel 1  Data biologis anjing
Tabel 2   Perbandingan antara umur anjing dan manusia
Tabel 5  Karakteristik responden di Kecamatan Palembayan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Angka tersebut mengandung arti bahwa jumlah produksi, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan harga jual alpukat berpengaruh terhadap pendapatan bersih sebesar 93,4%, sedangkan

Dalam perhitungan kali ini, bentuk tangga yang digunakan adalah tangga bentuk U, karena pada saat survey, proyek yang didatangi menggunakan tangga bentuk U, sehingga

Kunjungan Kerja bersama Bappeda, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Penataan Ruang &amp; Permukiman, Badan Lingkungan Hidup Provsu,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan metode co-composting aerobik dalam penyisihan hidrokarbon dengan penambahan bahan baku kompos berupa

Tulisan ini akan membahas proses sekuritisasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan melihat dari dua sisi, yaitu upaya pemerintah dalam mengkonstruksikan

a) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian disuatu

Hal ini menunjukkan bahwa jenis dekomposer M-Dec belum mampu menurunkan rasio C/N dalam masa dekomposisi selama 3 bulan.Hasil analisis sidik ragam rendemen TKKS

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non shift (p&lt;0,05). Kata kunci : glukosa darah puasa, bidan,