• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan Karakteristik Anjing

Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordota Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Order : Carnivora Family : Canidae Genus : Canis

Species : Canis familiaris

Gambar 1 Anjing pemburu di Kecamatan Palembayan.

Anjing termasuk keluarga Canidae, bersaudara dengan serigala, rubah, dan anjing rakun. Diantara semua anggota Canidae, anjing mempunyai hubungan yang paling dekat dengan serigala, yang merupakan nenek moyang anjing. Secara umum keluarga Canidae memiliki ciri-ciri tubuh kecil memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang (Pennisi 2002).

Kebutuhan manusia terhadap sifat-sifat tertentu dari seekor anjing menyebabkan adanya usaha untuk mengawinsilangkan anjing. Penggolongan anjing dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Federation

Cynologique International (FCI), yaitu berdasarkan bentuk fisik, sifat dan kegunaan (Untung 1999).

Ada beberapa teori antropologi mengenai domestikasi anjing. Teori pertama menduga manusia yang mulai membentuk peradaban, tertarik pada kemampuan anjing melacak binatang buruan. Mereka menangkap anak anjing, memelihara dan melakukan seleksi untuk mendapatkan turunan yang jinak (Pennisi 2002).

Teori kedua, anjing yang mendekati manusia karena tertarik pada produk khas peradaban, yakni sampah. Teori ketiga disebut juga teori adaptasi. Teori ini merupakan teori yang diyakini mendekati realita, dimana manusia dan anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing. Namun seiring dengan perkembangan peradaban, kedua kelompok tersebut mulai melakukan aktivitas berburu dengan bekerja sama. Ketika mangsa mulai berkurang akibat kondisi alam yang kurang menguntungkan, nenek moyang anjing mulai bergantung pada manusia hingga akhirnya anjing menjadi binatang yang dimanfaatkan oleh manusia (Pennisi 2002).

Hubungan anjing dan manusia sudah terjalin sejak ratusan tahun silam. Bahkan manusia primitif memanfaatkan anjing sebagai teman berburu. Sebelum menjadi sahabat manusia, anjing adalah binatang liar. Mereka hidup berburu dengan cara berkelompok. Manusia pada masa itu juga hidup dari hasil berburu. Untuk membantu aktivitas berburu, manusia memanfaatkan anjing-anjing liar. Namun, anjing liar ternyata tidak mudah ditangkap karena memiliki kecepatan gerak tinggi, penciuman tajam, dan kepandaian. Beberapa anjing dipelihara untuk membantu aktivitas berburu atau menjaga harta majikan sehingga tercipta hubungan yang akrab. Kelebihan penciuman anjing dimamfaatkan manusia untuk mencari mangsa atau hewan terluka akibat senjata (Hatmosrojo dan Budiana 2007).

Lambung anjing (ras besar) mampu menampung pakan sekitar 800 gram. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Kebutuhan kalori anjing ras besar berkisar antara 4000-5000 kalori perhari. Sementara itu, kebutuhan kalori untuk anjing dengan berat badan 35-45 kg berkisar antara 450-800 gram perhari. Pakan yang diberikan harus mengandung

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh anjing. Air minum sebaiknya diberikan kepada anjing empat jam sekali. Air yang digunakan harus berupa air bersih atau air yang sudah dimasak telebih dahulu (Sianipar 2004). Data biologis anjing secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data biologis anjing

Lama hidup 13-17 tahun (bisa sampai 34 th)

Lama bunting 63 hari (53-71 hari)

Umur disapih 8-9 minggu

Umur dewasa Sekitar 1 tahun

Umur dikawinkan 6-8 bulan

Berat dewasa 2-90 kg

Aktivitas Diurnal (siang hari)

Suhu (rektal) 37-39°C

Pernafasan 15-30 kali/menit

Denyut jantung 60-90 kali/menit

(sumber: Smith dan Mangkoewidjojo 1988)

Manajemen Kesehatan Anjing

Manajemen kesehatan anjing merupakan salah satu bagian dari manajemen pemeliharaan yang harus diperhatikan oleh pemilik. Manajemen pemeliharaan harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan (Animal welfare). Lima aspek kesejahteraan hewan meliputi bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari cedera dan penyakit, bebas dari rasa stres dan bebas mengekspresikan sifat alaminya (WSPA 1997).

Status Gizi

Anjing yang bergizi baik memiliki kerangka yang diselaputi oleh urat daging, sehingga badan terlihat membentuk. Sebaliknya anjing yang begizi buruk memperlihatkan beberapa bagian kerangka menonjol keluar yang dapat diamati pada tulang iga atau kostae, tuber coxae, tulang punggung bagian spinosusnya tampak menyeruak, rambutnya menjadi suram, elastisitas kulit berkurang, dan selaput lendirnya pucat kering tidak mengkilap (Widodo et el. 2011).

Umur Anjing

Sanusi (2004) menyatakan bahwa umur harapan hidup anjing pada masa lalu berkisar antara 8-10 tahun, sedangkan pada masa sekarang dapat mencapai 18-20 tahun. Beberapa faktor penyebab peningkatan umur harapan tersebut yaitu adanya perkembangan ilmu kedokteran hewan, penemuan berbagai obat, adanya pencegahan penyakit melalui vaksinasi, peningkatan mutu pakan anjing, dan cara pemeliharaan yang lebih baik oleh pemilik. Perbandingan antara umur anjing dan manusia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan antara umur anjing dan manusia

Umur anjing Umur manusia

6 bulan 10 tahun 8 bulan 13 tahun 10 bulan 14 tahun 12 bulan 15 tahun 18 bulan 20 tahun 2 tahun 24 tahun 4 tahun 32 tahun 6 tahun 40 tahun 8 tahun 48 tahun 10 tahun 56 tahun 12 tahun 64 tahun 14 tahun 72 tahun 16 tahun 80 tahun 20 tahun 96 tahun (Sumber: Sanusi 2004)

Penyakit yang Sering Menyerang Anjing Penyakit Viral

Rabies

Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdhoviridae. Pada anjing yang menderita rabies biasanya akan ditemukan virus dengan kosentrasi tinggi pada air liur dan virus ini ditransmisikan melalui saliva (Dachex L et al. 2011). Penyakit ini

bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing yang terserang rabies. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan rabies (Untung 1999).

Tanda klinis dari penyakit rabies pada anjing dikenal dalam tiga bentuk, yaitu berbentuk ganas (Farios rabies) yang ditandai dengan masa eksitasi yang panjang dan kebanyakan akan mati dalam 2 sampai 5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat. Hewan menjadi tidak ramah, agresif, air liur keluar berlebihan, nafsu makan hilang, menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpainya; bentuk diam atau dungu (dumb rabies) dimana akan terjadi kelumpuhan (paralisa) yang sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh dan masa eksitasinya pendek; bentuk asymptomatis dimana hewan tiba-tiba mati dengan tidak menunjukan gejala-gejala sakit (Kaplan 1979).

Anjing yang dicurigai rabies jangan dibunuh, tetapi harus dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan penangkapan, pengurungan, dan pengamatan oleh dokter hewan berwenang. Apabila anjing yang ada dalam pengawasan mati, maka bagian dari otak anjing tersebut akan dikirimkan ke laboratorium kesehatan hewan untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Soeharsono 2007). Pencegahan penyakit rabies bisa dilakukan melalui pemberian vaksinasi rabies secara rutin sejak anjing berumur empat bulan dan diulang setiap 6-12 bulan sekali (Sianipar 2004).

Distemper

Distemper anjing (canine distemper) disebabkan oleh virus dari golongan paramyxo-virus. Virus ini ada dimana-mana dan mencemari udara, pakan, minuman, dan lingkungan. Anjing berusia muda umumnya lebih mudah terserang distemper. Gejala klinis yang muncul antara lain depresi, nafsu makan berkurang, demam (dapat mencapai 40-42°C), batuk, cermin hidung kering dan berkerak, dan keluar kotoran dari mata. Pencegahan penyakit distemper bisa dilakukan dengan memberikan vaksinasi distemper sejak anjing berumur 6, 8, dan 12 minggu kemudian vaksinasi diulang setiap tahun (Dharmojono 2001).

Penyakit Parasiter dan Jamur Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari hewan kepada manusia. Penyakit ini berkaitan erat dengan tingkat kebersihan hewan. Penyebab scabies adalah Sarcoptes sp. Gejala klinis yang muncul antara lain timbulnya papula kecil bewarna merah, erythema yang meluas, menggaruk-garuk, bulu di daerah lesi rontok, keropeng kulit berwarna abu-abu, penebalan dan pelipatan kulit (Soeharsono 2007).

Pengobatan penyakit scabies dilakukan dengan memberikan ivermectin. Tindakan pengobatan harus diikuti dengan pembersihan kandang menggunakan insektisida atau membiarkan kandang dalam keadaan kosong dan kering selama 3 minggu. Peralatan yang digunakan untuk grooming pada anjing dapat dibersihkan dengan insektisida (Soeharsono 2007).

Kecacingan

Penyakit kecacingan pada anjing biasanya disebabkan oleh kondisi anjing dan kandang yang tidak terawat. Cacing yang sering menyerang anjing adalah cacing gelang dan cacing pita. Jenis cacing gelang yang paling banyak menyerang anjing adalah Toxocara canis, sedangkan jenis cacing pita yang sering menyerang anjing adalah Dipylidium sp, Echinococcus sp, dan Taenia sp (Subronto 2006).

Gejala klinis kecacingan adalah ekspresi muka tampak sayu, mata berair, mukosa mata dan mulut pucat, batuk, dispnoea, asites, dan kurus. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan kandang, memisahkan anjing yang terserang kecacingan, dan memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali (Sianipar 2004).

Ringworm

Ringworm adalah penyakit kulit yang bersifat superficial meliputi lapisan keratin kulit, bulu dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur. Jenis jamur penyebab ringworm secara umum adalah Microsporum Canis dan Trichophyton spp. Gejala klinis penyakit ini adalah lesi pada kulit yang cukup spesifik yaitu berbentuk bulat atau oval dengan pinggir merah, keropeng, rambut mudah patah, dan ditemukan erythematous plaque. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan

mengisolasi hewan yang terinfeksi dan membersihkan peralatan dengan cara direndam dalam air panas (Soeharsono 2007).

Vaksinasi

Vaksinasi dapat merangsang terbentuknya kekebalan. Kondisi tubuh anjing pada saat divaksin harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Setelah disapih (umur sekitar 7-8 minggu), anak anjing perlu mendapatkan vaksinasi. Di Indonesia, penyakit pada anjing seperti distemper, hepatitis, parvo dan rabies masih sangat dominan. Vaksin penyakit-penyakit tersebut telah lama ada di Indonesia (Dharmojono 2002). Program vaksinasi yang dianjurkan pada anjing dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Program vaksinasi anjing

Umur Program vaksinasi

6 minggu Vaksin parvopirus I

7 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis I 8 sampai 10 minggu Vaksin parvovirus II

9-11 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis II 10-12 minggu Vaksin parvovirus III

11-13 minggu Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis III, rabies I

16 bulan Semua vaksin diulang setiap tahun

(Sumber: Yuliarti 2007)

Berdasarkan Tabel 3, program vaksinasi pertama kali diberikan pada saat anjing berumur 6 minggu yaitu pemberian vaksin parvopirus. Pemberian vaksin distemper, HCC dan leptospirosis diberikan pada saat umur anjing 7 minggu. Pemberian vaksin parvovirus harus diulang pada saat anjing berumur 8-10 minggu. Anjing harus divaksin dengan vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis pada saat berumur 9-11 minggu. Vaksin parvovirus III diberikan pada saat anjing berumur 10-12 minggu, sedangkan pada saat anjing berumur 11-13 minggu, anjing harus diberikan vaksin distemper, HCC, leptspirosis, dan rabies. Pemberian vaksin parvopirus, distemper, HCC, leptospirosis, dan rabies harus diulang setiap tahun sekali.

Anjing yang sudah divaksin harus memiliki sertifikat vaksinasi yang dikeluarkan oleh dokter hewan yang berwenang dan mempunyai izin praktek. Vaksinasi pertama masih perlu diulang setelah 4-8 minggu. Anjing yang baru

divaksin sebaiknya tidak berinteraksi dengan anjing lain karena kondisi tubuh masih lemah (Untung 1999).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Salareh Aia, Desa Tigo Koto Silungkang, dan Desa Sungai Puar, Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010.

Desain Penelitian Populasi Studi

Satuan penarikan contoh dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang memelihara anjing pemburu di Desa Salareh Aia, Desa Tigo Koto Silungkang, dan Desa Sungai Puar di Kecamatan Palembayan. Kecamatan Palembayan merupakan kecamatan dengan jumlah populasi anjing terbanyak di Kabupaten Agam.

Teknik Pengambilan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap kepala keluarga yang memelihara anjing pemburu dengan menggunakan kuesioner terstruktur sedangkan data keadaan umum anjing diperoleh melalui observasi langsung terhadap anjing yang dimiliki oleh responden. Kuesioner yang digunakan terdiri atas 53 pertanyaan yang meliputi karakteristik responden, status kesehatan, sejarah vaksinasi anjing peliharaan, pengobatan, dan pemeriksaan fisik hewan. Responden dipilih tidak secara acak tetapi yang dapat dengan mudah diwawancarai pada saat aktifitas berburu sedangkan anjing yang diperiksa diambil satu ekor dalam setiap kepala kelurga. Pemilihan anjing yang diperiksa berdasarkan rekomendasi pemilik anjing pemburu.

Desain Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dirancang merujuk kepada literatur tentang anjing, manajemen kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit pada anjing pemburu seperti faktor lingkungan dan pakan. Setelah kuesioner diselesaikan, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mencari kesahihan suatu kuesioner. Untuk menguji validitas tersebut peneliti mengambil 30 responden dari Kecamatan Palembayan. Kemudian, dari 30 responden yang diambil, peneliti memperoleh ukuran validitas kuesioner dengan melihat hubungan keeratan atau uji korelasi antar pertanyaan. Bila nilai >r tabel, item pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika nilai <r tabel, item pertanyaan tersebut tidak valid. Salah satu pengukuran validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut :

Dimana r : koefisien korelasi product moment X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Teknik yang dipakai untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian atau mengelompokkan item-item menjadi dua kelompok berdasarkan pada kelompok ganjil (nomor item ganjil) sebagai belahan pertama dan kelompok genap (nomor item genap) sebagai belahan kedua.

Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dikorelasikan dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang rumus dan cara penghitungannya sudah dijelaskan sebelumnya. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah. Oleh karena itu, harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan

mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus:

Dimana, rtot : angka reliabilitas keseluruhan item rtt :angka reliabilitas belahan pertama dan kedua

Bila nilai rtot > r tabel, item pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Dan sebaliknya, jika nilai rtt < r tabel, item pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Teknik Penarikan Contoh

Responden dalam penelitian ini diambil dari 3 desa (nagari) yang memiliki jumlah populasi anjing terbanyak, yaitu desa Salareh Aia, Tigo Koto Silungkang, dan Sungai Puar. Kemudian dari keseluruhan desa (nagari) yang terpilih tersebut diambil 150 rumah tangga yang memelihara anjing pemburu. Responden dipilih tidak secara acak tetapi yang dapat dengan mudah diwawancarai pada saat aktifitas berburu.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 13 dan Microsoft Excel 2007.

Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi untuk memberikan pengertian yang jelas dan tidak menimbulkan keraguan pada istilah variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu definisi mengenai pemeriksaan kesehatan anjing dan wawancara mengenai status kesehatan anjing pemburu di Kecamatan Palembayan. Definisi operasional tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik adalah ciri-ciri individu yang terdiri atas demografi seperti jenis kelamin, umur, status sosial, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, dan status ekonomi (Notoatmodjo 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, karakteristik responden meliputi jenis kelamin, agama, umur, pendidikan dan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik responden di Kecamatan Palembayan

Variabel Frekuensi (n=150) % Jenis Kelamin Laki-laki 150 100 Agama Islam 150 100 Umur >17-< 25 tahun 18 12 25-< 40 tahun 60 40 ≥ 40 tahun 72 48 Pendidikan Tidak sekolah 11 7.3 SD 26 17.3 SMP 42 28 SMA 57 38 Sarjana 14 9.4 Pekerjaan Petani 61 40.7 Pegawai Swasta 2 1.3 Pegawai Negri 16 10.7 Wiraswasta 65 43.3 Lainnya 6 4

Berdasarkan data Tabel 5, pemilik anjing pemburu di Kecamatan Palembayan yang diambil datanya, berjenis kelamin laki-laki (100%), beragama

Islam (100%), berumur ≥ 40 tahun (48%), mayoritas lulusan SMA (38%) dan umumnya bekerja sebagai wiraswasta (43.3%). Karakteristik pemilik anjing pemburu berhubungan dengan keadaan umum kesehatan anjing yang mereka miliki. Menurut Notoatmodjo (2007), kebutuhan dan tuntutan seseorang terhadap kesehatan manusia dan hewan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial

budaya, dan pekerjaan. Jika tingkat pendidikan baik, maka keadaan sosial budaya dan pekerjaan bertambah baik dan secara relatif kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan manusia dan hewan juga semakin baik.

Karakteristik Anjing Pemburu

Masyarakat di daerah Sumatera Barat, khususnya Kecamatan Palembayan, banyak menggunakan anjing sebagai hewan pemburu. Untuk mendapatkan fungsi sebagai anjing pemburu maka masyarakat Sumatera Barat harus mengetahui karakteristik anjing peliharaannya supaya bisa dilatih menjadi pemburu yang lincah dan handal. Karaktristik anjing pemburu bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

Jenis anjing pemburu

Anjing kampong 136 90.7

Ras 14 9.3

Umur anjing pemburu

2.5 tahun 10 6.7 3.5 tahun 27 18 4,5 tahun 81 54 5.5 tahun 29 19.3 6 tahun 3 2 Jenis kelamin Jantan 108 72 Betina 42 28

Berdasarkan Tabel 5, sebanyak 90.7% merupakan jenis anjing kampung, berumur 4,5 tahun (54%) dan berjenis kelamin jantan (72%). Anjing jenis ini banyak digunakan sebagai hewan pemburu oleh responden karena populasi anjing kampung di daerah Kecamatan Palembayan sangat banyak sehingga mudah untuk mendapatkannya. Disamping itu, anjing jenis ini juga handal dalam mengejar mangsa. Menurut responden yang ikut dalam tradisi berburu mengatakan bahwa anjing kampung berjenis kelamin jantan dengan umur muda (sekitar 4.5 tahun) lebih banyak digunakan untuk berburu. Anjing jantan pada kisaran umur ini lebih cepat dalam mengejar mangsa bila dibandingkan dengan anjing jantan yang lebih tua (umur diatas 6 tahun) maupun anjing betina. Menurut Untung (1999), anjing kampung sering digunakan sebagai hewan pemburu karena memiliki tubuh kecil

memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang.

Masa hidup anjing bergantung pada jenis ras. Rata-rata anjing yang berukuran tubuh besar hanya bisa hidup sampai 7-8 tahun, sedangkan anjing dengan ukuran tubuh kecil mampu hidup sampai 20 tahun. Harapan hidup rata-rata anjing berukuran tubuh sedang dan anjing kampung berkisar antara 13-14 tahun (Untung 1999).

Jadwal Berburu dan Jenis Hewan yang Diburu

Kebiasaan berburu merupakan upaya untuk mengamankan wilayah pertanian dan perkebunan dari gangguan binatang perusak. Kebiasaan ini dilakukan secara berkelompok dan memiliki organisasi atau perkumpulan. Organisasi berburu babi di daerah Minang dinamakan dengan PORBI (Persatuan Buru Babi) (Pramundito dan Bambang 2005).

Tabel 7 Jadwal berburu dan jenis hewan yang diburu responden

Variabel Frekuensi

(n=150) %

Jadwal berburu

1 kali seminggu 59 39.3

2 kali seminggu 91 60.7

Jumlah anjing untuk berburu

1 ekor 40 26.7

2 ekor 89 59.3

3 ekor 17 11.3

4 ekor 3 2

5 ekor 1 0.7

Hewan target buruan

Babi hutan 150 100

Berdasarkan hasil survei (Tabel 7), diketahui bahwa 60.7% responden melakukan kegiatan berburu dua kali seminggu, kebanyakan responden (59.3%) membawa anjing untuk berburu sebanyak 2 ekor dengan hewan target buruan adalah babi hutan. Tradisi berburu bertujuan untuk mengusir hama babi hutan yang merusak kebun dan sawah petani di daerah Minangkabau, khususnya di Kecamatan Palembayan. Tradisi ini menjadi bagian dari kehidupan agraris karena sebagian masyarakat Kecamatan Palembayan menggantungkan kehidupan dari

hasil pertanian. Belakangan ini berburu babi menjadi hobi dan gaya hidup masyarakat di Kecamatan Palembayan (Suryadi 2011).

Perawatan Anjing Pemburu

Manajemen pakan adalah pemberian jenis pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anjing. Manajemen pakan berguna untuk menghindari anjing dari obesitas dan masalah lainnya seperti kurang tenaga, kulit kering dan kerusakan sel (Prajanto dan Agus 2004).

Tabel 8 Perawatan anjing pemburu yang dimiliki responden

Variabel Frekuensi (n=150) %

Pakan anjing

Nasi saja 56 37.3

Daging/ikan saja 2 1.3

Pakan olahan pabrik 5 3.3

Sisa makanan pemilik rumah 70 46.7

Lain-lain 17 11.3

Frekuensi pemberian pakan anjing

Satu kali 18 12 Dua kali 118 78.7 Tiga kali 14 9.3 Pemberian vitamin Ya 60 40 Tidak 90 60 Jadwal mandi Setiap hari 7 6 Seminggu sekali 93 80.2

Seminggu dua kali 12 10.3

Kadang-kadang (tidak tentu) 4 3.4

Dimandikan pakai

Air saja 25 16.7

Shampo 48 32

Sabun 63 42

Sabun dan shampo 14 9.3

Rambut dikeringkan dengan

Dijemur diterik cahaya matahari 141 98.6

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, diketahui bahwa pakan yang diberikan oleh pemilik anjing pemburu sebagian besar (46.7%) berasal dari sisa makanan pemilik rumah. Sisa makanan pemilik rumah bisa mengganggu keseimbangan nutrisi anjing karena jumlah pakan yang masuk sulit dipantau komposisi nutrisinya. Hal ini patut menjadi perhatian karena anjing pemburu tersebut banyak mengeluarkan energi untuk kegiatan berburu. Seharusnya, anjing tersebut diberikan asupan pakan dengan nutrisi yang tinggi. Asupan pakan yang kurang nutrisi akan menyebabkan aktivitas yang dilakukan anjing terbatas dan anjing tersebut mudah terserang penyakit (Budiana 2009).

Syarat pakan yang baik untuk anjing ialah memenuhi keseimbangan nutrisi. Umumnya komposisi nutrisi utama pakan anjing terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Komposisi nutrisi pada pakan anjing mulai mendapat perhatian sejak abad ke-16, saat hewan ini mulai dipelihara manusia (Untung 1999). Komposisi nutrisi berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan mengurangi resiko terhadap serangan penyakit berbahaya. Semua nutrisi dibutuhkan dalam porsi tepat untuk kebutuhan reaksi kimia di dalam proses pencernaan, penyerapan, dan pembuangan. Bila nutrisi tidak tersedia dalam jumlah cukup maka sel-sel tubuh akan mati. Akibatnya, umur anjing menjadi pendek. Jadi, segala aktivitas dan hidup anjing sangat tergantung dari pakan yang dibutuhkan dan tenaga yang dihasilkan (Budiana 2009).

Berdasarkan data pada Tabel 8, sebanyak 78.7% responden memberikan pakan pada anjing pemburu dua kali sehari. Frekuensi pemberian pakan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kesehatan anjing pemburu. Pemberian pakan dua kali sehari tidak memenuhi komposisi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anjing pemburu karena pakan anjing pemburu

Dokumen terkait