• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik responden adalah suatu gambaran umum mengenai latar belakang petani sebagai responden yang akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku dalam penggunaan benih jagung hibrida. Karakteristik umum responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, lama berusahatani, status kepemilikan lahan, luas lahan, budidaya dalam setahun, varietas yang sering ditanam. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani jagung hibrida. Petani jagung hibrida tersebut memposisiskan diri sebagai konsumen dari benih jagung hibrida. Konsumen dalam artian sebagai orang yang secara langsung mendapatkan, mengkonsumsi, dan menggunakan benih jagung hybrid yang tidak untuk dimakan, tetapi digunakan dalam kegiatan produksi jagung hibrida. Berikut ini akan dijelaskan hasil dari penelitian karakteristik umum dari petani responden jagung hibrida yang berjumlah 40 orang dari Desa Gadu Barat Kecamatan Ganding Sumenep.

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa 100 persen petani responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%)

Laki-laki 40 100

Perempuan 0 0

Total 40 100

Tabel 6 menunjukan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Presentase responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 100 persen dari total responden. Hasil sebaran ini tentu dapat dimaklumi karena pada umumnya petani adalah laki-laki. Selain itu, di Desa Gadu Barat petani yang berjenis kelamin perempuan pada umumnya hanya sebagai buruh dan sebagaian membantu suami di lahan, tetapi tidak sebagai konsumen. Oleh karena itu, responden petani dengan jenis kelamin perempuan tidak ada.

Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukan bahwa petani responden terbanyak berada pada rentan usia 60-69 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau sebesar 50 persen. Petani responden terbanyak kedua berada pada rentan usia 70-79 tahun yaitu sebesar 7 orang atau sebesar 17.5persen. Pada rentan usia 50-59 tahun petani responden berjumlah 6 orang atau sebesar 15 persen, sedangkan pada rentan usia 40-49 tahun petani responden berjumlah 4 orang atau sebesar 10 persen. Kemudian pada rentan usia 30-39 tahun petani responden berjumlah 3 orang atau sebesar 7.5 persen. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia

Usia Jumlah (Orang) Presentase (%)

30-39 3 7.5 40-49 4 10.0 50-59 6 15.0 60-69 20 50.0 70-79 7 17.5 Total 40 100

Usia yang paling mendominasi petani responden yaitu pada rentan usia 60-69 tahun. Petani pada rentan usia tersebut memiliki pengalaman yang cukup banyak tentang usahatani jagung hibrida, namun teknik budidaya yang digunakan masih bersifat tradisional dan kurang responsif dalam menerima sesuatu yang baru, baik dari segi teknologi budidaya maupun jenis varietas baru. Hal ini juga dipengaruhi oleh pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani. Hasil menunjukan bahwa sebesar 82.5 persen atau 33 petani responden hanya menempuh pendidikan sekolah dasar, sehingga pemahaman dalam menerima teknologi atau hal yang baru cenderung sulit diterima. Kondisi tersebut sama halnya dengan petani responden pada rentan usia 60-79 tahun dan 50-59 tahun. Pada rentan usia 30-39 tahun petani responden hanya berjumlah 3 orang. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya pemuda setempat lebih memilih untuk sekolah atau bekerja ke luar kota.

Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan status pernikahan dari 40 petani responden seluruhnya telah menikah yaitu sebesar 100 persen (Tabel 8). Berdasarkan hasil sebaran status pernikahan tersebut dapat mempengaruhi petani sebagai konsumen benih jagung hibrida. Petani yang berstatus menikah cenderung akan memilih benih jagung yang memiliki produktivitas tinggi yang berpengaruh pada pendapatan yang akan didapatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula harapan petani terhadap pendapatan yang diterima dari usahatani jagung hibrida karena akan semakin banyak juga biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tabel 8 Responden berdasarkan status pernikahan

Status Pernikahan Jumlah (Orang) Presentase (%)

Menikah 40 100

Belum menikah 0 0

Total 40 100

Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini tingkat pendidikan petani yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani responden. Berdasarkan hasil sebaran tingkat pendidikan, pada umumnya petani responden berpendidikan rendah karena didominasi oleh tingkat Sekolah Dasar (SD) atau sederajat sebesar 30 persen 8.25 persen atau 33 orang. Selanjutnya, untuk tingkat pendidikan SMP hanya sebesar 12.5 persen atau 5 orang. Tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi masing-masing hanya sebesar 2.5 persen atau 1 orang.

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan petani dalam menerima dan memahami penerapan teknologi atau informasi baru yang berhubungan dengan usahatani jagung hibrida. Petani responden yang berpendidikan rendah umumnya hanya memiliki pengetahuan yang terbatas sehingga cenderung lebih sulit dalam memahami manfaat dan kelebihan dari berusahatani jagung hibrida dibandingkan dengan komoditi lain. Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruh terhdap proses pengambilan keputusan pembelian benih petani responden. Hasil sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)

Tidak Sekolah 0 0 SD 33 82.5 SMP 5 12.5 SMA 1 2.5 Perguruan Tinggi 1 2.5 Total 40 100

Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 30 petani responden atau sebesar 75 persen menjadikan usahatani jagung hibrida sebagai pekerjaan utama. Selain melakukan usahatani jagung hibrida, beberapa petani juga melakukan pekerjaan sampingan sebagai berternak, berdagang, kuli bangunan, dan ojek. Oleh karena itu pendapatan yang diterima diluar usahtani jagung hibrida sebagian besar rendah yaitu kurang dari Rp 500 000 per bulan. Usahatani jagung hibrida dikatakan sebagai pekerjaan utama karena waktu yang dihabiskan untuk bertani lebih banyak dibandingkan dengan usaha lainnya seperti beternak atau berdagang sehingga usahatani jagung hibrida menjadi prioritas utama bagi petani. Pekerjaan bertani dilakukan pada pagi hari hingga siang hari dan pekerjaan sampingan biasanya dilakukan disela waktu senggang atau setelah bertani. Selanjutnya, petani responden yang menjadikan usahtani jagung hibrida sebagai pekerjaan

sampingan hanya sebesar 25 persen atau sebanyak 10 petani. Pada umumnya petani responden yang menjadikan usahatani jagung hibria sebagai pekerjaan sampingan merupakan petani yang telah memiliki pekerjaan seperti pegawai Desa, pedagang, pengusaha besi, dan guru. Hasil sebaran responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran petani berdasarkan status pekerjaan

Status Pekerjaan Jumlah (Orang) Presentase (%)

Utama 30 75

Sampingan 10 25

Total 40 100

Responden Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani

Pendapatan petani dalam penelitian ini merupakan pendapatan dari petani responden yang berasal dari kegiatan di luar usahtani per bulan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 36 orang atau 90 persen petani responden memiliki pendapatan di luar usahatani kurang dari Rp 500000. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa penghasilan petani responden di luar usahatani rendah. Pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh petani responden di luar usahatani yaitu berternak, berdagang. Selain itu, terdapat 4 orang atau 10 persen petani responden yang memiliki pendapatan di luar usahtani pada rentan pendapatan Rp 500 000-Rp 999 999. Besarnya pendapatan yang diterima petani responden di luar usahani juga dapat berpengaruh pada proses pengambilan keputusan pembelian benih jagung hibrida, karena semakin tinggi pendapatan petani maka modal untuk membeli benih juga meningkat sehingga tentunya petani akan membeli benih jagung hibrida yang bermutu tinggi dengan harapan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi juga.

Tabel 11 Sebaran petani berdasarkan pendapatan di luar usahatani Pendapatan di Luar Usahatani Jumlah (Orang) Presentase (%)

< Rp 500 000 36 90

Rp 500 000 - Rp 999 999 4 10

Rp 1 000 000 – Rp 1 999 999 0 0

> Rp 2 000 000 0 0

Total 40 100

Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Jagung Hibrida

Berdasarkan hasil penelitian pada umumnya petani telah cukup berpengalaman di bidang usahatani jagung hibrida. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan presentase terbesar adalah pada lama berusahatani jagung hibrida dalam rentan 11 sampai dengan 20 tahun sebesar 70 persen atau 28 petani responden. Pada rentan 21 hingga 30 tahun sebesar 20 persen atau 8 petani responden, 31 hingga 40 tahun dan 1 hingga 10 tahun masing-masing sebesar 5 persen atau 2 petani responden. Sebaran tersebut menunjukan bahwa sebesar 95 persen petani responden telah berpengalaman lebih dari 10 tahun. Pada umumnya petani responden yang telah memiliki banyak berpengalaman ini akan lebih berhati-hati dalam menerima suatu hal baru.

Tabel 12 Sebaran petani berdasarkan lama berusahatani jagung hibrida Lama Usahatani Jagung

Hibrida

Jumlah (Orang) Presentase (%)

1-10 tahun 2 5

11-20 tahun 28 70

21-30 tahun 8 20

31-40 tahun 2 5

Total 40 100

Responden Berdasarkan Status Kepemilikan dan Luas Lahan

Status kepemilikan lahan petani responden pada penelitian ini 100 persen merupakan milik sendiri. Dengan status kepemilikan lahan milik sendiri, memudahkan petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan usahatani jagung hibrida. Petani menjadi lebih leluasa dan memiliki kewenangan lebih besar atas lahannya dibandingkan dengan menyewa ataupun menggunakan lahan garapan. Lahan yang dimiliki petani responden pada umumnya memiliki luas yang relatif sempit yaitu sebanyak 38 petani atau 95 persen memiliki lahan <0.5 ha, luas lahan 0.5-1 ha hanya sebanyak 2 orang petani atau 5 persen.

Tabel 13 Sebaran petani berdasarkan status kepemilikan dan luas lahan Status lahan Luas lahan Jumlah (Orang) Presentase (%)

Milik sendiri <0.5 Ha 38 95

0.5-1 Ha 2 5

>1 Ha 0 0

Total 40 100

Responden Berdasarkan Budidaya Dalam Setahun

Pada umumnya petani responden membeli benih jagung hibrida untuk budidaya dua kali dalam setahun sebanyak 23 petani atau sebesar 57.5 persen. Sementara sebanyak 17 petani atau sebesar 42.5 persen membeli benih jagung hibrida satu kali dalam setahun. Masih banyaknya petani yang hanya melakukan budidaya jagung hibrida satu kali dalam setahun dikarenakan mahalnya harga benih jagung hibrida sehingga terkadang petani melakukan selingan dengan budidaya jagung lokal yang harga benihnya jauh lebih murah dan dengan budidaya kmoditas lain.

Tabel 15 Sebaran petani berdasarkan budidaya jagung hibrida dalam setahun Budidaya Jagung Hibrida

Dalam Setahun

Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 kali 17 42.5

2 kali 23 57.5

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, kemudian evaluasi pasca pembelian (Engel et al, 1994). Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan proses keputusan pembelian petani sebagai konsumen benih jagung hibrida.

Pengenalan Kebutuhan

Tahap awal dalam proses keputusan pembelian konsumen adalah pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen dalam hal ini petani jagung hibrida menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kesadaran terhadap suatu kebutuhan akan mendorong konsumen untuk mengetahui produk atau jasa yang dibutuhkan. Jika petani tidak melakukan pengenalan kebutuhan maka petani dapat membeli sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan petani responden terhadap benih jagung hibrida dalam penelitian ini diketahui dengan mengajukan dua pertanyaan, yaitu motivasi petani dalam berusahatani jagung hibrida dan harapan petani terhadap benih jagung hibrida yang dibeli. Sebaran petani responden berdasarkan pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada tabel 15.

Berdasarkan hasil penelitian pada umumnya sebanyak 24 petani atau 60 persen menyatakan bahwa jagung hibrida dipilih untuk diusahakan dengan motivasi untuk memperoleh keuntungan. Motivasi petani responden untuk memperoleh keuntungan dapat berpengaruh besar terhadap pemilihan benih jagung hibrida yang akan digunakan. Motivasi petani selanjutnya yaitu turun-temurun (warisan) dari keluarga sebanyak 11 petani atau sebesar 27.5 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa budaya dan adat istiadat masih melekat dalam kehidupan petani responden. Motivasi petani responden lainnya dalam melakukan usahatani jagung hibrida yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebanyak lima petani atau 12.5 persen. Petani responden yang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidup karena makanan pokok sebagian besar penduduk Madura yaitu jagung atau beras yang dicampur dengan jagung.

Tabel 15 Sebaran petani berdasarkan pengenalan kebutuhan

Keterangan Kategori Jumlah

(Orang) Presentase (%) Motivasi usahatani jagung hibrida Memperoleh keuntungan 24 60 Turun-temurun 11 27.5 Memenuhi kebutuhan 5 12.5 Total 40 100

Harapan dari benih jagung hibrida yang digunakan

Hasil panen yang tinggi 34 85

Kualitas jagung yang lebih baik

6 15

Total 40 100

Petani memiliki harapan hasil panen yang banyak terhadap usahatani dari benih jagung hibrida sebanyak 34 petani atau 85 persen. Dengan adanya hasil

panen yang tinggi petani berharap keuntungan yang akan diperoleh juga akan semakin banyak. Harapan petani responden lainnya dalam usahatani jagung hibrida yaitu kualitas jagung yang lebih baik sebanyak enam petani atau 15 persen. Pencarian Informasi

Tahap kedua dalam proses keputusan konsumen selanjutnya adalah pencarian informasi. Pencarian informasi terhadap suatu produk sangat penting karena akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Informasi bagi konsumen dapat diperoleh dengan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatannya dan juga mencari informasi dari luar. Pencarian informasi dianalisis melalui dua pertanyaan, yaitu dari mana informasi mengenai benih jagung hibrida didapatkan dan informasi yang paling penting bagi petani responden untuk membeli benih jagung hibrida. Sebaran petani berdasarkan pencarian informasi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran petani berdasarkan pencarian informasi

Keterangan Kategori Jumlah

(Orang) Presentase (%) Sumber informasi mengenai benih jagung hibrida Diri sendiri 0 0

Keluarga atau teman 0 0

Toko pertanian 0 0

Media massa cetak dan elektronik Kelompok tani 40 100 Penyuluh pertanian lapangan Lainnya 0 0 Total 40 100 Informasi paling penting mengenai benih jagung hibrida

Harga benih 9 22.5 Kualitas benih 31 77.5 Varietas benih 0 0 Lainnya 0 0 Total 40 100

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sumber informasi benih jagung hibrida pada umumnya didapatkan seluruhnya dari kelompok tani sebanyak 40 petani atau 100 persen.

Dari informasi yang diperoleh petani responden, informasi yang paling penting dalam pencarian informasi benih jagung hibrida pada umumnya yaitu kualitas benih sebanyak 31 petani atau 77.5 persen. hal tersebut dikarenakan jika kualitas dari benih jagung hibrida baik maka akan berpengaruh pada kualitas jagung yang dihasilkan. Selain itu sebanyak Sembilan petani atau 22.5 persen memilih harga benih sebagai informasi yang paling penting. Hal ini terkait dengan pendapatan dan kemampuan petani dalam membeli benih.

Evaluasi Alternatif

Tahapan ketiga dalam proses keputusan pembelian konsumen adalah evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, petani sebagai konsumen membandingkan berbagai pilihan benih komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dari sekian banyak benih yang mereka ketahui dari informasi yang diperoleh. Untuk mengidentifikasi sikap responden pada tahapan ini diajukan pertanyaan yaitu mengenai 14 atribut yang dipertimbangkan petani dalam membeli benih jagung hibrida.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 33 petani responden atau sebesar 82.5 persen memilih produktivitas sebagai atribut yang paling dipertimbangkan dalam pembelian benih jagung hibrida. Petani cenderung memilih benih jagung yang memiliki produktivitas tinggi karena diharapkan dengan tingginya produktivitas maka pendapatan petani juga akan meningkat. Presentase atribut terbesar kedua yang dipertimbangkan dalam pembelian benih jagung hibrida yaitu ketahanan hama penyakit sebagai sebanyak lima petani responden atau sebesar 12.5 persen. Pertimbangan petani selanjutnya yaitu ketahanan terhadap hama penyakit sebanyak dua petani responden atau sebesar lima persen. Sebaran petani berdasarkan evaluasi alternatif dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran petani berdasarkan evaluasi alternatif

Keterangan Kategori Jumlah

(Orang) Presentase (%) Atribut yang dipertimbangkan ketika akan membeli benih jagung hibrida Produktivitas 33 82.5

Ketahanan terhadap hama dan penyakit 5 12.5 Daya tumbuh 0 0 Ukuran tongkol 2 5 Umur panen 0 0 Benih bersertifikat 0 0

Pemasaran hasil panen 0 0

Harga benih 0 0

Harga jual 0 0

Promosi dari toko / perusahaan 0 0 Demplot 0 0 Pedum / SOP 0 Ketersediaan benih 0 0 Kemudahan diperoleh 0 0 Total 40 100 Keputusan Pembelian

Setelah tahap evaluasi alternatif, tahap keempat dalam proses keputusan pembelian konsumen adalah keputusan pembelian. Pada tahapan ini konsumen harus mampu mengambil keputusan mengenai kapan dan di mana proses pengambilan keputusan tersebut dilakukan. Sebaran petani berdasarkan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran petani berdasarkan keputusan pembelian

Keterangan Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%) Cara memutuskan

penggunaan benih jagung hibrida

Terencana 34 85

Tidak terencana 6 15

Total 40 100

Tempat membeli benih jagung hibrida Produsen benih 0 0 Penangkar benih 0 0 Kios saprotan kelompok tani 40 100 Kios saprotan 0 0 Bantuan pemerintah 0 0 Lainnya… 0 0 Total 40 100

Alasan memilih tempat pembelian benih jagung hibrida Dekat dengan rumah 0 0 Merupakan anggota kelompok 40 100 Kualitas benih terjamin 0 0 Total 0 100

Pembelian dalam setahun 1 kali 14 35

2 kali 26 65

3 kali 0 0

Total 40 100

Harga benih jagung hibrida yang dibeli

Rp 50 000 40 100

Total 40 100

Kebutuhan benih jagung setiap kali pembelian

< 5 kg 17 42.5

5-10 kg 21 52.5

>10 kg 2 5

Total 40 100

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 34 petani responden atau sebesar 85 persen memutuskan pembelian benih jagung hibrida secara terencana terlebih dahulu, sedangkan petani yang membeli benih jagung hibrida dengan tidak terencana sebanyak 6 petani atau sebesar 15 persen. Sebagian petani membeli benih secara tidak terencana dikarenakan iklim yang tidak menentu, ketersediaan benih yang diinginkan.

Dalam proses pembelian petani harus memutuskan dimana tempat pembelian benih jagung yang diinginkan. Sebanyak 40 atau sebesar 100 persen petani membeli benih di kios saprotan kelompok tani. Hal ini dikarenakan para petani responden merupakan anggota koperasi saprotan dari kelompok tani tersebut sehingga harga yang didapatkan lebih murah. Harga benih jagung hibrida

yang didapatkan petani yaitu Rp 50 000 /kg. harga tersebut merupakan harga untuk anggota koperasi kelompok tani.

Pada umumnya petani responden membeli benih jagung hibrida dua kali dalam setahun sebanyak 26 petani atau sebesar 65 persen. Sementara sebanyak 14 petani atau sebesar 35 persen membeli benih jagung hibrida satu kali dalam setahun. Benih jagung yang dibutuhkan petani beragam, karena tergantung dengan luas lahan yang dimiliki. Sebanyak 17 petani atau sebesar 42.5 persen membeli < 5 kg dalam setiap pembelian. Kemudian 21 petani atau sebesar 52.5 persen membeli benih sebanyak 5-10 kg dalam setiap pembelian. Sementara hanya dua petani atau sebesar 5 persen yang membeli benih sebanyak >10 kg dalam setiap pembelian.

Perilaku Setelah Pembelian

Hasil akhir dari proses keputusan pembelian suatu barang atau jasa yaitu melakukan evaluasi apakah pembelian yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau tidak. Jika konsumen merasa puas dengan apa yang mereka rasakan maka akan terbentuk respon dan berpengaruh positif untuk pembelian atau pemakaian produk untuk selanjutnya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan yang tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali maupun konsumsi produk tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebesar 87.5 persen atau 35 petani merasa puas dan sebesar 12.5 persen atau lima petani merasa tidak puas. Sebagia petani merasa tidak puas karena tidak semua harapan dan kebutuhan petani terpenuhi terutama karena mahalnya harga benih jagung hibrida Bisi-2.

Tabel 19 Sebaran petani berdasarkan perilaku setelah pembelian

Keterangan Kategori Jumlah (Orang) Presentase (%) Puas terhadap benih jagung

hibrida yang digunakan

Puas 35 87.5

Tidak puas 5 12.5

Total 40 100

Analisis Sikap Petani Terhadap Benih Jagung

Analisis sikap multiatribut fishbein merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap konsumen terhadap suatu produk. Model atribut ini menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk ditentukan oleh dua hal yaitu kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk (komponen bi) dan evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei). Berikut dijelaskan hasil analisis sikap petani sebagai konsumen terhadap atribut benih jagung.

Penilaian Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) Atribut Benih Jagung

Tingkat kepentingan atribut digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu atribut dianggap penting oleh para petani. Dari tingkat kepentingan dan kepercayaan juga akan diketahui sejauh mana tingkat kepercayaan atribut dapat memenuhi kebutuhan dari petani responden.Tingkat atribut ini dapat dijadikan

suatu sumber informasi untuk membentuk strategi ataupun memperbaiki kepercayaan dari atribut itu sendiri. Jumlah atribut yang akan dipertimbangkan ada 14 atribut, yaitu produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, daya tumbuh, ukuran tongkol, umur panen, benih bersetifikat, pemasaran hasil panen, harga benih, harga jual, promosi dari toko / perusahaan, demplot, pedum / SOP, ketersediaan benih, kemudahan diperoleh.

Atribut benih dianalisis berdasarkan evaluasi atribut yang diukur pada

skala evaluasi lima angka yaitu dari skala 1 “sangat tidak penting” hingga skala 5 “sangat penting”. Hasil penentuan tersebut akan dipetakan pada rentang skala

untuk menginterpretasikan hasil analisis rata-rata terhadap tingkat kepentingan setiap atribut. Rentang skala digunakan untuk menginterprestasikan hasil dari analisis rata- rata (mean scores) terhadap tingkat kepentingan atribut. Menurut Simamora, (2002) rentang skala tersebut adalah:

1,00 < X ≤ 1,80 berartisangat tidak penting 1,80< X ≤ 2,60 berarti tidak penting 2,60< X ≤ 3,40 berarti cukup penting 3,40< X ≤ 4,20 berarti penting 4,20< X ≤ 5,00 berarti sangat penting

Tabel 20 Persepsi petani terhadap tingkat kepentingan atribut benih jagung Atribut Nilai Rata-rata Evaluasi

(ei)*

Interpretasi

Produktivitas 4.58 Sangat penting

Ketahanan hama dan penyakit 4.35 Sangat penting

Harga jual 4.20 Penting

Harga benih 4.20 Penting

Ketersediaan 4.18 Penting

Pemasaran hasil panen 4.15 Penting

Daya tumbuh 4.10 Penting

Umur panen 4.08 Penting

Ukuran tongkol 4.03 Penting

Kemudahan diperoleh 4.00 Penting

Promosi toko/perusahaan 4.00 Penting

Benih bersertifikat 3.95 Penting

Pedoman umu, / SOP 2.93 Cukup penting

Demplot 2.80 Cukup penting

a) Produktivitas

Berdasarkan hasil penelitian pada 40 petani responden didapatkan nilai rata-rata dari atribut produktivitas sebesar 4.58 yang berarti atribut tersebut dianggap sangat penting bagi petani. Produktivitas dianggap sangat penting karena petani berharap jika produktivitas tinggi maka pendapatan petani juga akan meningkat.

b) Ketahanan hama dan penyakit

Atribut ketahanan hama dan penyakit dianggap sangat penting bagi petani dengan nilai rata-rata sebesar 4.35. Atribut ketahanan hama dan penyakit dianggap sangat penting karena serangan hama dan penyakit dapat mengurangi hasil panen atau bahkan dapat menggagalkan panen. Jika suatu

Dokumen terkait