• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyaltas Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyaltas Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI

TERHADAP BENIH JAGUNG HIBRIDA BISI-2 DI DESA GADU

BARAT, KECAMATAN GANDING, KABUPATEN SUMENEP

FEBBY KURNIAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FEBBY KURNIAWATI. Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik, proses keputusan pembelian, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani dalam menggunkan benih jagung hibrida Bisi-2 di desa Gadu Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) dan loyalitas piramida. Hasil darikarakteristik petani berjenis kelamin laki-laki,berusia 60-69 tahun, menikah, tingkat pendidikan terakhir sekolah dasar, berusahatani jagung sebagai pekerjaan utama, dengan motivasi untuk memperoleh keuntungan dengan hasil panen yang tinggi, Analisis multiatribut Fishbein menunjukkan benih jagung hibrida Bisi-2 lebih disukaidaribenih jagung P2 dan Guluk-guluk. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) pada benih jagung hibrida Bisi-2 puas sebesar 72 persen. Hasil analisis loyalitas pelanggan pada benih jagung Bisi-2 termasuk dalam kategori loyal.

Kata kunci: Jagung, kepuasan, konsumen, loyalitas, sikap

ABSTRACT

FEBBY KURNIAWATI. Analysis of Attitude, Satisfaction, and Loyalty Hybrid Corn Seed Growers Against Bisi-2 in The Gadu West, District Ganding, Sumenep. Supervised by RITA NURMALINA.

This study aimed to identify the characteristics, the purchase decision process, attitude, satisfaction, and loyalty of farmers in the village use the corn seed hybrid Bisi-2 in the West Gadu. This study used a descriptive analysis method, multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) and loyalty pyramid. The results of the characteristics of farmers sex male, 60-69 years old, married, primary school education level, corn farming as the main occupation, with the motivation to make a profit with high yields, Fishbein multiatribut analysis showed hybrid corn seed Bisi-2 more preferably from corn seeds P2 and guluk -guluk. Results of Customer Satisfaction Index (CSI) on hybrid corn seed Bisi-2 are satisfied by 72 percent. The results of the analysis of customer loyalty on corn seed Bisi-2 are included in the loyal category.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI

TERHADAP BENIH JAGUNG HIBRIDA BISI-2 DI DESA GADU

BARAT, KECAMATAN GANDING, KABUPATEN SUMENEP

FEBBY KURNIAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyaltas Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep

Nama : Febby Kurniawati

NIM : H34100100

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang menjadi syarat kelulusan pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penelitian ini diselesaikan berdasarkan pengamatan langsung dengan mengangkat judul Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Benih Jagung Hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua Bapak dan Ibu, kakak, adik dan keluarga penulis atas segala doa, dorongan semangat dan kasih sayang. Terima kasih kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, bantuan, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Tintin Sarianti SP, MM. dan IrJuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji. Apresiasi dan rasa terimakasih penulis sampaikan kepada teman seperjuangan satu kelompok bimbingan skripsi, para petani, dan juga pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.

Penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih untuk rekan-rekan Agribisnis 47, rekan-rekan BEM FEM IPB, sahabat, Dica, Fay, Andin, Puma, Tacik, Nisa, Pui, Risa, Ecak, dan Boyd atas segala motivasi, waktu, doa, dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pengertian Benih 7

Karakteristik Tanaman Jagung 8

Keunggulan Benih Bersertifikat 8

Penelitian Terdahulu 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Konsumen 10

Perilaku Konsumen 10

Karakteristik Konsumen 11

Sikap Konsumen 11

Proses Pengambilan keputusan Konsumen 12

Kepuasan Konsumen 14

Loyalitas Konsumen 14

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode PengambilanSampel 19

Metode Analisis Data 20

(10)

Analisis Multiatribut Fishbein 20

Customers Satisfaction Index 21

Importance Performance Analysis 23

Analisis Piramida Loyalitas 26

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Gambaran Umum Lokasi 27

Gambaran Umum Pertanian 28

Gambaran Umum Benih Jagung Hibrida Bisi-2 28

Gambaran Umum Benih Jagung Hibrida P2 29

Gambaran Umum Benih Jagung Lokal Guluk-guluk 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Karakteristik Umum Responden 30

Proses Keputusan Pembelian Konsumen 35

Analisis Sikap Petani Terhadap Benih Jagung 39

Penilaian Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Jagung 42

Analisis Kepuasan Petani Terhadap Benih Jagung 46

Analisis Loyalitas Petani 53

PENUTUP 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59

(11)

DAFTAR TABEL

1 Data statistik luas panen, produktivitas dan produksi jagung di

Indonesia 2

2 Perkembangan impor jagung di Indonesia tahun 2008-2012 2 3 Data sasaran luas tanam jagung hibrida dan komposit Tahun

2012-2014 3

4 Data statistik produksi jagung terbesar di Indonesia tahun 2009-2012 3 5 Data luas panen, produktivitas, dan produksi jagung di Kabupaten

Sumenep 4

6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 30

7 Sebaran responden berdasarkan usia 31

8 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan 32 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 32 10 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan 33 11 Sebaran responden berdasarkan pendapatan di luar usahatani 33 12 Sebaran responden berdasarkan lama berusahatani jagung hibrida 34 13 Sebaran responden berdasarkan status kepemilikan dan luas lahan 34 14 Sebaran petani berdasarkan budidaya jagung hibrida dalam setahun 34 15 Sebaran petani berdasarkan pengenalan kebutuhan 35 16 Sebaran petani berdasarkan pencarian informasi 36 17 Sebaran petani berdasarkan evaluasi alternatif 37 18 Sebaran petani berdasarkan keputusan pembelian 38 19 Sebaran petani berdasarkan perilaku setelah pembelian 39 20 Persepsi petani terhadap tingkat kepentingan atribut benih jagung 40 21 Persepsi responden terhadap tingkat kepercayaan atribut benih Bisi-2 43 22 Persepsi responden terhadap tingkat kepercayaan atribut benih P2 44 23 Persepsi responden terhadap tingkat kepercayaan atribut benih

Guluk-guluk 45

24 Hasil Model Sikap Multiatribut Fishbein untuk Benih P2, Bisi-2, dan

Guluk-guluk 46

25 Hasil Customers Satisfaction Index (CSI) untuk Benih Bisi-2 47 26 Hasil Customers Satisfaction Index (CSI) untuk Benih P2 48 27 Hasil Customers Satisfaction Index (CSI) untuk Benih Guluk-guluk 49

DAFTAR GAMBAR

1 Data Sentra Produksi Jagung di Jawa Timur 4

2 Tahap Proses Keputusan Pembelian 13

3 Piramida loyalitas merek yang tinggi 16

4 Kerangka pemikiran operasional 18

5 Diagram Kartesius 25

6 Diagram kartesius benih jagung hibrida Bisi-2 50

7 Diagram kartesius benih jagung hibrida P2 51

(12)

9 Piramida loyalitas benih jagung hibrida Bisi-2, hibrida P2, dan lokal

Guluk-guluk 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Karakteristik Benih Jagung 59

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya potensi akan sumber daya alamnya, khususnya sektor pertanian yang merupakan sumber mata pencaharian utama penduduknya. Sektor pertanian juga merupakan salah satu fondasi perekonomian di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam stabilitas nasional yaitu sebagai penghasil kebutuhan pangan. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Di antara keempat subsektor tersebut subsektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor yang memiliki peran penting dalam penyediaan bahan pangan utama bagi masyarakat untuk menunjang kelangsungan hidup. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan disebutkan bahwa dengan tersedianya pangan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pangan sebagai komoditas dagang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu tanaman pangan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu negara.

Jagung merupakan bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi, sehingga sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah padi. Bahkan, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Madura dan Nusa Tenggara. Industri yang banyak menggunakan jagung sebagai bahan baku yaitu industri pakan ternak dan industri non-pangan, serta industri makanan dan minuman.

Selama periode 2000-2011, kenaikan konsumsi jagung nasional setiap tahun rata-rata 8 persen, sementara angka peningkatan produksi jagung hanya 6 persen per tahun.1 Jagung diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat, sehingga akan berdampak besar pada ketahanan pangan nasional.

Produksi jagung nasional pada tahun 2009 mencapai 17.62 juta ton atau naik sebesar 1.31 juta ton dibandingkan tahun 2008 yang hanya mencapai 16.31 ton. Pada tahun 2010 produksi jagung nasional mencapai 18.32 juta ton atau naik sebesar 697.888 ribu ton. Namun pada tahun 2011 produksi jagung nasional hanya mencapai 17,64 juta ton atau mengalami penurunan sebesar 684.39 ribu ton dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di pulau Jawa sebesar 477,29 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 207.10 ribu ton. Kemudian, pada tahun 2012 produksi jagung nasional mencapai 19.38 juta ton atau naik sebesar 1.74 juta ton dibandingkan tahun 2011, namun pada tahun 2013 produksi jagung menurun sebesar 880.735 ribu ton. Diketahui pada tahun 2007 sampai tahun 2012, rata-rata

1

(14)

pertumbuhan produksi jagung Indonesia hanya sebesar 5.04 persen per tahun, sedangkan rata-rata pertumbuhan luas panen sebesar 1.69 persen pertahun dengan rata-rata pertumbuhan produktivitas hanya sebesar 3.50 persen pertahun. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung di Indonesia pada tahun 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data statistik luas panen, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

2007 3630324 36.60 13287527

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013.

Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2013 cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh luas panen dan produktivitas jagung di Indonesia yang juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun 2012 produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 akan tetapi jumlah produksi tersebut belum mampu mengimbangi jumlah konsumsi jagung di Indonesia. Konsumsi jagung yang tinggi menyebabkan permintaan jagung di Indonesia menjadi tinggi pula, sedangkan tingginya permintaan tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan jagung di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan jumlah impor jagung Indonesia menjadi cukup tinggi.

Jumlah impor yang cukup tinggi mengakibatkan petani di Indonesia mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan harga dengan jagung impor yang memiliki harga relatif lebih murah. Jagung impor memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jagung lokal, karena jagung impor memperoleh perlindungan dari negara asalnya berupa kebijakan proteksi dan promosi. Perkembangan impor jagung di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan impor jagung di Indonesia tahun 2008-2012

Tahun Impor (Ton)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah); *Periode Januari sampai dengan Oktober 2013

(15)

jagung komposit dan lokal produktivitas rendah. Sosialisasi penggunaan jagung hibrida dan komposit produksi tinggi (unggul bermutu) terus ditingkatkan, sedangkan pertanaman jagung lokal (komposit non unggul) diupayakan untuk diturunkan secara bertahap, dengan tetap memperhatikan kebutuhan jagung komposit untuk kebutuhan pangan lokal, namun dilakukan pemurnian varietas. Sehingga dapat dicapai komposisi pertanaman jagung adalah 75 persen jagung hibrida, 15 persen jagung komposit unggul bermutu dan 10 persen jagung lokal dari sasaran luas panen sekitar 4.5 juta ha dengan produktivitas rata-rata 58 ku/ha. Data sasaran luas tanam jagung hibrida dan komposit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data sasaran luas tanam jagung hibrida dan komposit Tahun 2012-2014

Tahun Sasaran Luas Tanam (ha)

Hibrida Komposit Lokal Jumlah

2012 2636044 372201 1002748 4010993

2013 2972448 598235 680130 4250813

2014 3333304 683715 446335 4463354

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2012)

Kesesuaian agroklimat Indonesia menyebabkan tanaman jagung dapat tersebar dihampir seluruh wilayah Indonesia. Sentra penanaman jagung di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat. Data produksi jagung enam provinsi terbesar di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data statistik produksi jagung terbesar di Indonesia tahun 2009-2012

Provinsi Produksi (Ton)

Data hasil produksi jagung di propinsi sentral menunjukan bahwa produsen jagung terbesar adalah Jawa Timur sebesar 6.295.301 ton atau menyumbang 31 persen dari jumlah produksi nasional. Produksi jagung di Jawa Timur, dalam bentuk pipilan kering, Selama periode 2009 sampai dengan 2012 produksi jagung di Jawa Timur mengalami rata-rata peningkatan sebesar 5.85 persen per tahun. Pada tahun 2009 produksi jagung meningkat sebesar 4.23 persen dibanding, tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2010 produksi jagung juga meningkat sebesar 6.09 persen, dan pada tahun 2011 produksinya justru mengalami penurunan sekitar 2.57 persen. Pada tahun 2009 dan 2010 produksi jagung mengalami kenaikan masing-masing sebesar 4.23 persen dan 6.09 persen dan kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2012 sebesar 15.64 persen (Badan Pusat Statistik, 2012).

(16)

851.84 ton atau menyumbang 7 persen produksi jagung di Jawa Timur. Data luas panen, produktivitas, dan produksi di Kabupaten Sumenep tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data luas panen, produktivitas, dan produksi jagung di Kabupaten Sumenep

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton)

2010 167833 3.08 516350.4

2011 140207 3.07 431463.34

2012 142126 3.05 432851.84

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012.

Gambar 1 Data Sentra Produksi Jagung di Jawa Timur

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, 2013

Sentra produksi jagung di Jawa Timur pada tahun 2012 berturut-turut dari yang terbesar yaitu Tuban, Sumenep, Jember, Lamonga, dan Probolinggo. Hal ini dipengaruhi oleh luas panen jagung yang berbeda pada setiap daerah. Luas panen jagung di Tuban mencapai 92,4 ribu ha, Sumenep 142.1 ribu ha, Jember 55.6 ribu ha, Lamongan 59.5 ribu ha, Probolonggo 70.5 ribu ha. Daerah sumenep memiliki luas panen jagung yang besar, akan tetapi produktivitas komoditas jagung didaerah ini hanya 2.369 ton/ha atau masih dibawah rata-rata Provinsi yang mencapai tingkat produktivitas sebesar 5.108 ton/ha.

Jika dilihat dari sisi produksi, Kabupaten Sumenep memang menghasilkan jagung yang masih relatif lebih rendah dibanding daerah yang lain. Berdasarkan luas panen terbesar, Sumenep seharusnya dapat menjadi sentra penghasil jagung terbesar di Jawa Timur. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan salah satu strategi pencapaian peningkatan produktivitas jagung yaitu melalui sistem pembenihan, sehingga dengan pemilihan benih yang tepat diharapkan dapat menghasilkan sikap positif dan kepuasan yang tinggi. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka.

67,60% 8,50%

6,60%

6,40% 5,50% 5,40%

Sentra Produksi Jagung di Jawa Timur

Lainnya

Tuban

Sumenep

Jember

Lamongan

(17)

Preferensi petani terhadap penggunaan benih akan menjadi hal yang sangat berpengaruh untuk menjaga konsistensi dan kontinyuitas produksi jagung dalam negeri, sehingga pada akhirnya dapat memperkecil jumlah impor jagung dari negara lain.

Perumusan Masalah

Ketersediaan jagung nasional harus dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kabupaten Sumenep memiliki luas panen jagung terbesar di jawa Timur, akan tetapi pada tahun 2012 produktivitas jagung didaerah ini hanya sebesar 2.369 ton/ha. Produktivitas jagung di Sumenep tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas rata-rata di daerah lain di jawa Timur, sehingga masih dapat ditingkatkan lagi untuk menjaga konsistensi dan kontinyuitas produksi jagung dalam negeri. Peningkatan produksi jagung dapat ditempuh melalui peningkatan luas areal produksi. Namun, peningkatan produksi jagung melalui peningkatkan luas areal produksi sering kali menghadapi kendala seiring dengan tingginya tingkat konversi lahan pertanian untuk daerah industri dan perumahan, oleh karena itu diperlukan upaya lain dalam rangka meningkatkan produksi jagung nasional yaitu dengan peningkatan produktivitas. Peningkatan produksi melalui cara peningkatan produktivitas diperlukan benih hibrida yang berkualitas. Petani akan menggunakan benih jagung hibrida sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas jagung, sehingga permintaan terhadap benih jagung hibrida yang juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam pengembangan jagung dengan menggunakan benih jagung hibrid dan komposit produksi tinggi untuk menggantikan jagung komposit dan lokal produktivitas rendah.

Benih varietas jagung hibrida harus memiliki sifat-sifat unggul, yaitu produktivitas optimal, resisten terhadap penyakit tanaman, respon terhadap unsur hara tertentu, tahan terhadap deraan lapang dan memiliki daya tumbuh yang baik (kokoh dan mampu menyerap sinar matahari secara maksimum). Varietas benih jagung hibrida tersebut akan dibudidayakan secara luas melalui penyediaan benih dengan mutu yang prima, baik mutu fisik, mutu fisiologik dan mutu genetik dan dapat tersedia secara kontinyu bagi penggunanya. Potensi yang terkandung dalam suatu varietas tersebut akan dieksploitasi dalam agroekosistem (lokasi penanaman) yang sesuai dan ditunjang dengan manajemen budidaya yang tepat dan prima melalui penerapan teknik budidaya dan waktu yang tepat.

(18)

harus benar-benar memenuhi selera petani tersebut. Para produsen benih harus dapat menciptakan varietas yang dapat sesuai dan tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud.

Dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan benih jagung hibrida dan komposit produksi tinggi untuk menggantikan jagung komposit dan lokal produktivitas rendah, maka akan membuka peluang bagi produsen benih jagung hibrida untuk meningkatkan penjualannya. Benih jagung hibrida di Indonesia dihasilkan oleh beragam pihak, mulai dari perusahaan nasional dan multinasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), lembaga pemerintah, dan perguruan tinggi. Antara lain PT Bisi Internasional, PT Pioneer Indonesia, PT Tanindo Subur Prima, PT Syngenta Indonesia, PT Monagro Kimia (Monsanto Indonesia), PT Jagung Hibrida Sulawesi, PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Redi Mulya Abadi, IPB, Balai Penelitian Tanaman Pangan, dan Balai Penelitian Tanaman Serealia. Banyaknya alternatif pilihan benih jagung yang ditawarkan dipasar membuat petani leluasa untuk memilih produk yang diinginkan. Oleh sebab itu, produsen benih hibrida Bisi-2 harus menerapkan strategi yang baik dan tepat untuk dapat mempertahankan posisinya serta memenangkan persaingan dengan produsen benih yang lain dalam menarikminat konsumen terhadap produknya. Pengetahuan akan proses pengambilan keputusan, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2 menjadi sangat penting untuk diketahui oleh produsen benih Bisi-2 dalam upaya memacu operasi bisnisnya secara berlanjut dan untuk menunjang peningkatan produksi jagung sehingga pembangunan pertanian yang telah dicanangkan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan diteliti sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik dan keputusan pembelian petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep?

2. Bagaimana sikap petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2? 3. Bagaimana kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2? 4. Bagaimana loyalitas petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik dan keputusan pembelian petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2 di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep.

2. Menganalisis sikap petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2.

(19)

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi produsen benih jagung sebagai dasar dalam pengembangan yang sesuai dengan hasil analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani.

2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang ada.

3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebaga refrensi dan bahan acuan untuk penelitian khususnya yang terkait dengan masalah sikap, kepuasan, dan loyalitas konsumen.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani jagung yang pernah melakukan keputusan pembelian dan menanam benih jagung hibrida Bisi-2.

2. Penelitian ini hanya difokuskan kepada analisis sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap atribut benih benih jagung hibrida Bisi-2 dan hibrida P2 sertalokal Guluk-guluksebagai pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Benih

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.

Menurut Sadjad (1975) benih dapat diartikan sebagai berikut a. Struktural

Benih merupakan biji yang secara umum merupakan hasil dari perkembangbiakan tanaman secara generatif

b. Agronomis

Benih merupakan hasil panen yang dimanfaatkan untuk tujuan produksi / budidaya.

c. Fungsional

Benih merupakan bahan untuk perbanyakan tanaman d. Teknologi pemuliaan

Benih merupakan suatu komponen yang memiliki sifat pewarisan yang jelas

e. Bioteknologi

(20)

Benih hibrida merupakan individu hasil perkawinan secara alami atau sengaja antara dua jenis tumbuhan dalam satu famili, baik antar marga maupun antar jenis dalam satu marga sehingga memunculkan sifat-sifat unggul. Jadi benih hibrida merupakan benih hasil persilangan antara dua varietas tanaman sejenis yang berbeda sifat induknya untuk didapatkan sifat unggul dari masing-masing induknya.Hasil persilangan terakhir menunjukkan ciri-ciri keunggulan hanyasekali tanam saja, artinya keturunan tersebut ditanam ulang maka keunggulan tersebut akan hilang. Benih ini yang dipasarkan dalam skala global.2

Karakteristik Tanaman Jagung

Menurut Purwono dan Hartono (2005) Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar lateral, akar adventif, dan akar udara. Akar lateral tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silinder. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung tergantung varietas, umumnya berkisar 100 cm sampai 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 helai sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan, yang termasuk dalam familiGramineceae dengan spesies Zea mays L. Pertumbuhan tanaman jagung hibrida (Zea mays) dibedakan dalam dua stadia pertumbuhan yaitu: 1) stadia pertumbuhan vegetatif dan 2) stadia pertumbuhan generatif. Stadia vegetatif ialah fase perkecambahan, yang dilanjutkan dengan fase pertumbuhan akar, batang, daun yang cepat dan akhirnya menjadi lambat hingga stadia generatif dimulai. Stadia generatif dimulai dengan pembentukan primodia, proses pembungaan yang mencakup peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Proses selanjutnya termasuk fase masak yang dimulai dari perkembangan biji atau buah hingga biji siap panen atau masak. Pertumbuhan tanaman jagung hibrida memerlukan air dan suhu yang cukup tinggi. Temperatur optimum yang dikehendaki ialah antara 23 - 270C. Tanaman jagung hibrida tumbuh normal pada curah hujan 250 – 500 mm dengan derajat keasaman tanah terbaik berkisar 5,5 – 7,6 serta tingkat kemiringan yang tidak lebih dari 8 persen. Tanaman jagung hibrida tumbuh baik mulai dari 500LU - 400LS dengan ketinggian tempat 3000 m dpl (Sudjana et al. 1991).

2

(21)

Keunggulan Benih Bersertifikat

Benih bersertifikat adalah benih-benih yang telah memiliki izin resmi dari intansi pemerintah seperti Badan pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) yang ada di setiap daerah. Sebelum dipasarkan sudah mendapat perlakuan terlebih dahulu, seperti pengawasan lapang yang meliputi sejarah lahan, Isolasi jarak tanam dan pengawasan penanaman hingga pemanenan, sedangkan pengujianbenih di lakukan dibalai benih seperti BPSB, yang meliputi, daya tumbuh, CVL,keseragaman benih, daya simpan dan Produksi/ha. Dengan adanya benihbersertifikat maka para petani akan mendapatkan jaminan mutu benih sesuaidengan yang tercantum di label kemasan mengenai deskripsi benih. MenurutSoetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dengan benih yang tidak bersertifikat adalah :

1. Penghemat penggunaan benih, misalnya untuk jagung rata-rata 18-20 Kg/Ha menjadi 14-15 Kg.

2. Keseragaman pertumbuhan, pembunggan dan pemasakan buah sehinggadapat di penen sekaligus.

3. Rendemen buah tinggi dan mutunya seragam. 4. Meningkatkan mutu produksi yang di hasilkan.

5. Penggunaan benih jagung bersertifikat dapat meningkatkan hasil panenantara 15-20 persen per hektar.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2007) mengenai analisis kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida produksi PT Pertani (Persero) Jakarta Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat menggunakan analisis IPA dan CSI. Adapun atribut yang diukur untuk mengetahui kepuasan petani pengguna benih jagung hibrida yaitu harga, ketahanan terhadap hama dan penyakit, merek dan kemasan produk, ukuran tongkol, kerebahan batang, warna jagung dan produksi panen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida produksi PT Pertani (Persero) berdasarkan analisis Importance Performance Analysis (IPA), atribut yang perlu dipertahankan yaitu pada kuadran II (harga, ukuran, tongkol, dan produksi panen), dan atribut yang harus diperbaiki yaitu pada kuadran I (ketahanan terhadap hama dan penyakit). Sedangkan indeks kepuasan petani terhadap atribut benih jagung hibrida produksi PT Pertani (persero) sebesar 73,61 persen, yang berarti konsumen puas terhadap kinerja benih jagung PT Pertani (Persero).

(22)

benih, harga GKG (Gabah Kering Giling), ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. Berdasarkan hasil yang diperoleh, petani di Kabupaten Kediri puas terhadap kinerja atribut-atribut varietas unggul serta lebih menyukai varietas Membramo dengan atribut yang produktivitas tinggi dan rasa yang enak.

Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat kesamaan dalam komoditas benih palawija yang digunakan, pada penelitian Yunita menggunakan benih jagung hibrida. Jika dilihat dari alat analisisnya, pada penelitian Yunita dan Suryana menggunakan Importance Performance Analysis (IPA), sedangkan Fahmi menggunakan analisis multi atribut Fishbein. Pada penelitiaan kali ini menggunakan Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), dan Importance Performance Analysis (IPA). Penelitian ini menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap varietas benih jagung hibrida Bisi-2, P2, dan benih jagung lokal Guluk-guluk, sedangkan penelitian Yunita lebih menekankan pada benih jagung hibrida secara keseluruhan yang diproduksi oleh PT Pertani (Persero), sedangkan pada penelitian Fahmi lebih menekankan pada benih padi.

Lokasi penelitian juga merupakan salah satu hal perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Yunita melakukan penelitian di Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat, dan Fahmi melakukan penelitian di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pada penelitian ini dilakukan di Desa Gading, Kecamatan Gadu Barat, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsumen

Menurut undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.konsumen diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri, atau digunakan oleh keluarga. Konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan-kegiatan organisasinya (Sumarwan 2011). Menurut Kotler (2000) Konsumen merupakan individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya.

Perilaku Konsumen

(23)

menghabiskan produk atau jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi Sumarwan (2010).

Perilaku konsumen juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut (Engeletal. 1994).

Rangkuti (2002) membedakan tiga jenis definisi mengenai perilaku konsumen, yaitu:

a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang samasepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama. b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa

untukmengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yangdipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana peristiwa(kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran,perasaan, dan tindakan konsumen.

c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumentetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitandengan pertukaran.

Perilaku konsumen yang dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan hinggapasca pembelian terbilang kompleks. Namun seiring dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi para ahli berusaha untuk dapat memahami perilakukonsumen karena hal ini merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan.

Karakteristik Konsumen

Menurut Sumarwan (2011) Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang penting.Konsumen yang berpendidikan tinggi lebih akan senang untuk mencari informasiyang banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membeli. Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial.

(24)

Sikap Konsumen

Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi proses keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2011) kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek , atributnya, dan manfaatnya. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.

Menurut Sumarwan (2011), Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan). Komponen kognitif merupakan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung atau tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan, dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap suatu produk atau jasa tersebut. Komponen afektif merupakan perasaan dan emosi konsumen mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa sangat tidak suka sampai sangat suka. Komponen konatif merupakan kecenderungan individu atau konsumen dalam melakukan suatu tindakan terhadap objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suka atau tidak terhadap suatu objek, dan sikap juga dapat menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut.

Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yangdiberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis(berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi

kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.

(25)

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Keputusan konsumen untuk memiliki atau memakai suatu produk tidakmuncul begitu saja, melainkan melalui proses keputusan yang mempengaruhi proses pembelian. Berdasarkan Engel et al. (1994) tedapat lima tahap proses keputusan pembelian, yaitu pengenalankebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.

Gambar 2Tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel et al.(1994)

Pengenalan kebutuhan yaitu proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya.Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal. Menurut Sumarwan (2011) Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi.

Pencarian informasi yaitu seorang konsumen yang tumbuh minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Pencarian informasi dapat dibedakan melalui dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian informasi akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif.

Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relative dari masing-masing sumber terhadapkeputusan-keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:

1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersil: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan, dan pameran.

3. Sumber umum: media massa, organisasi konsumen.

4. Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk. Konsumen menerima informasi dari suatu produk secara umum lebih banyak berasal dari sumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominasi oleh para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi pembelian. Informasi komersial pada umumnya melaksanakan fungsi member tahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi.

(26)

Setelah mendapatkan informasi, konsumen akan melakukan evaluasi dari berbagai alternatif. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Umumnya model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. Evaluasi alternatif pilihan akan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2011) ada tiga komponen dasar proses evaluasi yaitu menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan, memutuskan alternatif yang akan dipertimbangkan, selanjutnya konsumen akan menentukan produk yang akan dipilihnya.

Kepuasan Konsumen

Dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak hanya berhenti sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukan. Proses evaluasi pascakonsumsi menghasilkan puas atau tidaknya konsumen terhadap konsumsi produk atau merek yang telah dilakukannya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang produk atau jasa tersebut. Sebaliknya, perasaan tidak puas dapat menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dari produk tersebut (Sumarwan 2011).

Menurut Engel et al. (1994) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi apakah sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui denganmembandingkan antara tujuan perusahaan, nilai produk bagi konsumen sertaproduk itu sendiri dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus harapankonsumen terhadap produk. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan secara negatif.

Menurut Irawan (2007) kepuasan atau satisfaction adalah adalah kata daribahasa latin yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti todo atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuasakan dalah produkatau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi.

Kotler (2000) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang ataukekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsiterhadap kinerja suatu produk dengan harapan-harapannya. Apabila dijabarkansebagai berikut:

1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas. 2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.

3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangatsenang.

Loyalitas Konsumen

(27)

pada saat sekarang maupun dimasa datang. Loyalitas merek sangat terkait dengan kepuasan konsumen, semakin besar tingkat kepuasan konsumen maka akan berpengaruh pada derajat loyalitas merek. Semakin puas konsumen, maka akan semakin loyal terhadap merek tersebut (Sumarwan 2011).

Menurut Aaker (1997), loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke produk merek lain, terutama jika didapati adanya perubahan pada merek tersebut, baik menyangkut harga maupun atribut lain. Loyalitas merek merupakan elemen penting yang membentuk perilaku konsumen. Konsumen yang loyal akan melakukan pembelian ulang sehingga penjualan perusahaan akan meningkat. Pengukuran Loyalitas Konsumen. Loyalitas konsumen diukur berdasarkan tingkatan sebagai berikut :

1. Switcher buyer

Switcher buyer adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan mereka sama sekali tidak loyal pada merek tersebut. Dalam hal ini, merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut karena harganya murah.

2. Habitual buyer

Habitual buyer adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalammengkonsumsi suatu merek produk. Pembeli ini puas terhadap merek produk yang dikonsumsinya. Pada dasarnya, pada tingkatan ini tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Pembeli ini membeli suatu merek karena alasan kebiasaan.

3. Satisfied buyer

Satisfied buyer adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau risiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat pembeli kategori ini, maka pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai konpensasinya (switching cost loyal).

4. Liking the Brand

Liking the Brand adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.

5. Committed Buyer

(28)

ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan dan mempromosikan merek yang dia gunakan kepada orang lain.

Gambar 3 Piramida loyalitas merek yang tinggi

Sumber: Aaker (1997)

Gambar 3 merupakan piramida loyalitas yang menunjukkan bahwa konsumen sudah loyal terhadap produk yang diberikan perusahaan. Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa porsi terbesar konsumen berada pata tingkatan committed buyer. Selanjutnya porsi terbesar kedua adalah liking the brand dan seterusnya hingga porsi terkecil ditempati oleh switcher buyer. Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Kondisi loyalitas yang diinginkan perusahaan adalah kondisi dimana loyalitas konsumen menggambarkan bentuk segitiga terbalik pada gambar piramida loyalitas.

Kerangka Pemikiran Operasional

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Banyaknya kegunaan jagung akan meningkatkan permintaan pasar terhadap jagung. Meningkatnya permintaan jagung seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri olahan pangan dan pakan yang berbahan baku jagung tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mencukupi sehingga impor jagung terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi jagung dalam negeri harus ditingkatkan sehingga impor jagung dapat berkurang dan tercapainya swasembada jagung, serta dapat membawa pengaruh positif bagi perbaikan masyarakat pertanian.

Upaya peningkatan produksi jagung dapat ditempuh dengan cara peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dicapai melalui penggantian penggunaan benih lokal ke benih hibrida dan benih lokal unggul. Dengan menggunaan benih hibrida dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi resiko kegagalan panen bagi petani. Semakin banyaknya permintaan akan jagung membuat produsen benih hibrida memilikiprospek yang lebih baik, karena secara langsung akan berdampak

Committed Buyer

Liking The Brand

Statisfied Buyer

Habitual Buyer Switcher

(29)

padapeningkatan permintaan benih jagung hibrida. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat padabenih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih. Sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam membeli benih varietas jagung hibrida Bisi-2. petani pertama kali akan merespon terhadap atribut-atribut apa saja yang ada pada benih tersebut sehingga sesuai dengan harapan petani. Di manapada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhikebutuhan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang bertujuan untukmengetahui sikap, kepuasan dan loyalitas petani terhadap atribut benih varietas jagung hibrida Bisi-2, serta benih hibrida P2 dan lokal Guluk-guluk sebagai pembanding di Kabupaten Sumenep, khususunya Desa Desa Gadu Barat Kecamatan Ganding.

Penelitian ini dilakukan terhadap petani responden yang pernah menanam benih varietas jagung hibrida Bisi-2, serta benih hibrida P2 dan lokal Guluk-guluk sebagai pembanding. Masing-masing responden akan dianalisis mengenai karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, sikap, kepuasan terhadap atribut, dan loyalitas terhadap merek benih jagung.

(30)

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional

 Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat mangakibatkan meningkatnya permintaan jagung

 Laju pertumbuhan produksi jagung nasional belum mampu mengimbangi laju permintaan

Upaya peningkatan produksi jagung memanfaatkan benih hibrida

Analisis Sikap

Respon petani jagung terhadap banyaknya pilihan benih

Analisis Kepuasan Karakteristik Petani dan

Proses Keputusan Pembelian

Rekomendasi strategi pemasaran

Analisis Loyalitas Sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap benih jagung hibrida Bisi-2

Model Sikap Multiatribut

Fishbein

Customer Satisfaction Index

Importance PerformanceA nalysis

Analisis Deskriptif PiramidaL

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian sikap, kepuasan dan loyalitas petani sebagai konsumen terhadap atribut benih jagung hibrida Bisi-2 dan P2 serta Guluk-guluk sebagai pembanding ini dilaksanakan di Desa Gadu Barat Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ganding merupakan salah satu kecamatan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Sumenep yang merupakan salah satu sentra produksi jagung di Jawa Timur dan Desa Gadu Barat sebagai salah satu daerah yang memiliki luas lahan pertanian terbesar di Kecamatan Ganding. Selain itu, didukung juga oleh topografi dari Kecamatan Ganding yang cocok untuk penanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data

Pencarian informasi data penelitian yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilaksanakan dengan wawancara secara langsung responden yaitu petani jagung. Kuesioner yang diajukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan keputusan pembelian serta tingkat kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih jagung hibrida Bisi-2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS (Badan Pusat Statistik), BPS Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, perpustakaan LSI (Lembaga Sumber Informasi), dan berbagai literatur seperti buku, skripsi, artikel-artikel dari internet, majalah pertanian, jurnal, dan sebagainya.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan pertimbangan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Pertimbangan kriterian dalam penelitian ini yaitu petani yang pernah menggunakan/menanam benih jagung Bisi-2, P2, dan Guluk-guluk.

Jumlah sampel yang akan dijadikan responden diperoleh berdasarkan penggunaan rumus Slovin. Rumus Slovin yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = �

(32)

dimana:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi (jumlah petani jagung)

E = persen kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir

Berdasarkan rumus diatas, jika toleransi kesalahan sampel yang masih ditolerir adalah 10 persen dan jumlah petani jagung yang berada di Desa Gadu barat adalah 63 petani jagung maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 38,65 responden yang dibulatkan sebesar 40 petani responden.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan tabulasi data, analisis sikap menggunakan metode multiatribut Fishbein.tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI), analisis tingkat kinerja dan kepentingan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), dan loyalitas menggunakan piramida loyalitas Aaker. Software yang digunakan untuk mengolah data analisis yaitu Microsoft Excel dan SPSS versi 16.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis karakteristik konsumen dalam melakukan pembelian benih jagung Bisi-2. Data yang diperoleh dari analisis ini akan ditabulasikan, dan dideskripsikan secara keseluruhan. Pengelompokan karakteristik konsumen meliputi data demografi seperti nama, umur, jenis kelamin,tingkat pendidikan, pekerjaan, status dan pendapatan. Untuk menganalisis sikap dan kepuasan konsumen digunakan variabel atribut yang terkait dengan benih jagung hibrida Bisi-2dan P2 serta Guluk-guluk sebagai pembanding yaitu dengan melihat evaluasi (ei) dan kepercayaan (bi) responden. Terdapat 14 atribut yang diujikan

dalam penelitian ini antara lain produktivitas, ketahanan hama dan penyakit, daya tumbuh, ukuran tongkol, umur panen, sertifikasi benih, pemasaran hasil panen, harga benih, harga jual, promosi dari toko / perusahaan, Demplot, Pedum / Juknis / SOP,ketersediaan benih, kemudahan diperoleh.

Analisis Multiatribut Fishbein

Engel et al. (1994) menyatakan bahwa model atribut sikap dari Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen (Nugroho, 2008).

(33)

terhadap atribut benih jagung dan P2 serta Guluk-guluk sebagai pembanding. Dengan membandingkan benih jagung Bisi-2,P2, dan Guluk-guluk maka akan diketahui dari segi sikap, benih mana yang dapat memberikan sikap paling positif bagi petani. Model sikap multiatribut Fishbein didasarkan pada perangkat kepercayaan mengenai atribut objek yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Model multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut:

�0 = �� �

�=1

��

Keterangan:

Ao : Sikap terhadap objek.

Bi :Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut –i. Ei : Evaluasi mengenai atribut –i.

N : Jumlah atribut yang menonjol.

Komponen ei menggambarkan evaluasi dari atribut, diukur pada skala

evaluasi lima angka yaitu dari skala satu “sangat tidak penting” sampai skala lima “sangat penting”. Selanjutnya, komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya atau seberapa kuat konsumen puas bahwa produk tertentu memiliki atribut yang diberikan. Pengukuran tingkat kepercayaan diukur pada skala evaluasi negatif dua sampai dengan positif dua yaitu skala negatif dua

“sangat tidak penting” sampai dengan skala positif dua “sangat penting”, namun berbeda indikatornya.

Pada penelitian ini, skala yang dipakai yaitu skala dengan bobot nilai satu sampai dengan lima. Hal ini dilaksanakan karena kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup yang telah tersedia pilihan jawaban. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi yang umumnya ganjil seperti tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Skala lima diplih karena dengan semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin terwakili dan tentu disesuaikan dengan batas kemampuan dari responden. Dalam penelitian ini, responden adalah petani jagung yangsecara umum di lapang identik dalam hal keterbatasan waktu dan kemampuan,sehingga skala lima diasumsikan cocok dengan karakter responden.Estimasi sikap terhadap setiap objek digunakan indeks

Σ biei denganmengalikan setiap skor kepercayaan dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasilpencapaian akhir dari atribut-atribut akan berupa suka atau tidak suka, setuju atautidak setuju, tahan atau tidak tahan dan lain-lain.

Customers Satisfaction Index

(34)

CSI. Menurut Stratford (2008) menyatakan bahwa pengukuran indeks ini dengan empat tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS). Nilai ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dannilai rata-rata kinerja tiap responden. Nilai MIS dan MSS dapat

Yi = nilai kepentingan atribut ke i Xi = nilai kinerja atribut ke i

2. Membuat Weight Factors (WF) , bobot ini merupakan persentase nilai MIS tiap atribut terhadap total MIS seluruh atribut. Perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

P = jumlah atribut kepentingan I = atribut ke i

3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factors (WF) dengan Means Satisfaction Score (MMS) atau rata-rata tingkatkepuasan. Perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

WSᵢ = WFᵢ . MSSᵢ

4. Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan fungsi dari Weight Score (WS) dibagi Highest Scale (HS). Nilai CSI dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

HS = skala maksimum yang digunakan

(35)

numerik diawali dengan mencari rentang skala (RS) dengan rumus sebagai berikut:

Rs =

(m-n)

b

Keterangan:

Rs = rentang skala. m = skor tertinggi. n = skor terendah.

b = jumlah kelas yang akan dibuat.

Pada penelitian ini akan digunakan rentang skala sebagai berikut:

Rs =

(100%-0%) x 100%

5

Berdasarkan skala rentang tersebut, maka kriteria kepuasannya adalah sebagai berikut:

0% < CSI ≤ 20% ; Sangat tidak puas.

20% < CSI ≤ 40% ; Tidak puas.

40% < CSI ≤ 60% ; Cukup puas.

60% < CSI ≤ 80% ; Puas.

80% < CSI ≤ 100% ; Sangat puas.

Important Performance Analysis

Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu teknik penerapan yang digunakan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat pelaksanaan/kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang efektif. Dalam analisis Importance Performance Analysis (IPA) ini terdapat 14 atribut yang diujikan, yaitu atribut produktivitas, ketahanan hama dan penyakit, daya tumbuh, ukuran tongkol, umur panen, sertifikasi benih, pemasaran hasil panen, harga benih, harga jual, promosi dari toko/perusahaan, demonstrasi plot, pedoman umum/SOP, ketersediaan benih, kemudahan diperoleh.

Skala yang menjadi ukuran pada atribut benih jagung hibrida Bisi-2 tersebut memerlukan suatu indikator yang jelas mengenai batasan dan artinya agar dapat diukur dengan benar dan dapat memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Indikator dibuat berdasarkan penelusuran penelitian sebelumnya, artikel dari internet, dan informasi dari ketua kelompok tani Desa Gadu Barat. Indikator tingkat kepentingan benih jagung hibrida Bisi-2 dapat dilihat pada lampiran 4.

(36)

Penilaian berdasarkan hasil indikator tersebut digolongkan ke dalam rentang skala untuk menentukan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut dengan menggunakan skala numerik linear (Simamora, 2002). Rentang skala diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

Nilai rata-rata terkecil yang mungkin diperoleh dari jawaban responden adalah 1 dan nilai rata-rata terbesar yang mungkin diperoleh dari jawaban responden adalah 5. Sehingga rentang skalanya adalah:

Rs = 5-1 5 = 0,8

Rentang skala untuk penilaian skor pada tingkat kepentingan adalah sebagai berikut:

Rentang skala pada tingkat kinerja adalah sebagai berikut : 1. 1,00 < X ≤ 1.80 berarti sangat tidak baik. sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan digunakan rumus:

= ᵢ

� =

ᵢ �

Keterangan:

= skor rata-rata tingkat kinerja atribut ke i. = skor rata-rata tingkat kepentingan atribut ke i. Xᵢ = total skor tingkat kinerja atribut ke i.

(37)

Hasil perhitungan akan diplotkan pada diagram kartesius. Diagram kartesius terbentuk dari dua sumbu yaitu sumbu X dan Y yang terbagi atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( , ). Nilai pada diagram kartesius diperoleh dari rumus sebagai berikut:

=

� �=1

� =

� �=1

Keterangan:

= rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kinerja produk.

= rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kepentingan responden. = skor rata-rata tingkat kinerja produk.

= skor rata-rata tinggkat kepentingan responden. n = jumlah responden.

K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan responden.

Diagram kartesius diperlukan dalam menjelaskan hubungan antara tingkat kinerja dari produk dengan tingkat kepentingan responden. Empat kuadran diagram kartesius adalah kuadran I (prioritas utama), kuadran II (pertahankan prestasi), kuadran III (prioritas rendah) dan kuadran IV (berlebihan).

Y= Tingkat kepentingan

X= Tingkat kinerja Gambar 5 Diagram Kartesius.

Sumber: Rangkuti 2006

Keterangan:

1. Kuadran I (Prioritas Utama)

Bagian ini menjelaskan bahwa atribut yang dianggap penting oleh konsumen tetapi kenyataannya atribut tersebut belum sesuai dengan apa yang konsumen harapkan atau dengan kata lain pada kuadran ini menunjukan bahwa unsur-unsur jasa/produk yang sangat penting bagi pelanggan, akan tetapi pihak perusahaan belum melaksanakan sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan dan rasa tidak puas. Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan.

Kuadran I (prioritas utama) Kuadran II (pertahankan

prestasi)

(38)

2. Kuadran II (Pertahankan Posisi)

Bagian ini menjelaskan bahwa atribut yang dianggap penting oleh konsumen telah sesuai dengan apa yang konsumen harapkan sehingga tingkat kepuasannya relative lebih tinggi. Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus dipertahankan karena semua atribut pelayanannya unggul dimata responden.

3. Kuadran III (Perioritas Rendah)

Bagian ini menjelaskan bahwa atribut yang dirasa kurang penting bagi konsumen, dan kenyataannya kinerjanya pun tidak terlalu istimewa. Peningkatan atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena berpengaruh terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden sangat kecil.

4. Kuadran IV (Perioritas Berlebih)

Bagian ini menjelaskan bahwa atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen namun dirasakan terlalu berlebih dalam kinerjanya.

Analisis Piramida Loyalitas

Pemetaan loyalitas konsumen dilakukan dengan screening. Penyusunan pertanyaan dan pemberian skor merupakan modifikasi berdasarkan penjabaran mengenai tingkatan loyalitas yang dikemukaan Aaker (1997). Konsumen diberikan beberapa butir pertanyaan yang terdiri dari empat pertanyaan untuk tingkat switcher buyer, empat pertanyaan untuk tingkat habitual buyer dan satisfied buyer, tiga pertanyaan untuk liking the brand, dan dua pertanyaan untuk committed buyer. Adapun ketentuan dan tahapan pemetaan sebagai berikut:

1. Masing-masing butir pertanyaan untuk setiap tingkatan diberikan tiga alternatif jawaban, dimana tiap jawaban tersebut memiliki skor 1, 2, hingga 3. Dari setiap skor yang diberikan merupakan indikator yang menggambarkan perilaku dari konsumen tersebut.

2. Menghitung nilai tengah suatu tingkatan loyalitas dengan rumus:

Skor = 2 x jumlah pertanyaan dalam suatu tingkatan Skor 2 merupakan nilai tengah yang menjadi patokan konsumen tersebut termasuk dalam suatu tingkatan tertentu. Misal, suatu tingkatan loyalitas terdiri dari 2 pertanyaan, nilai tengah dari suatu tingkatan loyalitas tersebut adalah: Skor = 2 x 2 = 4

Apabila total skor konsumen ternyata lebih kecil atau sama dengan 4 menunjukkan bahwa konsumen tersebut tergolong dalam suatu tingkatan loyalitas yang dimaksud. Dengan kata lain, konsumen tidak perlu disaring ke tingkatan loyalitas yang lebih tinggi. Namun, apabila total skor yang diperoleh konsumen lebih dari 4, maka konsumen tersebut dapat melanjutkan penyaringan ke tingkatan loyalitas yang lebih tinggi.

3. Konsumen akan disaring mulai dari tingkatan loyalitas yang paling dasar, yaitu switcher buyer, dimana terdapat dua pertanyaan dalam tingkatan ini. Maka nilai tengahnya adalah:

Skor = 2 x 2 = 4

Jika skor total konsumen kurang dari atau sama dengan nilai tengahnya

(39)

dihentikan sampai pada batas nilai tersebut. Namun, jika skor total konsumen lebih dari nilai tengahnya (>4), maka ada kemungkinan konsumen tergolong dalam tingkatan loyalitas selanjutnya sehingga dapat melanjutkan pertanyaan ke tingkat loyalitas habitual buyer dan satisfied buyer.

4. Tingkatan selanjutnya penyaringan konsumen yang termasuk kategori habitual buyerdan satisfied buyer. Pada dasarnya kedua tingkatan loyalitas hampir sama, namun yang membedakannya adalah biaya peralihan yang ditanggung oleh konsumen. maka pertanyaan tingkatan ini dapat disatukan. Terdapat dua pertanyaan, sehingga nilai tengahnya adalah:

Skor = 2 x 2 = 4.

Responden yang termasuk habitual buyer adalah responden yang lulus pada kategori switcher buyer dan memiliki skor dua sampai empat pada kategori habitual buyer dan satisfied buyer artinya responden tersebut merupakan pembeli yang rela menanggung biaya pralihan berupa waktu, biaya, dan risiko apabila benih mengalami perubahan merek. Responden yang termasuk satisfied buyer merupakan responden yang lulus pada kategori switcher buyer, serta memiliki skor lebih dari empat pada kategori habitual buyer dan satisfied buyer, tetapi tidak lulus kategori liking the brand. Responden tersebut rela menanggung switching cost tetapi belum sepenuhnya menyukai benih tersebut.

5. Responden yang termasuk liking the brand adalah responden yang telah lulus pada kategori switcher buyer, habitual buyer, dan satisfied buyer serta memiliki skor lebih dari empat pada kategori liking the brand, tetapi tidak lulus pada kategori committed buyer. Responden kategori ini telah menyuaki merek tetapi belum terbentuk komitmen yang tinggi seperti merekomendasikan dan mengajak orang lain.

6. Responden yang termasuk committed buyer adalah responden yang telah lulus pada kategori switcher buyer, habitual buyer, satisfied buyer, dan committed buyer serta memiliki skor lebih dari empat pada kategori committed buyer. Setelah melakukan pemetaan loyalitas ke dalam tingkatannya, selanjutnya adalah menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari apa yang telah dipetakan. Interpretasi tersebut dilakukan dengan analisis deskriptif.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi

Gambar

Tabel 1  Data statistik luas panen, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia
Tabel 4  Data statistik produksi jagung terbesar di Indonesia tahun 2009-2012
Tabel 5 Data luas panen, produktivitas, dan produksi jagung di Kabupaten Sumenep
Gambar 3  Piramida loyalitas merek yang tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian evaluasi model discrepancy adalah mendeskripsikan kesenjangan antara realita kinerja konselor profesional dalam mengimplementasikan program

(4) Penilaian ranah afektif dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa dapat menggunakan angket atau koesioner untuk mengetahui minat

pancangan boleh laras (adjustable peg) Sistem kadar pertukaran asing yang memancang mata wang sesebuah negara pada satu kadar tertentu yang ditetapkan, tetapi pada masa tertentu,

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44 , hal ini terjadi karena laju indeks

pelajar yang baru masuk sekolah atau sedang menempuh pendidikan dibangku sekolah (SD/Sederajat, SMP/Sederajat, dan SMA/Sederajat baik negeri maupun swasta), dibuktikan dengan

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan IBA 500 dan 1000 ppm tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan setek panili 1 ruas dan tidak dapat meningkatkan

[data pengiriman buku] [data order] [login] [master] Admin Penerbit Penerbit Anggota Anggota Admin Manajeme 1 Setup Data + 2 Proses Transaksi + 3 4 Proses Autentifikasi +

Para siswa pada umumnya hanya tahu soal meminjam dan membaca buku perpustakaan saja dan itupun dilakukan dalam waktu yang teramat singkat, yaitu pada jam-jam