Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA IPB) merupakan fakultas yang termuda di IPB, dibentuk pada 2 Agustus 2005 berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 112/K13/OT/2005. Pembentukan FEMA IPB sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi di IPB memasuki era otonomi perguruan tinggi (IPB BHMN) yang memiliki kewenangan untuk untuk membentuk program studi, departemen dan fakultas baru. FEMA IPB merupakan fakultas ekologi manusia pertama dan satu-satunya di Indonesia serta satu dari tiga fakultas ekologi manusia yang ada di Asia Tenggara. Dua fakultas lainnya adalah College of Human Ecology, University of Philippines at Los Banos (UPLB) dan Faculty of Human Ecology, Universiti Putra Malaysia (UPM). FEMA beralamat di Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680.
FEMA IPB terdiri dari tiga departemen, yaitu Departemen Gizi Masyarakat (GM) yang beralamat di Gedung FEMA, Kampus IPB Dramaga Jl. Lingkar Akademik, Bogor 16680, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) yang beralamat di Gedung GMSK Lantai 2, Kampus IPB Dramaga Jl. Lingkar Akademik, Bogor 16680, dan Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) yang beralamat di Gedung FEMA Wing 1 Lantai 5 Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680. Departemen GM dan IKK adalah pengembangan dari Departemen GMSK Faperta, sedangkan Departemen KPM pengembangan dari Program Studi KPM Departemen Sosek Faperta IPB.
Departemen GM mempunyai kompetensi dalam pengembangkan ilmu gizi (human nutrition) dan aplikasinya di keluarga dan masyarakat (community nutrition) yang mengaitkan pertanian, pangan, gizi, dan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas manusia. Departemen IKK bergerak pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang keluarga dan konsumen untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dengan fokus pada pengembangan kualitas anak serta pemberdayaan keluarga dan konsumen. Departemen KPM memiliki mandat dalam pengembangan ilmu sosiologi, antropologi, psikologi, kependudukan, komunikasi, ekologi manusia, pendidikan penyuluhan, dan pengembangan masyarakat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, dan pesisir.
Fasilitas penunjang kegiatan belajar mahasiswa yang terdapat di fakultas
ekologi manusia adalah ruang kelas modern yang dilengkapi dengan perangkat
audio visual, perpustakaan, laboratorium komputer, akses internet, ruang baca, laboratorium keluarga dan anak, laboratorium pertumbuhan dan laboratorium konsumen, klinik ilmu gizi, laboratorium analisa ilmu kimia dan ilmu gizi, laboratorium biokimia dan fisiologi, laboratorium percobaan makanan, laboratorium organoleptic, pendidikan ilmu gizi, diet, dan masak-memasak.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin
Contoh dalam penelitian ini berjumlah 77 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dengan persentase 22,1 persen dan 60 orang perempuan dengan persentase 77,9 persen.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 17 22,1
Perempuan 60 77,9
Total 77 100,0
Usia
Usia contoh berkisar antara 18-21 tahun. Lebih dari separuh contoh (63,6%) berusia 20 tahun dan hanya 1,3 persen yang berusia 18 tahun dan 21 tahun. Usia 18-21 tahun masuk dalam fase remaja akhir (Monks 2001).
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia
Usia Contoh n % 18 tahun 1 1,3 19 tahun 20 tahun 21 tahun 26 49 1 33,8 63,6 1,3 Total 77 100,0 Urutan Kelahiran
Berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga, tersebar mulai anak pertama hingga anak keenam dengan persentase terbesar (45,5%) sebagai anak pertama. Anak pertama dalam sebuah keluarga digambarkan sebagai anak yang lebih dewasa, penolong, mengalah, dan lebih cemas (Santrock 2003). Hurlock (1978) anak pertama lebih merasa tidak pasti, tidak mudah percaya, lihai, bergantung, bertanggung jawab, berkuasa, iri hati, konservatif, kurang adanya dominasi dan agresifitas, mudah dipengaruhi, mudah merasa senang, sensitive,
27
murung, introvert, sangat terdorong berprestasi, membutuhkan afiliasi, pemarah, manja, dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga
Urutan Kelahiran n % Sulung Tengah Bungsu 35 20 22 45,5 26,0 28,6 Total 77 100,00 Karakteristik Keluarga Usia ayah dan ibu
Usia ayah dan ibu dalam penelitian ini mengacu pada Hurlock (1980), usia dewasa dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa tua (> 60 tahun). Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga memiliki ayah pada usia dewasa madya (97,4%). Sama dengan usia ayah, sebanyak 93,5 persen keluarga memiliki ibu pada usia dewasa madya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa usia ayah dan ibu berada pada usia produktif.
Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan usia ayah dan ibu
Usia Ayah Ibu
n % n %
Dewasa muda (18-40 tahun) 0 0,0 5 6,5
Dewasa madya (41-60 tahun) 75 97,4 72 93,5
Dewasa tua (>60 tahun) 2 2,6 0 0,0
Total 77 100,0 77 100,0
Min-max (tahun) 41-62 37-59
Rataan ± std. (tahun) 50,51 ± 4,82 46,90 ± 4,55 Pendidikan Ayah dan Ibu
Pendidikan ayah dan ibu dalam penelitian ini dilihat dari lama pendidikan yang ditempuh pada pendidikan formal. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 37,7 persen ayah lulus S1 dan 39,0 persen ibu lulus SMA/sederajat. Jenjang pendidikan tertinggi yang dicapai ibu adalah S2 (3,9%) dan jenjang pendidikan tertinggi yang dicapai ayah adalah S3 (1,3%).
Tabel7 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu
Pendidikan Ayah Ibu
n % n % Tamat SD/sederajat 4 5,2 6 7,8 Tamat SMP/sederajat 2 2,6 5 6,5 Tamat SMA/sederajat 28 36,4 30 39,0 D1 0 0 4 5,2 D3/diploma 8 10,4 6 7,8
Pendidikan Ayah Ibu n % n % S1/sarjana 29 37,7 23 29,9 S2 5 6,5 3 3,9 S3 1 1,3 0 0 Total 77 100,0 77 100,0 Min-max 1-8 1-7 Rataan ± std. 4,53 ± 1,75 4,04 ± 1,73 Pekerjaan Ayah
Pekerjaan ayah pada penelitian ini cukup beragam. Proporsi terbesar ayah bekerja sebagai wiraswasta (35,1%), persentase terkecil untuk pekerjaan ayah adalah petani dan ada juga ayah yang sudah pensiun (6,5%).
Tabel 8 Sebaran ayah berdasarkan jenis pekerjaan ayah
Jenis Pekerjaan n % Karyawan swasta 21 27,3 Wiraswasta 27 35,1 PNS 19 24,7 Pensiun Petani 5 5 6,5 6,5 Total 77 100,0 Pekerjaan Ibu
Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga memiliki ibu yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang tidak bekerja akan memiliki kuantitas waktu yang cukup melakukan pengasuhan yang baik pada anak. Kuantitas waktu yang digunakan dalam pengasuhan pun akan berhubungan dengan kualitas pengasuhan.
Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan jenis pekerjaan ibu
Jenis Pekerjaan n %
Tidak bekerja/ ibu rumah tangga 46 59,7
Karyawan swasta 8 10,4 Wiraswasta 8 10,4 PNS 13 16,9 Pensiun Petani 1 1 1,3 1,3 Total 77 100,0 Pendapatan Keluarga
Tabel 10 menunjukkan pendapatan keluarga berkisar antara Rp500.000-Rp15.000.000 per bulan. Mayoritas pendapatan keluarga contoh (42,9%) berada pada kisaran Rp1.000.000-Rp3.000.000 per bulan, sedangkan untuk pendapatan keluarga kurang dari Rp 1.000.000 sebesar 3,9 persen.
29
Tabel 10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga
Pendapatan Keluarga(Rp/bulan) n % < Rp 1.000.000 3 3,9 Rp1.000.000- Rp3.000.000 33 42,9 Rp3.000.001- Rp6.000.000 31 40,3 Rp6.000.001- Rp9.000.000 5 6,5 > Rp 9.000.000 5 6,5 Total 77 100,0 Min-max (Rp/bulan) 500.000- 15.000.000 Rataan ± std. (Rp/bulan) 3.500.000 ± 2.853.000 Besar Keluarga
Menurut BKKBN (1995), besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar
(≥ 8 orang).Tabel 11 menunjukkan sebanyak 57,1 persen contoh memiliki besar keluarga kategori sedang.
Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga
Besar Keluarga n %
Keluarga kecil (≤ 4 orang )
Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (8 orang)
28 44 5 36,4 57,1 6,5 Total 77 100,00
Gaya Pelatih Emosi
Gaya pelatih emosi yang dilakukan ayah dan ibu mayoritas berada pada gaya emotional coaching dengan persentase 44,2 persen untuk ayah dan 65,1 persen untuk ibu (merujuk pada lampiran 3 dan 4). Hal ini menunjukkan bahwa gaya pelatih emosi yang dilakukan orang tua sudah cukup baik.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan gaya pelatih emosi
Gaya Pelatih Emosi Ayah Ibu
n % n % Disapproving style 0 0,0 0 0,0 Dismissing style 28 36,4 19 24,6 Laissez faire 15 19,4 8 10,3 Emotional coaching 34 44,2 50 65,1 Total 77 100,0 77 100,0
Gaya Pelatih Emosi Ayah
Tabel 13 menunjukan gaya pelatih emosi yang dilakukan oleh ayah menurut persepsi contoh. Lebih dari 50 persen ayah menunjukkan gaya pengasuhan laissez faire pada saat contoh merasa bahagia ketika UKM yang diikutinya memenangkan suatu kompetisi (55,8%), contoh merasa bahagia saat IP semester ini meningkat dari IP semester sebelumnya dan ketika contoh merasa bahagia karena dapat kembali ke rumah untuk berkumpul bersama
keluarga (50,6%). Lebih dari 50 persen ayah menunjukkan gaya pengasuhan emotional coaching saat contoh merasa sedih ketika nilai ujiannya rendah dan contoh merasa takut kalau IP semester ini menurun (62,3%), contoh merasa takut kalau perkataannya akan menyinggung perasaan teman (54,5%), dan saat contoh merasa takut berada sendiri di kost dan contoh merasa marah ketika dijelek-jelekkan temannya (50,6%). Ayah menunjukkan gaya pengasuhan dismissing saat contoh merasa sedih ketika mengetahui koleksi DVD miliknya hilang/rusak (58,4%), contoh merasa marah saat anggota UKM yang diikutinya tidak menjalankan tugas (50,6%) dan saat orang lain merusak DVD film miliknya (57,1%), dan saat contoh merasa takut untuk meminjamkan DVD film miliknya pada orang lain (54,5%).
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan gaya pelatih emosi ayah
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Bahagia ketika UKM yang saya ikuti memenangkan suatu kompetisi.
0,0 15,6 55,8 28,6 2 Bahagia saat IP saya meningkat dari semester
sebelumnya.
0,0 10,4 50,6 39,0 3 Bahagia saat mendapat teman baru. 0,0 39,0 36,4 24,7 4 Bahagia ketika saya bisa memuaskan hobi saya
menonton film.
1,3 39,0 41,6 18,2 5 Bahagia ketika kembali ke rumah untuk berkumpul
bersama keluarga.
0,0 10,4 50,6 39,0 6 Sedih saat saya tidak bisa mengikuti UKM yang saya
inginkan.
3,9 37,7 29,9 28,6 7 Sedih ketika nilai ujian saya rendah. 1,3 24,7 11,7 62,3 8 Sedih saat bertengkar dengan teman baik saya. 3,9 32,5 26,0 37,7 9 Sedih saat mengetahui koleksi DVD film saya ada yang
rusak/hilang.
11,7 58,4 18,2 11,7 10 Sedih saat harus berpisah dengan keluarga dan
kembali ke Bogor.
0,0 32,5 23,4 44,2 11 Marah saat anggota UKM tidak menjalankan tugasnya
dengan baik.
1,3 50,6 15,6 32,5 12 Marah saat ada orang lain meniru tugas saya. 1,3 33,8 24,7 40,3 13 Marah ketika ada teman yang menjelek-jelekkan saya. 2,6 32,5 14,3 50,6 14 Marah saat orang lain merusak DVD film saya. 2,6 57,1 23,4 16,9 15 Marah saat teman kost masuk ke dalam kamar saya
tanpa izin.
2,6 41,6 22,1 33,8 16 Takut kalau tim UKM saya tidak memenangkan suatu
kompetisi.
1,3 39,0 19,5 40,3 17 Takut kalau IP saya menurun dibanding IP semester
sebelumnya.
1,3 20,8 15,6 62,3 18 Takut perkataan saya akan menyinggung perasaan
teman.
1,3 23,4 20,8 54,5 19 Takut untuk meminjamkan koleksi DVD saya pada 2,6 54,5 15,6 27,3
31
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
orang lain.
20 Takut saat berada sendiri di kost. 5,2 32,5 11,7 50,6 Ket: 1= disapproving 2= dismissing 3= laissez faire 4= emotional coaching
Gaya Pelatih Emosi Ibu
Tabel 14 menunjukan gaya pelatih emosi yang dilakukan oleh ibu menurut persepsi contoh. Ibu menunjukkan gaya pelatih emosi yang lebih baik jika dibandingkan dengan ayah. Lebih dari separuh ibu menunjukkan gaya pengasuhan emotional coaching saat contoh merasa sedih ketika nilai ulangannya rendah (71,4%) dan bertengkar dengan teman baiknya (52,3%), contoh merasa marah saat ada orang lain meniru tugasnya (54,5%) dan ketika dijelek-jelekkan teman (63,6%), saat contoh merasa takut kalau IP akan menurun (67,5%), kalau perkataannya akan menyinggung perasaan teman (66,2%), dan saat sendiri berada di kost (59,7%). Sebanyak 55,8 persen ibu menunjukkan gaya pengasuhan laissez faire saat contoh merasa bahagia ketika UKM yang diikutinya memenangkan suatu kompetisi. Ibu menunjukkan gaya pengasuhan dismissing saat contoh merasa sedih ketika mengetahui koleksi DVD film miliknya rusak/hilang (54,5%) dan saat contoh merasa marah ketika mengetahui DVD filmnya dirusak oleh orang lain (51,9%).
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan gaya pelatih emosi ibu
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Bahagia ketika UKM yang saya ikuti memenangkan suatu kompetisi.
0,0 7,8 55,8 36,4 2 Bahagia saat IP saya meningkat dari semester
sebelumnya.
0,0 9,1 45,5 45,5 3 Bahagia saat mendapat teman baru. 0,0 35,1 39,0 26,0 4 Bahagia ketika saya bisa memuaskan hobi saya
menonton film.
1,3 33,8 39,0 26,0 5 Bahagia ketika kembali ke rumah untuk berkumpul
bersama keluarga.
0,0 9,1 42,9 48,1 6 Sedih saat saya tidak bisa mengikuti UKM yang saya
inginkan.
1,3 29,9 26,0 42,9 7 Sedih ketika nilai ujian saya rendah. 2,6 15,6 10,4 71,4 8 Sedih saat bertengkar dengan teman baik saya. 1,3 23,4 22,1 53,2 9 Sedih saat mengetahui koleksi DVD film saya ada yang
rusak/hilang.
10,4 54,5 13,0 20,8 10 Sedih saat harus berpisah dengan keluarga dan
kembali ke Bogor.
0,0 32,5 20,8 46,8 11 Marah saat anggota UKM tidak menjalankan tugasnya
dengan baik.
1,3 42,9 16,9 39,0 12 Marah saat ada orang lain meniru tugas saya. 1,3 24,7 19,5 54,5
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
13 Marah ketika ada teman yang menjelek-jelekkan saya. 1,3 22,1 13,0 63,6 14 Marah saat orang lain merusak DVD film saya. 2,6 51,9 20,8 24,7 15 Marah saat teman kost masuk ke dalam kamar saya
tanpa izin.
1,3 36,4 20,8 41,6 16 Takut kalau tim UKM saya tidak memenangkan suatu
kompetisi.
1,3 29,9 23,4 45,5 17 Takut kalau IP saya menurun dibanding IP semester
sebelumnya.
1,3 18,2 13,0 67,5 18 Takut perkataan saya akan menyinggung perasaan
teman.
0,0 11,7 22,1 66,2 19 Takut untuk meminjamkan koleksi DVD saya pada
orang lain.
2,6 49,4 13,0 35,1 20 Takut saat berada sendiri di kost. 2,6 27,3 10,4 59,7 Ket: 1= disapproving 2= dismissing 3= laissez faire 4= emotional coaching
Uji Beda Gaya Pelatih Emosi Ayah dan Ibu
Tabel 15 menunjukkan hasil uji beda paired sample T test menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak nyata antara pola asuh emosi ayah dan pola asuh emosi ibu. Skor pola asuh emosi ayah lebih kecil dari skor pola asuh emosi ibu.
Tabel 15 Uji beda gaya pelatih emosi ayah dan ibu
Mean Sig. (2-tailed)
Gaya pelatih emosi ayah 0,44 0,004
Gaya pelatih emosi ibu 0,65
Kecerdasan Emosional
Tabel 16 dibawah ini menjelaskan tingkat kecerdasan emosional contoh. Lebih dari separuh contoh (74,0%) berada pada kecerdasan emosional yang tergolong tinggi dan tidak ada contoh yang berada pada kecerdasan emosional kategori rendah.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosional
Kecerdasan Emosional n % Rendah (50-100) 0 0,0 Sedang (101-150) 20 26,0 Tinggi (151-200) 57 74,0 Total 77 100,0 Kesadaran Diri
Kesadaran diri contoh baik, hal ini terlihat sebanyak 53,2 persen contoh menjawab sangat setuju pada item pernyataan “saya tahu kalau saya sedang sedih” dan sebanyak 58,4 persen contoh menjawab sangat setuju pada item
33
mengganggu kesulitan saya dalam belajar”. Lebih dari separuh contoh menjawab setuju pada item “saya mengetahui sifat buruk yang saya miliki” (54,5%), “saya tahu kalau saya sedang cemas” (62,3%), “saya menyadari kekurangan saya di sekolah dan berusaha mengimbanginya dengan belajar lebih giat” (58,4%),
“suasana yang menegangkan membuat saya tidak bisa berpikir dengan tenang”
(51,9%), “saya tahu hal yang menyebabkan saya malas belajar” (63,6%), dan
“saya tahu hal apa saja yang bisa membuat saya bahagia” (64,9%). Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kesadaran diri
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Saya tahu kalau saya sedang sedih. 0,0 0,0 46,8 53,2 2 Saya mengetahui sifat buruk yang saya miliki. 0,0 2,6 54,5 42,9 3 Saya sadar bahwa perasaan malu untuk bertanya
dapat menganggu kesulitan saya dalam belajar.
0,0 3,9 37,7 58,4 4 Saya tahu kalau saya sedang cemas. 0,0 1,3 62,3 36,4 5 Saya sering merasa tidak mampu melakukan hal yang
baru.
6,5 31,2 44,2 18,2 6 Saya menyadari kekurangan saya di sekolah dan
berusaha mengimbanginya dengan belajar lebih giat.
0,0 5,2 58,4 36,4 7 Suasana yang menegangkan membuat saya tidak bisa
berfikir dengan tenang.
3,9 13,0 51,9 31,2 8 Saya tahu hal-hal yang menyebabkan saya malas
belajar.
0,0 5,2 63,6 31,2 9 Saya merasa banyak kekurangan dibandingkan dengan
orang lain.
5,2 33,8 40,3 20,8 10 Saya tahu hal-hal apa saja yang membuat saya
bahagia.
0,0 5,2 64,9 29,9 Ket: 1= sangat tidak setuju 2= tidak setuju 3= setuju 4= sangat setuju
Tabel 18 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (67,5%) memiliki kesadaran diri yang tergolong tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa contoh sudah mampu mengenal, melabel, mengenal perbedaan perasaan, dan memahami penyebab timbulnya perasaan.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi kesadaran diri
Kesadaran Diri n % Rendah (10-20) 0 0,0 Sedang (21-30) 25 32,5 Tinggi (31-40) 52 67,5 Total 77 100,0 Pengaturan diri
Pada dimensi pengaturan diri, sebesar 64,9 persen contoh menjawab setuju pada item pernyataan “saya mampu menahan keinginan pribadi demi mencapai sesuatu yang lebih besar” dan “saya mampu menahan marah kepada
teman saya walau dia menyakiti saya”. Lebih dari separuh contoh menjawab setuju pada item “saya berusaha bersabar ketika diejek oleh teman” (68,8%),
“ketika saya marah saya akan melampiaskannya dengan gerakan tubuh tapi tidak merusak atau menyakiti orang lain” (51,9%), “saya berusaha untuk tidak menyontek saat ujian” (54,5%), “saya mampu menahan marah pada teman walaupun ia menyakiti saya” (64,9%), “saya mampu bersabar, menahan diri ketika menghadapi kemarahan orang lain” dan “saya membuang sampah di tempat samapah” (59,7%), dan “saya berusaha mengalihkan perhatian dari rasa sedih dan berusaha menghibur diri” (62,3%).
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pengaturan diri
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Saya berusaha untuk sabar ketika diejek oleh teman. 1,3 1,3 68,8 28,6 2 Saya selalu belajar sesuai dengan jadwal yang telah
saya susun.
6,5 44,2 42,9 6,5 3 Saya tetap belajar walau tidak ada ulangan. 5,2 45,5 42,9 6,5 4 Saya mampu menahan keinginan pribadi demi
mencapai suatu yang lebih besar.
0,0 13,0 64,9 22,1 5 Ketika saya merasa marah, saya akan melampiaskanya
dengan gerakan tubuh tapi tidak merusak sesuatu atau menyakiti orang lain, contohnya mengepalkan tangan.
3,9 26,0 51,9 18,2
6 Saya berusaha untuk tidak menyontek saat ujian. 0,0 3,9 54,5 41,6 7 Saya mampu menahan marah kepada teman saya
walau dia menyakiti saya.
2,6 10,4 64,9 22,1 8 Saya mampu bersabar, menahan diri, dan bersikap
tenang ketika menghadapi kemarahan orang lain terhadap saya.
2,6 16,9 59,7 20,8
9 Saya membuang sampah di tempat sampah. 0,0 9,1 59,7 31,2 10 Saya akan mengalihkan perhatian dari rasa sedih yang
saya rasakan dan berusaha menghibur diri.
0,0 13,0 62,3 24,7 Ket: 1= sangat tidak setuju 2= tidak setuju 3= setuju 4= sangat setuju
Tabel 20 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (55,8%) memiliki pengaturan diri pada kategori sedang, sedangkan 44,2 persen contoh lainnya memiliki pengaturan diri pada kategori tinggi. Selain itu dapat dikatakan contoh sudah cukup mampu mengatur emosinya sehingga dapat menyelaraskan diri dengan teman dan lingkungannya.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi pengaturan diri
Kemampuan Mengelola Emosi Diri n %
Rendah (10-20) 0 0,0
Sedang (21-30) 43 55,8
Tinggi (31-40) 34 44,2
35
Motivasi
Pada dimensi motivasi terdapat dua item yang mendapat respon sangat setuju yaitu, “saya selalu berusaha untuk dapat mewujudkan cita-cita saya”
(55,8%) dan “saya berusaha meningkatkan IP ditiap semester” (67,5%). Selebihnya sebaran mayoritas jawaban berada pada respon setuju pada item pernyataan “saya akan terus berusaha mendapat nilai-nilai yang terbaik diantara teman-teman sekelas” dan “saya hanya belajar pelajaran yang saya sukai”
(54,5%), “saya percaya dengan cita-cita saya meski orang lain tidak memahaminya”, “saya termotivasi untuk berprestasi lebih dari teman sekelas saya”, dan “saya selalu berkonsentrasi mendengarkan penjelasan dosen selama kuliah” (55,8%), “saya sangat yakin terhadap kemampuan diri saya dalam menyelesaikan masalah” dan “saya bertekad mencapai target belajar yang sudah saya tetapkan” (64,9%), dan “jika saya menginginkan sesuatu saya pasti berusaha keras untuk mendapatkannya” (61,0%).
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan motivasi
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Saya selalu berusaha untuk dapat mewujudkan cita-cita saya.
0,0 0,0 44,2 55,8 2 Saya berusaha meningkatkan IP di tiap semester. 0,0 2,6 29,9 67,5 3 Saya akan terus berusaha mendapat nilai-nilai yang
terbaik di antara teman-teman sekelas.
0,0 5,2 54,5 40,3 4 Saya percaya dengan cita-cita saya meski orang lain
tidak memahaminya.
0,0 3.9 55,8 40,3 5 Saya sangat yakin terhadap kemampuan diri saya
sendiri dalam menyelesaikan masalah.
0,0 6,5 64,9 28,6 6 Saya termotivasi untuk berprestasi lebih daripada
teman sekelas saya.
0,0 6,5 55,8 37,7 7 Saya selalu berkonsentrasi mendengarkan penjelasan
dosen di kelas.
0,0 31,2 55,8 13,0 8 Saya bertekad mencapai target belajar yang sudah
saya tetapkan.
0,0 1,3 64,9 33,8 9 Jika saya menginginkan sesuatu saya pasti berusaha
keras untuk mendapatkannya.
0,0 9,1 61,0 29,9 10 Saya hanya belajar dan memperhatikan pelajaran yang
saya sukai.*
2,6 31,2 54,5 11,7 Ket: 1= sangat tidak setuju 2= tidak setuju 3= setuju 4= sangat setuju
*= pernyataan negatif
Pada dimensi motivasi sebagian besar contoh (72,7%) termasuk dalam kategori tinggi dan sisanya masuk dalam kategori sedang dengan nilai 27,3 persen. Hal ini menunjukkan contoh memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai sasaran atau target yang telah mereka tetapkan.
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi motivasi Motivasi n % Rendah (10-20) 0 0,0 Sedang (21-30) 21 27,3 Tinggi (31-40) 56 72,7 Total 77 100,0 Empati
Seluruh item pernyataan pada dimensi empati mayoritas berada pada sebaran setuju. Lebih dari separuh contoh menjawab setuju pada item pernyataan “saya merasa bahagia melihat teman yang tidak saya sukai sedih”,
“saya bersedia mendengar keluh kesah teman”, dan “saya akan berempati dan prihatin bila ada teman yang terkena musibah” (62,3%), “saya menghormati pendapat orang lain”, “saya bisa menjaga rahasia teman”, dan “saya ikut bahagia bila teman saya berprestasi” (68,8%), “saya dapat menerima pikiran orang lain meskipun berbeda dengan pemikiran saya” (77,9%), “saya merasa biasa saja saat melihat berita bencana di TV” (67,5%), “saya dapat mengenali ekspresi orang lain dengan melihat ekspresi wajahnya” (54,5%), dan “ketika teman saya sedih saya akan berusaha menghiburnya” (70,1%).
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan empati
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Saya merasa bahagia melihat teman yang tidak saya sukai sedih.*
1,3 9,1 62,3 27,3 2 Saya dapat menerima pikiran orang lain meskipun
berbeda dengan pemikiran saya.
0,0 5,2 77,9 16,9 3 Saya merasa tidak sedih atau biasa saja ketika melihat
berita bencana di TV.*
0,0 14,3 67,5 18,2 4 Saya bersedia mendengar keluh kesan teman saya. 0,0 6,5 62,3 31,2 5 Saya akan ikut prihatin dan berempati bila ada teman
yang terkena musibah.
1,3 2,6 62,3 33,8 6 Saya dapat mengenali emosi orang lain dengan melihat
ekspresi wajahnya.
0,0 5,2 54,5 40,3 7 Saya menghormati pendapat orang lain. 0,0 2,6 68,8 28,6 8 Saya bisa menjaga rahasia teman. 0,0 2,6 68,8 28,6 9 Saya merasa ikut bahagia bila teman saya berprestasi. 0,0 3,9 68,8 27,3 10 Ketika teman saya sedang sedih saya akan berusaha
menghiburnya.
0,0 0,0 70,1 29,9 Ket: 1= sangat tidak setuju 2= tidak setuju 3= setuju 4= sangat setuju
*= pernyataan negatif
Berdasarkan Tabel 24 dapat dikatakan bahwa lebih dari separuh contoh (59,7%) termasuk dalam kategori yang memiliki empati tinggi, 40,3 persen contoh termasuk dalam kategori empati sedang, dan tidak ada contoh yang
37
berada pada empati kategori rendah. Hal ini menunjukkan contoh dapat merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan kategori dimensi empati
Empati n % Rendah (10-20) 0 0,0 Sedang (21-30) 31 40,3 Tinggi (31-40) 46 59,7 Total 77 100,0 Keterampilan sosial
Pada dimensi keterampilan sosial, lebih dari 60 persen contoh menjawab setuju pada item pernyataan “saya selalu menyapa dosen saat bertemu”
(75,3%), “saya rajin mengikuti kegiatan sosial karena menyukainya” (64,9%), dan
“saya bersikap acuh tak acuh saat mendengar pengumuman gotong-royong di lingkungan rumah” (70,1%). Lebih dari 50 persen contoh menjawab setuju pada item “saya akan berusaha bersikap baik pada teman yang menemui saya” dan
“saya mudah bergaul dengan teman yang tidak sekelas dengan saya” (59,7%),
“saya kesulitan mengajak bermain teman baru”, dan “saya bersikap hormat kepada orang yang lebih tua ketika bertemu atau berpamitan” (50,6%), “saya dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah” (57,1%), dan “saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri” (58,4%).
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan keterampilan sosial
No Pernyataan Jawaban (%)
1 2 3 4
1 Saya selalu menyapa dosen bila bertemu dengan mereka.
1,3 10,4 75,3 13,0 2 Saya kesulitan mengajak bermain teman yang baru
saya kenal.*
11,7 31,2 50,6 6,5 3 Pada hari pertama masuk sekolah saya dapat dengan
cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
1,3 35,1 57,1 6,5 4 Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada
berdiskusi dengan teman.*
6,5 31,2 58,4 3,9 5 Saya bergaul tanpa membedakan latar belakang, ras,
dan agama.
1,3 1,3 48,1 49,4 6 Saya rajin mengikuti kegiatan sosial (seperti bakti sosial
dan menyantuni anak yatim) karena saya menyukainya.