• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMA Negeri Ragunan Jakarta merupakan sekolah khusus yang didirikan sebagai tempat pembinaan dan pelatihan atlet remaja dari berbagai cabang olahraga. SMA Negeri Ragunan didirikan pada tanggal 15 Januari 1977 yang berlokasi di Jalan HR Harsono Komplek Gelora Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Atlet remaja yang berbakat dalam bidang olahraga tertentu serta mempunyai prestasi olahraga di tingkat daerah maupun di tingkat nasional di SMA ini dididik dan dibina. Pembinaan atlet ini ditujukan agar nantinya atlet-atlet tersebut dapat memberikan prestasi yang membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Persyaratan untuk masuk SMA Negeri Ragunan Jakarta tidak jauh berbeda dari persyaratan masuk SMA lainnya, namun di SMA Negeri Ragunan Jakarta ada persyaratan khusus untuk berbagai cabang olahraga. Serangkaian tes harus dilakukan oleh calon siswa yang akan masuk ke SMA Negeri Ragunan Jakarta seperti tes psikologi, tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes keterampilan cabang olahraga. Selain itu terdapat persyaratan khusus untuk tiap cabang olahraga seperti usia, tinggi badan (untuk beberapa cabang olahraga), dan sudah pernah mengikuti kejuaraan junior/tingkat provinsi/nasional. Calon siswa yang mempunyai prestasi dalam bidang olahraga tertentu baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional akan menjadi pertimbangan dan mempunyai nilai lebih untuk masuk ke SMA Negeri Ragunan Jakarta.

SMA Negeri Ragunan Jakarta Selatan mempunyai asrama dimana para siswa yang tercatat sebagai siswa SMA Ragunan diwajibkan untuk tinggal di asrama, baik asrama putra maupun asrama putri. Fasilitas yang ada di SMA Negeri Ragunan ini selain asrama antara lain ruang makan atlet atau biasa disebut menza, ruang fitness, dan sarana penunjang olahraga lainnya seperti kolam renang, lapangan volli, bola basket, senam, tenis lapang, panahan, bulu tangkis, lapangan sepak bola dan lapangan olahraga lainnya. Fasilitas lain yang berada di komplek SMA Ragunan antara lain gedung serbaguna, rumah guru, rumah pelatih dan pembina olahraga, poliklinik, mesjid, gedung sekolah, aula, kantin, wisma tamu, asrama atlet dari institusi lain, serta perkantoran dan Graha Wisata Pemuda.

SMA Ragunan memiliki cabang olahraga yang berbeda-beda dengan jumlah atlet yang berbeda-beda setiap cabangnya baik dari institusi KEMENPORA maupun dari PUSDIKLAT DKI. Daftar cabang olahraga dan jumlah atlet setiap cabang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Daftar cabang olahraga dan jumlah atlet setiap cabang olahraga

Cabang olahraga Jumlah atlet

Sepak bola 45 Sepak takraw 9 Bola voli 43 Senam artistik 19 Senam ritmik 1 Angkat besi 10 Pencak silat 19 Bola basket 25 Judo 10 Bulu tangkis 30 Tae kwon do 33 Renang 20 Gulat 17 Tenis meja 23 Atletik 31 Loncat indah 6 Panahan 19 Tenis lapangan 10

Selama pendidikan dan pembinaan, setiap atlet dari berbagai cabang olahraga wajib untuk tinggal di asrma yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Asrama putra dan asrama putri terpisah. Asrama putri memiliki lima gedung yang terpisah, sedangkan asrama putra terdiri dari gedung bertingkat. Setiap kamar dihuni oleh siswa dengan cabang olahraga yang sama. Siswa akan menempati kamar sesuai dengan cabang olahraga yang dijalaninya dengan tujuan untuk saling lebih mengenal karakter dan lebih akrab untuk kepentingan tim olahraga tertentu seperti taekwondo.

Karakteristik Sampel

Karakterisitik merupakan suatu gambaran mengenai contoh meliputi sifat maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial. Karakterisitik ini dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran contoh dalam penelitian.

Karakteristik yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, suku bangsa, serta keadaan sosial ekonomi keluarga.

Jenis Kelamin

Contoh adalah atlet taekwondo secara keseluruhan (baik laki-laki maupun perempuan) yang mengikuti program pelatihan khusus di SMA Ragunan Jakarta Selatan. Atlet taekwondo di SMA Ragunan berjumlah sebanyak 33 orang, sehingga semua populasi digunakan sebagai contoh dalam penelitian dengan metode purposive sampling. Akan tetapi, sembilan orang atlet drop out karena tidak memenuhi kriteria. Empat orang atlet bukan merupakan siswa SMA Ragunan, dan lima orang atlet tidak melakukan latihan secara rutin dan tidak melakukan tes kebugaran yang seharusnya dilakukan. Oleh karena itu dari 33 populasi yang ada, terpilih 24 orang yang dijadikan sebagai contoh.

Gambar 2 Sebaran atlet taekwondo menurut jenis kelamin

Sebagian besar contoh yang mengikuti program pelatihan khusus atlet di SMA Ragunan Jakarta Selatan berjenis kelamin perempuan dengan persentase 66.67% dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33.33% (Gambar 2). Tingginya persentase atlet yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki tidak berpengaruh dalam program latihankarena atlet-atlet yang dipilih untuk masuk ke SMA Ragunan adalah atlet- atlet yang berprestasi dan direkomendasikan untuk mengikuti program latihan khusus di SMA Ragunan.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Laki-laki perempuan 33.33 66.67 Laki-laki perempuan

Usia

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner, dapat diketahui bahwa contoh memiliki rentang usia yang cukup beragam. Sebaran rentang usia contoh disajikan pada Tabel 7

Tabel 7 Sebaran atlet taekwondo menurut usia Usia

(tahun)

Laki -laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%) 14 0 0.00 2 12.50 2 8.33 15 2 25.00 5 31.25 7 29.17 16 5 62.50 7 43.75 12 50.00 17 1 12.50 2 12.50 3 12.50 Total 8 100 16 100 24 100 Rata-rata 15.6 ± 0.64 15.6 ± 0.89 15.7 ± 0.8

Berdasarkan hasil wawancara dengan contoh diketahui bahwa rata-rata usia contoh laki-laki yaitu 15.6 ± 0.64 tahun dan rata-rata usia contoh perempuan yaitu 15.6 ± 0.89 tahun. Menurut Hardinsyah & Tambunan 2004, berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa contoh tergolong ke dalam usia remaja. Atlet yang masuk ke SMA Ragunan adalah atlet- atlet berprestasi yang tidak memerlukan usia khusus untuk mengikuti program di SMA Ragunan.

Suku

Atlet yang masuk di SMA Ragunan Jakarta Selatan tidak hanya berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya, namun dari berbagai daerah di Indonesia.SMA Ragunan merupakan sekolah yang sekaligus dijadikan tempat pembinaan atlet-atlet dari berbagai cabang olahraga yang mempunyai potensi, bakat dan prestasi di salah satu cabang olahraga.

Tabel 8 Sebaran atlet taekwondo menurut suku bangsa

Suku Jumlah n (%) makassar 1 4.2 Jawa 4 16.7 Betawi 12 50.0 Sunda 5 20.8 padang 2 8.3 Total 24 100

Suku contoh yang paling banyak adalah suku betawi yaitu sebanyak 12 atlet (50.0%). Suku atlet terbanyak kedua yaitu suku sunda sebanyak lima orang atlet (20.8%), suku berikutnya yang terbanyak yaitu suku jawa sebanyak empat

orang atlet (16.7%), selain itu terdapat atlet yang berasal dari suku padang sebanyak dua orang (8.3%) dan suku makassar sebanyak satu orang (4.2%).

Pemilihan atlet dilakukan melalui seleksi dan pemilihan ketat yang dilakukan oleh pelatih, pembina, maupun pihak sekolah yang didasarkan oleh Keputusan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan oleh pihak Pendidikan dan Latihan Daerah Khusus Ibukota (PUSDIKLAT DKI). Pemilihan atlet di SMA Ragunan ini tidak didasarkan pada subjektivitas dari contoh.

Keadaan Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara denan menggunakan kuisioner, dapat diketahui bahwa keadaan sosial ekonomi orang tua dari contoh cukup beragam. Sebaran penghasilan perbulan orang tua contoh disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran atlet taekwondo menurut pendapatan orang tua

Pendapatan perbulan Sebaran

n % < Rp. 1.500.000 2 8.33 Rp. 1.500.000 - Rp. 3.000.000 10 41.67 Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000 7 29.17 > Rp. 5.000.000 5 20.83 Total 24 100.00

Sebanyak 41.67% penghasilan orang tua contoh berkisar antara Rp. 1.500.000 - Rp. 3.000.000, persentase terbanyak berikutnya berkisar antara Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000, yaitu sebanyak 29.17%, Sisanya sebanyak 20.83% orang tua contoh memiliki penghasilan di atas Rp. 5.000.000 dan di bawah Rp.1.500.000 sebanyak 8.33%. Dilihat dari riwayat pendidikan orang tua contoh diketahui bahwa keseluruhan dari orang tua contoh memiliki tingkat pendidikan terakhir minimal tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Karakterisitik Antropometri

Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Metode antropometri menggunakan pengukuran dimensi-dimensi fisik dan komposisi tubuh secara kasar. Antropometri sangat penting pada masa remaja, hal ini karena dengan antropometri dapat dimonitor dan dievaluasi perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor selama periode

remaja ini. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Pengukuran antropometri ini bervariasi menurut umur dan derajat gizi, sehingga bermanfaat terutama pada keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis. Menurut Riyadi (2003), antropometri juga dapat digunakan untuk mendeteksi malnutrisi derajat sedang dan berat. Oleh karena itu, teknik pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang paling baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi untuk negara berkembang. Hal ini sangat penting karena penilaian status gizi lebih sulit dan lebih mahal.

Berat Badan

Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh meliputi pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Berat badan contoh dihitung dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian pengukuran 0.1 kg, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise.

Tabel 10 Sebaran atlet taekwondo menurut berat badan

Berat Badan laki - laki perempuan Jumlah

(kg) n % n % n (%) 40-50 2 25.0 5 31.3 7 29.2 51-60 5 62.5 6 37.5 11 45.8 61-70 1 12.5 4 25.0 5 20.8 >70 0 0 1 6.3 1 4.2 Total 8 100.0 16 100.0 24 100.0 Rata-rata 52.4 ± 6.1 56.9 ± 12.0 55.4 ± 10.5

Contoh sebagian besar memiliki kisaran berat badan antara 51-60 kg yaitu sebanyak sebelas orang dengan persentase 45.8%. Contoh yang memiliki berat badan antara 40-50 kg yaitu berjumlah tujuh orang dengan persentase 29.2%. Sedangkan contoh yang memiliki kisaran berat badan antara 61-70 kg berjumlah lima orang dengan persentase 20.8%, sisanya yang memiliki berat badan lebih dari 70 kg berjumlah satu orang dengan persentase 4.2%.

Contoh laki-laki memiliki rata-rata berat badan yaitu 52.4 ± 6.1kg dan rata-rata berat badan contoh perempuan yaitu 56.9 ± 12.0kg. Rata-rata keseluruhan berat badan contoh adalah 55.4 ± 10.5.Rata-rata berat badan contoh tersebut sudah memenuhi rata-rata berat badan standar untuk remaja menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu 55 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Tinggi Badan

Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal (rangka). Menurut Riyadi (2003), tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur dalam keadaan normal. Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtouise dengan ketelitian 0.1 cm yang ditempelkan ke dinding. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan (Arisman 2004). Sebagian besar contoh memiliki tinggi rata- rata yaitu diantara 161-165 cm sebanyak sepuluh orang (41.7%), 166-170 cm sebanyak enam orang (25.0 %), 150-155 dan 156-160 cm masing masing sebanyak empat orang contoh dengan persentase sebesar 16.7%. Sebaran tinggi badan contoh disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran atlet taekwondo menurut tinggi badan

Tinggi Badan Laki-laki perempuan Jumlah

(cm) n % n % n (%) 150-155 0 0 4 25.0 4 16.7 156-160 0 0 4 25.0 4 16.7 161-165 5 62.5 5 31.3 10 41.7 166-170 3 37.5 3 18.8 6 25.0 Total 8 100.0 16 100.0 24 100 Rata-rata 165.4 ± 2.7 160.9 ± 5.6 162,4 ± 5,2

Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu 165.4 ± 2.7 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu 160.9 ± 5.6 cm. Seorang atlet taekwondo diharapkan memiliki tinggi badan yang besar, karena dalam beladiri taekwondosemakin tinggi badan, semakin panjang juga jangkauan serangan yang dilakukan, dan membantu memudahkan atlet melakukan serangan yang dilakukan dengan kaki.

Pengetahuan Gizi

Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan contoh terhadap gizi. Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan sebanyak 25 soal dengan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan gizi olahraga secara khusus. Jawaban dari soal diberi nilai dengan menggunakan sistem angka yang kemudian dipersentasekan dengan skor jawaban total. Persentase ini dibandingkan dengan persentase skor tingkat pengetahuan gizi yaitu rendah jika

pengetahuan gizi kurang dari 60%, sedang jika 60-80%, dan baik jika lebih dari 80% (Khomsan 2000).

Gambar 3 Sebaran atlet taekwondo menurut tingkat pngetahuan gizi Pengetahuan gizi contoh laki laki sebagian besar berada dalam kategori sedang (62.5%) dan pengetahuan gizi contoh perempuan sebagian besar berada dalam kategori sedang (81.25%). Soal pengetahuan gizi yang memiliki persentase dijawab dengan benar yang paling sedikit adalah mengenai jenis elektrolit yang hilang saat berolahraga dan pengertian ergogenics aids, sedangkan sebagian besar contoh menjawab benar pada pertanyaan yang bersifat umum seperti pengertian makanan sehat, contoh minuman isotonik alami, dan akibat kekurangan cairan bagi tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa memahami pengetahuan gizi secara umum.

Tabel 12 Persentase soal yang paling sedikit dan paling banyak dijawab benar.

No.

soal Pertanyaan

% jawaban

benar

1 Pengertian makanan sehat 100.0

3 Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dan kebugaran atlet 91.67

5 Macam-macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh 100.0

17 Akibat kekurangan cairan selama latihan 100.0

19 Minuman isotonik alami 100.0

4 Jenis pangan sumber protein 45.83

11 Pengertian ergogenic aids 29.17

15 Jenis elektrolit yang hilang melalui keringat saat berolahraga 8.33

21 Jenis aktivitas yang dilakukan saat melakukan olahraga taekwondo 37.50

23 Waktu yang tepat untuk mengkonsumsi makanan sebelum bertanding 37.50

0 20 40 60 80 100

Rendah Sedang Tinggi 37.5 62.5 0 6.25 81.25 12.50 laki-laki perempuan

Pengetahuan gizi mengenai pengaturan makanan sangat bermanfaat antara lain memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mempertahankan kondisi tubuh selama beraktivitas, dan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik. Oleh sebab itu, siswa sebaiknya memiliki pengetahuan gizi yang baik untuk mengetahui pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi juga dibutuhkan untuk mencapai gizi yang optimal. Pengetahuan tentang gizi sangat bermanfaat bagi atlet karena dapat memberikan banyak keuntungan diantaranya dengan gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang atlet pada saat bertanding. Selain itu pemberian gizi yang tepat juga dibutuhkan pula pada kerja biologik tubuh, untuk penyediaan energi tubuh pada saat seorang atlet melakukan berbagai aktivitas fisik, misalnya pada saat latihan (training), bertanding dan saat pemulihan, baik setelah latihan maupun setelah bertanding. Gizi yang optimal juga dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti sel tubuh yang rusak.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi (Riyadi 2003). Pengukuran status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Pengukuran status gizi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode antropometri dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, lalu menentukan IMT contoh. Penentuan status gizi contoh dilakukan dengan menggunakan indikator IMT/Umur yang direkomendasikan sebagai indikator penentuan status gizi untuk remaja (Riyadi 2003).

Gambar 4 Sebaran atlet taekwondo menurut status gizi

Gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki dan contoh perempuan sebagian besar memiliki status gizi normal. Menurut Williams (1983) status gizi yang baik sangat penting bagi atlet karena dapat meningkatkan kemampuan dan performa atlet.

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengonsumsi pangan dari aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Penilaian konsumsi pangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitaif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi individu atau kelompok. Metode Food Recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan penilaian konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan pangan dan zat gizi pada tiap kelompok,

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kurus Normal At Risk Gemuk Obesitas 0 100 0 0 0 0.00 93.75 0.00 6.25 0.00 laki-laki perempuan

rumah tangga, dan individu serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan. Prinsip dari metode ini adalah melakukan pencatatan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pengukuran konsumsi energi dan zat gizi lainnya dilakukan berdasarkan recall dua hari (2x24 jam) yaitu satu hari saat siswa sekolah dan hari libur (Arisman 2004).

Frekuensi makan

Frekuensi makan bisa menjadi kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan semakin besar (Khomsan 2002). Frekuensi makan dan kebiasaan makan contoh digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan secara kualitatif. Frekuensi makan contoh diukur dalam satuan kali per hari, kali perminggu, dan kali per bulan. Frekuensi makan yang diukur pada penelitian ini adalah dalam satuan kali per hari dengan menggunakan metode recall. Frekuensi makan contoh dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran atlet taekwondo menurut frekuensi makan

Frekuensi makan (kali/hari) Laki - laki Perempuan Total

n % n % n %

3 8 100 15 93.75 23 95.83

>3 0 0 1 6.25 1 4.17

Total 8 100 16 100 24 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebanyak 95.83% contoh memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memiliki frekuensi makan sebanyak lebih dari tiga kali yaitu sebesar 4.17%. Keseluruhan contoh laki-laki memiliki kebiasaan makan tiga kali setiap harinya dan hanya satu orang contoh perempuan yang memiliki kebiasaan makan lebih dari tiga kali sehari. Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan tiga kali sehari pada contoh sudah dianggap cukup baik untuk menghindari terjadinya masalah gizi.

Kebiasaan makan

Atlet dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang optimal selama menjalani latihan yang intensif, untuk mencapai kondisi yang optimal tersebut dibutuhkan gizi yang optimal dan akan menghasilkan kondisi fisik yang prima bagi atlet. Kebiasaan makan yang baik akan menghasilkan gizi yang optimal untuk atlet.Kebiasaan makan contoh diperoleh melalui hasil wawancara dengan menggunakan metode recall dan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran atlet taekwondo menurut kebiasaan makan

Kebiasan makan Laki-laki perempuan Total

n % n % n % Kebiasaan Sarapan Selalu 7 87.50 13 81.25 20 83.33 Kadang-kadang 1 12.50 3 18.75 4 16.67 Jarang 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Tidak pernah 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Menu sarapan Nasi+lauk pauk 8 100.0 15 93.75 23 95.83 Roti 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Mie 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Lainnya 0 0.00 1 6.25 1 4.17

Susunan menu siang hari

Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 7 87.50 15 93.75 22 91.67

Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 1 12.50 0 0.00 1 4.17

Nasi, lauk hewani 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Lainnya 0 0.00 1 6.25 1 4.17

Susunan menu malam hari

Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 7 87.50 9 56.25 16 66.67

Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur 1 12.50 6 37.50 7 29.17

Nasi, lauk hewani 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Lainnya 0 0.00 1 6.25 1 4.17 Konsumsi fastfood Selalu 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Kadang-kadang 2 25.00 11 68.75 13 54.17 Jarang 5 62.50 5 31.25 10 41.67 Tidak pernah 1 12.50 0 0.00 1 4.17

Hasil recall mengenai kebiasaan makan pada contoh menunjukkan bahwa sebagian besar dari keseluruhan contoh selalu membiasakan diri untuk sarapan dengan menu berupa nasi dan lauk pauk (95.83%). Sebagian besar contoh laki-laki (87.5%) dan perempuan (81.25%) memiliki kebiasaan sarapan. Makan siang dan malam contoh sebagian besar diisi dengan menu berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah (91.67). Untuk konsumsi makanan cepat saji (fast food) sebanyak 54.17% dari keseluruhan contoh menyatakan jarang mengonsumsi fast food, sebanyak 41.67% menyatakan kadang-kadang dan sisanya menyatakan tidak pernah mengonsumsi fast food (4.17%). Berdasarkan persentase contoh laki-laki lebih jarang yang mengonsumsi fast food daripada contoh perempuan. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, konsumsi pangan, preferensi (kesukaan atau

ketidaksukaan) makan, ideologi terhadap makanan, dan faktor sosial budaya seorang individu.

Kebiasaan minum

Konsumsi cairan sangat diperlukan untuk menjaga status hidrasi tubuh. Bagi seorang atlet, pemberian cairan bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan pemberian cairan yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan.

Hasil recall mengenai kebiasaan minum contoh menunjukkan bahwa contoh sebagian besar (58.33 %) mengonsumsi air putih lebih dari 8 gelas setiap harinya, sebanyak 29.17% contoh mengonsumsi air putih sebanyak 7 gelas setiap harinya, dan sisanya sebanyak 12.50% mengonsumsi air putih 5 gelas setiap harinya. Seluruh contoh tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Untuk konsumsi sport drink, diketahui bahwa sebanyak 62.50% contoh mengonsumsi sport drink.

Tabel 15 Sebaran taekwondo menurut kebiasaan minum

Kebiasaan minum Laki-laki perempuan Total

n % n % n %

Konsumsi air putih

≥ 8 gelas 5 62.50 9 56.25 14 58.33

7 gelas 1 12.50 6 37.50 7 29.17

5 gelas 2 25.00 1 6.25 3 12.50

< 5 gelas 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Konsumsi minuman beralkohol 0.00

Ya 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Tidak 8 100.00 16 100.00 24 100.00

Konsumsi sport drink 0.00

Ya 8 100.00 7 43.75 15 62.50

Tidak 0 0.00 9 56.25 9 37.50

Persentase contoh laki-laki (62.5%) yang mengonsumsi air lebih dari delapan gelas per hari lebih besar dari persentase jumlah contoh perempuan ( 56.25%). Kesuluruhan contoh laki-laki mengonsumsi sport drink, sedangkan sebagian besar contoh perempuan (56.25) tidak mengonsumsi sport drink.Sport drink penting bagi penggantian elektrolit dan rehidrasi selama berolahraga, teruatama olahraga yang memiliki waktu yang panjang seperti marathon, tenis, atau olahraga kompetitif lainnya (Williams 1989).Bagi atlet,sport drink merupakan salah satu produk pangan yang ditujukan yang mengandung gula dan elektrolit

dan berguna untuk mencegah dehidrasi, mengganti cairan tubuh yang hilang, hidrasi sebelum berolahraga, dan rehidrasi setelah berolahraga.

Kebiasaan makan sebelum pertandingan

Semua contoh sebelum pertandingan mengonsumsi makanan lengkap namun dengan rentang yang bervariasi. Sebanyak 37.50% contoh mengonsumsi makanan lengkap 1-2 jam sebelum bertanding, 25.00% contoh mengonsumsi makanan lengkap 2-3 jam sebelum bertanding, 33.33% contoh mengonsumsi makanan lengkap 3-4 jam sebelum bertanding dan sisanya mengonsumsi makanan lengkap 4-5 jam sebelum bertanding.

Tabel 16 Kebiasaan makan atlet taekwondo sebelum bertanding

Kebiasaan makan sebelum bertanding Laki-laki perempuan Total

n % n % n %

Rentang waktu konsumsi makanan lengkap

1-2 jam 4 50.00 5 31.25 9 37.50

2-3 jam 1 12.50 5 31.25 6 25.00

3-4 jam 3 37.50 5 31.25 8 33.33

4-5 jam 0 0.00 1 6.25 1 4.17

Makanan dan minuman yang dihindari

Ada 6 75.00 12 75 18 75.00

Tidak 2 25.00 4 25 6 25.00

Tabel 15 menunjukkan bahwa 75 % contoh laki-laki dan 75% contoh perempuan memiliki pantangan terhadap makanan atau minuman saat sebelum pertandingan. Makanan dan minuman yang dihindari atau dijadikan sebagai pantangan oleh contoh sebelum bertanding yaitu makanan pedas, susu, dan

Dokumen terkait